My Lethal Boy Friend

By jiaathe

336K 39.3K 21.2K

Teman tapi posesif? Arkanza Archeron itu galak, kejam, tidak berprikemanusiaan. Dia sering membunuh orang den... More

Prolog
2 - Gadis Pengadu
3 - Friendshit!
4 - Penyebab Petaka
5 - Gengsi
6 - Pelit
7 - Marah?
8 - Peduli
9 - Sakit Hati
10 - Tuan Putri
11 - Awan
12 - Over Protectif

1 - Prioritas

32.8K 3.5K 1.5K
By jiaathe

Arka berdiri di samping mobilnya dengan raut tidak bersahabat. Berkali-kali cowok itu melihat jam di tangannya. Dengan tidak sabaran Arka memasuki rumah dua lantai di hadapannya, pintu putih itu digedornya keras-keras sambil menyebut nama Gea berkali-kali. Jangan sampai ia telat lagi karena gadis itu.

"Lama banget, anjir! Lo niat sekolah nggak sih, Ge?!"

Saat kesabaran Arka hampir habis, pintu itu akhirnya terbuka. Bukannya senang, ekspresi Arka semakin buruk melihat penampilan gadis di depannya.

Gea menunduk malu-malu sambil menyelipkan anak rambutnya. "Kamu liatnya gitu banget. Aku tau aku cantik."

"Idih, cantik kata lo?" sahut Arka menunjuk rok sekolah Gea yang sangat pendek. "Ngapain lo pake baju kurang bahan kaya gini. Mau sekolah apa jual diri?"

Gea menggembungkan pipinya. "Arka jahat banget!" tangisnya detik itu juga.

Padahal Gea sudah berdandan sangat lama demi hari ini. Ia bahkan memoleskan make-up tipis di wajahnya. Tidak bisa kah Arka mengapresiasinya sedikit saja? Dasar ibu tiri!

"Berisik, Gea!"

Tangisan Gea malah semakin kencang. Arka tadinya biasa saja sampai kemudian ponselnya menampilkan sebuah panggilan dari orang yang paling ia takuti.

Papa Raka Anj is calling you ...

Arka sengaja tidak mengangkatnya.

Lalu sebuah pesan yang masuk dari Papanya dan membuat Arka panik seketika.

Papa Raka Anj : Kamu ngapain Gea lagi?

Tangisan Gea menghilang, Arka membekap mulutnya sambil melotot garang. "Suara lo kedengaran sampe rumah gue! Udah diem! Nanti gue jajanin yang banyak."

Kedua mata gadis itu menyipit, tersenyum kemenangan. "Akwu mwau bhowneka bawru. Nggak mwau jajwan."

Arka melepaskan tangannya. "Maaf, nggak ngerti bahasa hewan."

"Yaudah aku nangis lagi," ucap Gea dengan nada songong seakan itu adalah senjata terbaiknya.

"Iya iya! Gue beliin boneka burik itu sampe kamar lo jadi peternakan boneka. Puas?!"

"Puas!"

"Ayo berangkat!" Gea menggandeng lengan Arka tetapi Arka tidak beranjak dari tempatnya. "Kenapa? Nanti kita telat."

"Ganti dulu pake seragam lo yang biasa," titah Arka.

"Tapi temen-temen di sekolah pake yang kaya gini semua," jawab Gea. "Mereka keliatan cantik. Aku juga mau."

"Nggak ada cantik-cantiknya, lo keliatan murah pake rok mini gitu ke sekolah. Lo kira sekolah ajang kecantikan? Ganti cepet!"

"Tapi aku mau dukung Kak Langit futsal hari ini."

"Terus? Lo kira Langit bakal langsung kepincut liat paha lo?" geram Arka. "Nurut. Ganti rok lo sekarang!"

"Tapi tapi, aku---"

"Nggak ada tapi-tapian. Ganti! Sebelum gue robek biar sekalian lo nggak usah pake rok!" gertaknya. "Pilih mana?!"

Gea diam, ia memainkan jarinya seraya menunduk.

Arka menghela nafas kemudian meraih dagu gadis itu agar menatapnya. Arka menyeka jejak air mata Gea dengan kedua tangannya, ia menghapusnya dengan gerakan yang lembut.

"Ganti, Gea," suara Arka melembut, ia berbicara dengan nada rendah. "Ganti ya, hmm?" bujuknya.

"Aku mau boneka pokemon," cicit Gea tidak nyambung tapi membuat Arka terkekeh kecil.

"Iya. Pulang sekolah kita borong semua pokemon buat lo. Asal lo ganti seragam."

Gea mengangguk dan tersenyum menatap Arka dengan mata bulatnya. Melihat itu Arka mengusap-usap puncak kepalanya. "Nurut, biar gue nggak marah-marah terus."

