DICINTAI PUTRA KYAI [ END-REV...

By prynstory_

490K 19.1K 864

Typo bertebaran, harap tandai ❗ Cinta pada pandangan pertama memang sebuah anugrah yang Tuhan berikan bada su... More

Chapter. 00
Chapter. 01
Chapter. 02
Chapter. 03
Chapter. 04
Chapter. 06
Chapter. 07
Chapter. 08
Chapter. 09
Chapter. 10
Chapter. 11
Chapter. 12
Chapter. 13
Chapter. 14
Chapter. 15
Chapter. 16
Chapter. 17
Chapter. 18
Chapter. 19
Chapter. 20
Chapter. 21
Chapter. 22
Chapter. 23
Chapter. 24
Chapter. 25
Chapter. 26
Chapter. 27
Chapter. 28
Chapter. 29
Chapter. 30
Chapter. 31
Chapter. 32
Chapter. 33
Chapter. 34
Chapter. 35
Chapter. 36
Chapter. 37
Chapter. 38
Chapter. 39
Chapter. 40
Chapter. 41
Chapter. 42
Chapter. 43
Chapter End. 44
Ekstra Chapter I

Chapter. 05

15.5K 572 17
By prynstory_

Tidak terasa sudah hampir 3 bulan lamanya Zahra tinggal di pesantren Nurul Huda. Banyak sekali pembelajaran yang ia dapatkan selama hampir 3 bulan itu, dan juga banyak kejadian yang membuatnya bingung terhadap perasaanya sendiri.

Selama hampir 3 bulan itu juga Zayyan secara terang-terangan menunjukan sikap layaknya suami, itu lah alasan kenapa Zahra menjadi bingung terhadap hati dan perasaanya, juga sikap Zayyan terhadapnya.

Karena gadis itu belum mengetahui statusnya dengan Zayyan, yang sudah menikah.

Perihal Zahra yang seorang putri dari salah satu pemilik pesantren terbesar kedua di , Zahra meminta agar kedua orang tuanya menyembunyikan statusnya. Gadis itu tidak ingin sikap orang-orang yang berada di pesantren Nurul Huda, jadi memperlakukan nya berbeda dari santri yang lain.

Kini Zahra sedang berada di dalam kamar Asramanya sendirian, karena teman-temanya kelurahan untuk membeli makanan ringan sedangkan Zahra hanya menitip. Sebenarnya ia ingin ikut dengan ketiga teman tapi peraturan pesantren membuat Zahra harus tetap berada di dalam pesantren.

Zahra merebahkan dirinya di kasur sambil menatap ke arah langit-langit kamarnya. Saat memejamkan mata tiba-tiba terlintas bayangan Zayyan dan segala perlakuan manisnya sontak Zahra langsung membuka matanya kembali.

Zahra mengusap wajahnya kasar. Ia bingung dan bimbang terhadap hati, hati kecilnya berkata bahwa Zahra memiliki hubungan dengan laki-laki itu.

"Astagfirullah, kenapa pikiranku jadi kacau begini." melongo nya. Zahra menghela nafas lelahnya dan kembali memejamkan matanya.

"Dari sekian banyaknya laki-laki kenapa cuma Gus Zayyan yang bisa buat jantung aku kayak mau lepas dari tempatnya?"

"Atau memang aku punya penyakit jantung?" melongo Zahra dengan polos.

Berkali kali Zahra menghela nafasnya, dan berkali-kali ia berceloteh sendiri seperti orang yang kehilangan akal.

"Arghhhh bimbanggg." Zahra kembali membuka matanya kemudian merupakan wajahnya frustasi. Ia sangat risih dengan perasaan yang timbul di hatinya.

"Ya allah. Apakah perasaan suka ini dari mu? Atau ini cuma bujuk rayu setan agar Zahra berbuat Zina dengan memikirkan laki-laki itu terus Ya Allah. " lirih Zahra,Ia menatap langit-langit kamar asrama nya.

