Annora Untuk Ravindra [End]

By LiaAmelia19_

3.8K 405 73

"Aku akan lalui semuanya, walau luka itu harus datang lagi dan lagi." "Arti nama kamu kekuatan bukan? Aku yak... More

Prolog
Bagian 01.
Bagian 02.
Bagian 03.
Bagian 04.
Bagian 05.
Bagian 06.
Bagian 07.
Bagian 08.
Bagian 09.
Bagian 10.
Bagian 11.
Bagian 12.
Bagian 13.
Bagian 14.
Bagian 15.
Bagian 16.
Bagian 17.
Bagian 18.
Bagian 19.
Bagian 20.
Bagian 21.
Bagian 22.
Bagian 23.
Bagian 24.
Bagian 25.
Epilog.

Bagian 26.

107 11 3
By LiaAmelia19_

Malam yang mencekam ini, pikiran Ravindra berkecamuk. Masalah perusahaan membuat dia begitu pening. Kebahagiaan yang akan datang satu pekan lagi, yaitu hari pernikahannya, seakan-akan menjauh saat ini karena pikirannya diselimuti oleh masalah perusahaannya ini.

Hanya tiga hari tersisa untuk dia bisa mempertahankan proyek tersebut. Dia telah memikirkan banyak cara untuk mempertahankannya beberapa hari terakhir, namun nihil. Semunya menjadi-jadi. Dirinya terasa sangatlah lelah. Batinnya terguncang.

Ravindra terbaring menatap langit-langit kamar dengan manik mata sendu miliknya saat ini. Dia membayangkan betapa majunya perusahaan milik mamanya ketika  berada di tangan papanya. Tapi kenapa, ketika dia yang mengelola semua menjadi kacau. Ravindra pun tidak memberi tahu mamanya saat ini.

Kring!

Ponselnya berbunyi. Ia raih ponselnya yang berada tepat di atas nakas. Ternyata ada satu pesan masuk yang membuat gundah gulana nya seketika menghilang.

Annora calon istri saya♡
Assalamualaikum Ravindra
Besok siang bunda ajak Vindra
untuk makan di rumah, soalnya
bunda mau masak banyak.

Pesan itu membuat Ravindra seketika duduk dari baringannya. Ia tersenyum bahagia membacanya. Aish, seketika masalah perusahaan hilang begitu saja.

Anda
Wa'alaikumusslam Annora
Baik, aku akan ke rumah mu
besok ya..

Pesannya pun terkirim. Setelah mendapatkan balasan dari Annora, ia beralih menatap profil si pemberi pesan tersebut.

"Annora, setidaknya aku masih bisa bertahan hanya karena mu. Sungguh benar aku lelah, tetapi karena kamu lelah ku hilang. Sungguh masa lalu bersama papa sangat gelap, namun ketika engkau datang waktu itu, hidup ini lebih bercahaya, Ora. Percayalah, aku akan selalu menjaga kamu dan akan terus mencintai kamu," lirih Ravindra melihat profil Annora itu. Dia tersenyum begitu tulusanya.

Annora cahaya yang benar-benar datang di kehidupan Ravindra. Menerangi kembali hari Ravindra walau sempat mereka berjarak selama 4 tahun lamanya. Namun jarak itu, tak mengubah segalanya. Rasa itu tetap sama. Kebahagiaan itu tetap ada dan sangatlah nyata, meski waktu itu hanya dapat melihat Annora melalui media sosial.

Sedangkan di tempat lain, ada Annora yang duduk di pinggir rajanjangnya menatap foto dia bersama Ravindra ketika wisuda di Madrasah Aliyah waktu itu. Ia tak berhenti tersenyum melihat kelucuan ini.

"Ravindra, terimakasih banyak telah menjadi perantara juga pendukung aku meraih mimpi ini," ucap Annora.

Flashback on

Setelah dari butik milik Aisyah. Ravindra terburu-buru karena ada urusan di kantor sedangkan Annora dia pergi ke perpustakaan kota. Namun Annora di perpustakaan kota hanya setengah jam. Lalu hatinya ingin mengunjungi Madrasah Aliyah.

Saat ini dia telah tiba di Madrasah Aliyah nya. Madrasah yang menjadi perantaranya meraih mimpinya. Dia tidak akan dapat meraih mimpinya tanpa bantuan dari Madrasah Aliyah tercintanya ini.

