ATHALLA

By Arhaqueen_

214K 16.5K 2.5K

"Iyuohhh Athalla. Muka nya luar biasa, dingin nya luar binasa!" °°° Athalla. Cowok indigo berparas tampan itu... More

Prolog
Chapter 1• Athalla
Chapter 2• Athalla
Chapter 3• Athalla
Chapter 4• Athalla
Chapter 5• Athalla
Chapter 6• Athalla
Chapter 7• Athalla
Chapter 8• Athalla
Chapter 9• Athalla
Chapter 10• Athalla
Chapter 11• Athalla
Chapter 12• Athalla
Chapter 13• Athalla
Chapter 14• Athalla
Chapter 15• Athalla
Chapter 17• Athalla
Chapter 18• Athalla
Chapter 19• Athalla
Chapter 20• Athalla
Chapter 21• Athalla
Chapter 22• Athalla
Chapter 23• Athalla

Chapter 16• Athalla

6.9K 603 97
By Arhaqueen_

Chapter kali ini lebih panjang dari yang sebelumnya, anggap aja ini permintaan maaf aku yang udah buat kalian nunggu lama❤️

-----»«-----★Athalla★-----»«-----

Ainsy berjalan cepat menuju belakang sekolah, gadis itu dengan lincah memanjat tembok tinggi yang berada di depan nya, seolah-olah hal tersebut sudah biasa dia lakukan.

Gadis itu menghembus nafas kasar, pikiran nya tidak tenang untuk sekarang, dia juga tidak berselera untuk belajar. Besok dia akan menagih uang gorengan pada ibu kantin.

"Ainsy pak?" Tanya Ainsy pada bapak gojek yang berhenti di hadapan nya, dia memang sudah memesan gojek terlebih dahulu tadi

"Iya neng."

Di perjalan bapak gojek tersebut mengajak Ainsy untuk berbicara tetapi sama sekali tidak di ladenin oleh Ainsy. Membuat pria paruh baya itu membukam mulut nya, berfikir Ainsy mungkin risih berbicara dengan orang asing.

"Ini pak," memberi beberapa lembar uang kepada bapak gojek tersebut dan berlalu pergi

Aisny melangkah kan kaki nya ke dalam panti asuhan, tempat yang selama ini selalu menerima keberadaan nya.

"Loh, Ainsy? Kamu kok sudah pulang nak?" Tanya bunda Yana yang kebetulan ingin menjemur pakaian

"Ainsy capek Bun, nanti Ainsy jelasi nya ya," ujar Ainsy lembut memasuki rumah tersebut, berjalan menuju kamar yang selama ini dia tempati

"Kak Ainsy! Temani Tara main sepeda yuk!" Ajakan ringan dengan penuh binar itu membuat Ainsy tersenyum lembut

"Kakak capek, besok aja ya sayang," ujar Ainsy selembut mungkin

"Yaudah deh," ujar Tara lesuh, gadis itu keluar dengan pandangan tertunduk membuat Ainsy mengelai nafas pelan, bagaimana lagi? Pikiran nya sedang kacau sekarang

Sekarang yang dia ingin adalah menenangkan diri dengan cara tidur. Beban di pundaknya membuat Ainsy ingin menghilang sekarang juga.

Ainsy menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur, memandang langit kamarnya dengan pikiran yang menerawang.

Biaya untuk para adik nya saja Ainsy gelagapan mencarinya, dan sekarang dia harus mencari biaya untuk sekolah nya sendiri?

Ainsy sungguh bingung untuk mencari uang bagaimana lagi, dia sudah berusaha semaksimal mungkin mencari pekerjaan, tetapi rezeki itu belum juga menghampiri dirinya.

Apakah dia harus berhenti sekolah? Ainsy menggelengkan kepala memikirkan itu.

Tidak! Dia sudah kelas 12, sebentar lagi dia akan tamat. Tentu saja itu amat sangat di sayangkan.

Terbesit dalam pikiran nya untuk jual diri, tetapi Ainsy segera mengeyahkan pikiran buruknya tersebut. Setidaknya mereka masih bisa makan walaupun mereka lebih sering memakan bakwan dan telur yang Ainsy goreng. Setidaknya mereka masih memiliki tempat tinggal walaupun sekolah mereka terancam. Setidaknya mereka masih bisa merasakan bahagia, walaupun sesekali Ainsy merasa depresi tentang ekonomi yang dia alami.

