"Campur cuka dan garam dengan perbandingan 2:1 lalu tambahkan ke dalam jus kacang. Tapi jangan diaduk terlalu banyak, nanti tahunya tidak akan menggumpal... Hah?! Sejun?!"
Kim Mi-ran sedang menjelaskan cara membuat tahu kepada Sejun ketika percakapan mereka tiba-tiba terputus saat Sejun dan Cuengi menghilang dari cermin.
"Masih banyak yang ingin kukatakan..."
Kim Mi-ran berkata dengan ekspresi kecewa.
Kemudian,
"Ah!"
Teringat sesuatu, dia buru-buru membuka pintu depan dan keluar.
Dan,
"Flamie!"
Dia memanggil pohon apel di tengah taman, yang telah ditanam di sana sejak mereka pindah.
Dan,
- "Ya. Ibu Tuan, apakah kamu memanggilku?"
Jawab pohon apel.
Awalnya Flamie yang mengakar di basement rumah untuk melindungi keluarga Sejun,
"Huh... Sejun hanya mengirimkan pesan bahwa dia baik-baik saja melalui Hunter Han Tae-jun, tapi kenapa dia tidak keluar dari menara? Apakah dia makan dengan benar?"
mendengar kekhawatiran Kim Mi-ran saat dia menyiram taman dan mengkhawatirkan Sejun.
'Ibu Tuan mengkhawatirkan tuan. Aku harus melakukan sesuatu!'
Jadi, Flamie menghubungkan akarnya dengan akar pohon apel di taman untuk meredakan kekhawatiran Kim Mi-ran dan,
- "Permisi... Halo ibu tuan, Aku Flamie."
mulai berkomunikasi dengan Kim Mi-ran melalui pohon apel, sesekali memberi tahu dia tentang Sejun dan meyakinkan keluarganya yang khawatir.
Namun,
"Hohoho. Sejun punya pacar? Dan dia sangat cantik?!"
"Benarkan?! Dengan satu kata Sejun monster di menara mati?"
"Dia bahkan makan ramen baru-baru ini? Menara ini memiliki segalanya, bukan?"
Flamie akhirnya meredakan kekhawatiran mereka dengan hanya membagikan kabar baik tentang Sejun, sehingga kekhawatiran keluarganya terhadapnya berkurang.
Alhasil, Kim Mi-ran tidak terlalu khawatir saat bertemu Sejun setelah hampir setahun.
Terlebih lagi, lingkungan yang terlihat melalui cermin, dengan lahan kosong yang sepenuhnya ditanami kini dipenuhi tanaman seperti jagung dan tomat ceri, membuat lokasi Sejun tampak seperti pedesaan biasa yang damai.
Kembali ke masa sekarang.
"Flamie, aku sedang berbicara dengan Sejun dan terputus. Bolehkah aku bertanya sesuatu?"
Kim Mi-ran, yang tidak dapat memuaskan rasa penasarannya karena percakapannya terputus dengan Sejun, bertanya pada Flamie.
- "Ya! Tanyakan apapun padaku!"
"Bagaimana cara Sejun merawat kulitnya?"
- "Hah?! Perawatan kulit?"
"Ya. Kulit Sejun terlihat sangat bagus!"
Kim Mi-ran penasaran dengan rutinitas perawatan kulit Sejun yang meningkat secara signifikan sejak memasuki menara. Warna kulitnya cerah, noda hilang, dan ada sedikit kilau.
Ciri-cirinya juga tampak lebih jelas. Sedangkan Sejun yang setiap hari melihat wajahnya tidak menyadari perubahannya, wajahnya justru semakin tampan karena pijatan Theo.
- "Ah! Itu karena tangan kanan Tuan, Theo..."
Flamie menjelaskan kepada Kim Mi-ran mengapa kulit Sejun membaik.
"Jadi maksudmu kulit Sejun menjadi lebih baik karena pijatan dari Theo, kucing yang dia pelihara?!"
- "Ya!"
"Sejun sangat beruntung, mendapatkan pijatan dan memperbaiki kulitnya... Aku sangat iri."
Kim Mi-ran merasa iri pada putranya, yang kulitnya menjadi lebih baik saat dipijat dengan memijat kucingnya.
"Ngomong-ngomong, aku tidak melihat Theo. Aku harus meminta Sejun untuk menunjukkan Theo kepadaku nanti."
Kim Mi-ran, merasa sedikit kecewa karena tidak melihat Theo.
"Astaga! Lihat aku!"
Tiba-tiba teringat dia meninggalkan sup pasta kedelai di atas kompor, dia bergegas kembali ke dapur.
- "Fiuh. Sungguh melegakan bahwa ibu tuan tidak menyebutkan aku kepada tuan."
Flamie merasa lega karena Sejun tidak menemukan akarnya meluas hingga ke sana.
***
"Kakek, aku di sini!"
Aileen tiba di wilayah Naga Hitam melalui portal di area administrator.
"Khahaha! Cucu perempuanku ada di sini!"
"Kakek, dimana barangnya?"
Aileen segera menyampaikan tujuannya, meskipun Kaiser mendapat sambutan hangat.
