I Hate Monday

By Juniwp9

17.6K 1.8K 720

COMPLETED Goo Monday, sampai saat ini Jungkook masih mengingat nama yang ganjil itu. Nama yang aneh seperti k... More

1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

2

725 81 16
By Juniwp9

Jungkook adalah remaja yang ceria dan sangat populer di sekolah, ia selalu mudah untuk disukai banyak orang, jadi ia tidak bisa membayangkan bagaimana hidup sebagai Goo Monday yang suram saat remaja.

Dipertengahan musim panas Jungkook seolah  mengetahui banyak hal tentang Goo Monday, bagaimana kebiasaan kecilnya dan hal-hal pribadi yang tidak diketahui oleh banyak orang. Goo Monday memiliki ekspresi makan yang sangat unik, pipinya menggembung dan bibirnya bergerak dengan lucu setiap kali ia mengunyah, gerakan mulutnya yang mengunyah mirip dengan marmut kecil yang melahap makanan dengan rakus. Jungkook menganggapnya menjijikkan. Dan tentu baginya kala itu, apapun hal-hal yang dilakukan oleh Monday saat itu akan berkesan buruk dan menjijikkan di matanya.

Goo Monday seolah membangun tembok tinggi dan parit di sekilingnya, ia membangun sebuah benteng raksasa yang sama sekali sulit tersentuh oleh orang lain. Ia masih remaja namun sikapnya yang terlalu pendiamnya dan sangat tertutupnya membuatnya terlihat misterius, seolah ia memiliki jiwa renta yang terperangkap di dalam otaknya.

Jungkook memergoki Monday yang makan sendirian di dalam kelas, ia membawa bekal makanan dan Jungkook tidak pernah melihatnya makan dan jajan di kantin sekolah, ia selalu sendirian dan tidak pernah bergaul dengan teman-teman yang ada di sekolah.

Jungkook datang ke kelas bersama tiga temannya yang lain, Mingyu, Jihoon, dan Dongho, mereka datang setelah jam kelas olahraga berakhir. Dongho bermain-main dan menendang bola yang terpantul di dinding dan menimpah bekal makanan Goo Monday, ia terkejut karena makanan yang itu tumpah dan ia baru saja mengusik makan siang Goo Monday yang damai dan sangat sepi. Ia sengaja melakukan itu, dan Goo Monday selalu menjadi target penindasan dari anak nakal yang lebih kuat.

"Wow kasihan sekali, makanannya jadi tumpah ke lantai" Dongho tertawa dan mencibir makanan yang  berserakan di samping meja Goo Monday. Dongho tentu saja tidak sudi untuk meminta maaf,

Jungkook memperhatikan bagaimana sikap diam dan pasif selalu ditunjukkan Goo Monday setiap kali ia menerima gangguan dari orang lain. Monday tidak terlihat marah dan ia memunguti makanannya di lantai tanpa mengucapkan kata-kata apapun. Teman-teman Dongho tertawa mengejek melihat sikap Goo Monday yang terlihat sangat tenang.

"Oii, Monday, pergi ke kantin dan beli minuman soda dingin untuk kami"

Dongho memberikan perintah dan Monday baru saja selesai memunguti makanan dan memasukkannya kembali ke dalam kotak bekal makanan siangnya. Monday merespon dengan lambat ia hanya diam  dan Dongho menjadi kesal karena sikap cenderung mengabaikannya itu.

"Hei, mata empat! Apa kamu tuli? Aku berbicara denganmu!" Gertak Dongho sambil mendorong kepala Monday dengan kasar, kaca mata Monday terjatuh saat anak itu mencoba untuk menjaga keseimbangannya agar tidak terjatuh.

"Sial, jangan menatapku seperti itu! Matamu sangat jelek!" Dongho mendadak  geram padahal Monday hanya menatap langsung pada dirinya. Jungkook memperhatikan tatapan mata anak itu, matanya sama sekali tidak jelek, bahkan terlihat tajam dan berani dan warna matanya yang berwarna coklat madu dan menarik.

Monday urung duduk di bangkunya lagi, ia menengadahkan tangan ke depan Dongho. Ia masih bungkam dan terlihat sedikit lelah.

"Apa lagi?"dongho marah dan  kesal, dan Jungkook sadar bahwa tatapan Monday terlihat berbeda dibandingkan dengan anak-anak lain yang selalu ditindas  oleh Dongho, tatapan Monday berani dan tidak terlihat takut. Ia bukan pengecut sembarangan.

