THE LOST GIRL [UP TIAP HARI]

By blvckmsk

3.2K 354 331

Elvanna kebingungan ketika ia terbangun di rumah sakit dengan kepala yang berdenyut. Sekelebat bayangan tak j... More

[00] Maintenance
[ PROLOG ]
00000
00000
00000
[01] Brankar Tanda Tanya
[02] Brankar Tanda Tanya
[03] Brankar Tanda Tanya
[04] Brankar Tanda Tanya
[05] Brankar Tanda Tanya
[06] Brankar Tanda Tanya
[07] Kelana Pembenaran
[08] Kelana Pembenaran
[09] Kelana Pembenaran
[10] Rumah Baru
[11] Rumah Baru
[12] Rumah Baru
[13] Rumah Baru
[14] Rumah Baru
[15] Mendekati Kebenaran
[16] Mendekati Kebenaran
[17] Metamorfosis : Telur
[20] Metamorfosis : Telur
[21] Metamorfosis : Telur
[22] Metamorfosis : Larva
[18] Metamorfosis : Telur
[23] Metamorfosis : Larva
[24] Flashback
[25] Flashback
[26] Flashback
[27] Flashback
[28] Penentuan
[29] Kriteria?
[30] Chinese Cave
[31] Chinese Cave
[32] Chinese Cave
THANKS
[33] Chinese Cave
[34] Chinese Cave
[35] Chinese Cave
[36] Chinese Cave
[37] Chinese Cave

[19] Metamorfosis : Telur

52 5 0
By blvckmsk

"Kalau mati bukan salahku, ya!" peringat Tya sesaat sebelum ia memasang kuda-kuda. Pistol itu diarahkannya lurus ke depan, bersiap menyapa para tahanan yang dikeluarkan dari sel karena 'sarapan'.

Tahu bahwa dirinya tak bisa bertanya lebih lanjut walau masih bingung, Nako menyambar pergelangan tangan El. Menyuruh gadis kecil itu untuk bersembunyi di belakang punggungnya.

Bersamaan dengan itu, satu per satu tahanan mulai keluar dari selnya.

"AH SIAL! Apa yang sedang terjadi disini, Tya?!" pekik Nako akhirnya setelah menahan mati-matian untuk tak buka suara.

Tya terkekeh, matanya fokus mengincar tahanan yang mulai memenuhi koridor. Ia waspada, jika memang ada yang berniat menyerang mereka.

"Mereka akan mencoba melumpuhkan kita, untuk menggunakan darah kita dan keluar dari penjara," jelas Tya singkat dan padat. Untungnya Nako mengerti penjelasan itu, dan langsung menyadari situasi.

Nako merogoh cepat sarung senjata di pinggulnya, mengeluarkan sebuah pistol silver yang kemudian ditodongkannya ke depan. Ia memasang kuda-kuda, bersiap meluncurkan tembakan.

"Kalau begitu, kita harus berkelahi?" tanya Nako memastikan sekali lagi.

"Ya, hanya jika mereka menyerang. Intinya, jangan sampai ada tahanan yang mati di tanganmu. Kau bisa masuk pengadilan jika melakukan itu," peringat Tya tegas.

Nako hendak membantah, tapi fokusnya seketika teralihkan kepada satu tahanan yang bergerak mendekati mereka. Tatapan tahanan itu seakan melihat batu berlian, yang harus segera ditambang. Nako bergidik melihatnya.

Hampir saja Nako menembak telak tahanan itu di kepala, Headshot! Tapi ia tak mau repot-repot ke pengadilan, jadilah moncong pistol itu ia turunkan. Nako mengincar kaki para tahanan.

DOR!

Suara tembakan bergema nyaring di telinga. Nako, El dan para tahanan itu terkejut. Bahkan ada beberapa tahanan yang sampai tiarap, saking terkejutnya.

Tya tersenyum, "Aku ini polisi, bawa pistol. Kalian macam-macam, sudah kupastikan meninggoy."

