I WANT YOU (END)

By SriNNingsih

1.8M 140K 1.9K

Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak d... More

PROLOG
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
EPILOG
Persiapan untukmu, Ace!
Hello

19

27.6K 2.2K 18
By SriNNingsih

Ruangan luas yang berisi beberapa meja dan kursi di penuhi oleh pria dengan berbagai penampilan. Tujuan mereka adalah satu, menghabiskan waktu dengan minum dan bermain wanita. Seorang pemuda dengan lincahnya memainkan botol-botol layaknya bartender-botol kecil melayang di udara, ia sedang menunjukkan keahliannya di balik meja bar. Meski ruangan itu sedikit lusuh dan terkesan remang-remang tapi tak pernah sepi oleh pengunjung yang haus akan kepuasan nafsu.

Di balik ruangan itu, ada satu ruang rahasia. Tidak hanya remang-remang yang menemani, gelap dan hanya beberapa cahaya lilin di setiap meja saja bercahaya memberikan penerangan meskipun itu tidak membuatnya terang benderang.

Ace menyandarkan punggungnya di sofa tak jauh dari meja kerjanya. Ada seseorang berdiri di balik meja itu menghadap rak lemari yang penuh dengan buku, pria itu fokus membaca dokumen di tangannya. Ace mengabaikan pria tersebut, ia memejamkan mata dan berusaha merilekskan diri walaupun itu hanya hitungan detik.

"Tuan Ace, setelah kejadian saat itu. Sesuai dengan perintah Tuan, saya sudah menemui dan meminta bantuan orang-orang dari clan pencari informasi untuk mendapatkan informasi detail dan rahasia tentang orang-orang yang melakukan transaksi di sekitar RS." Ujar William si pria berkacamata yang serius membaca dokumen.

"Lalu, kapan kita akan mendapatkan hasil informasinya?" Tanya Ace.

"5 hari sampai 1 minggu. Karena memang membutuhkan waktu, tidak seperti sedang mencari identitas seseorang," Jawab William.

Ace menatap datar William. "Baiklah kalau begitu. Setelah informasi tersebut keluar, segera kabari aku!"

William mengangguk, "Baik, Tuan."

"Aku pergi dulu, jika kau mencariku. Aku ada di tempat biasanya." Ujarnya kemudia Ace beranjak meninggalkan ruangan rahasianya-pemilik netra merah berniat menemui gadis bermata emas madu yang sudah menarik hatinya saat pertama kali ia melihatnya.

William menatap diam kepergian Tuannya, pemandangan langka yang sangat jarang ia temui. Seorang Ace pemilik hati yang dingin tak tersentuh oleh wanita, kini pergi mengunjungi seorang wanita.

***___***

Thalia mengusap peluh di dahinya. Ia baru saja menolong persalinan wanita hamil dari kasta rendah. Benar sesuai dugaannya, kesenjangan pelayanan sudah mendarah daging di tempat ia bekerja sekarang. Sempat ia bersitegang dengan senior yang kekeuh dengan pengalamannya menentang ilmu baru darinya-Thalia menamai snior di sini dengan sebutan Sesepuh Dukun Beranak.

Thalia memberikan edukasinya, jika setiap persalinan tidak perlu langsung memerintahkan pasien untuk mengejan sampai bayi lahir. Ada fase menunggu karena memang penipisan dan pelebaran jalan lahir memang membutuhkan waktu.

Ia tak habis berfikir. Di kepalanya banyak sekali pertanyaan.

Bagaimana jika pembukaan persalinan masih kecil dan di perintahkan mengejan terus menerus?'

Apa yang akan terjadi pada ibu dan bayi?

Para sesepuh dukun beranak tidak ada satupun yang menyukai kehadirannya. Mereka menganggap Thalia hanyalah anak bau kencur yang tak berpengalaman serta berniat mengacau. Thalia hanya ingin membuktikan apa yang ia dapat di dunianya bisa bermanfaat.

Setelah bersitegang, kepala RS Tuan Thomas menghentikan perdebatan manusia berbeda generasi tersebut. "Saya paham para tetua tidak menyukai Nona Thalia di sini. Tapi, mohon untuk di tekan rasa tidak sukanya tersebut. Karena, Lady Nathalia di sini berniat membantu dan Raja Liam mengirim Lady ke RS ini." Papar Tuan Thomas. Thalia tersenyum tipis melihat sesepuh kolot dan ngeyel itu terdiam. "Jadi, meskipun kalian semua tak menyukainya. Kalian tidak bisa mengusirnya. Jika hal itu terjadi, maka akan menimbulkan kemarahan Raja, sebab kita menolak bantuan Raja Liam!" Sambungnya dengan nada tegas.