Yah! Setidaknya tuhan masih berbaik hati pada dirinya.

Ainsy menutup kedua matanya menggunakan lengannya, menghembus nafas kasar. Mencoba untuk tidur menyelami alam mimpi yang mungkin bisa membuat dirinya sedikit lebih tenang.

"KAK AINSY! ABANG GANTENG DATANG!" Teriakan Tara membuat Ainsy mengelai nafas panjang, baru saja dia memejamkan matanya, sudah ada yang ganggu.

Keberadaan Athalla memang selalu mengusik kehidupannya, walaupun tidak bisa di pungkiri Athalla juga membawa keuntungan tersendiri bagi Ainsy.

Ainsy melihat Athalla yang sudah berada di depan pintu kamar nya, cowok itu menuntup dan mengunci pintu membuat perasaan curiga kepada Ainsy.

"Mau ngapain Lo?" Tanya Ainsy panik ketika Athalla berjalan ke arah nya dengan pandangan datar, masih teringat jelas di benak nya tentang Athalla yang pernah kesurupan. Badan gadis itu beringsut mundur, hingga punggung nya menyentuh kepala tempat tidur.

Athalla menarik kedua kaki Ainsy, membuat gadis itu menjadi telentang, lalu mengukung gadis itu di bawah nya. Membuat Ainsy terkejut bukan main.

"Kamu kenapa Rina?" Tatapan lembut dengan suara yang rendah membuat bulu kuduk Ainsy merinding, jantung nya berpancuh cepat dengan mata yang sudah melotot

"Gue Ainsy," cicit Aisny seperti kehilangan suara nya

Athalla menelisik wajah Aisny dengan seksama, mulai dari mata, pipi, hidung hingga bibir. Mata cowok itu menatap bibir Ainsy yang tidak terlalu tipis tidak juga terlalu tebal. Benda kenyal itu seolah-olah mengundang dirinya untuk mencicipi.

Ainsy segera mendorong tubuh Athalla dari atasnya ketika melihat cowok itu lengah. Gadis itu sedikit menjauhkan tubuhnya dari Athalla, memandang Athalla dengan pandangan horor.

"Lo jangan macam-macam ya!" Hardik Ainsy menatap Athalla dengan tajam

Athalla terkekeh geli melihat tatapan menggemaskan itu, cowok itu mengangkat tangan nya ingin menyentuh pipi Ainsy tetapi sudah di tepis terlebih dahulu oleh yang punya pipi.

"Kalau ada masalah bilang aja, aku bisa bantu," ujar Athalla

Ainsy memandang Athalla dengan skeptis, cowok ini mudah sekali mengubah ubah kosa kata nya. Tadi sewaktu di sekolah baru saja menggunakan lo-gue, sekarang menjadi aku-kamu.

"Lo mau ngebiayain uang sekolah gue?" Tanya Ainsy

Athalla tersenyum lebar mendengar pertanyaan itu, membuat Ainsy merasa was-was dengan Athalla.

"Boleh, tapi ada syaratnya."

Tuhkan! Apa yang Aisny bilang! Setiap Athalla bersikap mencurigakan seperti ini Ainsy sudah bisa menebak, pasti ada udang di balik bakwan.

"Apa?"

"Lo tinggal di apartem--"

"Gak! Gila Lo! Sampai kapan pun gue ga bakalan mau tinggal bareng sama Lo!" Ujar Ainsy sedikit membentak, Ainsy yakin cowok ini pasti ingin 'iya-iya' dari dirinya. Tentu saja Ainsy tidak akan memuaskan otak mesum milik Athalla tersebut.

"Yaudah kalau gitu," ujar Athalla mengangkat kedua bahu nya dan berlalu pergi, meninggalkan Ainsy yang melongo dengan tingkah Athalla

Tidak! Itu pasti bukan Athalla, Athalla itu tidak akan pernah mau menyerah begitu saja ketika kata-kata nya di bantah oleh Aisny.

Pasti ada yang aneh dari cowok itu, apa jangan-jangan Athalla sedang kesurupan? Memikirkan itu saja Ainsy bergedik ngerih, gadis itu berjalan ke kamar mandi, berniat membersihkan diri sekalian menjernihkan pikiran nya.

-----»«-----★Athalla★-----»«-----

Aisny berjalan menuju panti asuhan, tadi dia membeli tepung dan juga garam untuk adonan kue yang akan dia jual besok pagi.

