SEÑOR V [ON GOING]

By LaViaOcean

381K 25.8K 4.7K

Berisi tentang kekejaman pria bernama Valter D'onofrio, dia dikenal sebagai Senor V. Darah, kasino, dan kegel... More

1. First meet
2. Little Mouse
3. Black door
4. Work With Him?
5. Crazy Rich Man and Adorable Girl
6. Señorita
7. It's hurt me
8. This Destroys Me
9. My Fault
10. Dangerous
11. Undecided
12. Penegasan
13. Who Is He?
14. She Is Mine
15. Jealous?
16. One Room?
17. Hurtful
18. Palacio de Justicia
20. Fallin You
21. Spanyol
22. Round Table
23. Warm Hug
24. Party
25. Doubt
26. DARK SIDE
27. Who We Are?
28. That Woman
29. Unexpected
30. Confession
31. Rejection
32. Touched
33. Home
34. Married?
35. Alora's House
PROMOSI NOVEL LBP

19. Am I Fallin You?

9.4K 730 220
By LaViaOcean

Halo!!!!

SEPERTI BIASA SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
Happy reading❤️

•••••


Valter kini tengah terdiam di kursi kebesarannya. Pandangan tajamnya lurus menatap ke depan sana. Dia terlihat tenang, namun pikirannya sedang kacau.

Raut wajah sedih Alora berputar layaknya sebuah film dalam otaknya. Semakin Valter menyangkal, maka semakin sering juga Alora hadir menarik semua atensinya. Gadis itu menghadirkan sebuah perasaan yang sebelumnya belum pernah Valter rasakan, yaitu perasaan hangat dan terasa menyenangkan. Valter benci dirinya yang seperti ini, dia benci dirinya yang lemah hanya karena seseorang gadis tak berguna seperti Alora.

Getaran pada saku celananya membuat Valter tersadar dari lamunannya. Dia mengambil ponselnya dan membuka sebuah pesan yang tertera di sana.

Robert : Nona sudah sampai sedari tadi, Señor V. Maaf baru bisa mengabari anda karena ponsel saya sedari tadi mati. Saat ini nona hanya terdiam memandangi hingar bingar kota di ruangan anda. Sepertinya nona bingung ingin melakukan apa, karena biasanya Nona melakukan pekerjaan sesuai dengan perintah anda.

Valter bergeming, melihat foto Alora yang terpampang nyata di dalam ponselnya membuat jantungnya kembali berdetak tak karuan. Alora terlihat — indah. Rambutnya yang bergelombang, hidung mancungnya, beserta rona merah di kedua pipinya semakin menambah kecantikan gadisnya.

Apa Alora memiliki sihir hingga bisa membuatnya seperti ini? Valter benar-benar sulit untuk mengendalikan diri jika bersangkutan dengannya. Ini pertama kalinya Valter merasa kacau setelah bertemu dengan seorang perempuan. Valter bukanlah pria baik, hidupnya tak terkendali. Casino, minuman keras, dan wanita selalu mengelilinginya selama ini.

Hidup di dunia gelap tentunya membuat Valter melakukan segala cara untuk bertahan, kecurangan, kelicikan, dan kekerasan adalah hal biasa untuknya. Valter bertemu dengan banyak orang, termasuk para wanita yang siap merendahkan diri guna menghangatkan ranjangnya. Namun para wanita itu tak berarti apa-apa baginya. Mereka hanyalah alat untuk memuaskan hasrat prianya saja.

Kali ini terasa berbeda, Alora benar-benar berhasil mengantarkan sebuah perasaan nyata yang selama ini belum pernah Valter rasakan. Dia tak pernah merasa sekacau ini hanya karena seorang perempuan.

Terlalu larut memandangi foto Alora, membuat Valter tak menyadari bahwa sedari tadi ketukan pintu menggema dari luar sana.

Butuh waktu beberapa menit untuk menarik Valter dari  dunianya sendiri. "Come in!" Titahnya.

Terlihat 2 orang dokter lengkap dengan jas putihnya datang menghampiri pria itu. Mereka tercengang melihat keadaan di dalam ruangan ini yang sudah hancur berantakan. Pecahan kaca berserakan dimana-mana, barang-barang berharga seperti komputer, guci, dan lain sebagainya telah menjadi kepingan kecil. Ruangan ini seperti baru saja diterpa angin topan.

Meskipun mereka terkejut dengan segala kekacauan yang ada, mereka lebih memilih untuk tak memperdulikannya. Mereka lebih memilih untuk membungkukkan tubuhnya sejenak memberi salam pada Valter. Kemudian mereka duduk di kursi yang berada di depan pria berkuasa itu.

"Anda baik-baik saja, Tuan?"

Terhitung 2 kali sudah Valter mendapatkan pertanyaan yang sama namun dari orang yang berbeda.

"Ya," jawabnya sedikit tak yakin.

"Benarkah?"

