Di Area Administrator Menara Hitam.
- "Kahahaha! Bagaimana kabar cucuku?!"
Kaiser, yang telah kembali ke wilayah Naga Hitam dengan suasana hati yang baik setelah meminum Samyangju bersama Kellion dan Ramter, memasuki kembali Menara Hitam melalui patung Naga Hitam.
"Kakek, dari mana saja kamu?! Ada yang ingin kutanyakan padamu."
- "Oh?! Aileen kecilku ingin menanyakan sesuatu pada lelaki tua ini?! Apa itu? Tanyakan apapun padaku! Kahahaha."
Ketika Aileen mengatakan ada sesuatu yang ingin dia tanyakan padanya, Kaiser siap menjawab pertanyaan apa pun.
"Itu... sesuatu yang aku baca di buku. Ada tempat yang langitnya berwarna ungu, daratannya hijau, dan terdapat serangga krustasea berkaki banyak. Tapi nama tempatnya tidak disebutkan, jadi kupikir mungkin kamu pasti tahu."
Tempat yang Aileen sebutkan adalah tempat Flamie berakar, tapi Aileen tidak tahu tentang hal itu. Itu sebabnya dia bertanya pada Kaiser, bahkan berbohong untuk menjaga rahasia Flamie.
- "Hmm... Langit ungu dan tanah hijau... Ah! Tentu saja aku tahu!"
Setelah mendengar kata-kata Aileen, sesuatu langsung terlintas di benak Kaiser. Namun, apa yang Kaiser pikirkan bukanlah suatu tempat, melainkan makhluk yang menciptakan lingkungan seperti itu: Naga Ungu.
Tempat tinggal Naga Ungu berubah menjadi hijau karena sihir yang dipenuhi aura beracun mereka, dan atmosfer berubah menjadi ungu karena nafas beracun mereka.
"Apa itu?!"
- "Yah, aku tidak yakin lokasi pastinya, tapi itu adalah fenomena yang terjadi saat Naga Ungu berdiam."
"Benarkah?! Naga Ungu?!"
- "Itu bisa jadi wilayah Naga Ungu atau di dalam Menara Ungu tempat lingkungan seperti itu tercipta."
Jawab Kaiser sambil menatap Aileen dengan curiga. Tidak ada buku tentang Naga Ungu di perpustakaan. Aku sudah membuang semua buku Naga Ungu sial itu, bukan?
Saat Kaiser memandang Aileen dengan curiga,
"Ah! Benar! Sejun membuat Samyangju lagi! Dia berencana menjualnya kali ini!"
Aileen memberi tahu Kaiser bahwa Sejun membuat Samyangju lagi. Itu adalah promosi untuk Samyangju Sejun.
- "Benarkah?!"
Setelah mendengar perkataan Aileen, Kaiser segera menuju ke tempat pembuatan bir. Kellion akan segera datang, dan Kaiser berencana membayar Sejun terlebih dahulu dan mengamankan Samyangju.
Setelah Kaiser pergi,
"Fiuh..."
Aileen menghela nafas lega, tegang karena menipu Kaiser, dan mengambil bola kristal.
"Keeheehee. Flamie, aku tahu di mana asal muasalmu!"
[Benarkah? Dimana itu?]
"Aku pikir itu adalah Menara Ungu. Ada banyak racun di sana, tapi apakah kamu baik-baik saja?"
[Racun yang bisa kutahan, tapi agak mengganggu karena serangga terus mencoba memakanku.]
"Apa?! Serangga berani mengganggumu, pohon Sejun?! Itu tidak akan berhasil. Aku akan mengajarimu beberapa mantra!"
Aileen mulai mengajari Flamie sihir.
***
Fajar dini hari.
Squeeze... squeeze...
'Hah? Apa itu?'
Sejun terbangun merasakan sesuatu menekan wajahnya.
"Puhuhut. Ketua Park, apakah kamu sudah bangun, meong?!"
Saat Sejun terbangun, Theo yang sedari tadi memijat wajah Sejun dengan cakarnya menyambutnya dengan tawa nakal.
Kemudian,
"Ketua Park, coba ini, meong! Ini air madu yang terbuat dari madu segar yang dikumpulkan lebah pagi ini, meong!"
Theo memberikan Sejun air madu yang dia buat secara paksa dari lebah madu beracun.
