"Meong meong meong! Meong meong meong!"
Kruenghooo!
Saat Tinju Badai Meow-Meow milik Theo dan Krueng-hooo milik Cuengi, bergabung, bilah sihir tak berbentuk dari Tinju Badai Meow-Meow bercampur dengan tornado Krueng-hooo, menghancurkan segala sesuatu dalam jangkauannya sepenuhnya.
·····
Akibatnya, Hydra yang terkena teknik gabungan mereka, binasa tanpa meninggalkan satu kata pun, apalagi jejak.
Namun,
Kwagwagwang!
Kekuatannya terlalu besar, lebih dari yang Sejun perkirakan. Tidak hanya Hydra tetapi juga ruang di belakangnya dilubangi membentuk lingkaran. Beberapa gunung lenyap seluruhnya, mengubah topografi menara.
"Aku seharusnya tidak menggunakannya..."
Melihat jalan yang tercipta yang seolah tak ada habisnya, Sejun menyadari tidak perlu menggunakan teknik kombinasi. Itu semua karena Hydra yang secara tidak perlu memprovokasi dia untuk menggunakan teknik kombinasi.
Kesalahannya? Hanya sedikit, sedikit saja?
[Penjaga Theo dan Herbalist Cuengi telah mengalahkan kepala pertama dan keenam dari Hydra, ular berkepala sembilan, memegang kursi ke-10 di antara 12 Apostle Penghancur yang menyusup ke Menara Hitam.]
[Anda memperoleh 17,5 juta poin pengalaman, 50% poin pengalaman yang diperoleh Penjaga Theo.]
[Anda memperoleh 17,5 juta poin pengalaman, 50% poin pengalaman yang diperoleh Herbalist Cuengi.]
[Penjaga Theo dan Herbalist Cuengi telah mengalahkan Gagak Hitam.]
···
..
.
Akibatnya, sejumlah besar pesan perolehan pengalaman muncul, menyatakan bahwa mereka juga telah mengalahkan Hydra dan monster lain di jalur serangan gabungan mereka.
Meskipun Theo dan Cuengi telah mengalahkan mereka bersama-sama, pengalamannya terbagi rata, namun sebagai hasilnya, poin pengalaman yang diperoleh Sejun tetap sama.
Kemudian,
[Anda telah naik level.]
[Anda telah memperoleh 1 status bonus.]
[Anda telah naik level.]
[Anda telah memperoleh 1 status bonus.]
Sejun naik level dua kali, mencapai level 63.
"Aku perlu mengumpulkan koin dengan cepat."
Dia tidak bisa berpuas diri, takut Apostle Kehancuran lain akan muncul dan menelan koin-koin itu. Saat Sejun bergegas menuju tempat kematian Hydra, dia menemukan tujuh koin perunggu berserakan di sana.
"Itu banyak."
Sejun memeriksa koin yang diambilnya.
[Koin Perunggu Pertama Hydra]
→ ???
[Koin Perunggu ke-6 Hydra]
→ ???
Ada dua jenis koin: lima koin dari kepala pertama Hydra dan dua dari kepala keenam.
"Yang hitam pasti dari kepala pertama kan?"
Sejun mengira Apostle Penghancur yang menjatuhkan lebih banyak koin akan menjadi lebih besar dan kuat.
"Sekarang aku harus menyelesaikan misinya."
Setelah mengumpulkan koin, Sejun memutuskan untuk kembali ke Pulau Es untuk menyelesaikan misi akta tanah.
"Aku perlu membawa anak-anak."
Sebelum menuju Pulau Es, Sejun pergi menjemput Theo dan Cuengi bersamanya.
"Ini Tinju Meong-Meong-Kru-Badai, meong!"
Krueng! Krueng!
[Tidak, Kru-Meow-hooo lebih baik!]
Theo dan Cuengi berebut nama teknik kombinasi baru mereka.
Pada saat itu,
"Kalau begitu mari kita tanya Ketua Park nama mana yang lebih baik antara Meow-Meow-Kru-Storm Fist dan Kru-Meow-hooo, meow!"
Saat Theo berbicara, melihat Sejun mendekat,
Krueng!
[Baik! Ayo minta Ayah untuk menentukan nama teknik barunya!]
Cuengi pun menyetujuinya.
'Puhuhut. Ketua Park ada di pihakku, meong!'
'Hehehe. Ayah ada di pihak Cuengi!'
Keduanya memiliki niat tersembunyi masing-masing.
Namun,
"Hmm... Bagaimana dengan Theo-Cuengi-Park Storm Punch?"
Dihadapkan pada permintaan untuk memilih di antara dua nama, Sejun menyarankan nama baru, diam-diam memasukkan namanya sendiri ke dalamnya.