Bola mata gadis itu melotot ketika melihat pemandangan yang berada di hadapannya. Kaki nya melangkah cepat ke arah bunda Yana.

"Bun, kenapa ini?" Tanya Aisny panik ketika melihat para adiknya yang menangis dan bunda Yana yang memohon kepada pria-pria berbadan besar yang berada di hadapannya ini

"A-ainsy, rumah kita rumah kita," ujar bunda Yana terbata-bata dengan air mata deras yang mengalir di pipi nya

Ainsy memandang salah satu pria berbadan besar tersebut, memegang lengan pria itu mencoba untuk mencari jawaban.

"Ada apa ini pak?" Tanya Ainsy ingin menghapus semua pikiran buruk yang hinggap di kepala nya

"Ny. Dirgantara ingin mengambil hak atas tanah dan juga rumah ini," ujar pria tersebut

"Ga! Ga mungkin, nak Annya bukan orang yang seperti itu!" Jerit bunda Yana membuat Ainsy memandang mereka semua dengan linglung, mencoba mengetahui keadaan yang sebenarnya.

"Tanah ini memang tidak milik Ny. Dirgantara lagi melainkan anak nya, kami hanya melakukan tugas, jadi mohon untuk menyingkir agar tidak ada yang terluka," ujar pria tersebut sedikit mendorong bunda Yana

Ainsy memegang bunda Yana ketika melihat wanita paruh baya tersebut pingsan. Gadis itu sungguh bingung sekarang untuk menghadapi situasi yang terjadi saat ini.

"Pak saya mohon, kasih kami waktu malam ini saja untuk menginap di rumah ini. Kami bisa pergi besok pagi dari rumah ini," ujar Ainsy dengan tatapan putus asa, kedua mata nya berkaca-kaca membuat perasaan iba pada pria tersebut

"Maaf nona, kami hanya mejalanin perintah. Jika saya menuruti kemauan nona saya yang akan di pecat nantinya. Saya butuh pekerjaan ini untuk biaya lahiran istri saya," ujar pria tersebut dengan lembut, bagaimana pun dia masih memiliki hati

Melihat anak-anak kecil menangis, seorang wanita tua pingsan dan seorang gadis memohon membuatnya juga merasa iba. Tapi bagaimana lagi? Pekerjaan adalah pekerjaan, dia tidak ingin di pecat memberi dampak buruk untuk istrinya yang tengah hamil besar.

Ainsy tidak bisa berkata-kata lagi, gadis itu menghapus air matanya dengan kasar, dalam satu hari ini sudah banyak air mata yang dia keluarkan.

"Kak Ainsy," lirih Tara memeluk Ainsy, anak-anak lain juga ikut memeluk dirinya, menumpahkan kesedihan dan ketakutan mereka

Ainsy mengusap punggung mereka satu persatu dengan tatapan kosong, dia juga bingung dengan situasi yang ada sekarang.

"Kalian jangan nangis, nanti kak Sisy sedih tau!" Ujar Suep walaupun pipi anak laki-laki tersebut juga basah oleh air matanya

Ainsy tersenyum lembut mendengar ucapan Suep, lalu mengelus kepala adiknya itu dengan pelan.

"Suep kalau mau nangis juga gapapa, masih ada tempat di ketek kakak," ujar Aisny tersenyum dengan air mata yang berderai

Anak laki-laki tersebut mengerucutkan bibirnya, memandang Ainsy dengan tatapan kesal, walaupun begitu Suep tetap menyungsep ke bawah ketek Ainsy, mengundang kekehan geli dari gadis tersebut.

"Mohon maaf nona, anda harus segera pergi dari sini. Tempat ini akan kami hancurkan," tegur salah satu pria berbadan besar tersebut

Ainsy lantas menggendong bunda Yana di punggung nya, dengan bantuan pria tersebut. Aisny cukup tau diri, mereka memang tidak memiliki hak apapun tentang panti asuhan tersebut. Sedari kecil Ainsy sudah di beritahu oleh bunda Yana, bahwa tempat tersebut bukanlah milik mereka.

"Tara tinggalkan aja barang nya kalau ga sanggup ngangkat," ujar Aisny ketika melihat gadis tersebut kerepotan membawa barang-barang nya yang terlalu banyak untuk ukuran anak kecil

"Tapi ini kado Tara semalam," ujar Tara memandang sedih boneka dan beberapa bungkus kado yang belum dia buka

"Tinggalkan saja!" Perintah Ainsy

Tara dengan tak ikhlas meninggalkan barang-barangnya, air mata anak manis itu terus menerus keluar, mengundang helai nafas dari Ainsy.