"Aku tidak punya uang, ..." monday akhirnya berbicara, dan Dongho melototkan matanya dengan senyuman kikuk.

"Pakai uangmu sendiri!"

"Aku tidak punya uang"

"Apa kamu miskin?"

"Iya benar"

Monday menjawab dengan lugas tanpa rasa malu dan anehnya terlihat sangat percaya diri. Jungkook tersenyum geli melihat sikap aneh dari anak remaja itu.

"Cih, Berikan uang kalian, teman-teman" Dongho menagih uang pada Jihoon, Mingyu yang berdiri di sebelah Dongho sejak tadi. Wajah mereka terlihat sedikit enggan, dan Jungkook memberikan tambahan uang kepada Dongho.

"Cepat pergi ke kantin dan beli soda dingin untuk kami, kami akan menunggumu di pinggir lapangan basket!" Perintah Dongho dengan wajah angkuh.

Monday tidak mengatakan apa-apa, tapi ia tetap pergi dan keluar dari kelas, bersikap patuh dan melaksanakan titah dari Dongho.

"Sial, apa tadi kalian melihat tatapan mata anak aneh itu? Pengecut itu sangat menjijikkan!" Dongho mendengus kesal lalu Mingyu dan Jihoon terkekeh karena komentar temannya.

"Apa kamu sempat takut saat anak itu menatapmu, Dongho?" Jungkook menatap kotak bekal makan siang yang ada di atas meja Monday,

"Hoii, Jungkook..apa yang kamu katakan? Takut? Hah? Aku? Tidak mungkin!" Dongho menggebrak meja hingga membuat teman-teman langsung tersentak kaget.

Jungkook mencurigai gelagat Dongho, dipermukaan mungkin ia terlihat berani dan menakutkan, tapi Jungkook bisa merasakan bahwa Dongho sedang menyamarkan kegugupannya dengan perlakuan kasar dan emosi yang meledak-ledak.

Esok harinya Monday masih menjadi target penindasan dari anak nakal yang lebih kuat, hari berikutnya lagi dan hari berikutnya lagi, Goo Monday selalu diperlakukan secara tidak adil dan juga buruk di sekolah.



🔸️🔸️🔸️🔸️










Suasana hati Jungkook sangat kacau hari ini, ia memijat keningnya dan menatap layar komputer dengan perasaan yang buruk, raganya mungkin terlihat baik-baik saja, tapi secara mental ia telah mengalami kemerosotan dan kejatuhan yang luar biasa.

"Tidak! Tidak!seharusnya aku tidak tidur dengan pria itu!aku sudah gila!" Jungkook gemetaran dan perutnya terasa mual dan juga kram,  ia menyanggah pantatnya dengan tidak nyaman  dan ia meringis saat rasa sakit itu muncul dan menjalar ke seluruh tubuhnya, membuatnya mengutuk perbuatan ceroboh dan kesalahan yang seharusnya  tidak ia lakukan semalam.

Jungkook merunduk dan energinya menghilang begitu saja, ia kehilangan minat dalam bekerja saat ini, padahal ia adalah si gila kerja yang membenci kemalasan dan juga sikap bersantai.

"Aku tidak bisa berkonsentrasi, aku masih memikirkan kejadian semalam!"Jungkook meringis sedih dan ia memaki dirinya di dalam dalam hati. "Dumb!!!! Bodoh! Dungu! Goblok! Tolol! Pabo!!!!!!!"

Di tengah lamunannya yang sangat berantakan, Jungkook tersentak kaget saat suara rekan kerjanya muncul dan menariknya pada kenyataan.

"Jungkook-ssi, sajang-nim memanggilmu"

"Apa? Baek-ssi.. Kenapa sajang-nim memanggilku?"Jungkook sedikit panik ketika ia melihat Ibu Baek datang menghampirinya.

"Saya tidak tahu Jungkook-ssi, tapi sajang-nim menyuruhmu ke ruangannya sekarang"

"Ah, baik...iya saya mengerti, terima kasih Baek-ssi.'

Jungkook tertunduk lesu tapi rekan kerjanya belum pergi dan masih berdiri di samping mejanya.

"Ada apa Baek-ssi? Apa masih ada hal yang ingin anda sampaikan?"

"Jungkook-ssi, apa kamu sudah dengar berita terbaru dari kantor kita?" Wanita itu berusaha memancing pembicaraan dan jungkook memicingkan matanya dengan tatapan curiga. "Ini tentang merger perusahaan kita.."

