INCOMPLETED LOVE [✓]

By redeuquinn

14.1K 1.2K 233

Meera Chopra. Putri satu-satunya Mukesh Chopra, seorang konglomerat India, kini berulah lagi. Ini tahun ke ti... More

Tugas Ringan
Dimana Meera?
Saksi Kunci
Penyergapan Anak Kucing
Gara-gara Annu
Dimana Cerita itu Bermula
Tak Semudah Itu
Selamat Hari Holi, Annand!
Sekarang
Terlalu Lelah
Ammar. Hanya Ammar
Undangan
Dress Shopping
Obrolan Ringan
Pengakuan Intensi
Melodi Kerinduan
Yang Tak Terlupakan
Perjalanan Yang Ditakutkan
Selamat Pagi, London
His Home
Yang Ditinggalkan
Long Time No See
Perasaan Aneh
Sebuah Keputusan
Aku Bersedia
Dia Mendatangi
First Date
Yang Tak Tersampaikan
Yang Tak Terpenuhi
Penjelasan
Bantuan
Tak Terduga
Hingga Akhir
Epilog: Cinta Yang Terlengkapi

Permohonan Kecil

410 36 10
By redeuquinn


***



Pesta Rehan Mehta malam itu belum berakhir. Meera menghabiskan waktunya hanya mengekor pada Pia dan sekali-kali mengobrol dengan para tamu yang menyapa. Tapi dengan bantuan Pia, tentu saja. Meera terlalu kaku untuk memulai obrolan dengan orang yang belum ia kenal.

Jika Meera terus bersama Pia, lalu kemana si pemilik acara yang mengatakan akan terus bersama Meera?

Nah.. Sudah jelas Rehan berada di tengah ballroom yang membuatnya tetap menjadi pusat pesta. Berdansa dengan alunan musik klasik, bersama satu wanita ke wanita lain untuk menghargai dan berterima kasih akan kedatangan mereka. Pasangan dansa Rehan bukanlah orang sembarangan. Ada yang merupakan investor perusahan mereka, putri dari seorang CEO perusahaan besar, bahkan istri pejabat yang merupakan kerabat dekat Rehan sendiri.

Rehan Mehta ternyata memang bukan orang sembarangan. Pantas saja pestanya begitu megah.


Meera sudah berkenalan dengan beberapa orang itu dengan bantuan Rehan sebelumnya. Dia pun tentu saja sudah diajak Rehan untuk berdansa, tapi Meera langsung menolak. Bukan apa-apa, ia merasa tubuhnya terlalu kaku untuk kegiatan yang memerlukan kelenturan tubuh tersebut.


Sambil menyesap cocktail, Meera akhirnya bisa bernapas lega. Memulai obrolan santai dengan Pia tanpa orang-orang yang bertanya akan kehadiran ayahnya.

"Kau yakin akan terus marah pada Ibrahim hanya karena hal di masa lalu yang dia lakukan sebelum bertemu denganmu?" tanya Meera pada sang sahabat. Pia yang tadinya aktif dalam percakapan kini bergeming. Tatapan tajamnya tertuju pada bahu lebar Ibrahim yang sedang mengambil makanan di meja saji. "Oh come on, Pia.. Rasa cemburumu itu tak beralasan. Memangnya siapa dirimu bagi Ibrahim? Kekasih?"


Tatapan tajam Pia langsung beralih pada Meera. "What are you trying to say?"


Meera berdecak, tak takut dengan tatapan gadis itu. "A reality," kembali menyesap minumannya. "Memangnya apa nama hubungan kalian sekarang? Ada hakmu untuk marah dan cemburu seperti itu?"


Pia menghembuskan napas, mengalihkan perhatian penuh pada sang sahabat. Biasanya dia yang menceramahi Meera, tapi terkadang Meera lah yang akan memukul telak dirinya. "I don't know!" sahut Pia kesal. "Aku tak tau apa hubunganku dengan Ibrahim, karena itulah aku kesal, Meera! Bukan hanya karena masa lalu Ibrahim yang ikut...... apa yang dia katakan tadi? A wild bachelor party or something, tapi aku juga kesal karena aku bisa begitu cemburu mendengar ceritanya!"


Meera tersenyum lebar, berbinar menatap Pia. "Kau begitu mencintai Ibrahim, haa?"


"Haan.." jawab Pia tanpa berpikir, tapi seketika tersadar akan kata yang ia ucapkan tadi. "N-no! I-I mean.. Cinta? Jangan berpikir sejauh itu, Meera. Aku dan Ibrahim baru saja saling mengenal. We always flirt with each other, of course.. But Love? Pyaar-"


"Love, Pyaar, Ishq, Mohabbat, Cinta... Yep!" Meera memotongnya, perkataan Pia membuat Meera tertawa. Tapi tawanya langsung mereda seperti teringat sesuatu, "Percayalah Pia, cinta datang tak mengenal waktu. Dia bisa datang dengan sangat cepat..." Meera mengalihkan netranya ke tengah ballroom, dimana orang-orang sedang berdansa. "Atau bahkan datang pada saat yang sudah terlambat sampai kau tak bisa mengungkapkannya," ucapan Meera terdengar seperti bisikan. Pia dapat merasakan kalau mata dan pikiran Meera sedang tak selaras.