Ancaman yang buruk.

Sedetik kemudian, para tahanan itu justru berbondong-bondong mendekati ketiganya. Semakin panik, Tya terus melayangkan pelurunya ke udara, menggertak sambil mundur perlahan.

"Mereka tak takut padamu?" bisik Nako bingung.

"Kalau mereka takut, aku tak akan bawa pistol," Tya terkekeh. "Tapi tenang saja, anggap saja samsak gratis," sambungnya ngawur.

Nako tak habis pikir, memang seharusnya ia menunggu Casano saja.

Mau tak mau, Nako akhirnya menembak kaki salah satu tahanan yang mendekat. Bukan salah Nako, ia sudah beri peringatan namun tak diindahkan.

Tahanan itu terjatuh, mengerang kesakitan dengan darah yang mengucur dari kakinya. Peluru itu menakuti tahanan lain untuk sepersekian waktu, mereka tertegun sejenak.

"Lihat! Kalian tak akan diberi pengobatan jika mendapat luka! Kalian ingat itu kan?" Tya masih saja memprovokasi, mencoba membuat para Tahanan itu mundur tanpa perlu berkelahi.

Tapi para tahanan itu telah dibutakan oleh hasrat meraih kebebasan. Jadi, gertakan Tya seolah-olah dengungan nyamuk bagi mereka. Detik selanjutnya, para tahanan itu kembali merangsak maju.

DOR! DOR! DOR!

Tiga peluru lolos, dan itu dari Tya, masih pula mengarahkannya ke atap. Perempuan itu membuat Nako heran, Nako kira Tya akan menjadi brutal dan bersemangat dengan perkelahian ini. Nyatanya tidak!

Atau ...

"KUPERINGATKAN SEKALI LAGI--"

"AARRRGHHH!!" raung salah satu tahanan dengan badan paling besar. Seluruh tubuhnya penuh tato, bahkan sampai ke matanya yang hitam kelam. Ia marah, mungkin karena Tya terlalu banyak omong.

"Sial. Kalian benar-benar!"

Gigi Tya bergemelutuk, perempuan itu mengganti pose kuda-kudanya. Ia menunduk, membuat Nako dan El kebingungan. Lantas kemudian ...

"BAJINGAN! HAHAHAHAH!"

DOR! DOR!

Tya seperti orang kesetanan. Peluru ia tembakkan tanpa mau tahu bagian apa yang akan terkena dari para tahanan itu. Satu per satu tahanan bergidik, mundur perlahan dan bahkan ada yang sudah berlari terbirit-birit menuju selnya.

Mereka tak mau mati.

Tapi tidak untuk empat tahanan berbadan kekar, yang masih berdiri teguh tak gentar menghadang Tya, Nako dan El.

"HAHAHAH! LAWAN SINI LAWAN! MATI SINI MATI!" teriak Tya kegirangan. Perempuan itu tanpa aba-aba langsung melesat maju, meninju pipi kanan salah satu tahanan.

"Huh! Geli--"

DOR!

"SATU KOSONG! HAHAHAHAH!"

Tahanan itu tersungkur setelah berteriak kesakitan ketika sebuah peluru menembus matanya. Ia sama sekali tak mengira bahwa tinju itu hanyalah pengalihan saja. Gerakan Tya terlalu gesit, terlalu susah untuk ditebak.

Tya lagi-lagi mencium moncong pistolnya, "Bau bubuk mesiu ini, ah! Aku kecanduan! Hirup lagi! Hirup!"

Tya mundur dua langkah, menatap sengit tiga tahanan yang tersisa. Entah apa yang mereka pikirkan, kenapa mereka berani--

"Bukan kau saja yang punya senjata, Manis." Satu tahanan dengan pakaian paling rapi itu tersenyum licik. Mengeluarkan senjatanya dari dalam kaus.