"Saya tidak tahu tentang kabar itu" Jungkook mengelengkan kepalanya dan Ibu Baek menatapnya dengan heran. "Kamu sudah ketinggalan informasi penting, Jungkook-ssi"

"Benarkah?"

"Yeah, mungkin Sajang-nim memanggilmu ada kaitannya dengan kabar penting itu"

"Itu bukan sekedar gosip kan?"

Ibu Baek terkekeh dan wanita itu mencodongkan tubuhnya di samping Jungkook, berbagi rahasia yang cukup penting. "Saya membocorkan kabar ini langsung kepadamu, apa mungkin kamu akan mendapatkan promosi kali ini.. Jungkook-ssi?"

"Ibu Baek, aku takut berharap seperti itu.."

"Jangan padamkan harapanmu, Jungkook-ssi"Wanita itu pergi setelah membuat perasaan Jungkook menjadi campur aduk.

"Tidak, jangan berharap lagi!- ingat saat CEO Lee menipumu dan menghancurkan harapanmu dengan kejam!" Jungkook trauma dan ia tidak ingin berharap banyak, ia melangkah menuju ke ruangan bossnya dan Tuan Lee tersenyum saat menyambut Jungkook.

Pria itu membahas tentang rencana marger perusahaan dan Jungkook terkesiap saat informasi yang dibocorkan oleh Ibu Baek benar-benar akurat kecuali pada bagian ia akan mendapatkan promosi, perkiraannya sedikit meleset jauh.

"Jungkook-ssi, perusaahaan kita akan bergabung dengan perusahaan Kim Grup dan saya sudah merekomendasikan anda untuk menerima pekerjaan baru tahun ini, selamat Jungkook-ssi, anda memiliki kesempatan untuk berkarir di KSJ company, salah satu anak Perusahaan dari Kim Grup."

Jungkook mencoba memahami ucapan dari bossnya yang melihatnya dengan tatapan bangga.

"Anda akan menjadi sekretaris pribadi dari CEO KSJ company,"

"Maaf, sajang-nim, selama ini saya tidak memiliki pengalaman menjadi sekretaris, karena selama ini saya bekerja di bidang yang berbeda dan  saya tidak cukup berkemampuan untuk mengemban pekerjaan itu, saya menyarankan anda untuk merekomendasikan pekerjaan itu pada orang lain"

"Tapi anda sudah terpilih Jungkook-ssi, jadi tolong terima keputusan ini dengan baik"

Jungkook  berusaha untuk membantah tapi mendadak lidahnya menjadi keluh dan ia menyadari bahwa karir yang dibangunnya selama bertahun-tahun telah runtuh dan sia-sia, ia keberatan untuk bekerja sebagai sekretaris tapi ia terpaksa menerima pekerjaan yang  tidak  diharapankannya sama sekali.

Jungkook keluar dari ruangan CEO Lee dengan wajah cemberut dan sangat kusut, Ibu Baek menghampirinya dan menatapnya dengan tatapan kasihan.

"Jungkook-ssi, ada apa? Apa terjadi hal yang buruk? Kamu tidak dipecat kan?"

"Tidak, bukan hal buruk seperti itu" Jungkook mengelengkan kepalanya di depan wanita yang menatapnya dengan cemas.

"Terus? Apa yang terjadi?"ibu baek penasaran karena wajah Jungkook yang tegang, pucat dan terlihat lesu.

"Saya akan bekerja di KSJ company"

"Wow itu kabar yang baik, Jungkook-ssi! Selamat!!"bu baek terlihat senang tapi Jungkook malah cemberut dan melangkah pergi dengan perasaan kecewa.

Jungkook pulang ke rumah dan ia merasa sangat lemas, ia menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, masih mengenakan pakaian kantor, belum mandi dan juga perut yang masih kosong dan kelaparan.

"Kenapa aku harus jadi sekretaris?" Jungkook meratapi nasibnya dan ia cemberut dengan wajah kusut dan beban berat yang menimpah kedua pundaknya.

Ponselnya berdering dan meraih gadget itu untuk mengecek si penelpon yang menghubunginya dengan gigih, ia mengabaikan ponselnya tapi orang itu terus menghubunginya tanpa henti.

"Mingyu?"

Ada apa lagi sih?, Jungkook mendengus dan membaca pesan teks dari temannya Mingyu.

"Jungkook!!! Kamu tidak akan percaya! Leeseo baru saja bertunangan dengan teman SMP kita!- Jaerim!"

Aku tidak peduli!' - saat masih berpacaran dengan wanita itu, Leeseo sudah berselingkuh sebanyak tiga kali.

