AGASKAR 2 [[ AFTER MARRIED ]]

nazieranff tarafından

3.9M 304K 314K

AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungk... Daha Fazla

ASKARAZEY ~ PROLOG
(1.) Agaskar Junior
(2.) Cuddle, Babe!
(3.) U're Mine!
(4.) Vakenzo's Family
(5.) Zeya Ngidam?!
(6.) Happy Wedding, Javas!
(7.) Obsessed or Love?!
(8.) Broken Home and Harmonious
(9.) Agaskar with Kuceh?!
(10.) Zeya Cemburu?
(11.) Salting?!
(12.) Wapresma VS Maba
(13.) Viral Bareng?!
(14.) Let's Deep Talk
(15.) Moment di Lautan Buku
(16.) Status yang Terancam?!
(17.) Idaman
(18.) Special Day
(19.) Sebuah Kesalahan
(20.) Salju yang Hangat
(21.) Private Talk
(23.) Bermain-Main
(24.) Kondisi Baby
(25.) Terjebak Birthday Party
(26.) Siapa yang Kecewa?
(27.) Ada yang Ngambek!
(28.) Godaan Maut
(29.) Bujukan Non-Stop!
(30.) Aman atau Ancaman?!
(31.) Rival Misterius
(32.) Insiden Sirkuit Balapan
(33.) Car at Midnight
(34.) Malam yang Gila
(35.) Dark Family Dinner
(36.) Berusaha yang Terbaik
(37.) Pesona Suami Royal
(38.) Permintaan Berubah
(39.) Kamar Penantian
(40.) Dies Natalies
(41.) Nisan tanpa Nama
(42.) Mendadak Asing
(43.) Rindu dibalik Maaf
(44.) Cinta dibalik Gengsi
(45.) Hukuman atas Kesalahan
(46.) Membaik atau Memburuk?
(47.) Agaskar, Arazey, dan Althea
(48.) Kenangan 1 Minggu Kita
(49.) Ditinggal Sementara

(22.) Menuju Reuni

66.5K 5.9K 5.7K
nazieranff tarafından

Harga penulis melalui feedback berupa vote serta comment. Jika ingin ceritanya lekas terus di updated, jangan lupa tembuskan targetnya, xixixi. WARN! ADA SEKITAR 1000+ KATA, SEMOGA TIDAK BOSAN.


Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis🖤🖤🖤

TARGET--3,5 RIBU VOTE AND 5 RIBU COMMENT UNTUK NEXT?!

ABSENN DULUU, PAKEE DUA ANGKA TERAKHIR NO HP KALIAN😁😎☝️

HEYYOOWWW GAES AKU KEMBALI LAGI, HWHWHW HAPPY 1jt READS YAAA🥹💓 JANGAN LUPA NABUNG SENG

••••••••••••••••

"Ku harap diriku tidak akan mengecewakan segala usaha terbaik mu."
-Arazey Henessy Elthea-
••••••••••••••

"Merry chrismast, Sonia...."

DDDDRRRTTTT DDDRRRTTTT

Deringan ponsel membangunkan tidurnya, membuat Arhez tersentak kaget, ia langsung mengambil posisi duduk dan meraih ponselnya. Notifikasi pesan masuk, ada sebuah undangan dari Agaskar untuknya.

Agaskar Vakenzo
02:14
Undangan Yth. Inti Wolviper 3rd Generation diharapkan berhadir di tanggal 27 Desember dan 31 Desember, kita kumpul pertama di rumah gua dan akhir tahun menuju tahun baru di markas bareng anak-anak

"Agaskar sialan, kenapa harus tengah malam kayak gini," decak Arhez kesal.

Lelaki itu langsung memperhatikan di sekelilingnya, matanya masih terserang kantuk berat, berulang kali Arhez menepuk-nepuk pipinya. "Mimpi?" ulangnya.

Karena dirinya berada di rumahnya sendiri, bukan di rumah Sonia. Jemari Arhez pun bergulir mencari kontak perempuan itu, dan emot hati masih tersedia di kontaknya, setidaknya itu bisa membuat Arhez sedikit lebih lega.


"Hallo, bey?" panggil Arhez setelah melakukan panggilan pada Sonia.

Sonia berdeham, suaranya serak menandakan bahwa gadis itu setengah sadar. "Emm? Kenapa, bey? Kok nelepon jam segini?"

"Merry chrismast, sayang," ucap Arhez, entah kenapa ia merasa panas dingin.

"Iya sayang, selamat hari natal juga untuk kita yang udah ngerayain bareng lima tahun ini, kamu sayang aku, kan?" sahut Sonia lagi, dengan kedua mata yang masih menutup.