Seseorang pun ikut menatap ke arah Meera, mengetahui perubahan pada air muka gadis itu. 


"Jika dia tak memulainya, haruskah aku yang maju duluan, Meera?" tanya Pia yang berhasil mengalihkan pikiran Meera dari sesuatu yang Pia takutkan. Wajah Meera seketika kembali ceria. Atau mungkin, dipaksakan?


"You should!" jawab Meera antusias. 


"Ibrahim laki-laki yang baik, Pia." Suara bariton ikut bergabung. Meera dan Pia menatap Ammar yang menghampiri, entah habis dari mana. "Dia hanya masih meragukan dirinya sendiri untuk menentukan langkah yang lebih jauh. Dari caranya menatapmu saja, orang lain akan langsung tau kalau Ibrahim punya perasaan spesial untukmu. Jadi benar kata Meera, cepat raih cintamu itu sebelum semuanya terlambat..." lanjut Ammar menyunggingkan senyum tipis. "Atau bisa-bisa ada yang merebut si bodoh itu darimu."

Ammar menaikkan alis dua kali, lalu menunjuk Ibrahim dengan dagunya.

Dengan serempak Pia dan Meera menoleh. Terlihat seorang wanita dengan tubuh sintal berdiri di hadapan Ibrahim dan keduanya hampir tak berjarak. Tapi sangat terlihat ketidaknyamanan dari wajah Ibrahim. Juga laki-laki itu seperti mencoba menjauh di tengah himpitan tamu yang juga sedang mengambil makanan.


Pia mendengus, Ia menegakkan berdirinya. "So... It's show time!"  ucapnya yang melangkah lurus dengan kepala berasap menuju Ibrahim.


Meera langsung tertawa saat melihat temannya bergelayut di lengan Ibrahim dan membuat si wanita tak dikenal terdorong menjauh. Entah apa percakapan diantara keduanya, hingga Meera melihat Pia menarik Ibrahim ke tengah ballroom, lalu mereka saling merengkuh tubuh begitu dekat. Saling berayun dan berdansa, selaras dengan alunan musik.


"Cute.." ungkap Meera diantara tawanya. Ia menyingkap rambut ke belakang telinga, membuat anting manis itu kembali terlihat orang lain.


Tak terdengar lagi suara dari Ammar, membuat Meera kembali menoleh pada laki-laki itu. Ternyata Ammar sedang menatapnya, dengan tatapan sayu.

"Ammar-"


Seperti tersadar dari lamunan, Ammar langsung mengusap wajahnya dan menghindari tatapan Meera. "Excuse me.." ucapnya dan melangkah pergi. Gadis itu hanya bisa melihat siluet Ammar yang keluar menuju balkon ballroom melalui kaca buram yang menjadi pembatas ruangan.



Sebenarnya apa yang sedang mengganggu pikiranmu, Ammar?






***

Flashback.


Dug! Dug! Dug! Dug! Dug! Trang. Ceesss!

Annand memukulkan stik drum dengan asal. Lalu menatap Meera yang berdiri di bawah panggung auditorium. 


"Kau..!" Annand menunjuk Meera dengan stik drum yang masih ia pegang dan wajah yang merengut, lalu melempar alat berbahan kayu itu sebarangan. Melihat wajah sang gadis yang bingung, Annand bangkit dari drum throne yang diduduki dan melompat ke bawah panggung. "Semua ini gara-gara kau, Meera." lanjutnya.

Meera mengerutkan dahi, merasa tak mengerti apa yang Annand maksud. "Matlab?"


"Gladi resik grup bandku begitu buruk karena permainan drum-ku yang berantakan. Dan itu semua gara-gara dirimu!"


"Aku semakin tidak mengerti, Annand.. Apa hubungannya permainan drum-mu itu denganku? Aku saja baru datang," protes Meera.


Annand berdecak, wajah merengutnya sudah seperti anak kecil yang tidak diberi mainan. "Begitu saja tidak mengerti.." bisik Annand lebih untuk dirinya sendiri, lalu melipat tangan di dada. Tapi karena Meera tepat berada di hadapan, gadis itu juga bisa mendengarnya.

"Annand.." Meera memeluk lengan laki-laki itu dan tersenyum manis. "Mau menjelaskan padaku? Please.."