Thalia terdiam melihat reaksi dan ekspresi para wanita tua berotak udang itu. Dengan tatapan, sinis akhirnya sesepuh memilih mengalah dan diam. Mereka akan memperhatikan apa yang gadis itu lakukan.

Ada sebagian sesepuh nampak antusias. Setelah melihat kecekatan dan uletnya Thalia dalam menghadapi pasiennya. Dan benar adanya, 3 persalinan normal berhasil gadis itu lahirkan selamat dan dalam waktu relatif cepat, perdarahan tidak sebanyak yang mereka hadapi, serta kondisi ibu masih memiliki tenaga dan kondisi bayi yang menangis kuat dan bergerak aktif. Semua keraguan mereka menghilang berganti dengan rasa kagum.

Belum lagi Thalia menggunakan alat-alat aneh yang belum pernah mereka temui. Memang sedari awal Thalia sudah menyimpan alat-alat itu di ruang bersalin secara tertutup dan tidak boleh sembarangan mengambil karena memiliki status steril. Thalia sudah mengedukasi sebagian perawat di ruang bersalin, cara untuk mengambil dan mensteril alat bekas pakai. Tak lupa, cara menyimpannya juga agar tetap terjaga kesterilannya.

"Nona, ada satu pasien yang mengaku lelah dan mengantuk. Apa boleh pasien tersebut tidur?" Tanya Suster bernama Ovi.

"Bagaimana kondisinya?" Tanya Thalia.

"Baik Nona, Perdarahannya keluar sedikit, nadi kuat dan teratur," Ovi menjawab dengan tegas.

"Pasien pucat, atau terlihat lemas?" Tanya Thalia lagi.

Ovi menggelengkan kepalanya, "Tidak Lady, pasien tidak pucat dan tidak lemas. Hanya mengaku mengantuk saja karena lelah."

"Tak masalah, di persilahkan untuk tidur. Tetapi, tetap lakukan pemantuan dan minta pihak keluarga juga memantau. Kalau ada keluhan langsung perintahkan untuk melapor." Perintah Thalia.

"Baik, Lady." Jawab Ovi, tak lama ia pamit dan berlalu meninggalkan Thalia.

Thalia berjalan ke jendela RS yang terbuka, ia menatap jauh kedepan. Pemandangan hijau sangat memanjakan kedua matanya. Udaranya begitu segar dan tak tercemari polusi. Peluh Thalia pun berkurang sedikit. Ia memejamkan mata menikmati pemandangan.

Awalnya Thalia hanya ingin membantu, mengubah kesenjangan serta memberikan sedikit ilmu baru secara sukarela. Tapi setelah beberapa hari ia berkecimpung di RS tersebut dan atas desakan serta paksaan kepala RS Tuan Thomas. Akhirnya, Thalia mendapatkan upah sesuai dengan tenaga yang ia keluarkan.

Tak lupa, Raja Liam juga memberinya pesangon rutin setiap bulan, karena secara tak langsung Thalia membantunya untuk berkecimpung secara langsung guna memperbaiki fasilitas kesehatan di Orthello. Thalia tak menolak, ia malah senang karena mendapat tambahan. Ia berencana menabungnya untuk membuka kliniknya sendiri.

"Kau benar-benar sibuk ya!" Suara bariton membuyarkan fokus Thalia. Kedua mata emas madunya menatap ke sumber suara.

Wanita itu tersenyum. "Tidak terlalu sibuk kok, Ace. Ada apa kau kesini?" Tanyanya.

"Aku hanya ingin menengokmu. Apa aku mengganggu waktumu, Tha?"

Thalia menggelengkan kepalanya. "Tentu tidak. Apa kamu sudah makan siang?" Tanya Thalia.

Ace sekarang berdiri di samping Thalia, mata merahnya menatap pemandangan hijau yang membentang luas. "Aku belum makan." Jawabnya singkat.

"Bagus sekali. Kalau tak keberatan. Apa kau mau makan bersamaku?" Tanya Thalia membuat Ace beralih menatapnya.

Ace tersenyum. "Tentu, senang aku bisa makan bersamamu."

Thalia tak percaya kalau Ace menerima ajakannya. Sontak ia meraih jemari Ace dan menarik pria itu keluar RS untuk mengambil bekal yang sudah ia persiapkan. "Ayo, kita makan di bawah pohon belakang RS!" Ajak Thalia.