"Tidak!" Sahut Valter cepat. "Sepertinya ada yang salah denganku."

Kedua dokter di hadapan Valter serentak mengeluarkan berbagai macam alat medis yang berada di dalam tas mereka.

Salah satu dari dokter itu berucap dengan profesional. "Kalau begitu, tunjukkan pada kami bagian tubuh anda yang terasa sakit. Anda bisa memberitahu kami keluhan sakit apa yang selama ini anda rasakan. Dan setelah itu, kami akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Jika ada sakit yang serius, maka kami akan melakukan tindakan sebaik mungkin," tuturnya menjelaskan.

Valter berdehem sejenak kemudian menghembuskan napas berat. Dia melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. "Di sini, aku merasakannya di sini," ujarnya sembari memegang dada kirinya.

Para dokter itu saling melirik satu sama lain, mereka tidak mengerti dengan kalimat yang Valter ucapkan.

"Mungkin bisa anda katakan lebih spesifik, Tuan."

"Jantungku terasa berdebar sangat keras saat berada di dekatnya, tapi debarannya tidak menyakitkan. Justru sebaliknya, debaran itu terasa menyenangkan," sahut Valter mengungkapkan apa adanya tentang hal yang dia rasakan.

Kedua dokter itu sama-sama dibuat kebingungan dengan penuturan Valter. Jika pria itu mengalami sakit pada dada kirinya tentunya rasa akan terasa menyakitkan, bukan menyenangkan.

Julian, seorang dokter pribadi Valter memberanikan diri untuk bertanya. "Di dekatnya? Apa maksud anda, jantung anda akan berdebar sangat keras jika berada di dekat seseorang?"

"Ya," balas Valter cepat.

Julian membenarkan posisi duduknya. Sepertinya dia mulai mengerti arah dari keluhan pasien di depannya ini. "Maaf jika pertanyaan saya terdengar lancang, Tuan. Tapi apakah dia adalah seorang gadis?"

Binar-binar cerah terbit menghiasi mata jernih valter. Bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman tipis lalu dia menjentikkan jarinya. "Exactly! Tidak hanya itu, tapi dia selalu memenuhi kepalaku. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Apa aku terkena penyakit serius? Atau ada virus dalam tubuhku?" Tuturnya cepat menuntut sebuah jawaban.

Julian yang cukup lama mengenal Valter berusaha untuk tidak meledakkan tawanya. Pria kejam di depannya ini adalah seorang pengusaha sukses dan tentunya hal itu terjadi berkat otak pintarnya. Namun kemana perginya otak pintar milik Valter? Bagaimana bisa pria itu tidak memahami perasaannya sendiri?

"What's going on? Kenapa kalian diam saja? Apa aku mengidap penyakit mematikan?"

Ingin sekali rasanya Julian memukul keras kepala Valter untuk menyadarkan bahwa pria itu tengah jatuh cinta. Tapi sebisa mungkin Julian menahan diri untuk tidak melakukannya, karena jika hal itu terjadi bisa dipastikan kepalanya yang akan menghilang. "Tidak, Tuan. Anda sama sekali tidak mengalami sakit apa pun," sahutnya penuh kesabaran.

"Bagaimana kau bisa tahu? Kau sama sekali belum memeriksa ku!" Tukas Valter tajam. Tatapan membunuh dia layangkan pada Julian yang duduk tenang di depannya.

Julian melirik seorang dokter di sebelahnya. Lewat tatapan matanya dia menyuruh dokter itu untuk menjelaskan.

"Begini, Tuan Valter. Mendengar semua keluhan anda tadi, dapat saya simpulkan bahwa anda sama sekali tidak sakit. Namun sepertinya anda mulai menyukai seseorang."

BRAKKKKK!!!!

Valter menggebrak meja sembari berdiri dari duduknya membuat kedua dokter di depannya terkejut bukan main. Jantung mereka terasa akan lepas dari tempatnya.

"Aku sama sekali tidak menyukainya, kau jangan mengada-ada!" Sentaknya menyanggah semua ucapan dokter itu.

"Tuan, benar apa yang—"

"SHUT UP!!!" Bentak Valter keras membuat kalimat yang akan Julian lontarkan terputus begitu saja.

"Julian, siapkan semua peralatan mu dan besok aku akan datang ke rumah sakit untuk memeriksa keadaanku," Valter mengakhiri pembicaraan di antara mereka.

Dia keluar dari ruangannya dan berjalan cepat menuruni anak tangga. Sesampainya di depan, dia menghentikan langkah sejenak melihat jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan kirinya, jam menunjukkan pukul 16:48.

"Menyukai Alora? Cih! Tidak akan pernah," gumamnya sembari melanjutkan langkah mendekati mobil hitamnya yang terparkir.