Aileen dengan tegas memberitahu Kaiser bahwa Samyangju yang dia berikan tidak gratis, dan menyerahkan minuman kerasnya. Sebagai tanggapan, Kaiser membagikan Samyangju kepada naga hitam dan sebagai gantinya menerima sisik naga.
"Mereka disana. Kali ini, untuk setiap cangkir Samyangju, aku mendapat tiga sisik yang diukir dengan sihir naga. kahha. Bagaimana tentang itu?"
Kaiser dengan bangga menunjuk tumpukan besar sisik naga hitam yang diperoleh sebagai harga Samyangju.
Kemarin saat makan siang, ketika 300 toples Samyangju yang diseduh Sejun seminggu yang lalu sudah siap, 3333 botol dibagikan ke setiap klan naga, dan semua naga mencicipi setidaknya satu gelas kemarin.
Dan karena rasa Samyangju yang enak dan efeknya dalam menjernihkan pikiran, Samyangju langsung menjadi minuman favorit para naga.
Akibatnya, naga hitam, mengikuti permintaan Kaiser untuk pembayaran, rela menyerahkan sisik mereka yang diukir dengan sihir naga. Bahkan, mereka rela memberi sisik lebih banyak untuk mendapatkan lebih banyak minuman keras.
"Kakek, terima kasih. Aku pergi sekarang!"
Aileen mengumpulkan tumpukan sisik dan bergegas menuju portal.
"Apa? Sudah berangkat?"
"Ya, aku punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan!"
Meninggalkan Kaiser yang kecewa, Aileen bergegas kembali ke area administrator.
Dan,
"Hehehe. Sejun akan senang, kan?"
Aileen mengantarkan sisik naga hitam yang diterimanya dari Kaiser kepada Sejun.
***
Sip.
[Administrator Menara mengatakan ini sebagai imbalan atas Samyangju.]
Aileen berbicara kepada Sejun yang sedang menikmati kopi paginya setelah sarapan.
Kemudian,
Thud!
Sekitar 80.000 sisik naga hitam muncul di depan Sejun.
"Aileen, terima kasih."
Sejun menyimpan sisik naga hitam yang ia terima dari Aileen di tempat penyimpanannya yang kosong. Meskipun itu lebih dari yang dibutuhkan, memiliki satu sisik naga bisa menyelamatkannya dari situasi mematikan, jadi memiliki lebih banyak bukanlah hal yang buruk.
Setelah menyimpan sisik naga hitam di gudang,
Krueng!
[Ayah, Cuengi akan pergi dan memeriksa herbalnya!]
Cuengi bergegas menuju hutan barat.
"Cuengi, kamu harus membawa makanan ringan."
Sejun memperhatikan kantong camilan Cuengi kosong, tapi
Krueng! Krueng!
[Tidak dibutuhkan! Tidak apa-apa!]
Anehnya, Cuengi menolak makanan dan segera menuju hutan barat.
"Ada yang mencurigakan tentang Cuengi."
"Apa yang mencurigakan, meong?"
Saat Cuengi dengan cepat menghilang di kejauhan, Sejun berkomentar, dan Theo penasaran, bertanya.
"Ini tentang Cuengi. Saat ini, dia tidak mengisi kantong makanan ringannya dan kembali larut malam."
Sejak sehari setelah mereka membuat tahu lima hari yang lalu, Cuengi berhenti meminta makanan pada Sejun. Dan bahkan ketika dia kembali di malam hari, dia tidak makan tetapi bermain-main dengan Sejun dan kemudian pergi tidur.
'Mungkinkah dia sakit?'
Awalnya Sejun khawatir jika Cuengi sedang tidak sehat, namun Cuengi tampak terlalu bersemangat untuk sakit.
"Maka hanya ada satu kemungkinan yang tersisa."
"Ada apa, meong?"
"Wakil Ketua Theo, kamu tidak tahu? Lalu bagaimana kamu bisa dipanggil Theo-son, asisten detektif hebat Sherlock Sejun?" (TL: Theo-son seperti dalam Watson dari Sherlock Holmes)
"Meong?! Apa itu Theo-son, meong?"
Bingung dengan permainan peran Sejun yang tiba-tiba, Theo tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan bertanya.
"Ada hal seperti itu. Jadi, apakah kamu akan menjadi asistenku atau tidak?!"
"Aku akan melakukannya, meong! Aku tangan kanan Sejun dan asistennya, meong!"
Meski tidak jelas secara spesifik, Theo, yang selalu ingin berada di pihak Sejun, menyetujuinya tanpa ragu.
"Bagus. Melihat antusiasme Theo-son, aku akan membiarkan yang ini berlalu."
"Terima kasih, meong! Aku akan bekerja keras mulai sekarang, meong!"
"Tepat! Itulah semangatnya, Theo-son!"
Sejun senang dengan sikap bersemangat Theo.
Dan,
"Theo-son, dengarkan baik-baik. Mengingat jumlah yang dimakan Cuengi, tidak masuk akal jika dia tidak makan apa pun, bukan?"
Sejun melanjutkan deduksinya.
"Benar, meong! Tidak masuk akal kalau Cuengi kelaparan, meong!"