"Apa... Apa ini? Wakil Ketua Theo, kenapa kamu tiba-tiba bertingkah seperti ini?"
Biasanya, Theo akan sibuk dengan urusannya sendiri bahkan ketika Sejun bangun. Tapi sekarang, dari pijatan hingga air madu sepagi ini? Itu terlalu mencurigakan.
"Tidak perlu merasa terbebani, meong! Silakan minum air madu, meong!"
Kamu yang paling membebani...
"Baiklah."
Mengikuti desakan Theo yang terus-menerus, Sejun meminum air madu.
Gulp, gulp.
Air madu mengalir ke tenggorokannya.
"Kuh. Menyegarkan."
Air madunya manis dan menyegarkan.
Saat Sejun meminum air madu,
"Puhuhut. Bukankah kamu kepanasan saat tidur, meong?! Aku akan mengipasimu, meong!"
Whoosh, whoosh.
Theo melambaikan cakarnya, mengipasi Sejun.
"Mengapa kamu benar-benar melakukan ini?"
Sejun tidak tahan lagi dengan kelakuan Theo yang memberatkan dan bertanya.
"Puhuhut. Apa maksudmu, mengeong?"
Apalagi tawa nakal itu terlalu menyebalkan.
"Mengapa kamu melakukan sesuatu yang tidak pernah kamu lakukan?"
"Ketua Park, aku ingin tetap menjadi Wakil Ketua Theo, meong! Jadi, tolong cabut hukumanku, meong!"
Jadi itu tadi?!
"Pergi saja ke lantai 65 dan ambil uangnya."
Sejun tidak mengerti kenapa Theo bersikap seperti ini padahal yang perlu dia lakukan hanyalah pergi ke pedagang Legendaris untuk membayar kembali uangnya.
Namun,
"Ketua Park, dengarkan aku, meong!"
Theo, berencana untuk terus meminjam uang Sejun, bukan kali ini saja aku tidak bisa terus-terusan dihukum seperti ini, meong!, Theo mulai berusaha sungguh-sungguh untuk membujuk Sejun.
"Jadi, Wakil Ketua Theo, maksudmu kalau kamu menggunakan uangku, efisiensinya 1, tapi dengan uang lain, efisiensinya 0,5?"
"Benar, meong! Makanya aku mau pakai uang Ketua Park, meong! Uang Ketua Park adalah yang terbaik, meong!"
"Hmm. Apa itu benar?!"
Kenapa hanya uangnya? Bukankah semua uang itu sama?
"Oke. Mari kita lakukan satu tes saja, dan jika itu benar, aku akan mencabut hukumanmu."
"Benarkah, meong?! Ayo cepat kita uji, meong!"
Theo, yang sangat ingin hukumannya dicabut, berseru mendengar kata-kata Sejun.
"Tunggu sebentar..."
Saat Sejun hendak meminta bantuan untuk mengukur kekuatan Theo,
- "Sejun!"
Bukan pengukur kekuatan... tapi Kaiser sendiri terbang menuju Sejun atas kemauannya sendiri.
Kemudian,
- "Ambil ini!"
Kaiser menyodorkan 100 juta Koin Menara ke tangan Sejun tanpa penjelasan apa pun.
"Apa ini?"
- "Kahahaha! Apa lagi? Ini adalah pembayaran di muka untuk Samyangju yang kamu buat."
Kaiser telah membayar di muka harga untuk Samyangju yang akan datang.
'Aku sampai di sini duluan.'
Kaiser melihat sekeliling dan tersenyum dalam hati, memastikan bahwa Kellion belum tiba.
'Aku perlu membawa lebih banyak uang dari penyimpanan.'
Saat Kaiser hendak bergegas ke gudang untuk mendapatkan lebih banyak uang,
"Kaiser, bolehkah aku meminta bantuan?"
- "Bantuan?! Apapun untukmu!"
Kaiser langsung menyetujuinya, mendengar bahwa itu adalah permintaan dari Sejun. Bagaimanapun, bantuan itu untuk Samyangju.
"Silakan lihat betapa kuatnya Theo."
- "Tentu. Tidak ada yang sulit tentang itu. Mari kita lihat."
Kaiser merespons dan mulai mengamati Theo dengan cermat.
"Ya! Terima kasih. Ini, Wakil Ketua Theo, ambil uangnya. Ini dariku."
Sejun menyerahkan 10 juta Koin Menara kepada Theo.