Sebelum pergi ke sini, dia telah membelikan sesuatu untuk seseorang yang telah membantunya meraih biaya siswa itu. Pertama dia akan menemui sosok itu. Dia adalah Riska_seorang guru Madrasah Aliyah yang turut membantu siswa-siswi Madrasah Aliyah meraih biaya siswa.

Annora menatap sekeliling Madrasah Aliyah dengan berdecak kagum. Banyak yang telah berubah menjadi lebih indah.

Annora terus menelusuri koridor hingga sampai di suatu ruangan. Iya, ruangan ibu Riska. Dia mengetuk pintu dan mengucapkan salam terlebih dahulu walau pintu telah terbuka. Setelah mendapat jawaban dan dipersilahkan masuk, Annora segera masuk.

"Ora," ucap Riska hingga spontan berdiri dari duduknya. Annora mengangguk seraya tersenyum. Segera ia menghampiri Riska lalu mendekapnya sejenak.

"Ayo duduk, nak," ucap Riska yang mempersilahkan Annora duduk di sebuah sofa yang berada di sana. Lalu Annora duduk dan diikuti oleh Riska.

"Umi apa kabar?" tanya Annora pada Riska.

"Alhamdulillah, Ra. Umi baik-baik saja, Ra. Kalo kamu gimana, nak? Baik-baik aja kan di Kairo?"

"Alhamdulillah umi, Annora baik banget dan Alhamdulillah juga Annora mendapat banyak ilmu yang bermanfaat juga banyak kebahagiaan di sana. Alhamdulillah umi, mimpi Annora tercapai di sana. Annora bersyukur, mimpi Annora terwujud satu persatu, Umi," ucap Annora dengan beribu syukur.

Riska mengelus puncak kepala Annora dengan rasa bangga. Riska juga menyayangi Annora. Selama bertemu dengan banyak siswi, Annora adalah yang terbaik. "Alhamdulillah, nak. Umi udah yakin, kamu pasti bisa. Alhamdulillah, umi juga turut bahagia dengan pencapaian kamu. Berkah setiap langkah ya, nak."

"Aamiin Allahuma aamiin umi, terimakasih banyak umi. Annora seperti ini juga perantara nya Madrasah Aliyah ini, terutama umi yang membantu mengurusi biaya siswa untuk Annora bisa ke sana. Alhamdulillah Annora dapat biaya siswa 100% hingga Annora tidak pusing lagi untuk memikirkan biaya. Bahkan umi, setiap harinya Annora mendapat makanan di sana, biaya hidup dan lainnya," ucap Annora haru, matanya sudah berkaca-kaca sekarang.

Riska tersenyum, ternyata Annora belum mengetahuinya. Sepertinya ini sudah saatnya untuk Annora mengetahui semuanya.

"Annora sebenarnya kamu lulus biaya siswa di sini sebesar 70%, nak," ucap Riska. Kalimat itu membuat Annora sungguh kaget. Apa yang dia dengar barusan, jadi sisanya?

"Maksud u-umi?"

"Jadi, waktu itu ada seorang siswa laki-laki yang menghampiri umi terlebih dahulu sebelum kamu. Dia datang dan menanyakan nama-nama siswa siswi yang lulus biaya siswa untuk kuliah ke luar negeri. Umi sebutkan. Saat ada nama kamu, dia sangat bersyukur, Nak. Kemudian, dia meminta sesuatu untuk bilang ke kamu kalo kamu lulus 100%. Umi tanya, jadi bagaimana dengan sisanya? Dia menjawab biarkan dia yang menutupinya. Dia siap turut membiayai kamu hingga lulus. Umi kaget waktu itu, kenapa dia sebegitu semangatnya. Lalu, umi paham, ternyata ada cinta di dalamnya. Dia minta juga ke umi agar semuanya di rahasiakan hingga kamu lulus dari sana. Umi rasa, hari ini sudah waktunya kamu tahu. Laki-laki itu adalah Ravindra Natharrazka, nak." Tutur Riska.

Deg!

Setiap kalimat yang Riska tuturkan membuat Annora terharu hingga sampai di kata terkahir dan nama itu disebut...Annora meneteskan air matanya.

Begitu berjasanya Ravindra pada dirinya. Begitu hebatnya cinta Ravindra untuknya.

