INCOMPLETED LOVE [✓]

By redeuquinn

13.5K 1.2K 233

Meera Chopra. Putri satu-satunya Mukesh Chopra, seorang konglomerat India, kini berulah lagi. Ini tahun ke ti... More

Tugas Ringan
Dimana Meera?
Saksi Kunci
Penyergapan Anak Kucing
Gara-gara Annu
Dimana Cerita itu Bermula
Tak Semudah Itu
Selamat Hari Holi, Annand!
Sekarang
Terlalu Lelah
Ammar. Hanya Ammar
Undangan
Dress Shopping
Obrolan Ringan
Pengakuan Intensi
Permohonan Kecil
Yang Tak Terlupakan
Perjalanan Yang Ditakutkan
Selamat Pagi, London
His Home
Yang Ditinggalkan
Long Time No See
Perasaan Aneh
Sebuah Keputusan
Aku Bersedia
Dia Mendatangi
First Date
Yang Tak Tersampaikan
Yang Tak Terpenuhi
Penjelasan
Bantuan
Tak Terduga
Hingga Akhir
Epilog: Cinta Yang Terlengkapi

Melodi Kerinduan

388 35 4
By redeuquinn


***


Keramaian yang terjadi di lantai dansa terdengar semakin mengecil. Langkah menjauh Meera dengan menyeret gaun, membuat alunan musik memudar saat mencapai telinganya. Setelah melewati pembatas kaca buram, kini kakinya menginjak karpet ruang bersantai ballroom yang tak terlalu besar, sebelum mencapai balkon yang hembusan anginnya mulai masuk dan membuat rambut terurainya berkibar tak beraturan.

Sembari merapikan kekacauan pada surai bergelombang itu, pandangan khawatir Meera terus tertuju pada punggung lebar seseorang yang sedang terdiam memandang langit malam di salah satu sudut balkon dengan menyenderkan sisi tubuhnya ke tembok.


"Ammar.." akhirnya Meera mencapainya, manggil laki-laki tersebut seraya menepuk pelan bahu sang Mayor.


"Hm?" Sedikit terkejut akan sentuhan yang diberikan, Ammar menengok, walaupun tatapan mereka hanya bertahan beberapa detik. Karena si pria kembali memandangi suasana jalanan Delhi yang masih ramai.


"Pesta ini tak membuatmu nyaman?" ucap Meera yang kini berdiri di sisi si pria dan memegangi pembatas stainles balkon untuk ikut melihat apa yang sedang menjadi perhatiannya. "Maaf-"


"Kenapa kau selalu berkata maaf, Meera? Lagipula ini bukan pestamu dan kau bukanlah orang yang mengundangku.." potong Ammar langsung.


Keduanya kembali saling menoleh, Ammar dengan tatapan datar dan Meera dengan senyuman lebar di wajahnya. "Kya? Tiba-tiba tersenyum selebar itu.." tanya Ammar.


"Kuch nahin.. Aku hanya senang akhirnya mendengar satu kalimat panjang darimu malam ini. Aku kira pertemanan kita hanya bertahan beberapa hari."


Walaupun tipis, tapi Meera bisa mendengar kekehan Ammar yang kembali menatap langit. "Apa kau merasa aku abaikan? I'm sorry.. Mood ku hanya sedang buruk."


Meera menggeleng pelan, serasa dilempar kembali perkataan yang pernah ia ucapkan. "Nah, just a little." Kekehnya. "Harusnya aku juga lebih berinisiatif mengajakmu berinteraksi. Terkadang seorang teman membutuhkan temannya yang lain dalam situasi asing seperti ini."

Ammar melipat tangannya di dada dan tersenyum kecil. "Terima kasih, Meera."


"For a talk?" tanya bingung gadis itu. "For trusting me to be your friend," jawab Ammar.


"Kenapa kata-katamu terdengar begitu sedih, Ammar? Orang sepertimu pasti tak sulit memulai pertemanan. Temanmu pasti banyak."


"Memangnya menurutmu aku orang seperti apa? Percayalah, sebelum bertemu denganmu, akupun hanya memiliki satu teman yang aku percayai," ucap Ammar, yang kini tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada Meera. "Tapi jangan katakan pada Ibrahim kalau orang itu bukan dia.." ia terkekeh.


"Dokter Malhotra, na?" tebak Meera. "Kenapa kau tidak mengajaknya ke pesta ini?"


"Aku mengajaknya. She's my plus one, actually. Aku cukup terkejut tadi kau bisa tau. Tapi karena ada pasien darurat yang harus diatasi oleh Naina, jadi malam ini dia tak bisa meninggalkan rumah sakit."