Arhez meneguk salivanya kasar. "Of course, a-aku barusan mimpi indah—m-maksudku buruk, t-tapi indah dikit."

"Haaaa?" Sonia menggaruk-garuk pelipisnya bingung, ia membalikkan badan ke samping dengan ponsel yang masih setia di dekat daun telinganya. "Apasih, Kak?"

"Nggak, nggak papa. Kamu gimana natalnya sama keluarga kamu?"

"Puji Tuhan lumayan, Mami sama Papi nggak terbang dan milih rayain natal bareng aku. Aku seneng banget," seru Sonia.

Arhez terkekeh mendengarnya, pada kenyataannya tahun ini ia tidak merayakan natal bersama Sonia, mereka akan bertemu esok hari, sehari setelah natal. Meskipun beberapa hari sebelum natal mereka sempat membuat kue bersama.

Mimpi yang baru Arhez rasakan adalah bukti keresahannya akhir-akhir ini, dimana usia hubungannya bersama gadis itu sebentar lagi akan menginjak enam tahun. Tak bisa dipungkiri jika Arhez pernah berpikiran buruk tentang hubungannya.

Apalagi setelah sang ibunda menyatakan bahwa akan menjodohkan dirinya nanti dengan anak dari kerabat sang ayah, Arhez bersikeras menolaknya, dan ia belum memberitahukan hal ini pada Sonia.

Apa gue rusak aja ya Sonia biar dapat restu?

Apa gue harus hamilin dia biar dapat restu?

Apa gue sama Sonia kawin lari aja biar dapat restu?

Segala pemikiran negatif yang tersangkut di otaknya tak jauh dari rusaknya masa depan mereka, namun jika dipikir lebih dalam lagi, jika tidak dengan cara seperti itu, mereka tidak akan mendapatkan restu.

Bukan hanya orang tua Arhez yang tak merestui hubungan mereka, orang tua Sonia pun sama, bahkan keduanya mengira bahwa sang anak telah mengakhiri hubungannya dengan Arhez sejak kelas 1 SMA.

Lima tahun bahagia dengan hubungan yang terbangun namun hingga sekarang mereka masih sama-sama berjuang restu perbedaan agama ini, meskipun sama-sama berasal dari umat Kristiani.

"Besok ketemu, ya? Kita rayain christmast bareng sama quality time, mau?" tawar Arhez.

Sonia tersenyum hangat, dibalik sambungan telepon itu ia mengangguk-anggukkan kepalanya cepat. "Mauuuu bangetttttt, bey."

"Okey, nanti aku jemput. Besoknya lagi, ada undangan dari Agaskar ke rumahnya, kamu bisa ikut, kan?"

"Bisa bangettt donggg!!" sahut Sonia antusias. "Btw, aku punya dua cara kalau kamu mau hubungan kita direstui kedua belah pihak."

"Gimana, sayang? Tell me."

"Kita having sex atau kawin lari." Tawaran Sonia itu spontan membuat pacuan jantung Sonia berdetak lebih cepat dari sebelumnya, gadis itu langsung bangun dari posisi awal.

"Sonia, kamu nggak salah nawarin itu?" Arhez mengerjapkan matanya beberapa kali, ia semakin dibuat panas dingin karena tawaran kekasihnya persis seperti yang ia pikirkan sebelumnya.

"Cuman dengan cara itu kita bisa dapat restu, Kak, kalau aku hamil itu jadi alesan kamu untuk tanggung jawab, kan. Kalau kawin lari, kita ucap janji nikah di gereja secara private tanpa undang siapa pun," jelas Sonia.

"Kamu yakin?" tanya Arhez lagi.

Sonia menganggukinya cepat. "Yakin banget, selama kita pacarana kita juga nggak pernah macem-macem kan, Kak? Kamu selalu jagain aku, mau dibawa kemana lagi hubungan kita? Arahnya semakin nggak jelas kalau gini-gini doang."

Kedua pundak Arhez melemas mendengarnya. "Udah kayak Romeo dan Juliet aja..."

"Kak Arhez, kalau kamu lupa, orang tua kita emang bermusuhan sejak kita kecil."

•••••••••••

Hari ini begitu cerah, sang surya nampak memancarkan sinarnya dengan baik pada seluruh penduduk bumi, dan memberikan kehangatan pada beberapa makhluk lain, bahkan tumbuhan-tumbuhan liar dapat berkembang biak dengan baik.

Jadwal kuliah sudah keluar, dan tinggal beberapa hari lagi Zeya dan Agaskar akan memasuki masa kuliah normal, dimana sehari-harinya disibukkan oleh kegiatan kampus dan tugas-tugas lainnya.