"Terima kasih, meong!"
Poof!!
Theo membakar uang yang diterimanya dari Sejun.
- "Ho-ho! Bakat untuk menjadi lebih kuat dengan membakar Koin Menara, sungguh menakjubkan!"
Kaiser memandang Theo, bersinar dalam cahaya keemasan saat dia membakar uang itu, dengan penuh minat.
Saat cahaya keemasan memudar,
"Kali ini, aku meminjamkannya padamu."
Sejun menyerahkan 10 juta Koin Menara lagi kepada Theo. Meskipun dia tidak begitu memahami metode formal untuk mengubah kepemilikan uang, dia memutuskan untuk mencobanya sesuai dengan perkataan Theo.
Poof!!
Sekali lagi, Theo membakar uang itu dan memancarkan cahaya keemasan.
"...?!"
Setelah diamati lebih dekat, bahkan Sejun dapat melihat bahwa intensitas cahaya keemasannya berbeda dari sebelumnya, meski jumlah uang yang dibakar sama.
"Bagaimana, Kaiser?"
Sejun meminta Kaiser memberikan penilaian yang akurat.
Kemudian,
- "Jika kekuatan yang didapat sekarang dianggap 100, maka sebelumnya hanya 49."
Kaiser memberikan evaluasi yang akurat.
"Jadi, benarkah dia menjadi lebih kuat dengan membakar uangku?!"
"Puhuhut! Ketua Park, lihat, meong?! Aku benar, meong! Cepat angkat hukumanku, meong!"
Theo, yang merasa lega karena argumennya terbukti, tertawa angkuh dan berpelukan di pangkuan Sejun.
"Kaiser, terima kasih. Ini Samyangju-mu."
Sejun menyerahkan 10 botol Samyangju kepada Kaiser karena membantunya,
Swoosh.
dan menandai hari itu sebagai pagi ke 351 di dinding.
***
[Tempat ini, tempat aku berakar, lebih baik untuk ditinggali dibandingkan di tempat lain.]
Wriggle, wriggle.
Podori, yang puas dengan tanah yang kaya nutrisi dan petani Sejun yang baik hati, dengan senang hati menyebarkan akarnya.
Kemudian,
Twitch.
Akar Podori bertabrakan dengan akar lainnya.
Kemudian,
[Halo. Aku Flamie.]
Akar lainnya menyambut Podori.
[Flamie? Apakah kamu juga kandidat Pohon Dunia?]
Podori, kandidat Pohon Dunia, bertanya pada Flamie.
[Tidak. Aku bukan orang itu.]
[Apa?! Kamu bukan?! Maka kamu seharusnya datang untuk menyambutku, Podori, kandidat Pohon Dunia, lebih awal!]
Podori marah karena mengira Flamie berasal dari hierarki yang lebih rendah karena tidak menjadi kandidat Pohon Dunia. Hirarki pertanian berantakan. Aku perlu membangunnya kembali!
[Flamie, mulai sekarang, kamu akan menyambutku setiap pagi...]
Dan ketika Podori mencoba menegaskan dominasinya atas Flamie,
[Aku...]
[Ya?!]
Podori membeku setelah mendengar jawaban Flamie.
[Tapi bukankah kamu baru saja mengatakan sesuatu tentang melakukan sesuatu setiap pagi?]
[Oh! Maksudku mulai sekarang, aku akan menyapamu, Flamie, setiap pagi! Tolong jaga aku!]
Akar Podori dengan rendah hati membungkuk ke arah akar Flamie.
***
"Hei, kamu membangunkanku terlalu pagi."
Sejun yang sudah keluar mengeluh pada Theo karena membangunkannya lebih awal, tapi
Gororong.
Theo, kembali ke dirinya yang biasa, tidak peduli sama sekali dan tidur nyenyak.
"Itu lebih seperti itu."
Swoosh, swoosh.
Sejun mengelus kepala Theo. Ya, ini lebih mirip denganmu.
"Mari kita periksa nasinya."
Sambil menggendong Theo yang tertidur di kakinya, Sejun pergi ke area di mana padi, yang ditanam di Pot Kelimpahan Tunggul Pohon Emas, menunjukkan rona emas.
Dan,
Swoosh.
Dia meletakkan kuping beras di telapak tangannya dan memeriksanya dengan cermat. Bulir padinya benar-benar berwarna keemasan tanpa sedikit pun warna hijau.