"Jika memang perasaan ini dari Mu-Ya Allah biarkan saja aku memendamnya."

Baru saja Zahra akan tertidur tiba-tiba mendengar suara pintu kamar asrama yang terbuka. Sontak Zahra langsung kembali membuka matanya dan bangun dari tidurnya, Zahra melihat ketiga temanya sudah kembali dengan empat kresek berisikan jajanan.

"Assalamualaikum, yuhuu Zaa! Kita pulang nih." ucap Syifa sambil sedikit berteriak.

"Wa'alaikumussalam." sahut Zahra.

"Nih Za pesanan lo," ucap Alia sambil menyerahkan satu kresek nya.

"Makasih," sahut Zahra sambil menerima keresek yang berisi makanan.

"Za kita mau ke perpustakaan pesantren lo kamu ikut nggak?" tanya Syifa.

"Hm, aku ikut lagian bosen juga terus diem di kamar." ucap Zahra.

"Oke ayo." sahut Syifa sambil menggandeng tangan Zahra

Zahra dan ketiga temannya pergi ke perpustakaan pesantren. Sesampainya mereka di sana ketiganya langsung berpencar mencari buku yang mereka ingin baca, Zahra berjalan ke arah rak yang berisikan novel islami juga kiba-kitab.

"Za! Kita udah dapetin buku yang mau kita baca lo udah dapetin buku yang mau lo baca?" tanya Alia sedikit berteriak karena jaraknya terhalang beberapa rak buku.

"Belum." sahut Zahra sambil terus mencari buku yang akan ia baca.

"Kita ke meja baca duluan ya Za, nanti kalo lo udah dapetin bukunya nyusul oke." ucap Lily.

"Iya, nanti aku nyusul."

Zahra terus mencari buku yang ingin dia baca, Zahra mencari novel romansa islami. Setelah lama mencari novel yang cocok untuk dibaca Zahra menemukan sebuah novel yang menarik untuk dibaca namun novel itu berada di rak paling atas.

Zahra berjinjit untuk mengambil novel tersebut. Ia menghembuskan nafas lelahnya kala novel yang ingin dibaca tidak bisa ia bawa karena novel itu tersimpan di rak paling atas.

Sedangkan di sisi lain di tempat yang sama yaitu di perpustakaan pesantren namun berbeda tepat. Terlihat Zayyan yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya, dia merenggangkan badan yang terasa kamu kemudian membereskan semua barangnya untuk kembali ke ndalem.

Saat akan keluar perpustakaan mata tajam Zayyan tidak sengaja melihat seorang perempuan yang sangat familiar baginya. Zayyan memicingkan matanya dan terus menatap perempuan itu, yang tampaknya sedang kesusahan mengambil sebuah buku.

Sudut bibir Zayyan terangkat kala ia melihat perempuan itu. Ternyata perempuan yang sedang kesusahan mengambil buku itu adalah istrinya.

Zayyan menaruh laptop dan beberapa berkasnya di meja yang ada di sana. Kemudian ia melangkahkan kakinya untuk mendekati istrinya itu, harum khas bayi menusuk ke indra penciuman Zayyan. Laki-laki itu menghirup rakus wangi dari tubuh istrinya, tangan Zayyan terangkat untuk membantu istrinya yang kesusahan mengambil buku.

Zahra mendengus kesal saat buku novel yang ingin dibaca tak kunjung didapatkan, Zahra terus berjinjit hingga kakinya sudah lemas.

Zahra tidak menyerah dan terus berusaha mencapai buku itu. Namun tiba-tiba ada sebuah tangan kekar yang mengambil buku novel itu, Zahra sedikit terkejut dan reflek membalikan badanya.

Iris coklat Zahra bertabrakan dengan iris hitam legam milik Zayyan. Zahra berjalan mundur dan merapatkan tubuhnya pada rak buru.

Zahra menahan nafasnya karena posisinya saat ini dengan Zayyan bener-benar dekat mungkin satu jengkal dari tubuh laki-laki itu.