Meera berdecak. "Menjadi seorang dokter memang begitu berat. Apa karena itu mood mu jadi buruk dan berubah pikiran untuk tidak memakai dasi-dasi yang kau tanyakan tadi sore? Ibrahim bilang kalian begitu dekat. Jadi aku pikir, of course she will be your date for tonight."


"Ibrahim dan mulut besarnya.." Ammar memutar bola mata. "Mood ku tak ada hubungannya dengan Naina. Lagipula kami hanya teman. Dia satu-satunya orang yang aku kenal, sebelum aku kembali mengenali diriku.." ungkap Ammar perlahan.


Mendengar itu, Meera jadi teringat sesuatu. "A-ah, Ammar.. Papa bilang kau kehilangan ingatanmu saat sedang bertugas di Kashmir dan sampai sekarang belum ingat apapun yang terjadi sebelumnya. Aku turut prihatin. Kau pasti sangat tersiksa tak bisa ingat kehidupanmu. Aku tak menyangka seorang tentara yang terlihat gagah ternyata mengalami kejadian sangat buruk."

Ammar membelalakan mata, ternyata Meera tau kondisi ingatannya. "Kau masuk rumah sakit kemarin sedikitnya karena aku juga yang membuatmu beraktifitas lebih sampai kau pingsan.." lanjut Meera. "Aku tak memperburuknya kan, Ammar?"



Justru kau menyembuhkannya, Meera.


Hampir saja kalimat itu keluar dari mulut Ammar, untung saja kelu di bibir yang dirasakan membuatnya tetap diam. Tatapannya berubah sayu, laki-laki itu tak mampu mengatakan bahwa ia telah ingat semuanya. Dan dia telah mengenal Meera dalam kehidupan seseorang.


"Kyu? Kenapa menatapku seperti itu?"

Pertanyaan Meera membuat Ammar menggeleng. Ia melirik jam tangannya. "Tampaknya Aku sudah cukup berada di pesta ini.."


"Mau pulang begitu saja?" tanya Meera, ekspresinya berubah kecewa tanpa ia sadari. Membuat senyum simpul terukir di wajah Ammar.


"Mau berdansa?" tanya Ammar tiba-tiba yang membuat Meera tertawa. "Tidak, tidak.. terima kasih. Aku tak mau sengaja mempermalukan diriku di depan banyak orang-"


"Disini.." potong Ammar. "Di balkon ini bersamaku.."


Meera mengerutkan dahi. "Ammar.. tempat ini terlalu sempit," ia menunjuk lantai balkon yang lebarnya hanya sekitar dua meter.


"Tapi balkon ini cukup panjang untuk kita berdua bisa berdansa dari ujung ke ujung.." Ammar menambahkan. Meera terlihat berpikir. "Just.. give me five minutes, Meera. Setelah itu aku akan pulang dengan tenang.." ia mengacungkan kelima jarinya.


Meera kembali tertawa. "Apa kau masih bisa mendengar musik di ballroom? Tapi sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan lagu yang sedang dimainkan.."


Ammar berdecak. "Kita tak akan berdansa dengan alunan musik lambat seperti itu. Aku juga takut menginjak kakimu," tawanya sembari mengeluarkan ponsel dan memainkan sebuah lagu yang tidak Meera sangka-sangka. "An old.. but gold song," Ammar tersenyum.


< Dilwale Dulhaniya Le Jayenge - Ruk Ja O Dil Deewane >


Tawa Meera tak terhenti sejak Ammar mulai menggerakan tubuh sesukanya, seiring musik yang bertdentum dari speaker ponsel pintar yang kembali laki-laki itu selipkan di saku celana. Meera tak menyangka, orang yang terlihat kaku dan bertubuh tegap seperti Ammar malah bisa menari dengan begitu lincah.

"Come on, Meera.. dance with me!" ajaknya. Ammar mengulurkan tangan pada Meera yang disambut oleh gadis itu tanpa berpikir lagi.

Ammar membuat Meera berputar menuju dada bidangnya, seketika ekspresi Meera terlihat begitu terkejut. Tapi bukannya merasa canggung, keduanya malah tertawa. Seakan Ammar sudah membuat zona nyaman untuk gadis itu.

Ammar kembali bergoyang berlatar lagu favoritenya. Seakan terhipnotis oleh gerakkan laki-laki itu, Meera pun langsung menggerakan tubuh. Ia ikut menari mengikuti gerakan Ammar.

Pasangan itu terus menari dan tertawa tanpa ada seorangpun yang mengganggu dunia mereka. Sesekali Ammar menggenggam kedua tangan Meera untuk berdansa asal atau membuat gadis itu berputar bersama. Angin balkon yang berhembus lembut, mengibarkan dress dan rambut panjang Meera dengan sopan. Membuat sang gadis terlihat begitu anggun dan manis di waktu yang bersamaan.