"Bagus. Sudah siap untuk dipanen."
Memastikan padi sudah siap dipanen, Sejun mengeluarkan Sabit Kesegaran dan
Swoosh.
mulai memotong nasi.
Kemudian,
[Anda telah memanen 3518 butir Beras Emas.]
[Pengalaman kerja Anda sedikit meningkat.]
[Kemahiran Anda dalam Memanen Lv. 7 sedikit meningkat.]
[Karena energi Dingin yang terkandung dalam Sabit Kesegaran, tanggal kedaluwarsa tanaman yang dipanen meningkat 5 hari.]
[Anda telah memperoleh 246260 Poin Pengalaman.]
Muncul pesan yang menandakan bahwa padi telah dipanen. Ada banyak biji-bijian, sehingga poin pengalamannya tinggi.
"Mari kita lihat."
Sejun mengamati sebutir beras dengan cermat.
[Beras Emas]
→ Beras yang ditanam di dalam menara, bergizi baik dan lezat.
→ Ditanam oleh petani yang hebat, efeknya luar biasa.
→ Mengonsumsi 100.000 butir beras memicu efek Beras sebagai Obat. (Saat diaktifkan, efek Beras sebagai Obat secara acak meningkatkan statistik Kekuatan, Stamina, Kelincahan, dan Sihir sebanyak total 100.)
→ Penggarap: Petani Menara Park Sejun
→ Tanggal Kedaluwarsa: 155 hari
→ Nilai: A
"Apakah ini bagus?"
Efek meningkatkan total statistik sebesar 100 dengan memakan 100.000 butir beras sepertinya bagus, tapi jumlahnya sepertinya sangat tinggi, membuat Sejun tidak yakin apakah itu benar-benar menguntungkan.
"Apa bedanya?! Yang penting aku bisa makan nasi!"
Swoosh, swoosh.
Sejun mulai memanen padi dengan sungguh-sungguh.
Saat dia memotong tangkai terakhir,
[Anda telah naik level.]
[Anda telah memperoleh 1 status bonus.]
Pesan peningkatan level muncul, dan Sejun mencapai level 67. Ada sekitar 300 batang padi yang ditanam di dalam pot. Setelah memanen hampir satu juta butir, masuk akal untuk naik level.
"Bagus. Sekarang, aku perlu penggilingan padi... "
Sejun mengibaskan nasi dari kupingnya dan memandangi butiran-butiran yang jatuh ke tanah, tenggelam dalam pikirannya.
Kemudian,
Rustle-rustle.
Dia meletakkan nasi di antara telapak tangannya dan mulai menggosokkannya, seolah-olah menggiling biji wijen, menguliti beras. Sekamnya mulai berjatuhan ke tanah.
"Oh! Bekerja!"
Sejun menggosok telapak tangannya lebih kuat.
Kemudian,
Zap!
Listrik menyala di tangannya, membakar nasi dan mengeluarkan aroma harum.
"Ah! Apa?!"
Sejun terkejut dengan hasil yang tidak terduga.
"Teman-teman, bantu aku."
Akhirnya, karena tidak mampu mengupas beras, Sejun meminta bantuan monyet yang masih tidur, kelinci, semut jamur, dan lebah madu beracun untuk mulai mengupas beras.
Rustle, rustle.
Monyet dan kelinci mengupas nasi dengan cara menggosok telapak tangan seperti Sejun,
Crunch, crunch.
sedangkan semut jamur dan lebah madu beracun menggunakan gigi depannya untuk mengupasnya.
Kemudian,
Krueng?
[Ayah, apa yang kamu lakukan?]
Cuengi yang baru bangun tidur mendekat.
"Cuengi, kamu sudah bangun? Tunggu sebentar, Ayah akan segera memberimu nasi."
Krueng!
[Cuengi akan membantu Ayah juga!]
"Eh?! Tidak..."
Sebelum Sejun sempat menghentikannya, Cuengi meraih segenggam nasi dengan kaki depannya dan mulai mengupas hanya dengan satu kaki.
Tetapi,
Sssss.
Cuengi, karena gagal mengendalikan kekuatannya, tidak hanya menggiling sekam tetapi juga butiran beras menjadi bubuk halus.
Di hari ke 351 terdampar, Sejun akhirnya memanen padinya.