"Ini buku yang mau kamu baca kan?" tanya Zayyan sambil menunjukan buku yang berada di tangannya.

Zahra mengangguk cepat sambil masih menahan nafasnya dan pandangannya tak terlepas dari mata hitam Zayyan.

"Napas, Ya Zaujati." ucap Zayyan sedikit berbisik.

Entah kenapa Zahra menuruti, ia kembali bernafas normal, namun matanya masih menatap Zayyan.

Zayyan tersenyum melihat istrinya yang terlihat tegang, kemudian tangannya terangkat menyentuh ubun-ubun Zahra dan memejamkan matanya ia berdo'a.

"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya."

Setelah membacakan do'a tersebut Zayyan langsung membuka matanya kembali dan melepaskan tangannya dari kepala sang istri.

"Astaghfirullah G-gus kenapa pegang k-kepla Zahra kita b-bukan mahrom G-gus." ucap Zahra terbata menundukkan kepalanya.

Zayyan tersenyum lembut lalu merendahkan badanya tangannya mengangkat dagu Zahra agar istrinya itu menatapnya.

"Maaf do'a nya telat." ucap Zayyan pelan membuat Zahra mengerutkan keningnya bingung apa yang dikatakan Zayyan.

Do'a? Do'a apa? Pikir Zahra

Zayyan kembali menegakan badan kemudian pergi dari hadapan Zahra yang sedang diam mematung, dengan bibir yang terus tersenyum.

***

Kini waktu sudah menunjukan pukul 6 sore seluruh penghuni pesantren Nurul Huda sedang melaksanakan shalat maghrib dilanjutkan dengan tadarus Al-Qur'an berasa selama 15 menit sebelum makan malam.

Kini Zahra dan ketiga temannya baru saja keluar dari dalam masjid tujuan mereka sekarang adalah kembali ke asrama untuk menaruh semua peralatan sholat dan dilanjutkan dengan pergi ke ruang makan pesantren untuk makan malam.

"Ya allah, astagfirullah pegel banget sumpah badan gue." ucap Syifa sambil meregangkan badanya

"Za, Syif, Lia. Yuk buruan kita ke ruang makan nanti kita kena semprot lagi sama ustadzah Siti." ucap Lily sambil merapikan jilbabnya

Syifa dan Alia yang sedang merebahkan badannya di kasur seketika terbangun dari tidurnya karena mendengar nama ustadzah killer pesantren Nurul Huda.

"Yok nanti kita kena hukum lagi nyuruh nyuci piring." sahut Alia bangkit dari duduknya

Tok.. Tok..

Saat akan keluar pintu asrama tiba-tiba saja pintu kamar mereka ada yang mengetuk, Syifa, Alia, dan Lily menelan ludah mereka susah payah sedangkan Zahra hanya bersikap biasa saja.

"Syif lo buka sono." ucap Lily sambil mendorong tubuh Sifa.

"Ogah gue, lo aja sono!" sahut Syifa berpindah tempat menjadi di belakang Lily.

"Lo berdua sono yang buka," ucap Alia mendorong tubuh kedua temanya.

"Ogah lo aja sono, gue takut pas buka tuh pintu ada ustadzah killer," sahut Lily bergidik ngeri.

"Sutt udah jangan berantem, biar aku aja yang bukain." ucap Zahra karena ia jengah akan perdebatan ketiga temannya itu

Zahra melangkahkan kakinya ke pintu kamar kemudian dengan membuka pintu itu.

"Mbak Za," ucap Aqila saat melihat Zahra keluar dari pintu asrama itu.

"Astagfirullah Aqila," ucap Zahra sedikit terkejut dengan kehadiran Aqila.

Ya, yang mengetuk pintu itu adalah Aqila.

"Siapa Za?" tanya Syifa yang masih bersembunyi di balik tempat tidur

Zahra menoleh ke arah ketiga temannya kemudian melebarkan pintu kamar agar ketiga temannya itu bisa melihat siapa orang yang mengetuk pintu.