Annora menangis, ini bukan tangisan sedih dan patah hati. Melainkan tangisan bahagia, juga haru menyelimutinya. Riska yang ada di sana juga turut berkaca-kaca dan mengelus-elus bahu Annora.

"Ini, sungguh umi?" tanya Annora yang menyeka airmatanya.

"Wallahi, umi berkata jujur, nak." Ucap Riska yang membuat air itu menetes untuk kesekian kalinya.

Flashback off

Annora segera menyeka air matanya. Entah berapa banyak air mata yang ia teteskan akhir-akhir ini. Tetapi, air mata ini sungguh air mata kebahagiaan.

Annora tidak menyangka, Ravindra telah turut membiayainya di sana. Annora semakin merasakan betapa tulusnya Ravindra mencintai dirinya.

"Terimakasih banyak-banyak calon suamiku. Aku gak bisa mengucapkan nya sekarang. Tetapi di saat malam pernikahan kita nanti, aku akan mengutarakan semunya.  Aku akan mengucapkan ribuan terimakasih padamu nanti. Aku akan memberikan ribuan cinta juga untuk mu. Aku berjanji, akan menjadi seorang istri yang terbaik dan akan melengkapi mu juga membuat hari-hari mu lebih bercahaya. Aku juga bertahan meraih mimpi itu karena kamu, karena kamu memancarkan kekuatan itu. Kalimat perpisahan di Madrasah Aliyah waktu itu, membuat aku kuat dan bisa bertahan sampai saat ini hingga takdir benar-benar berpihak pada kita, Ravindra," lirih Annora menatap foto itu.

Ravindra, benar-benar sosok yang memberikan kekuatan di hidup Annora.

***

Brak!

Terdengar suara lemparan di balkon kamar Ravindra. Mendengar itu membuat Ravindra secepat mungkin terbangun dari baringnya. Dia secepat kilat menuju balkonnya.

Sesampainya di sana, dia mengerenyitkan keningnya ketika melihat kertas putih yang telah tergulung membentuk sebuah bola. Secepat mungkin dia mengambilnya.

Di dalam kertas itu ternyata terisi batu, segera dia melihat ke arah bawah untuk mencari sosok yang melemparkannya, ternyata nihil, tak ia temukan itu.

Dia melihat ke arah gerbang ternyata gerbang terbuka, kenapa bisa terbuka pikirnya.

Dia segera melihat ke arah jalan raya, ada sosok yang menggunkan motor dengan jaket hitam membawa motor secepat kilat. Dia memicingkan matanya untuk melihat siapa sosok dibalik itu, ternyata dia tak dapat mengenalinya.

"MANG DIMAN! TUTUP GERBANGNYA,  KUNCI!" teriak Ravindra dari atas balkon.

Sosok satpam yang disebut mang Diman oleh Ravindra itu segera terbangun dari tidurnya. Lihatlah, dia tidur seraya duduk di depan pos satpam itu.

Mang Diman segera menggeleng-gelengkan kepalanya, sial kenapa dia bisa tertidur.

"BAIK TUAN!" jawab Diman segera mengunci gerbangnya.

Setelah melihat gerbang terkunci. Ravindra segera melihat kembali ke arah kertas itu. Ia membacanya.

'Hai Ravindra Natharrazka Zaedyn, sampai ke temu besok!'

To be continued

Hallo pembaca cerita Buna.

Bagiamana part ini?

Terimakasih telah membaca sampai titik ini, di mana detik-detik akhir cerita.

Jangan lupa votenya!

Continue Reading

You'll Also Like

790K 93.6K 55
[Romance - Spiritual] Dunia Ilana itu hanya dipenuhi luka, derita, dan air mata. Terlebih, setelah mamanya tiada, rasa sakit yang Ilana rasakan kian...
17.2K 1.3K 42
(SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA) ⚠️⚠️⚠️ JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN ________ Kehidupan memang kadang kala membuat seseorang lelah. Apalagi dengan berbag...
5.8K 502 17
Roman - Mahasiswa - Guru . . . Nadheera Asyfa, gadis berusia duapuluh tahun. Dia merupakan mahasiswa di salah satu universitas swasta di kotanya. Dia...
221K 25.2K 28
Hanya cerita sederhana seorang ustadz muda yang ditugaskan oleh kiyai untuk mengajar disebuah pesantren dikota kembang. Niat hati hanya ingin mengaja...