Keduanya sudah tiba di Indonesia kemarin sore, dan malamnya digunakan keduanya untuk beristirahat setelah menghabiskan waktu di Korea dalam dua hari.

Meskipun hanya dalam waktu singkat, tidak akan membuat kenangan terasa singkat.

Apartement yang mereka tempati itu telah menjadi saksi bisu, bagaimana panasnya malam itu di tengah-tengah salju dingin yang turun menghantam bumi.

"Kalau lo mau Kumoy dititipin selama lo hamil, dia harus nikah dulu sama Kuceh," celetuk Agaskar.

"Mana bisa gitu, Kak, gue kan dari awal nggak setuju kalau Kuceh nikah sama Kumoy," balas Zeya lagi.

Hari masih pagi, menunjukkan pukul 09:12 pagi. Seluruh ART libur karena mengikuti cuti kalender nasional, dan di rumah besar dan mewah itu hanya ada pasangan suami istri ini yang tersisa.

Agaskar mendecak pelan. "Pokoknya, Kumoy harus nikah sama Kuceh nggak mau tau. Gue udah ngikutin semua ngidam lo, sekarang gantian gue yang ngidam."

Jarak keduanya hanya terpisah oleh meja makan yang berbentuk persegi panjang, dan di atas meja itu tersusun makanan yang telah habis di piring masing-masing.

Zeya mengangkat salah satu alisnya. "Lo? Ngidam? Mana ada ngidam kucing nikah, lagian Kuceh nggak lagi birahi ya, Kak, nggak bisa dinikahin."

"Lah tapi Kumoy yang birahi, sama kucing mana lagi harus gue kawinkan selain Kuceh?" timpal Agaskar semakin membuat Zeya tak habis pikir.

Mereka memperdebatkan masalah itu sejak awal sarapan bersama, dimana Agaskar bersikeras ingin mengawinkan kucing mereka sebelum salah satunya dititipkan atas permintaan Zeya.

"Ya bukan urusan gue lah, Kak, mau Kumoy birahi kek, ngangkang kek, kayang kek, kenapa harus dikawinin sama Kuceh, coba?" Zeya bergidik ngeri apalagi setelah melirik Kumoy yang berada di ruang tengah.

"Karena cuman Kuceh yang ada untuk Kumoy, lo harusnya paham lah, Zey gimana hubungan mereka. Lo nggak lihat, Kuceh gelisah setiap nggak ada Kumoy, bahkan Kuceh sempet sakit, kan? Itu karena nggak ketemu Kumoy."

Karangan apalagi yang Agaskar buat? Zeya memandang suaminya itu dengan tatapan tak bersahabat seolah sangat membencinya. Apa jadinya jika kucing kesayangannya kawin dengan kucing tanpa bulu?

Zeya menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. "Nggak-nggak, pokoknya gue nggak mau Kuceh kawin sama Kumoy. Kumoy kawin aja sama betina yang lain jangan sama Kuceh!" tegas Zeya merengek-rengek.

Perempuan itu langsung mengambil Kuceh dari kandangnya dan menggendongnya ke atas. "Zey!! Zeyaaa dengerin gue duluu!!" panggil Agaskar sambil tertawa.

"Sabar ya, Moy, gue lagi bujukin mertua lo biar lo bisa kawin sama betina bahenol dan seksi kayak yang punya," tutur Agaskar menepuk pantat Kumoy sebelum meninggalkannya dan bergegas menyusul Zeya menyusuri tangga.

"Sayanggg!! Dengerin gue duluuuu!!" ucap Agaskar dengan nada yang lebih tinggi, ia mempercepat langkahnya menaiki anak tangga.

DDDINGGG DDONGGG!!!

DDDINGGGG DDONGGG!!!!

"Kok sepi, ya?" keluh seorang lelaki yang baru saja memencet bel rumah.

"Salah rumah kali, Kak, malu-maluin aja ntar kalau kita salah rumah orang," ucap Ansley setelah menyapu bersih pandangannya ke arah sekitar.

Savion mendecak pelan. "Nggak, anjay, ini beneran rumah Agaskar cuman kan direnovasi aja tuh digedein, udah mewah tambah mewah. Sengaja bener Agaskar ngundang gue rumahnya, biar kemiskinan gue terguncang."

"Tuh kan nggak dibukain juga, udah lah Kak, kita pulang aja kalau nggak ada or—"

"ADA, AN!!" timpal Savion cepat yang tak sengaja membuka pintu besar saat berniat mengetuknya, ternyata pintu rumah tak terkunci. "Kebuka, jom lah kita masuk."

Ansley membuka mulutnya lebar, kedua matanya mengerjap beberapa kali ketika Savion tanpa malu langsung menyelinap masuk. Gadis itu melipat kedua tangannya, dan belum beranjak.