"Ning Aqila!" ucap ketiganya serempak kemudian menghampiri Zahra dan Aqila

"Ning Aqila ada perlu apa kemari?" tanya Alia karena tumben sekali Aqila sepupu dari gus Zayyan menghampiri asrama mereka

"Oh ini, Qila cuma di suruh sama Ummi nyai buat panggil Mbak Zahara suruh ke ndalem" ucap Zahra

"Iya nanti selesai Makan, Mbak ke ndalem." sahut Zahra

"Emm, anu Mbak tapi kata Ummi Sinta, sekarang Mbak. Soalnya Ummi ngajakin Mbak buat makan malem di sana, terus sekalian ada sesuatu penting yang mau Ummi bicarakan." ucap Aqila menjelaskan.

"Tap-"

"Udah Za kamu ke ndalem aja," potong Alia cepat

"Tapi kalian gi-"

"Udah kamu ke ndalem aja, siapa tau ada hal emang ada hal penting  banget  yang mau bu nyai omongin sama kamu. Nggak usah pikirin kita kita gapapa." ucap Syifa yang lagi-lagi memotong ucapan Zahra

Zahra menghela nafasnya kemudian mengangguk. "kalo gitu aku ke ndalem dulu ya, Syif, Lia, Ly." ucapnya.

"Iya,"

"Assalamualaikum," ucap Zahra dan Aqila bersamaan kemudian beranjak pergi dari sana

"Waalaikumsalam."

Kemudian Syifa dan kedua temanya mereka bergegas untuk pergi ke ruang makan, sedan secepat kilat mereka pergi ke sana untuk melaksanakan makan malam mereka.

Kembali kepada Zahra dan Aqila kini mereka sedang berjalan menuju ndalem.

"Ada hal penting apa ya yang mau Ummi Sinta bicarakan, sampai Mbak di suruh makan malam di sana?" tanya Zahra sedikit penasaran kenapa dirinya dipanggil ke ndalem.

"E-em, Qila nggak tau Mbak." jawab Aqila menundukkan kepalanya

Flashback.

Aqila sedang berada di dalam kamarnya, ia terlihat sangat fokus dengan jajaran huruf yang tertera di layar laptop nya. Hingga sura ketukan pintu mengalihkan perhatiannya, dan tidak lama setelah itu pintu terbuka menampilkan sosok pira jangkung, yang tak lain Abang sepupunya.

"Assalamu'alaikum."

"Wassalamualaikum, kenapa bang Zay?" tanya Aqila to the point.

"Abang perlu bantuan kamu." ucap Zayyan.

"Minta bantuan apa? InsyaAllah kalo Aqila bisa bantu, Aqila bakalan bantu." sahut Aqila.

"Nanti, tolong ajak Zahra ke sini." ucap Zayyan.

"Hah? Ngapain? Sebentar lagi udah mau masuk makan malam Bang." sahut Aqila mengerutkan keningnya heran.

"Ya justru itu, kamu ajak Zahra kesini buat makan malam disini. Kamu bilang ini suruhan Ummi, terus kamu bilang ada hal penting yang mau Ummi omongin dengan Zahra." jelas Zayyan, membuat Aqila melebarkan matanya.

"Bang Zay suruh Aqila bohong gitu?" ucap Aqila dan dengan polosnya Zayyan mengangguk.

"Aqila nggk ma-"

"Plis Qil, bantuin Abang. Nanti sebagai imbalannya Abang bantuin beresin semua tugas kuliah kamu." potong Zayyan cepat saat ia mendengar nada penolakan dari sepupunya.

"Oke Aqila bantuin."

Flashback off.

'Ya allah maafin Qila udah boong banyak, tapi salahin aja bang Zayyan kenapa suruh Qila boong. Terus nyogok Qila pake mau bantuin nyelesain tugas kuliah Qila kan jadi terhibur. Ya allah dosanya jangan ke Qila ya, ke bang Zay aja, Mbak Za maapin Qila ya' ucap batin Aqila meringkis ia merasa bersalah.