Theo sangat setuju dengan kata-kata Sejun.
"Itu berarti..."
"Itu berarti? Apa, meong? Aku sangat penasaran, meong! Katakan padaku secepatnya, meong!"
"Cuengi diam-diam memakan sesuatu yang enak! Ha ha! Bagaimana dengan kesimpulan dari detektif hebat Sherlock Sejun?"
Sejun dengan bangga menanggapi sikap Theo yang penasaran dan bersemangat.
Dan,
"Kelelawar Emas! Panggil Iona."
Sejun memanggil Kelelawar Emas untuk membawa Iona dari Menara Penyihir.
Saatnya menghadapi Cuengi yang baru dicurigai namun belum tertangkap basah.
'Cuengi pasti makan makanan enak sendirian dan hanya memberiku makanan yang hambar dan pahit.'
Sejun berencana mengikuti Cuengi dan memergokinya sedang makan sesuatu yang enak sendirian.
Jadi, Sejun memanggil Kelelawar Emas untuk memanggil Iona karena dia membutuhkan sihir anginnya untuk mendekati Cuengi tanpa terdeteksi oleh indera penciumannya yang tajam.
Meskipun Sejun mempertimbangkan untuk bergerak di bawah tanah, Cuengi telah belajar mendeteksi musuh yang bergerak di bawah tanah selama pertempuran sebelumnya dengan entitas yang rusak.
Krueng! Krueng!
[Ada sesuatu di dalam tanah! Ayo kita mulai dan cari tahu!]
Metode Cuengi menyerang sesuatu yang mencurigakan di tanah terlalu beresiko.
Beberapa saat kemudian,
"Kyoot Kyoot Kyoot. Sejun, apakah kamu memanggilku?"
Iona tiba dengan Kelelawar Emas.
"Bagus, kamu di sini, Iona. Kami akan diam-diam mengikuti Cuengi, jadi bisakah kamu menyembunyikan aroma kami dengan sihir anginmu?"
"Kyoot Kyoot Kyoot. Memata-matai? Terdengar menyenangkan. Serahkan padaku!"
Iona, yang tertarik dengan gagasan tailing, dengan penuh semangat setuju untuk membantu.
"Puhuhut. Bahkan jika Iona menyembunyikan aroma kita, ini aku, asisten hebat Theo-son, yang akan membantu detektif hebat Sherlock Sejun!"
Theo, yang sepenuhnya tenggelam dalam permainan peran mereka, berpegangan pada lutut Sejun dan menyatakan dengan percaya diri. Sekarang, aku sudah paham apa yang diinginkan Ketua Park, meong!
"Baiklah! Ayo pergi!"
Sejun, bersama Theo, Iona, dan Kelelawar Emas, berangkat menuju hutan barat untuk menyaksikan aksi Cuengi.
***
Di hutan barat,
Krueng!
[Akhirnya tiba!]
Cuengi yang melewatkan sarapan pagi, tiba di tempat yang dipenuhi pepohonan raksasa yang dipenuhi tanaman merambat kudzu dan segera mulai mengendus-endus.
Kemudian,
Kuehehehe. Krueng!
[Hehehe. Di sini baunya seperti madu!]
Crack.
Setelah menemukan aroma yang dicarinya, Cuengi menancapkan cakar depannya ke dalam batang pohon, mencabut sebatang akar kudzu berwarna biru,
Krueng!
[Menemukan herbal rasa madu!]
Munch. Munch.
Cuengi dengan senang hati memakannya.
Krueng!
[Sangat lezat!]
Dum dum.
Mengunyah akar kudzu, Cuengi menari kegirangan seiring keluarnya sari manisnya.
Setelah menemukan dan memakan beberapa akar kudzu rasa madu,
Sniff sniff.
Cuengi mulai mencari akar kudzu baru.
Kemudian,
Krueng!
[Ada bau pahit di sini!]
Crack!
Mendeteksi bau pahit, Cuengi menggali pohon lain dan mencabut akar kudzu merah.
Krueng!
[Yang ini untuk Ayah!]
Cuengi segera menyimpan akar kudzu merah itu ke dalam kantong camilannya.
***
"Kena kau! Dasar bajingan kecil!"
Sejun, menyaksikan Cuengi memakan akar kudzu biru dan menyembunyikan akar kudzu merah di tasnya melalui mantra sihir angin Iona, berseru.
Sesuai dugaan Sejun, Cuengi memakan yang enak dan hanya memberi Sejun yang rasanya pahit.
Yang lebih menyebalkan adalah rasio panen Cuengi: sekitar sembilan akar kudzu biru untuk setiap satu akar merah. Meski akarnya enak, Cuengi tidak pernah menawarkannya kepada Sejun.
'Dasar bajingan kecil, Cuengi! Kamu punya yang enak tapi hanya memberiku yang pahit!'
Sejun, yang marah dengan kelakuan buruk Cuengi, diam-diam mendekatinya.
Dan,
"Kena kau! Dasar bajingan!"
Krueng?
Sejun mencengkeram tengkuk Cuengi saat dia sibuk memakan akar kudzu biru.