"Kak Savion sinting, maen masuk aja ke rumah orang yang pemiliknya aja belum nyambut kedatangan dia," gerutu Ansley menggeleng kesal. "Kak Agaskar sama Zeya nggak aktif."

"Udah masuk aja kebanyakan cincong lo!" seru Savion yang mendengar geruturan Ansley langsung menarik tangan gadis itu untuk menyusulnya ke dalam.

Sang empu sempat tersentak ketika tangannya ditarik masuk ke dalam rumah, aroma lilin terapi yang sangat nyaman masuk ke indera penciuman mereka, sangat terasa bau-bau uang di rumah ini.

Baik Savion maupun Ansley sama-sama merasa terpukau dengan megahnya furniture, perabotan dan hiasan-hiasan dinding yang ada di rumah Agaskar. Foto pernikahan dan foto keluarga terlihat terpampang jelas dalam sebuah figura besar di ruang tengah.

"Anying, ini mah istana bukan rumah sia," cemooh Savion. "Sangat menghibur kemiskinan gue pas berinjak di lantai emas ini."

"Tuh kan, nggak ada Kak Agaskar sama Zeya nya, kita mau datengin siapa coba, Kak?" ujar Ansley lagi. "Udah deh, gue rasa mending kita—"

CUPPPPPPPPPP!!

"Berisik, An, udah gue bilang ini bener rumahnya Agaskar sama Zeya. Nyenyenye mulu lo, berisik lagi gue cium lo lebih lama disini," tuntut Savion kemudian beranjak meninggalkan Ansley yang berada di ambang pintu.

Kedua mata Ansley benar-benar melotot sempurna, satu tangannya langsung menutup bibirnya yang baru saja disinggahi oleh bibir Savion. Dengan tanpa rasa bersalah lelaki itu mengambil first kiss nya?

"KAKKKK!!!" Ansley semakin dibuat naik pitam oleh kelakuan Savion yang sudah menaiki tangga, dengan cepat ia menyusulnya.

"ISH! MUKA LO TANPA RASA BERSALAH GITU NGAMBIL FIRST KISS GUE? FIRST GUE KAN BUAT SUAMI GUEE!!" pekik Ansley mulai menaiki beberapa anak tangga.

"Terus? Gue harus bilang wow, gitu?" sahut Savion dengan nada mengejek lalu melirik ke belakang. "Kan gue yang nanti bakalan jadi suami lo."

CRAANGGGGGGGG!!!!

Agaskar meneguk salivanya pelan, ketika parfum kesayangan Zeya yang berada di meja riasnya terjatuh akibat senggolan Agaskar yang terus menghindar dari Kuceh, karena kucing berbulu itu ingin mendekat padanya.

Spontan Zeya langsung berbalik badan, ketika Agaskar yang tak sengaja menyenggol vas bunga miliknya, kedua mata Zeya menatap Agaskar dan pecahan kaca parfum itu secara bergantian.

"S-sayang... Nanti gue beliin yang baru ya, yang lebih cantik, lebih gede, lebih mahal, lebih mah—"

"Gue nggak butuh yang gede, Kak..." jawab Zeya dengan nada dingin dan mematikan yang sangat-sangat ditakuti Agaskar.

Suami istri masih sibuk memperdebatkan perkawinan kucing mereka yang sulit diterima oleh Zeya, maka dari itu Agaskar berniat membujuknya sebisa mungkin hingga keduanya kini ada di kamar.

Namun sialnya, Zeya ikut membawa Kuceh ke kamar yang membuat Agaskar merasa terjebak dengan kehadiran kucing berbulu tersebut. Sembari membujuk sang istri, Agaskar juga berusaha beberapa kali menghindar.

Ia tak pernah menyangka jika hindarannya ternyata berakibat fatal yang dimana permintaannya agar bisa mengawinkan kucing mereka itu semakin kuat akan ditolak oleh istrinya.

"Bersihin, Kak...." ucap Zeya lagi, dirinya sudah bagaikan hantu gentayangan yang siap menggentayangi Agaskar setelah ini.

"I-Iya!! Ini... Ini gue bersihin." Pelipis Agaskar secara tiba-tiba dilapisi oleh keringat dingin, padahal situasi kamar mereka memiliki AC.

Zeya memperhatikan dengan tatapan dingin, raut wajah datar tanpa ekspresi seolah sedang mengawasi pekerjaan Agaskar yang tengah mencoba membersihan beling kaca yang sudah pecah tersebut.

Sedangkan Agaskar meneguk salivanya kasar, ia masih mengumpulkan beberapa pecahan beling kaca di tangannya. "ARGHHH!! ANJINGG!!" erangan Agaskar ketika ujung jemarinya tak sengaja menyentuh bagian tajam dari beling kaca itu.