Annand yang sebenarnya ingin melanjutkan aksi ngambeknya, seketika luluh dengan senyuman manis sang kekasih.

Kekasih? Tentu saja! Ya walaupun... Sebenarnya tak ada peresmian seperti: You are my girlfriend now, or you are my boyfriend.. Nahin! Tapi, siapa yang berani menggunakan sebutan itu untuk Meera Chopra selain dirinya? Jangan harap nama laki-laki lain tersebut selain nama Annand Raichand.

Dan lagi pula.... sikap mereka sudah mewakili sebutan hubungan spesial tersebut. Tapi tentunya, dengan Meera yang masih belajar: How to treat Annand with love.


Annand yang luluh, mengubah posisi mereka. Ia merengkuh Meera dari belakang dan menempelkan dahinya di belakang kepala sang gadis. "Gara-gara kau datang terlambat dan tidak menonton penampilanku, aku jadi tak bisa konsentrasi selama gladi resik hari ini. Anggota bandku terus mengomel saat aku salah memukul drum. So... darimana saja kau, Meera?" Annand mengangkat wajah dan menoleh pada si gadis.


Meera kembali tersenyum dan mengelus lembut lengan Annand yang melingkar di pinggang, "I'm sorry.. Professor Akash baru memberitahu untuk membawa dan menata beberapa lukisanku di dinding workshop.." ucapnya yang tiba-tiba melompat kegirangan yang membuat rengkuhan laki-laki itu terlepas. "Ternyata saat detik-detik terakhir tadi, lukisanku juga terpilih untuk pameran besok Annand!" 


Hari ini semua siswa The Art Castle College sedang sibuk mempersiapkan fuction tahunan mereka. Dimana semua fakultas bisa menampilkan hasil-hasil terbaiknya. Annand yang setiap tahunnya bermain musik sendiri (karena itulah dia begitu terkenal), memutuskan untuk membuat Band dengan beberapa teman sefakultasnya. Sementara Meera, setelah dua tahun akhirnya bisa terpilih memajang hasil karyanya di acara kampus tersebut. 


Ucapan Meera membuat Annand tersenyum bangga. "Congratulation, angel!" Ia mengacak rambut Meera dengan gemas. "Aku percaya kau akan mendapatkannya, Meera. Kalau alasanya begitu, aku jadi tidak bisa marah. Mau merayakannya bersama?"


Kedua netra Meera begitu berbinar. "Annand, you're the best!" Meera langsung memeluk laki-laki itu dan mengecup pipinya, membuat Annand hampir pingsan di tempat. Terlalu malu dengan tindakan terang-terangannya, secepat kilat Meera melarikan diri dari auditorium.


"Meera!!" Annand mengejar kekasihnya itu dengan senyum yang merekah.

Tapi belum mencapai pintu auditorium, langkah Annand terhenti. Laki-laki itu merasakan energinya tiba-tiba melemah, seperti ada yang merenggut oksigen di paru-parunya. Sampai-sampai Annand meremat dadanya dan membungkuk lemas.



Please.. 

Not right now...



Annand terus mencoba mengatur napasnya perlahan dan mengulang mantra tersebut.


Aku mohon...


Annand menahan kesesakan di dada dengan seluruh sisa energinya. Hingga akhirnya kelegaan mulai tercipta. Sedikitnya rasa sesak itu menghilang perlahan. 

Tapi Annand tak menghentikan permohonan kecilnya. Memohon mantranya itu terus bekerja setiap hari.

         


Dan juga memohon untuk memiliki perpanjangan waktu bersama Meera.

***

        

          

        

< A/N >

THANK YOU FOR 1k+ READERS AND 287 VOTES!! ALL OF YOU REALLY MAKE ME ALMOST IN TEARS!

LOVE YOU GUUYSSSS!

THANK YOU FOR READ AND LIKING MY FIRST SRK-KAJOL STORY!

And special thank you to @queenmhgrbz and @asligrbz15 ! Your comments make me have more energy to write. THANK YOUUU


So, don't forget to vote and comment guys! Hope all of you like this chapter. 

See you in next chap. Hopefully, ASAP!




Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 236K 49
"Stop trying to act like my fiancée because I don't give a damn about you!" His words echoed through the room breaking my remaining hopes - Alizeh (...
5.4M 485K 98
✫ 𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐎𝐧𝐞 𝐈𝐧 𝐑𝐚𝐭𝐡𝐨𝐫𝐞 𝐆𝐞𝐧'𝐬 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐚𝐠𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 ⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎ She is shy He is outspoken She is clumsy He is graceful...
85.8K 4.3K 19
Jungkook's only a maid for the royals. Taehyung's a prince who fell in love with him immediately at the ball. What if Jungkook isn't really who he i...
44.7K 8.1K 17
"kalo dudanya kayak om theo mah saya siap dinikahin sekarang juga." taeyong ft jennie