Tanpa menunggu waktu lama Valter pun masuk ke dalamnya. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju kantornya. Sepanjang jalan dia menggerutu menyangkal semua tuduhan yang dokter itu ucapkan. Dia tidak mungkin menyukai Alora, karena gadis itu sama sekali bukan tipenya.

"Bagaimana bisa mereka menuduhku menyukai Alora?" Ujarnya tak percaya, kepalanya menggeleng pelan. "Sama sekali tidak masuk akal!"

Setelah 15 menit berlalu, mobil Valter terparkir sempurna di depan kantornya. Dia keluar dari sana lalu melemparkan kuncinya pada penjaga yang berdiri di depan pintu. Langkah kaki panjangnya mengantarkannya ke lantai atas dimana ruangannya berada.

Robert yang melihat kedatangan Valter berkedip tak percaya. "Anda datang, Tuan? Bukankah anda berkata akan izin hari ini?"

Pertanyaan Robert terdengar biasa saja, namun mampu menyulut amarah dalam dirinya. "KENAPA?! APA AKU TIDAK BOLEH DATANG KE KANTORKU SENDIRI?!!!" Bentaknya keras lalu memasuki ruangannya. Dia menutup pintunya dengan kencang.

Robert terpaku di tempat, dia baru saja mendapatkan bentakan dari Valter? Apa yang salah dengan pertanyaannya? Dia hanya heran melihat kedatangan Valter sementara sebelumnya pria itu berkata tidak akan datang. Ini bukan pertama kalinya Robert dibentak oleh Valter, namun kali ini terasa berbeda. Ada yang aneh dengan pria itu.

Berbeda dengan Robert yang terpaku di tempat, Valter justru kini terlihat begitu berapi-api. Entah kenapa dia merasa hari ini sangat menyebalkan. Dia kesal melihat semua orang yang berdiri di depannya. Valter merasa ingin menghancurkannya.

Pandangannya beralih menyusuri ruangannya. Dan di depan sana, tepatnya di sofa panjang terdapat seorang gadis yang sedari tadi memenuhi pikirannya. Gadis itu terlihat meringkuk, tenggelam dalam mimpinya.

Valter berjalan pelan mendekatinya. Dia merendahkan tubuhnya, mensejajarkan diri di depan wajah Alora. Tenang namun dalam, seperti itulah tatapan yang kini Valter layangkan pada gadisnya. Tangan kanannya terangkat menyingkirkan rambut Alora yang terlihat mengganggu.

Napas Alora terdengar teratur, gadis itu sama sekali tak terganggu dengan kehadiran Valter. Dia begitu larut dalam mimpinya hingga tak menyadari bahwa ada predator yang tengah mengincarnya.

Valter mengelus pelan pipi gadisnya. Lihatlah, pengaruh Alora benar-benar luar biasa. Amarahnya menghilang dalam sekejap mata.

"Entah apa yang sudah kamu lakukan padaku, mau itu sihir atau bukan. Tapi yang pasti aku tidak akan pernah melepaskan mu, Little Mouse," ujarnya penuh kesungguhan lalu melahap habis bibir merah Alora yang terbuka.

Kali ini Valter melakukannya dengan kesadaran penuh. Dia akan mengingatnya dengan baik dan menyimpannya di dalam ingatannya. Tak cukup hanya mengecup, Valter mulai melumat dan memberikan gigitan kecil hingga membuat Alora mengerang dalam tidurnya.

Entah apa yang dia rasakan, namun yang pasti Valter menyukai perasaan ini. Dia tidak akan pernah melepaskan Alora. Suka ataupun tidak, Alora akan selalu bersamanya.

****

To be continued

HAYOLOHHHH🔥 SEMOGA SUKA❤️

PERDANA MAMI DOUBLE UP, SENENG NGGA?

Ramaikan part ini dan part sebelumnya yaaa, target vote di part 18 belum tercapai huhuuu:(

Seperti biasa spoiler part selanjutnya akan mami up di instagram mami_ocean

SPAM NEXT👉

SPAM VALTER👉

SPAM ALORA👉

See u❤️

Continue Reading

You'll Also Like

3.1K 203 4
Javier pria yang ditakuti oleh banyak orang, dikenal dengan sebutan sang penguasa. Namun, Javier sudah melepas semua hal yang berbau masa lalunya set...
ALDRICK'S By rindu

General Fiction

958K 43.8K 30
[REVISI] Bagi seorang gadis desa seperti Joanna, menginjakkan kaki di tanah kota adalah salah satu hal yang Ia idamkan. Baginya kota sangatlah indah...
1.8K 255 9
[Genggam tanganku selagi kamu menunggu] *** Kisah ini bermula dari pertemuan tak sengaja di sebuah danau. Seorang Elian Marvis yang dengan keputusasa...
444K 9.4K 5
Pindah ke platform Ungu """ Pernikahannya Ayla dengan Ergi tanpa dilandaskan cinta pada akhirnya membuat Ayla sangat mencintai Ergi. Namun, di saat c...