Zeya yang tadinya fokus memperhatikan suaminya, ikut terkejut mendengar erangan Agaskar dimana ujung jemari telunjuknya langsung mengeluarkan cairan merah pekat.

Detik berikutnya, Zeya langsung menghampiri Agaskar yang ingin menghisap tangannya, Zeya langsung menahan pergerakan lelaki itu. "Kak! Biar gue obatin," ucapnya.

Agaskar membisu, ia tak menyahut apapun saat tangannya ditahan oleh Zeya, perempuan itu langsung beranjak mengambil kotak P3K dari lemari dan menghampirinya kembali.

"Ish! Lo nggak hati-hati, sih, luka kan jadinya, sini gue obatin, Kak." Zeya menarik tangan suaminya untuk duduk ke atas ranjang, agar ia bisa lebih mudah untuk mengobatinya.

Mendengar itu, sontak senyum Agaskar mengembang seketika, sangat tumben sekali istrinya bisa semanis ini.

Lelaki itu tak bisa menahan rasa salah tingkahnya, ia sendiri berusaha mengulum tawa bahkan membuang pandangan.

"Lo denger nggak, sih, ada suara pecahan kaca gitu?" tanya Ansley, sedaritadi keduanya terdiam semenjak mendengarnya.

"Denger, lah, kayaknya itu dari kamar Agaskar sama Zeya," duga Savion lalu mencari-cari dan menebak kamar mana yang mengeluarkan suara bising tersebut.

"Coba kita kesana."

Ansley hanya mengekor di belakang Savion yang beranjak santai tak ada beban, sementara dirinya selalu was-was dan takut dituduh maling karena asal masuk sementara pemiliknya tidak tahu.

"Kayaknya suaranya dari sini," tunjuk Savion pada salah satu kamar yang pintunya tentu tertutup.

"Yakin banget lo, Kak?" sahut Ansley, kedua tangannya menyilang di dada menatap Savion remeh.

Savion mendecak kasar. "Coba lo—"

"Arghhh!! Ssshh Zey sakit, sayang..."

Tidak hanya Ansley yang speechless mendengar suara desahan, Savion pun sama terkejutnya mendengar suara tersebut. Bola mata keduanya membelalak sempurna.

"Anying?!" Nada Savion merendah, sudah dapat dipastikan bahwa itu adalah suara Agaskar. "Itu Agaskar sama Zeya lagi ngapain?!"

"Diem, Kak, coba dengerin bener-bener biar nggak salah paham," sanggah Ansley, keduanya pun sepakat meletakkan daun telinga mereka di permukaan pintu.

"Mmmphh sakit... astagaa...." desis Agaskar saat Zeya menekan luka yang terbelah dan mengeluarkan semakin banyak darah itu.

"Kak bentar, ini dikit lagi, kok... Lo tahan, ya," ucap Zeya meyakinkan.

Agaskar menarik napasnya panjang, ia rasa lebih baik tidak usah diobati daripada harus terobat dengan menderita seperti ini, entah Zeya sengaja atau tidak memperlakukannya semacam ini.

"Zey, please...."

"Sabar, Kak, tahann duluu. Nanti makin luka, gimana, gue juga yang sakit lihat lo kesakitan gini."

Dahi Savion mendelik membentuk garisan-garisan kecil disana, sedangkan Ansley mengerjapkan kedua matanya tak henti saat mendengar suara interaksi itu, yang benar-benar tak terduga.

"Fiks, mereka berdua lagi nganu-nganu," simpul Savion mendaratkan kedua tangannya di pinggang.

"Tapi kok malah Kak Agaskar sih yang kesakitan? Bukannya harusnya Zeya, ya?" imbuh Ansley merasa sedikit keheranan.

Kalau dipikir-pikir, ada benarnya juga apa yang Ansley katakana, mengapa harus Agaskar yang merasa kesakitan?

Savion menggaruk-garuk pelipisnya, itu membuatnya tak bisa mengelak. "M-mungkin karena dia yang kejepit? Lo kalau kejepit pasti sakit, kan? Nah gitu ibaratnya."

Ansley mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi kan lebih sakit ketusuk jarum? Harusnya yang ketusuk jarum dong yang menjerit kesakitan? Bukan yang nusuk."

"ANSLEY ANJJJ!! LO KERAS BANGET BILANGNYAA!!" Savion langsung membekap mulut Ansley dengan telapak tangannya, kemudian menyeret gadis itu menjauh dari kamar Agaskar dan Zeya

•••••••••••••

"Kak, udah kebuka pintunya..." ucap gadis anggun yang tengah menggandeng lelaki berseragam.