Jungkook penasaran dan tidak bisa mengabaikan pesan Mingyu begitu saja, ia mengutak atik ponselnya dan menatap sekilas foto yang dikirimkan Mingyu, dimana teman-teman sekolahnya dulu turut menghadiri acara pertunangan Jaerim dan Leeseo.

Tentu saja Jaerim tidak mengundang Jungkook, ia tidak punya nyali untuk melakukan hal itu dan Leeseo bahkan mengatakan tidak ingin melihat wajah Jungkook lagi dan perpisahaan mereka sangat buruk dan berantakan.

"Ah  kenapa hidupku jadi kacau seperti ini?" Jungkook mendengus dan meraih ponselnya, notifikasi pesan muncul di dalam layar,

"Hari Senin, pertemuan dengan Park Jaemin"

Sialan!- jungkook geram dan melempar ponselnya di atas bantal, "aku benci hari Senin!" ia menendang-nendangkan kakinya ke udara, bersikap kekanak-kanakan karena terlalu kesal dan juga emosi. "Hari senin yang menyebalkan!"











🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️🔸️















Jungkook berjuang untuk mengendalikan emosi dan menahan diri, pertemuannya dengan Park Jaemin cukup singkat dan rekan kerjanya itu resmi menjadi atasannya di kantor. Tapi disisi lain ia merasa senang karena ia segera angkat kaki dari kantor itu dan dengan terpaksa menerima pekerjaan barunya sebagai sekretaris pribadi dari CEO KSJ company.

"Selamat Jungkook-ssi, anda akan memiliki kesempatan berkarir di tempat yang baru dan memiliki pekerjaan yang cukup menantang" Jungkook melihat cengiran jahat dari ucapan manis Park Jaemin yang terdengar sopan dan juga lembut.

"Terima kasih, atas ucapannya Jaemin-ssi" Jungkook melengkungkan senyuman palsunya yang selalu terlihat alami, ia merasa muak saat berpura-pura baik ketika berhadapan dengan rekan kerja yang sudah merebut posisi strategis yang selama ini sudah ia  perjuangkan dan ia impikan. Ia merasa kesal karena didepak dari pekerjaannya begitu saja.

Esok harinya Jungkook mulai bekerja di KSJ company dan ia akan bertemu dengan atasan barunya Kim Seokjin. Ia melangkah ke dalam gedung pencakar  langit yang modern dan sangat mengagumkan. Ia bahkan kagum dengan tingkat keamanan gedung yang sangat ketat dan design lift besar yang ada di dalam gedung kantor barunya.

"Kok aku jadi deg-degkan ya?"Jungkook bingung dan ia mulai merasa gugup dan juga tegang. Ia tidak pernah merasa takut ataupun mengalami kemerosotan sejauh ini. Ia memiliki firasat buruk. Sejauh ini ia selalu percaya diri dan pemberani dan anehnya kali ini merasa sangat berbeda.

Jungkook menuju ke lantai tempat ruangan CEO berada dan ia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki senyuman manis dan lesung pipi,

"Selamat datang Jeon-ssi, anda bisa menemui Tuan Kim sekarang" wanita itu pergi dan meninggalkan Jungkook sendirian di dalam sebuah ruangan.

Jungkook menelan ludahnya karena takut, ia tidak pernah mengalami perasaan ganjil dan gugup seperti sekarang. Langkahnya ragu dan ia mengetuk pintu ruangan CEO dengan tangan yang masih gemetaran.

"Permisi, Tuan Kim..saya Jeon Jungkook sekretaris pribadi baru anda"

Jungkook berusaha bersikap profesional tapi saat pria itu mengangkat wajahnya dan tidak lagi sibuk dengan membaca dokumen digital di dalam tabletnya, Jungkook menelan ludah dengan gugup karena ia  seperti mengenali wajah pria yang ada di hadapannya, wajah orang itu terlihat sangat tidak asing. Apakah wajahnya mirip dia seorang aktor? Atau seorang penyanyi idola?

Pria itu merespon dengan lambat, dan reaksi itu membuat Jungkook semakin gugup, ia membaca tulisan di meja CEO, Kim Seokjin. Nama yang indah, dan wajah pria itu juga terlihat tampan, Jungkook bahkan tidak menduga bahwa CEO KSJ company masih terlihat sangat muda.