Meera berpikir, kalau dia tak akan bisa melupakan malam ini. Malam dimana ia bisa melihat Ammar tertawa begitu lepas, tak hanya mengunggingkan senyum simpul yang tak mencapai matanya.


Sampai akhirnya lagu yang diputar selesai dengan cepat. Tak sampai limat menit, seperti yang Ammar janjikan sebelumnya. Ammar dan Meera menghentikan sesi dansa mereka untuk meraup oksigen sebanyak mungkin. "Astaga.. berdansa itu benar-benar melelahkan," keluh Meera yang masih terus menghela napas.


"Tapi menyenangkan, kan?" Ammar mengedipkan mata, "Apa lagi bersamaku.." lanjutnya yang tak menerima pembantahan dari si gadis.


Hingga... Sayup-sayup suara biola tertangkap telinga Meera. Suara yang terdengar jelas keluar dari arah dimana ponsel Ammar disimpan.


< Dilwale - Janam Janam (Intro) >


Melodi itu terus berputar sampai Meera dan Ammar sama-sama menyadari apa yang sedang mereka dengar merupakan melodi yang begitu familiar dan tak bisa mereka hapus dari ingatan.


"Shit!" Buru-buru laki-laki itu merogoh saku untuk mematikan pemutar musik di ponselnya. Tapi umpatan lantang Ammar membuat Meera membelalakan mata. 

Dan tak lama kedua netra coklat kehijauan itu berlinang.


"Annand...."


Panggilan Meera seketika membekukan tubuh Ammar. Rasanya seluruh tulang tertancap bilah pisau yang tak terhitung jumlahnya. Ammar menghela napas dengan lemas.


"Annand.." ucap Meera lagi. "Itu permainan biola Annand.... Kau-?" Diantara helaan napas dan isakkan pelannya, tatapan yang diberikan Meera pada Ammar pun tak elak penuh emosi. 


Jantung Ammar berdetak kencang, otaknya tak dapat berpikir apa yang harus ia sampaikan pada Meera. Laki-laki itu tak berani menatap gadis di depannya. Tak sanggup melihat kekecawaan dan kesedihan yang begitu terpancar.


"Ammar.. kenapa kau memiliki melodi itu?" tanya Meera lagi. Ingin sekali ia meraung agar Ammar mau menjawab semua pertanyaannya. Tapi laki-laki itu tetap bergeming. "Tolong jawab aku, Ammar.. Siapa kau seb-"


"Aku mengingat semuanya Meera.." jawab Ammar, akhirnya. "Kehadiranmu, membuat ingatanku kembali." Kini ia menatap Meera dengan air mata yang juga mengalir di wajah. Ia terisak, "Dan percayalah.. Kenyataan yang akan aku sampaikan, tak akan sanggup kau terima. Karena itu, beri aku waktu untuk mengungkapkan semua."

Tanpa mengatakan apapun lagi, Ammar meninggalkan Meera di balkon ballroom.


Meninggalkan gadis itu yang langsung terduduk di lantai dan menangis sunyi.


Ia takut,

Sangat takut... Hal yang ia takutkan adalah jawaban dari semua pertanyaan.


Begitu mudahnya ia tertawa dan menangis dalam satu malam. Apa takdir begitu membencinya sampai dua emosi itu datang dan pergi dengan waktu yang berdekatan?


Jika Meera mengijinkan Ammar mendapatkan waktu, maka ijinkanlah dia untuk menangis malam ini.


Hingga mungkin, saat Ammar memberikan jawaban.. saat itu tak ada lagi air mata yang mengalir.  




Annand...

Aku sangat ingin memelukmu saat ini.



*** 



Continue Reading

You'll Also Like

69.5K 1.3K 23
(Y/N) is a short tempered girl who always talks before she thinks. She is a spunky and adventurous girl who loves going out and trying new things. Sh...
1.6M 112K 84
[PRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA] __ BELUM DIREVISI Highest Rank 🥇 #1 teenfiction (09/04/22) #1 garis takdir (17/04/22) #1 romance (17/06/22) #...
4.1M 170K 63
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...
1.3M 69.9K 59
𝐒𝐜𝐞𝐧𝐭 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞〢𝐁𝐲 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 〈𝐛𝐨𝐨𝐤 1〉 𝑶𝒑𝒑𝒐𝒔𝒊𝒕𝒆𝒔 𝒂𝒓𝒆 𝒇𝒂𝒕𝒆𝒅 𝒕𝒐 𝒂𝒕𝒕𝒓𝒂𝒄𝒕 ✰|| 𝑺𝒕𝒆𝒍𝒍𝒂 𝑴�...