Tya memiringkan kepalanya, "Wah! Itu sih pelanggaran! Wah--" Tya menjeda ucapannya.

"--Itu sih harus diberi hukuman!" Senyumnya merekah, senyum wanita gila.

Berlari, Tya meloncat kesana-kemari menghindari tembakan ngawur dari Tahanan. Dinding penjara itu berlubang-lubang! Kerusakan properti!

Sementara Tya sibuk menghadapi satu tahanan berpistol, Nako dan El dihadang oleh dua tahanan yang tersisa. Nako was-was, ia tak biasa mencederai, Ia hanya bisa membunuh, yang berarti langsung menyerang bagian vital lawan.

Tapi ia tak boleh!

"Mundur, saya mohon," pintanya pada dua tahanan itu. Jelas saja, tahanan itu sudah budeg, tuli, pekok, dungu! Mereka dibutakan oleh nafsu mereka untuk segera keluar dari penjara ini! Mereka orang-orang gila yang mendambakan kebebasannya!

Maka! Untuk apa mereka dengarkan cicitan curut di hadapan mereka?!

Dua tahanan itu langsung merengsek maju, satu berhasil meringkus El, mencekik gadis malang itu tanpa rasa bersalah sedikitpun. El meronta-ronta, meminta bantuan, lirih memanggil nama Nako.

"Hei! Dia belum lima belas tahun ... KEPARAT!"

DOR! DOR!

Nako membidik tepat ke lengan tahanan itu, membuatnya mengerang dan menjatuhkan El begitu saja. Berdebum tubuh mungil itu di lantai. Nako hendak mengamankannya, tapi ia dihadang lagi.

"Ah kesal. Persetan!"

DOR! DOR!

HEADSHOT!

DOR! DOR!

NICE SHOT!

Dua badan besar itu tumbang begitu saja dengan masing-masing dua peluru bersemayam dalam kepala, Nako tak peduli lagi dengan perkataan Tya. Ia lakukan apa yang biasa ia lakukan. Menembak lawan di bagian vital.

"Waktu lebih berharga daripada bajingan seperti kalian," desis Nako sambil menginjak wajah salah satu tahanan. Ia mengulurkan tangannya, membantu El yang terpojokkan sedari tadi untuk berdiri.

"Hei? Kau sudah selesai?"

Nako menoleh, menatap malas Tya yang sibuk berlari kesana-kemari, masih bermain-main dengan satu tahanan yang mulai kewalahan.

DOR!

Crat!

"HEI! ITUKAN PUNYAKU!"

Nako mengendikkan bahu, tak peduli dengan omelan Tya. Berjalan mendekati tahanan yang baru saja ia tembak tepat di kepala, Nako berjongkok, mengambil pistol bekas tahanan itu dan memberikannya ke El.

"Untukku, Kak?"

Nako mengangguk, "Kompensasi, karena seharusnya latihanmu bukan sekarang, tapi nanti malam."

El terdiam, pikirannya berkecamuk. Namun ia tetap tenang dan memasukkan pistol berdarah itu ke dalam saku celananya, "Terimakasih Kak Nako," ucapnya sembari tersenyum. Dan ....

Brukh!

"EL!"

---

Continue Reading

You'll Also Like

55K 6.5K 25
Ayo saksikan bersama takdir baru dari Menara Everlasting.
927K 29.2K 26
Ini adalah versi revisi!! Hidupku hancur setelah hari itu tiba, kehidupan yang awalnya selalu di landasi dengan keceriaan kini telah hilang ditelan o...
51.4K 3.4K 37
Takdir suka lucu ya. Kita bertemu, jatuh cinta lalu tersesat didalamnya. Seperti sebuah permainan tanpa akhir. Raya yang mengetahui fakta dibalik kem...
23.2K 4.9K 37
(READY SERIES #1) Takdir Hazel hanya sebagai seorang figuran dalam dunia yang ditulis. Dia mendapatkan cinta dari Arkana namun berujung kematian yang...