"Aku lapar, jadi siapkan makan siangku untukku sekarang"

Kim Seokjin menatapnya dengan ekspresi datar dan mata Jungkook berkedip karena terlalu tegang, ia mencoba mencerna informasi yang baru saja ia dengarkan dan perintah pertama yang ia dapatkan dari Kim  Seokjin terdengar sangat domestik.

"B-baik Tuan Kim"

Jungkook belum melangkah pergi  ia bertanya dengan wajah gugup dan penasaran. "Anda ingin makan siang dengan menu apa Tuan Kim?"

"Apa aku harus menjawab pertanyaan sepeleh  itu?"

"Iya tentu saja Tuan, karena saya tidak tahu dengan selera makanan favorit anda" jungkook tersenyum kikuk dan wajah Seokjin terlihat serius dan juga jauh dari kesan simpati dan juga ramah.

"Siapkan sesuatu untukku yang menurutmu enak dan layak untuk dimakan" Seokjin memicingkan matanya dan mulai bersikap acuh tak acuh, ia lanjut bekerja dan membenci gangguan karena pertanyaan Jungkook.

"Baik Tuan, saya mengerti" Jungkook tersenyum lagi dan ia sudah berbalik dan bersiap pergi.  Seokjin memanggilnya secara tidak terduga.

"Jeon-ssi"

"Iya, ada apa Tuan? apa anda perlu sesuatu yang lain lagi?"

"Berhenti tersenyum di hadapanku, senyuman palsumu itu buruk dan membuatku muak"

"S-senyuman palsu? Senyuman saya sangat tulus, Tuan Kim" jungkook sedikit tergagap dan seokjin mengabaikan ucapannya begitu saja. Ia kembali sibuk dengan pekerjaan kantornya dan bertingkah seolah Jungkook tidak ada di hadapannya.

"Saya permisi, Tuan Kim" Jungkook melangkah pergi dengan hati kesal dan ia cukup tersinggung dengan perlakuan angkuh yang ditunjukkan oleh Kim Seokjin di hari pertamanya kerja.

"Apa-apaan dia?! Aku bukan pelayannya! Kenapa aku harus mengurusi makan siangnya segala?!" Jungkook cemberut dan ia segera melaksanakan perintah dari Kim Seokjin meski ia mengomel dan terus melontarkan banyak keluhan.













🔸️🔸️🔸️🔸️














Kim Seokjin menatap makanan yang telah disiapkan Jungkook di atas meja, Jungkook berdiri di samping meja dan menatap ke jamuan makan siang yang terlihat apik dan juga lezat, ia bahkan menata piring itu dengan sangat berdedikasi dan juga penuh dengan keindahan, ia menambahkan dekorasi cantik dan menarik dan menyiapkan semua perlengkapan makan siang yang sangat sempurna.

Jungkook mendadak gugup karena bossnya itu tidak mengucapkan kata apapun dan hanya menatap makanan itu dengan wajah datar, ia bahkan belum menyentuh makanannya sama sekali.

"Kenapa Tuan? Apa masih ada yang kurang? Apa anda masih perlu sesuatu?" Tengok Jungkook dengan senyuman gugup.

"Apa kamu sudah makan?"

Jungkook terkejut dan sedikit melototkan mata sekilas, ia sama sekali tidak menyangkah bahwa bosnya yang cuek mendadak terlihat agak peduli,

"B-belum Tuan"

"Duduk"

"Maaf, tuan?"

"Duduk dan makan bersamaku"

"Tapi tuan Kim..."

Seokjin menatapnya dan Jungkook takut dengan isyarat tatapan galak itu.

"Terima kasih, baik..Tuan Kim"

Jungkook menarik kursi dan duduk di hadapan Seokjin, situasi meja makan terasa sangat canggung dan Jungkook bingung untuk memulai percakapan, sedangkan Seokjin terlihat sangat pendiam, bahkan sama sekali tidak memiliki minat untuk mengobrol dengannya.

Jungkook selalu memiliki rasa percaya diri yang tinggi, tapi duduk makan siang bersama dengan boss barunya yang pendiam mendadak membuatnya gugup dan kehilangan banyak kata. Ia melahap makanan dengan sikap elegan dan penuh hormat, benar-benar menjaga sikap di hadapan Kim Seokjin yang angkuh dan dingin.

Seokjin tidak menyelesaikan makanannya, ia hanya menyentuh daging steaknya sedikit, lalu ia protes ketika menyantap sup kepiting yang baru saja dicicipinya.

"Jeon-ssi, .." matanya melotot dan terlihat kesal.