****

"KAK LANGIT KEREN! HUUUU! SEMANGAT KAK LANGIT!" Gea memekik heboh dari pinggir lapangan. Senyumnya sangat lebar melihat laki-laki yang ia sukai di lapangan sana berhasil mencetak skor keduanya.

"Arka, fokus!" Ben, teman satu timnya menepuk bahu Arka. Sejak pertandingan dimulai Arka tidak bermain dengan baik, padahal biasanya ia andalan tim untuk mencetak skor.

Sekarang saja laki-laki itu berdiri dengan wajah menyeramkan, tatapan elangnya menghujam gadis mungil paling berisik di antara penonton. Orang di sekitar gadis itu menelan ludah kasar, sementara dirinya sendiri bahkan tidak sadar jika Arka menghujamnya setajam pisau. Membuat Arka merasa gondok setengah mati. Dasar bego!

Ben menyadari itu dan tertawa. "Makan tuh persahabatan. Panas juga lo akhirnya."

Arka berdecak kesal. "Gue yang sering beliin dia pokemon. Gue juga yang anter jemput sekolahnya. Bisa-bisanya malah dukung orang lain. Cih, dasar bocah sialan."

"Lagian tiap hari lo galakin mulu. Takut lah dia. Di mana-mana cewek itu dilembutin, lo malah maki-maki dia tiap hari." Zavian menyahut.

Zavian dan Ben adalah saksi mata, mereka berdua dekat dengan Arka dan Gea. Setiap hari mereka menyaksikan pertengkaran dan adu mulut dua orang itu. Rasanya sudah biasa, tapi tetap saja mereka terhibur. Arka yang gengsi setengah hidup, dan Gea yang polosnya keterlaluan. Mereka seperti kucing dan tikus dalam kehidupan nyata. Menggemaskan.

"KAK LANGIT! KAK LANGIT!"

Suara Gea terdengar lagi. Arka sampai mengorek telinganya dengan kelingking. "Terus aja sebut sampe Langit runtuh," kesalnya. "Langit lagi, Langit lagi. Ganteng juga gue, kaya juga gue, jelas kerenan gue. Buta kali dia?"

Ben dan Zavian saling berpandangan lalu mengedikan bahunya. Nanti juga misuh-misuhnya berhenti sendiri.

Pertandingan berakhir dengan skor imbang. Di awal tim Arka sempat tertinggal, tapi menuju akhir mereka menyusul skor dengan cepat. Lebih tepatnya Arka yang membuat skor. Dia tidak terima Langit lebih keren dan mengalahkannya.

"ARKA!"

Pemuda itu menoleh singkat tanpa minat lalu kembali menghadap depan dan menegak air mineral yang telah ia buka tutup nya.

"Aku bawa handuk. Lap pake---" belum selesai bicara, Arka meraih cepat handuk kecil di tangan Gea. Tapi secepat kilat juga ia kembali menghadap depan, enggan menatap gadis itu.

Arka menyeka keringat di wajahnya dengan ekspresi buruk. Tiba-tiba Gea melangkah ke depannya, Arka berdecih lalu berbalik ke belakang. Gea berjalan ke belakang lagi dan Arka dengan cepat pula menghadap depan.

Gea menggaruk pelipisnya yang tidak gatal dengan ekspresi bingung. "Kamu kenapa?"

Arka menggeram kecil. "Dasar bego! Pikir aja sendiri," ucapnya tanpa berbalik.

"Yaudah aku ngomong dari sini aja kalau kamu nggak mau liat aku," ucap Gea mengalah. "Aku seneng banget, Arka! DM aku di bales Kak Langit tadi, dia tau dong kalau aku dukung dia tadi. Terus Kak Langit---"

"Kak Langit, Kak Langit. Walang sangit," sinis Arka lalu berbalik menatapnya. "Kenapa lo manggil Langit sopan sedangkan gue cuma Arka? Pilih kasih lo?"

"Loh," gadis itu mengedip. "Kan kamu yang minta. Katanya kamu berasa tua kalau aku panggil pake 'Kak', kamu nggak inget?"

"Inget lah! Lo kira gue tua bangka bisa lupa segala?!" sewot Arka. "Tapi tetep aja nggak sopan. Harusnya lo panggil Langit ya Langit aja biar adil."

Pada kenyataannya, Arka memang lebih tua satu tahun dari Gea. Arka melarang Gea menggunakan 'Kakak' saat memanggilnya agar Gea tidak merasa segan padanya. Arka ingin Gea dan dirinya menjadi lebih akrab dari sebatas pertemanan biasa.

Gea cenderung diam jika tidak akrab. Arka tidak suka gadis itu diam. Meski suaranya menyakiti telinga, itu lebih baik daripada gadis itu bersikap cuek.