"Sengaja kali, beb," sahut Galen memicingkan pandangannya, karena sejak kedatangan mereka tidak melihat satpam berjaga dimana biasan rumah orang kaya pada umumnya.

"Ih tapi sepi, Kak, ini Zeya aku telepon beberapa kali nggak aktif," keluh Vanda mendongakkan kepalanya.

Galen menoleh pada sang kekasih, ia masih setia merangkul. "Iya sama, sayang, aku juga beberapa kali nelepon Agaskar nggak diangkat. Kita masuk aja."

Tubuh Galen yang lebih tinggi darinya dan bak gapura kabupaten itu pun seolah sudah ingin menarik tubuh Vanda yang lebih mungil dan kecil dengan satu tarikan, namun Vanda menahannya sesaat.

"Bentar, Kak, masa asal gitu aja masuk ke rumah orang, sih?"

"Agaskar kan juga orang, bukan tumbuhan," jawab Galen.

Vanda mendecak pelan, ia geram dengan jawaban Galen yang terus asal padahal situasi sedang serius. "Maksud aku, ini kan Kak Agaskar sama Zeya nya belum keluar, tungguin aja lah Kak disini."

"Sampai kapan?" sahut Galen.

"Sampai kita ke pelaminan," balas Vanda asal.

"Yaudah ayok, gas kita ke KUA hari ini."

"KAK GALENN!!! Ini di rumah orang, kita harus jaga sopan santun," tutur Vanda, Galen pun terkekeh mendengarnya.

Tangan Galen mengusap beberapa kali pundak Vanda. "Udahlah kita masuk aja, dua tiga amerika, udah nggak papa."

"T-tapi---"

"Ayoo sayangg masuk aja." Galen tetap memaksa Vanda untuk masuk ke dalam rumah yang terpampang mewah dan besar itu.

Sama halnya dengan Savion dan Ansley, Galen dan Vanda pun ikut terpukau akan kemewahan yang ada di dalam rumah ini. "Kar??" panggil Galen beberapa kali.

"Agaskarr?! Lo dimanaa?!" panggil Galen lagi dengan nada yang cukup tinggi, berharap ada jawbaban.

"Zeyaaa? Zeyyyy!!!" panggil Vanda mengikuti Galen.

Keduanya terus memanggil-manggil nama sang pemilik rumah, yang belum kunjung ada jawaban sama sekali. Hingga langkah Vanda dan Galen tiba di meja makan, meja dimana Agaskar dan Zeya sempat sarapan tadi.

"Eh ada makanan," tegur Galen menaik turunkan alisnya memandang Vanda.

"Y-ya terus? Bekas Zeya sama Kak Agaskar makan kali, Kak," tebak Vanda.

"Iya lah, siapa lagi. Tapi sayang nggak sih kalau ditelantarin gini?"

Ucapan Galen itu benar-benar membuat otak Vanda berpikir keras, apa maksud lelaki itu mengatakan hal yang baru saja didengarnya?

"Kata Agaskar, kalau kita udah masuk ke rumahnya, anggap aja kayak rumah sendiri, apapun boleh dimakan yang di dalam kulkas boleh diambil, bebas!" ungkap Galen.

Memang benar adanya Agaskar pernah mengatakan hal demikian, meskipun itu sudah bertahun-tahun yang lalu. "Jadi, ayok kita makan, Van, mumpung masih ada nih nasi sama lauknya. Ini makanan enak juga," sahut Galen.

Vanda mengerjapkan matanya beberapa kali, ia sempat menepis cengkeraman Galen yang memintanya duduk di kursi bersebelahan dengannya.

"Yang bener aja kamu, Kak, kalau ketahuan Kak Agaskar sama Zeya nanti, gimana? Malu..."

Galen menggeleng spontan, meyakinkan kekasihnya. "Nggak, sayang, udah ayok cepetan makan. Kamu belum sarapan, kan? Sekalian aja disini nanti makan siang baru kita ke restoran, keburu laper."

Bukan tidak sopan, hanya saja budidaya yang anak Wolviper lakukan memang seperti itu. Rumah Agaskar adalah markas kedua bagi mereka, dan ini adalah kali pertama mereka di undang lagi untuk bermain setelah rumahnya direnovasi.

Dan Galen melakukan itu bukan semata-mata tidak memiliki sopan santun, akan tetapi itulah yang biasa dan anak Wolviper lainnya lakukan. Sudah tidak ada rasa canggung apalagi malu dengan teman yang sudah sangat dekat.

Berbeda dengan Vanda yang masih keheranan dengan budidaya itu, ia jelas merasa tidak enak meskipun merasa sedekat itu dengan Zeya. Tetapi Galen meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Assalamualaikum.... Agaskar..." ucap seseorang yang langsung mengetuk pintu setengah terbuka itu. "Kar? Assalamualaikum!"