"Ada apa Tuan?" Jungkook kaget dan mencoba memahami situasi yang sedang terjadi saat Seokjin meludahkan makanan yang telah ia cicipi.

"Aku alergi kentang dan bawang putih!...singkirkan sup itu di atas meja"

"Maaf Tuan, saya tidak tahu anda alergi dengan bahan makanan itu"

Jungkook semakin gugup karena Seokjin memicingkan matanya dan masih terlihat kesal.

Bagi Jungkook, Insiden makan siang hari ini adalah awal dari kesalahan yang akan terus berlanjut dan membuat harinya menjadi semakin berat, dan sejak saat itu, sepanjang hari ia terus melakukan kesalahan kecil yang membuat Kim Seokjin menjadi marah.

"Jungkook, kopi buatanmu ini terlalu manis.." Seokjin mendorong gelas kopi yang ada di atas mejanya, mengetuk-ngetukkan jarinya beberapa kali dan bersikap tidak sabaran. "Sudah berapa kali kukatakan...aku tidak suka mencicipi kopi yang tidak enak"

"Maaf, tuan Kim..saya akan buatkan kopi yang baru"

Jungkook menunduk meminta maaf, ia mengambil gelas kopi dari atas meja dan melangkah keluar dari ruangan CEO. Ia sudah bolak balik ke pantry selama lima kali karena kesalahan meracik kopi yang tidak sesuai dengan selera lidah Kim Seokjin yang sangat perfeksionis.

"Ah, dia kenapa sih? Kim Seokjin sialan! Kenapa dia selalu bersikap menyebalkan sepanjang hari!" Jungkook mendengus dan menatap mesin kopi yang ada di hadapannya, ia sendirian di dalam pantry sambil meratapi nasib. Ia baru  bekerja selama dua hari tapi ia sudah merasa tersiksa dan menderita.

Jungkook kembali ke ruangan CEO dan ia datang dengan kopi racikannya yang baru.

"Tuan, ini kopi anda"

Jungkook meletakkan tatakan gelas dan menggeser gelas dengan hati-hati,

Seokjin hanya melirik gelas itu sekilas dan cenderung tidak tertarik dan mengabaikan minuman itu. Sama sekali tidak menunjukkan rasa menghargai atau terima kasih.

"Jeon-ssi"

"Iya, Tuan Kim?"

"Ubah jadwal pertemuanku dengan Tuan Kang dari CEO KS besok"

"Baik, Tuan"

Jungkook mengeluarkan tabletnya dan memeriksa jadwal harian Kim Seokjin.

"Hmm..Tuan Kim, rapat dengan CEO KS sudah ditentukan, pihak dari Ks meminta pertemuan pada siang hari"

"Hubungi mereka lagi, dan percepat pertemuan dengan mereka pada pagi hari"

"Baik Tuan Kim"

Jungkook mendengar perintah dengan baik, dan Seokjin masih menatapnya dengan serius.

"Jemput aku besok pagi, dan siapkan semua keperluanku sebelum ke kantor"

"Tuan Kim? Anda ingin saya ke rumah tuan Kim besok pagi?"

"Iya, Jeon-ssi"

Jungkook terlihat bingung dan Seokjin mengabaikannya dan kembali fokus pada laptop dan dokumen-dokumen yang ada di atas meja kerjanya.

Jungkook keluar dari ruangan CEO dan merokok di atap gedung, ia sendirian di sana dan suasana hatinya masih buruk,

"Apa pekerjaanku juga harus melingkupi urusan domestik dari pria itu!? Harusnya dia menaikan gajiku lebih tinggi! Aku memiliki banyak tambahan pekerjaan karena perintahnya yang terlalu banyak!"

Asap rokoknya diterbangkan angin dan Jungkook melihat asap kecil yang menghilang dan ditelan udara, "Sudah kubilang sejak awal, aku memang tidak cocok jadi sekretaris, pekerjaan ini sangat tidak sesuai dengan minatku!"

Jungkook terus mengeluh dan ia menumpahkan kekesalannya dengan melamun sendirian, ia menghisap tiga batang rokok karena terlalu stress. Ponselnya berdering dan ia mendengus saat melihat kontak nama bossnya muncul di dalam layar.

"Dia mau apa lagi sih?"

Jungkook menjawab panggilan telpon itu dengan sedikit enggan.

"Halo, Tuan Kim"

"Jeon-ssi, datang ke ruanganku sekarang"

"Baik Tuan Kim"

Panggilan telpon singkat itu berakhir dan Jungkook membuang puntung rokoknya di tempat sampah. "Uhh..kali ini apa lagi yang diperintahkannya?"