Ace hanya diam mengikuti karena tangannya di tarik Thalia.

***___***

Yasmin menyiapkan perbekalan Nona mudanya. Sesuai keinginan Thalia sebelum berangkat RS meminta Yasmin untuk pergi ke belakang RS di bawah pohon untuk makan perbekalan siangnya.

"Ahh, Yasmin sudah di sini," Sahut Thalia.

Yasmin menoleh menatap kedatangan Nona mudanya. Kedua matanya melebar melihat Thalia tidak datang sendiri, melainkan datang bersama dengan Pangeran Ace di belakangnya. Yasmin lebih terkejut lagi kedua tangan keduanya saling bertautan. Yasmin tersenyum samar dalam hati ia sedikit khawatir.

Yasmin senang jika Nonanya senang meskipun ia tahu Nonanya dekat dengan pria yang tidak bisa di remehkan.

"Nona, makanannya sudah saya siapkan!" Ujar Yasmin.

Thalia mengangguk. "Terimakasih. Ayo, lekas kita makan bersama!" Kata Thalia kemudian duduk di atas alas kain.

Ace duduk di samping Thalia, ia tertegun melihat bermacam-macam menu yang tak pernah ia temui. "Untuk bekal makan siang. Bukan kah ini terlalu banyak untuk ukuranmu seorang diri?" Ujar Ace penuh tanda tanya.

Thalia tertawa, "Aku menyiapkannya tidak untuk diriku sendiri kok."

"Lalu, apakah kau ada janji makan bersama seseorang?" Tanya Ace.

Tatapan matanya berubah tajam, ada rasa kesal di hatinya memikirkan Thalia akan makan bersama seseorang yang ia tak tahu siapa.

Thalia menggelengkan kepalanya. "Tidak ada janji dengan siapapun kok. Aku hanya merasa selain makan bersama Yasmin berdua, kau pasti bakalan datang untuk menemuiku. Dan ternyata firasatku benar, kau datang kesini. Jadi sekalian saja aku mengajakmu untuk makan bersama." Jelasnya.

Thalia kemudian mengambil menu olahannya, ia menyodorkan Nasi dan Ayam Asam Manisnya kepada Ace "Coba cicipilah! Ini buatanku Ayam Asam Manis,"

Ace menerima 2 piring yang berisi nasi beserta Ayam Asam Manisnya "Ini kau yang memasak?" Tanya Ace lagi.

Thalia mengangguk "Iya, aku jamin enak. Cobalah!"

Ace mengangguk dan ia menyuapkan kedua menunya itu dengan sendok bergantian. Kedua mata merahnya berbinar. "Enak,"

"Sudah pasti enak. Thalia gitu," Thalia tertawa melihat ekspresi Ace yang sedang menikmati makanan buatannya. "Makanlah yang banyak! Jangan buru-buru menunya masih banyak kok. Ini ada Tongseng daging, Tongseng Sayur, Lalapan, beserta sambal. Ada juga kerupuk loh!" Sahut Thalia membuat Ace makin berbinar ingin mencoba semua makanan buatan Thalia.

Satu makanan membuat Ace jatuh cinta. Makanan itu mengeluarkan bunyi kriuk kriuk kriuk saat ia mengunyahnya. Thalia kembali tertawa melihat Ace beberapa kali mengambil kerupuk.

"Itu namanya kerupuk Puli atau kerupuk Nasi, aku membuat kerupuk itu sendiri karena disini tak ada yang menjualnya. Itu makanan favoritku." Jelas Thalia.

Ace masih menikmati makan siangnya bersama Thalia dan Yasmin.

Continue Reading

You'll Also Like

10.1K 1.3K 42
Ada seorang gadis dari Nusantara bernama Arum. Dia pergi ke negeri China demi menggapai cita-citanya yang sangat nyeleneh. Apa cita-cita tersebut? Da...
697K 48.8K 37
Ketika seorang mahasiswa kedokteran bernama Astrella Hunter yang hobi membaca novel tiba-tiba mengalami kejadian yang tak terduga dalam hidupnya. Set...
472K 28.5K 46
{Warning! Masih tahap revisi dan banyak typo berterbangan!} Hal yang Evelyn inginkan hanya kasih sayang keluarga. Tidak begitu sulit kedengarannya, t...
642K 60K 32
Ibuku bilang, selama ini kami harus hidup susah dan terus-menerus bersembunyi karena ayahku sangat membenci kami dan ingin membunuh kami. Namun ... K...