"Pintunya udah kebuka, Kak, mungkin udah ada orang di dalam," tebak Sonia.

Arhez pun mengangguki tebakan tersebut. "Masuk aja, Jav, soalnya udah kebuka pintunya lihat di dalam siapa tau yang lain udah pada datang."

"Seriusan nggak papa kita masuk ke dalam langsung?" Javas ragu.

"Nggak, udah cepet masuk aja langsung ke dalam." Arhez langsung mendorong tubuh Javas masuk ke dalam rumah Agaskar, diiringi langkahnya bersama Sonia.

Dan benar, ruang tamu sepi, seakan tak berpenghuni, itu membuat Javas, Arhez dan Sonia yang berangkat bersama menuju kesini pun kebingungan dan tiba-tiba menjadi ragu.

"Lo bener dapat undangan buat main di rumahnya sama di markas kan tahun baruan?" tanya Javas, entah mengapa ia takut tertipu.

"Iyalah, Jav, kalau nggak juga ngapain gue ngajakin lo buat berangkat bareng," papar Arhez langsung diangguki Javas.

Tak berselang lama, terdengar bunyi ketuka sendok di piring beberapa kali, yang mengundang rasa penasaran mereka. Ketiganya pun memutuskan untuk segera menyambangi ruang makan.

"Galen? Vanda?! Kalian ngapainnn?!" Suara Sonia menghentikan aktivitas Galen dan Vanda yang tengah sibuk di dapur bersama melakukan sesuatu.

•••••••••••

"WAHAI DEDEK JAPAS, MENGAPA ENGKAU TIDAK MEMBAWA ISTRIMU KEMARI?!" Savion mulai bertingkah dramatis di hadapan Javas saat semuanya sudah berkumpul di ruang tamu tanpa sang pemilik rumah.

"Apaan, sih, lo. Gue geprek juga lama-lama," sahut Javas.

Jika yang lain membawa pasangan maisng-masing, maka hanya Javas yang tidak. Ia belum ingin membawa istrinya itu di hadapan anak-anak Wolviper terang-terangan. Mungkin nanti?

Bukannya marah, Savion justru terkekeh dan menaik turunkan alisnya sembari menyenggol tubuh Javas hingga sang empu hampir terpental. "Cieeeee Dedek Javas, udah digunain belum hadiah yang gue kasih kemarin?"

"Dua tiga papan besi, hadiah lo nggak berfungsi kali. Kan dia udah nikah, ngapain pakai pengaman. Udah enak terjun bebas biar punya momongan dan kasih kita semua ponakan kayak Agaskar," sambung Galen.

Perkataan Galen itu memicu syok yang membuat Vanda membelalakkan matanya. "Bener kan? Kita juga gitu nanti Van, kalau udah nikah," ujar Galen pada Vanda.

"Nggak usah di dengerin, Van, orang-orang miring soalnya," bisik Ansley yang ada di sebelah Vanda.

"Heh-heh, miring-miring kayak gini yang penting setia bukan tukang selingkuh," papar Savion yang merasa dibicarakan.

"Berantem mulu kalian, kapan sih jadiannya?" Pertanyaan Sonia membuat Ansley dan Savion sontak merasa tersindir berat.

"Tau tuh, jangan bisanya godain orang. Resmiin hubungan aja susah banget kayak resmiin calon presiden 2024," lanjut Arhez.

Savion yang awalnya terdiam mulai bangkit setelah menggoda Javas. "Wah-wah, lo semua kayaknya harus—"

"Lah? Udah dateng lo semua? Kok pada nggak ngabarin?" Suara Agaskar sentak mengalihkan pembicaraan mereka yang ada di ruang tamu.

"GIRLSSSSS!!!" seru Zeya menyapa ketiga sahabatnya yang sudah ada di ruang tamu, ia pun berjalan lebih cepat menuruni tangga.

"Hati-hati, Zeyy!!!" peringat Agaskar cemas melihat Zeya yang turun lebih dulu.

"ZEYAAAAAA!!!" teriak Vanda, Ansley dan Sonia bersamaan, mereka langsung berpelukan seperti teletubies.

Savion, Arhez dan Galen hanya melirik gadis mereka yang jumpa kangen, haruskah mereka sebagai lelaki melakukan hal yang sama.

"Nggak usah peluk-pelukan ngikutin kayak cewek, gue gampar lo satu-satu," ucap Agaskar memberi peringatan lebih dulu karena sudah tahu apa yang temannya itu pikirkan.

Savion pun tersenyum sumringah saat Agaskar mengatakannya. "Unchhh, bisa aja deh lo baca pikiran kita semua, Kar."