Jungkook berjalan dengan lesu dan masuk ke ruangan CEO, seokjin masih duduk dan sibuk bekerja.

"Aku punya urusan lain sore nanti, tangani pekerjaan ini untuk sementara, tugas ini terkait dengan kontrak vendor dengan perusahaan kita, temui Pengacara Kim Namjoon secara langsung untuk membantumu"

Jungkook meraih  tumpukan dokumen yang ada di atas meja kerja Seokjin, ia memperhatikan bossnya yang beranjak dari kursi kerja yang mahal dan terlihat sangat empuk.

"Sekarang..Ikut aku ke butik"

"Baik Tuan Kim"

Seokjin keluar dari ruangan dan Jungkook mengekor di belakangnya, kakinya yang jenjang membuat langkahnya menjadi lebih jauh dan ia juga berjalan dengan cepat.

Di dalam lift khusus untuk CEO, Jungkook berdiri di samping Seokjin dan ia menjaga sedikit jarak di sampingnya.

"Wanginya harum" gumam Jungkook dalam hati, ia mencuri pandang pada pria yang ada di sampingnya. Wajah Seokjin kaku dan ia terlihat sangat serius, tangannya mengutak atik ponsel sebelum keluar dari lift bersama Jungkook.

Jungkook bingung saat supir pribadi Seokjin menyerahkan kunci mobil kepadanya. "Tuan Kim mengatakan bahwa anda akan menyetir untuknya mulai hari ini?"

"Apa? Tapi.."

Jungkook kaget dan pria paruh baya itu tersenyum dan membungkuk hormat sebelum pergi

"Jeon-ssi, ayo berangkat"

"Tunggu, Tuan Kim..saya tidak mengerti? Mengapa saya yang menyetir? anda punya supir pribadi bukan?"

Seokjin berdehem pelan dan bersikap acuh tak acuh, eskpresinya selalu datar dan mengabaikan keterkejutan Jungkook.

"Mulai hari ini kamu akan menggantikan tugas dari supir pribadiku"

"Tuan Kim, saya adalah sekretaris pribadi anda, dan saya bukan supir pribadi anda" Jungkook berusaha menahan diri untuk menetralkan nada suaranya, di dalam hati mulai sedikit kesal dan juga tersinggung tapi diluar ia tidak bisa menampakkannya secara langsung.

"Aku akan menaikkan gajimu untuk pekerjaan tambahan yang kuberikan"

"Tapi Tuan Kim?"

"Apa anda keberatan, Jeon-ssi?"

"S-saya..."suara Jungkook mendadak tercekat, ia ingin protes dan kembali mengeluh tapi tatapan mata pria itu terlihat sangat mengintimidasi dan mendadak membuatnya takut. Jungkook telah kehilangan dirinya sendiri, padahal dulu ia selalu percaya diri dan tidak pernah bersikap sepengecut ini.

"Saya .."

"Jeon-ssi. Cepat masuk ke dalam mobil"

Seokjin enggan mendengar ucapan Jungkook, ia menyuruh Jungkook untuk segera menyetir dan ia masuk menyusul ke dalam mobil.

Akhirnya dengan terpaksa Jungkook tetap menyetir meski ia merasa dongkol di dalam hati. Tak ada percakapan apapun sepanjang perjalanan menuju butik, Seokjin sibuk dengan ponselnya dan terkadang ia melamun sambil melempar pandangan ke luar jendela mobil yang sedang melaju,

Jungkook mencuri pandang dan mengintip dari kaca spion tengah mobil, wajah galak Kim Seokjin mendadak terlihat sendu. Mereka tiba di butik dan Seokjin membeli sebuah gaun wanita yang sangat mahal.

"Apa gaun ini untuk pacar anda, Tuan Kim?" Jungkook bertanya dan mencoba untuk mencairkan suasana, tapi seokjin masih menatapnya dengan galak.

"Bukan.."

"Oh"

Percakapan terhenti begitu saja, dan Seokjin memerintahkan Jungkook untuk pergi ke sebuah restourant mewah di pusat kota Gangnam.

"Duduk di meja itu, Jeon-ssi" Seokjin menyuruh Jungkook memesan makanan dan menungguinya sementara itu Seokjin telah duduk di meja berbeda dan bertemu dengan seorang wanita cantik.