Zahra menatap lekat Aqila yang terdiam tertunduk, kemudian ia mengusap kepala Qila hingga gadis itu mendongakkan wajahnya.

"Yasudah ayo" sahut Zahra sambil menggandeng tangan Aqila membuat gadis itu mengembangkan senyumnya.

***

Kini Zahra dan Aqila sudah berada di depan ndalem mereka berdua mulai melangkahkan kakinya memasuki ndalem.

"Assalamualaikum," ucap keduanya masuk ke dalam ndalem

"Waalaikumsalam," sahut mereka yang ada di ndalem tepatnya dari arah ruang makan

"Ayo Mbak" ucap Aqila menggandeng tangan Zahra menuju ruang makan

Zahra mengikuti langkah Aqila menuju ruang makan, saat tiba di meja makan Zahra dapat melihat Ummi Sinta dan Kyai' Azhar juga Zayyan sedang duduk di meja makan.

"Eh, kalian udah datang, ayo sini." ucap Ummi Sinta dengan raut wajah bahagia karena kehadiran Zahra menantunya

Zahra tersenyum canggung ia merasa tidak enak dengan Ummi Sinta dan Kyai Azhar.

"Ayo Mbak." ucap Aqila sambil menarik tangan Zahra ke menjadi makan.

Zahra mengangguk pelan dan mengikuti langkah Aqila. Di meja makan Zahra duduk di samping Zayyan karena hanya tempat duduk itu yang tersisa.

Suasana meja makan itu terlihat biasa saja, bagi keluarga Zayyan namun tidak dengan Zahra. Ia merasa canggung makan malam bersama dengan keluarga sahabat ayahnya itu.

Selama makan malam berlangsung Zayyan selalu mencuri-curi pandang ke arah istri nya, ia tersenyum samar melihat istrinya yang merasa canggung dan segan, namun disisi lain ia juga merasa kasian.

Hingga mata Zayyan dan Zahra saing pandang satu sama lain, namun sedetik kemudian Zahra mengalihkan pandangannya karena mengingat kejadian tadi siang. Itu membuat pipi Zahra memanas karena mengingat kejadian itu.

"Loh nak, kamu kenapa ko mukanya merah gitu?" tanya Ummi Sinta khawatir.

"Mbak Za sakit?" tanya Aqila.

"Kamu nggak enak badan nak, kita ke dokter ya." khawatir Kyai Azhar

"E-eh nggak ko Z-zahra gapapa. Ini cuma gerah aja Umi," ucap Zahra berbohong ia meringis malu.

Sedangkan Zayyan yang melihat tingkah istrinya yang hanya terkekeh pelan, ia tahu kenapa wajah istrinya itu menjadi merah.

Sedangkan Kyai Azhar, Ummi Sinta dan Aqila mereka saling pandang satu sama lain. Mereka melihat Zayyan yang terkekeh pelan membuat mereka heran.

Sedangkan Zahra mati-matian ia menahan rasa gugup, malu dan kesalnya saat mendengar kekehan Zayyan di sampingnya.
Zayyan di sampingnya.

-To be continue-

Spam komen yang banyak biar, bisa lanjut❤
Maaf sebelumnya apabila terdapat banyak kesalahan dalam cerita ini🙏🏻
Seeu next part👋

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 74.1K 52
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
35.2K 4.1K 31
Jimin tak menyangka bahwa di akhir hidupnya yang begitu mengenaskan ia akan kembali membuka mata setelah kematian akibat kecelakaan saat itu.... Dan...
12.6K 299 16
Hafizhan akbar khairy. siapa sih yang tidak kenal dengan sosok pria tampan pintar agama, seorang gus di pondok pesantren al-fatah. milik abi nya. han...
8.3K 669 22
Gadis muslimah bercadar yang bernama Annur Qisya Syakella harus melangsungkan pernikahan dengan seorang ceo tampan pengusaha sukses yang bernama Arla...