"Kak kita mau tinggal dimana?" Pertanyaan berasal dari salah satu adik nya membuat Aisny terdiam, dia juga tidak tau harus tinggal dimana

"Jalan aja dulu," ujar Ainsy tersenyum lembut

Langkah demi langkah mereka jalanin hingga keluhan yang keluar dari mulut Tara membuat langkah Ainsy terhenti.

"Tara capek! Tara mau tidur!" Ujar gadis itu menggerutu

"Kita istirahat disini dulu ya," ujar Aisny berhenti di salah satu toko roti yang kebetulan mereka lewati

Ainsy menurunkan bunda Yana dengan pelan-pelan, mendudukkan wanita tua itu di atas lantai dingin yang menusuk kulit.

"Kak dingin," ujar Tara, gadis kecil itu merapatkan tubuhnya pada Aisny

"Suep juga kak," ujar Suep menyambung

"PR Iyon belum di kerjakan, pasti ibu gemuk bakalan marah," ujar seorang anak laki-laki dengan wajah yang tertunduk

"Tia juga belum ngejain PR, Tia lupa bawa buku tadi, berat soalnya." Sambut anak perempuan yang memakai gaun biru

Hujan turun membuat Aisny sekarang bertambah pasrah, tak lupa juga air mata yang tiba-tiba menetes di ujung mata nya. Bingung, frustasi, takut menjadi satu di dalam hati nya.

Para adiknya kembali menangis, jeritan penuh pilu itu membuat hati Ainsy tersayat.

Hingga satu nama terlintas di benak Aisny, tanpa berfikir panjang Ainsy mengeluarkan handphone miliknya menelpon seseorang di seberang sana.

"Athalla." Ucap riang Ainsy ketika panggilan nya di angkat

"Hm."

"Gue butuh bantuan Lo? Lo lagi ga sibuk kan?" Tanya Aisny penuh harapan

"Apa?"

"Gue sama adik-adik gue dan bunda Yana mau nginap di apartemen Lo untuk malam ini aja boleh kan?" Tanya Aisny hati-hati takut jika Athalla akan menolak

"Lo sendiri yang bilang ga mau nginap di apartemen gue,"  ujar Athalla di seberang sana membuat Aisny menggelengkan kepalanya tanpa sadar

"Gue tarik ucapan gue yang hari itu! Please Athalla gue butuh banget bantuan Lo, gue bakalan bersihin apartemen Lo selama seminggu kalau Lo ngizinin. Atau ga, gue bakalan jadi babu Lo selama seminggu, apapun! Apapun itu, gue lakuin. Tapi untuk sekarang gue mohon bantu gue," ujar Aisny dengan suara serak nya yang terdengar putus asa

"Apa yang terjadi sayang? Kenapa kamu sekarang terdengar seperti pengemis?" Tanya Athalla lembut membuat hati Aisny bergetar, isakkan tangis yang sedari tadi ia tahan keluar begitu saja akibat pertanyaan Athalla

"Me-mereka, mereka ngusir kami. Gu-gue ga punya tempat tinggal sekarang, bantu gue, gue mohon," ujar Ainsy tersendat-sendat

"Ada syaratnya."

"Apa? Apa? Apapun bakalan gue lakuin asal Lo mau bantu gue," ujar Ainsy cepat mengusap air mata nya dengan kasar

"Gue mau tubuh Lo."

Kalimat yang terdengar dari seberang sana membuat Aisny terdiam, mencoba untuk meresapi ucapan Athalla.

"Ha?"

"Ga ada pengulangan sayang."

"BAJINGAN LO BANGSAT! ANJING SAMA LO! COWOK BERENGSEK!" Teriak Ainsy dengan segala umpatan nya, wajah gadis itu tampak memerah karena marah

"GUE GA BAKALAN SUDI NYERAHIN TUBUH GUE! DENGAR ITU YA ANJING!" Ucap Ainsy kembali menutup panggilan secara sepihak

Aisny berahli memanggil Panji, gadis itu menggigit kuku jari nya kuat-kuat menunggu panggilan tersebut terangkat.

"Hall-"

"Dengar ya cewek gatal! Jangan hubungi cowok gue lagi!"