Jungkook memperhatikan Seokjin dari kejauhan dan ia merasa heran dengan tingkah bossnya itu. "Dia terlihat selalu sibuk tapi dia masih sempat untuk berkencan"

Jungkook meneguk minumannya dan ia terus mengawasi meja Seokjin. Ia menghela napas berat dan mengingat kembali semua hubungan romantisnya yang selalu gagal, ia selalu sibuk bekerja dan ia selalu diputuskan karena pacarnya selingkuh atau pacarnya bosan dan merasa diabaikan setiap saat.

"Oh, rupanya dia bisa tersenyum"

Jungkook tertegun ketika melihat Seokjin tersenyum tipis di depan wanita cantik yang ada di depannya. Pertama kalinya ia melihat pria itu tersenyum. Seokjin memberikan sebuah paperbag pada wanita itu. Jungkook mengenali benda itu. Di dalam paperbag itu ada gaun mahal yang Seokjin beli di butik. Wanita itu terlihat sangat akrab saat berbincang dengan Seokjin.

Setelah dari restourant Seokjin terlihat duduk diam dan melamun di dalam mobil, Jungkook masih memperhatikan gerak gerik dari bossnya dan sinar mata pria itu terlihat sangat redup. Jungkook takut memulai percakapan jadi ia membiarkan suasana sunyi di dalam mobil terus menyelimuti mereka selama perjalanan. Jungkook benci dengan kecanggungan yang sangat menganggu diantara mereka berdua.

"Jeon-ssi, antar aku ke rumah"

"Baik, Tuan Kim?"

Jungkook menanyakan alamat rumah Seokjin, lalu ia bernavigasi dengan GPS menuju ke alamat yang disebutkan Seokjin.

Sekitar hampir tiga puluh menit berkendara, Jungkook menyetir dengan santai dan menyadari bahwa kendaraan telah memasuki area perumahan elit di pusat Kota, seokjin mengarahkan Jungkook berhenti di tujuan yang ia sebutkan.

"Jemput aku besok pagi, dan jangan telat"

"Baik, tuan Kim"

Jungkook melihat Seokjin belum beranjak dari duduknya. Ia mengerutkan kening dan menengok ke belakang.

"Ada apa tuan Kim? Apa masih ada yang ingin anda sampaikan?"

"Kamu masih belum mengingatku?"

"Eh?"

Jungkook bingung karena perubahan nada suara yang santai dan kata-kata yang dilontarkan Seokjin membuatnya kaget, ia tiba-tiba berhenti berbicara dengan resmi dan juga sopan.

"Apa maksud anda, Tuan Kim?"

"Kamu...orang yang tidur denganku di Hotel Euphoria.."

Jungkook pucat dan tegang, mendadak gemetaran dan dadanya berdebar sangat kencang, ingatannya samar dan ia memicingkan mata dan melihat Seokjin sekali lagi.

"A-apa maksud, anda Tuan Kim?"ia tersenyum gugup dan berusaha memyamarkan kepanikannya.

"Kamu, aku tidak bisa melupakan wajahmu dan tubuhmu"

Jungkook menelan ludah dan ia semakin gemetaran ketika Seokjin menarik kerah bajunya dan mendekatkan wajahnya hingga hangat napasnya menerpah wajah Jungkook dan membuat bulu-bulu halus di kulitnya bergidik ngeri.




💜⭐💬

Continue Reading

You'll Also Like

33.9K 853 26
"You don't deserve her." "I know." Set in 1387, a place called Caelum. Full of 3 different kingdoms, rulers, people, all fighting for the same thing...
12.9K 561 13
"π˜πŽπ” π†π”π˜π’ 𝐀𝐑𝐄 πŽπ”π‘ π‚π‡πˆπ‹πƒπ‘π„π ππŽπ–!" ━━━━━━ in which minatozaki sana added a bunch of idols into a gc and declared that they were...
41.9K 2.4K 52
"No, I will not go there alone" I said firmly to my best friend who kept bothering me. "Please just this once, I have so much homework to do this wee...
203K 2.2K 8
❛ a war of hearts and pride ❜ [ a park sunghoon fic. ] Started: β€Ž β€Žβ€Ž β€Žβ€Ž β€Žβ€Ž β€Žβ€Ž β€Žβ€Ž β€Žβ€Ž β€ŽΒ²Β³ π—‘π—’π—©π—˜π— π—•π—˜π—₯ ²⁰²⁰ Finished:β€Ž β€Žβ€Ž β€Žβ€Ž β€Žβ€Ž β€Žβ€Ž β€Žβ€Ž β€ŽΒΉΒΉ π—¦π—˜π—£οΏ½...