"Temen lo ini napa jadi slay sih, Kar?" tutur Javas, ia sedaritadi menahan rasa merinding setiap kali Savion mendekati.

"Lo tinggalin ke Yaman, Jav, makanya dia jadi konslet gini. Udah gue coba perbaikin emang kabelnya rusak," sahut Agaskar membuat tawa Galen dan Arhez seketika pecah.

"Sialan lo semua!" cecar Savion.

"Kak Agaskar, jadi kan hari ini?!" tanya Zeya membuat Agaskar menoleh. "Please, jadi yaaaa?"

"Kenapa, Kar?" tanya Arhez lebih dulu.

"Nggak jadi main di rumah gue, gue traktir lo semua ke Dufan hari ini. Nggak tau dah, bini gue tiba-tiba mau naik kora-kora," ucap Agaskar.

"Ke Dufan? Seriusan nih mau naik kora-kora?" ulang Savion kemudian tertawa ngakak.

Galen ikut tertawa menggeleng. "Weh lo semua ingat, nggak, waktu kita SMA pernah ke Dufan juga, kan? Agaskar pucat waktu naik kora-kora."

"Nggak pucat doang, dia udah pusing duluan sebelum naik arum jeram. Padahal arum jeram doang basah-basahan dia malah pusing," lanjut Javas mengejek Agaskar.

"Dan akhirnya dia muntah pas naik roller coaster," final Arhez.

"Kak? Seriusan lo kayak gitu?!" Zeya bertanya sembari mengulum tawanya.

Sedangkan Agaskar menatap teman-temannya dengan sinis, datar, bombastic side eye. Dan sekarang istrinya justru mengajukan syarat baru, jika ingin mengawinkan Kumoy dan Kuceh maka harus mengajaknya ke Dufan lebih dulu.

Serta bermain semua wahana di Dufan, bagaimana bisa? Sedangkan Agaskar saja pernah trauma wahana sejak kecil, ia membenci wahana, ia tak menyukai permainan semacam itu.

"Anjing, hidup lagi cape-capenya bini gue malah minta bawa ke Dufan dan maksa gue buat naik wahana nya."

••••••••••••

GIMANA MENURUT MU TENTANG BAB KALI INI???

SKSKSKSKSKS CIEEEEE KENAAA PRANKKK😏🤣🤣ARHEZ HANYA BERMIMPI YSY, TP TP TP KONFLIK MEREKA BENERAN🥹GAADA RESTU

COUPLE MANA MENURUT KELEAN PALING KOCAKK?! Jangan cari kemana istri Javas, dia blom mau bawa istrinya kumpul bareng anak Wolvi wkwk

HAYOLOHHHHH KIRA KIRA AGASKARR SANGGUP GA YA NGIKUTIN PERMINTAAN ZEYA DEMI MENGAWINKAN KUMOY DAN KUCEH?

SPOILER BAB SELANJUTNYA? HANYA ADA DI agaskarstory.ofc dan @ofc.wolviper . Jangan lupa join broadcast channel nya juga di instagram biar dapat info selalu.

Apa yang mau disampaikan sama Agaskar?

Apa yang mau disampaikan sama Zeya?

Apa yang mau disampaikan sama anak Wolviper?!

SIAP MENYAKSIKAN KESERUAN ANAK WOLVIPER NEMENIN ZEYA KE DUFAN? SPAM "🐻" SEBANYAK-BANYAKNYA YAA. UPDATED BERGANTUNG DI TARGET...

TIDAK ADA AKUN INSTAGRAM LAIN SELAIN DI BAWAH INI:
@nazieranff
@agaskarstory.ofc
@ofc.wolviper
@pasmoy.ofc

ROLEPLAYER ACCOUNT ACTIVE:
•@agaskarvakenzo
••@arazeyhelthea
•@pangeranjavas
••@surganyaallah17
•@galenfaldevion
••@vandahavrielles
•@savionragasvara
••@ansleyarcellin
•@arhezalkanders
••@soniafabiannexy

•••@waveravedson
••@aessyrazelina
•••@vanoriswilder
••@irishzeverly

[[ JANGAN LUPA REKOMENDASIKAN JUGA CERITA INI KE TEMAN, KELUARGA, KERABAT DAN SAHABAT MU. VOTE, COMMENT AND SHARE CERITA INI SEBANYAK-BANYAKNYA❤️‍🔥]]

~~Kamis, 4 Januari 2024 (3977 kata)

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

5.1M 380K 53
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
765K 56K 33
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
32.5K 3.9K 17
Soal bagaimana Jennie ga bisa lirik cewek lain selain Jisoo
1.4M 62.9K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...