"Yaudah iya." Gea mengalah agar cepat selesai. "Jadi sebenarnya aku mau traktir kamu pulang sekolah karena aku lagi bahagia. Aku mau ngomong itu dari tadi."

Arka tersenyum miring dengan rencana balas dendam di kepalanya. "Oke, tempatnya gue yang tentuin."

****

"Arka, Tante Agatha pas hamil ngidam sesajen ya?" tanya Gea dengan wajah kesal. "Soalnya kamu setan banget pas besar."

Arka menulikan telinganya. Pemuda itu sibuk dengan hidangan lengkap dan mahal yang memenuhi meja mereka dan menikmati makanan itu dengan ekspresi yang membuat Gea jengkel. Harusnya Gea tau tabiat Arka! Lihat sekarang, dia memilih tempat makan mahal yang sekali bayar bisa mengeluarkan jutaan rupiah. Lebih parahnya Arka memesan semua menu dengan sekali tunjuk.

Gea membuka dompet miliknya, menatap nanar sisa uang jajannya bulan ini. Sudah pasti semua uangnya akan habis hari ini tanpa sisa.

"Ngapain lo diem? Makan," perintah Arka.

Benar juga, setidaknya Gea harus menikmati hasil pengurasan uang jajannya. Dengan lahap, Gea mulai memakan semua menu di depannya. Biar dia bahagia dulu sebelum menjerit tangis setelah dompetnya terkuras.

"Ge," panggil Arka menatap gadis yang duduk di hadapannya. "Makannya pelan-pelan. Keselek langsung mati lo. Nyawa lo cuma satu kalau lo lupa."

Gea tidak memperdulikannya dan tetap makan dengan bar-bar. Mulutnya belepotan, Arka terkekeh dan meraih tisue. Laki-laki itu berdiri, berpindah duduk di sebelah Gea. Tangannya terulur membersihkan jejak makanan di sekitar bibir Gea tanpa bersuara.

Tiba saatnya Gea harus menangisi dompetnya. Gadis itu berdiri di depan meja kasir, sebelum mengeluarkan uangnya ia memeluk dulu dompetnya erat-erat. Mengenang sisa uang terakhirnya.

Gea sudah siap. Namun sebelum sempat melakukan apapun, Arka datang dan mendahuluinya membayar. Arka mengeluarkan sebuah kartu hitam dari dompetnya dan membayarkan semua makanan mereka.

Gea menarik-narik kecil ujung seragam Arka sampai laki-laki itu menunduk padanya. "Kok kamu yang bayar? Aku kan bilang mau traktir."

Arka mengalihkan tatapannya ke depan, mengambil kartunya yang selesai digunakan kemudian menyimpan kembali ke dalam dompetnya. "Selagi lo keluar sama gue, lo nggak perlu ngeluarin uang. Sekalian bantu habisin uang gue. Bosen megang uang banyak."

Jawabannya sangat songong tapi berhasil membuat Gea terkekeh. Arka memang terbaik!

Gea mendongak saat melihat tangan besar Arka yang tiba-tiba terulur padanya. "Apa?"

Arka berdecak. "Katanya mau pokemon. Mumpung di Mall, kita cari pokemon yang lo mau."

"Serius?"

"Nggak, anjing. Banyak tanya lo!" geram Arka emosi.

Gea cemberut. "Yaudah."

"Jangan sampe gue belah lo di sini, Ge!" geram Arka menggoyangkan tangannya, meminta gadis itu meraihnya. "Buruan, tangan gue pegel!"

Saat tangan mungil Gea ada di genggamannya, Arka tersenyum manis. Semua amarahnya sejak pagi seakan menguap dan menghilang begitu saja. Arka memang hanya butuh hal kecil untuk kembali luluh dan berada di sisi Gea. Selalu seperti itu sejak mereka kecil dan tidak akan berubah. Karena prioritas Arka adalah Gea seorang.

TBC

Udahan senyumnya, kering itu gigi😭

Dari 1-10 seberapa gemes mereka buat kalian?

Seru ya kalau punya temen kaya Arka. Hahahaha.

Coba spam next di sini, mau liat antusias kalian hihihi.

---------------


Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 159K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
54.2K 3.2K 36
Title : Brother In Love Genre : Romance Dilarang untuk mengcopy sebagian atau seluruh isi cerita, apalagi tanpa izin! NB : ~ Terima kasih untuk para...
11.3K 829 18
Keluarga Na yang sengaja mengangkat anak dari sebuah panti asuhan bertujuan untuk memberikan adik untuk putra semata wayang mereka. Tapi ada yang an...
397K 37.3K 37
"Salahkan takdir yang mengikat dia denganku." -Gavin Devon Aldelard- "Aku tidak mengerti. Ini sesuatu yang bisa kusenangi atau kutangisi, menghapus j...