Ainsy menatap handphone nya tidak percaya, apakah benar yang tadi itu suara Riska? Gadis itu lantas menggelengkan kepalanya, mencoba untuk menelpon yang lain.

"Hallo Ain? Ada apa?"

"Lit gue butuh banget bantuan Lo, gue--"

Brak

"Anak tidak tau diri!"

"AMPUN AYAH!! AMPUN!"

"Hallo? Lit? Lo gapapa kan?" Tanya Ainsy panik ketika mendengar suara tamparan dan pukulan di seberang sana

"Lit! Lita!! Talita!" Panggil Ainsy, gadis itu sungguh khawatir tentang sahabatnya sekarang

Ainsy melihat handphone, panggilan sudah terputus beberapa detik yang lalu.

"Kak Tara laper," ujar Tara mendekati Ainsy sembari menangis

"Sabar ya sayang, sabar. Kakak lagi cari bantuan," ujar Ainsy mengelus rambut Tara lalu mencoba untuk menghubungi siapapun yang berada di kontak nya

"Panggilan anda di luar jangkauan!"

"Panggilan anda di luar jangkauan!"

"Panggilan anda di luar jangkauan!"

"Panggilan anda di luar jangkauan!"

Ainsy menatap handphone nya dengan putus asa, mengangkat pandangan nya ke atas langit, melihat hujan yang turun dengan begitu deras.

Lagi dan lagi hanya suara operator yang ia dengar, semua sudah Ainsy hubungi. Mulai dari Rian, Damar, Satria bahkan Aisny juga menghubungi Panji kembali tetapi gadis itu sama sekali tidak mendapatkan harapan apapun.

"Kak Ainsy, Tara lapar. Dingin juga," ujar Tara dengan bibir yang sudah membiru

Ainsy tentu saja panik ketika melihat keadaan Tara, di tambah lagi bunda Yana yang sekarang belum juga sadar dari pingsannya.

Pandangan gadis itu bergulir ke segala arah, tetapi tidak menemukan toko makanan yang buka. Satu-satunya minimarket yang buka adalah tempat dia tadi membeli tepung dan garam. Tetapi tempat itu terlalu jauh dari mereka sekarang.

"Kak Sisy dingin." Kini suara Suep terdengar dengan bibir yang sudah pucat, Ainsy berjalan menuju Suep memegang kening anak tersebut

Panas. Demam Suep kambuh lagi, Ainsy sangat panik kali ini, Suep memang memiliki gejala tipes, anak tersebut akan demam tinggi jika mengalami kelelahan.

"Kak."

"Suep buka mata kamu! Kakak marah ya kalau kamu tidur!" Ujar Ainsy menepuk pipi Suep berulang kali

"Suep!"

"Kepala Suep pusing tau," gerutu lemah anak laki-laki tersebut

"Suep!" Ainsy berteriak ketika adiknya itu menutup mata

Ainsy mengeluarkan handphone miliknya, mencoba untuk menghubungi Athalla kembali. Hingga panggilan yang ketiga kali nya terangkat, membuat Ainsy menghembus nafas legah.

"Athalla gue mohon, tolongin gue. Adik gue sakit, gue mohon kali ini aja Athalla," ujar Aisny dengan air mata yang mengalir di kedua pipi gadis itu

"Persyaratan tetap sama sayang."

"Apapun! Apapun itu, gue mohon bantu gue sekarang," ujar Ainsy cepat, biar lah tubuhnya untuk Athalla, biarlah masa depan nya akan hancur. Yang terpenting sekarang adalah kehidupan adiknya.

"Kirim alamatnya sekarang."

Ainsy mengangguk dengan cepat, walaupun tingkahnya itu tidak akan di lihat oleh Athalla.

Gadis itu tidak sadar telah mengundang derita dan kehancuran untuk hidupnya. Ainsy tidak sadar bahwa duka dan luka yang lebar telah menanti dirinya.

-----»«-----★Athalla★-----»«-----

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

AZURA By Semesta

Fanfiction

215K 10.4K 23
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...
197K 24.5K 43
Sentuhan cinta, kasih sayang, dan kehangatan yang hanya untuknya. Dimohon untuk membaca season pertama dulu ya luv agar tidak bingung saat membaca s...
788K 58.2K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
127K 13.2K 24
Lima tahun lalu, Wonwoo memutuskan sebuah keputusan paling penting sepanjang hidupnya. Dia ingin punya anak tanpa menikah. Lima tahun kemudian, Wonw...