"Ketua Park, kamu memasukkan namamu ke dalam tekniknya, meong?!"
Krueng?!
[Ayah memasukkan nama Ayah juga?!]
Keduanya terkejut dengan saran Sejun.
"Ah... Jika kamu tidak menyukainya..."
Berpikir dia mungkin terlalu serakah, Sejun buru-buru mencoba menarik kembali kata-katanya, tapi
"Seperti yang diharapkan dari Ketua Park, meong! Ini brilian, meong!"
Krueng! Krueng!
[Ayah luar biasa! Kami menyukainya!]
Untungnya keduanya sangat senang jika nama Sejun dicantumkan. Tentu saja mereka berdua memuja Sejun.
Oleh karena itu, dengan nama aneh 'Theo-Cuengi-Park Storm Punch' yang ditetapkan untuk teknik kombinasi tersebut, Sejun berangkat ke Pulau Es dengan keduanya berada dilututnyw.
"Es batu."
Sementara itu, es yang dibuat Sejun mencair, dan dia membuat es baru untuk dibawa ke Pulau Es.
Sesampainya di Pulau Es, Sejun mengikuti tangga menuju tempat para penguin berada.
Peng.
Peng.
Suasananya telah berubah total sejak beberapa waktu lalu. Rasanya seperti rumah duka.
"Wakil Ketua Theo, tanyakan pada Kona kenapa suasananya tiba-tiba berubah seperti ini."
Sejun mengutus Theo yang merupakan kenalan Kona untuk mencari tahu alasannya.
"Dimengerti, meong!"
Menerima pesanan Sejun, Theo dengan percaya diri mendekat dan bertanya.
"Peng... Tuan Theo?"
"Kona, kenapa suasananya seperti ini, meong?"
Dia bertanya pada Kona yang sedang menangis.
"Peng... Beruang yang baru saja muncul membunuh hunter yang membekukan pulau kita untuk kita. Sekarang, desa kami telah selesai... Tanpa Pulau Es, kami yang tidak dapat bertahan hidup di tempat panas akan mati..."
Menanggapi pertanyaan Theo, Kona menunjuk ke arah Cuengi dan berbicara.
Krueng?
[Apakah Cuengi melakukan kesalahan?]
Mendengar perkataan Kona, Cuengi menatap Sejun dengan suara cemas. Cuengi baru saja menghukum orang jahat itu...
"Tidak, ini bukan salah Cuengi. Dan Kona, jangan khawatir. Aku bisa membekukan pulau itu untukmu. Es batu."
Sejun menggunakan batu suci, dan balok es berukuran 10 meter kubik muncul di depannya.
"Peng! Ada es!"
Para penguin yang tadinya depresi terkejut dan mendekati es yang diciptakan oleh Sejun.
Pada saat itu,
[Hadiah misi tambahan telah ditambahkan.]
"Hah?!"
Setelah memeriksa hadiah pencarian,
Hadiah: Pengakuan sebagai pemilik sah Akta Tanah, bantuan 300 ekor penguin punggung biru dalam pengerjaan danau.
Ditambah dengan hadiahnya adalah detail bahwa penguin akan membantu pekerjaan di danau. Hadiah telah ditambahkan pada pekerjaan yang harus diselesaikan.
Sejun mulai dengan sungguh-sungguh menurunkan suhu danau, memasukkan sihir ke dalam batu suci untuk menciptakan es.
"Es batu!"
Boom.
Dengan getaran, ratusan balok es kubik menyelimuti sekitar Pulau Es.
"Es batu!"
Saat Sejun membuat ribuan balok es menggunakan batu suci beberapa kali, suhu danau turun, dan ukuran Pulau Es bertambah.
Ketika pulau itu tumbuh hampir 1,5 kali lipat,
Wobble.
Kaki Sejun menyerah. Kekuatan sihirnya hampir habis.
"Sekian untuk hari ini. Mari kita lanjutkan besok."
"Terima kasih telah membekukan pulau kami!"
"Terima kasih!"
Para penguin mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada Sejun karena telah menyelamatkan mereka.
Kemudian,
Klik.
"Di mana kami akan mengantarmu?
Penguin itu bertanya sambil mengangkat Sejun ke atas kepala mereka.
"Hah?!"
"Kami akan menggendongmu!"
"Tidak apa-apa?"
"Tidak! Tolong izinkan kami membalas budi!"
"Tolong izinkan kami!"
Sejun merasa canggung dan mencoba menolak, namun para penguin ingin menunjukkan rasa terima kasih mereka kepadanya dengan cara apa pun yang mereka bisa.
"Oke. Kalau begitu bawa aku ke tepi danau."
Tempat ini terlalu dingin untuk Sejun, tidak cocok untuk istirahat.
"Ya! Ayo pergi semuanya!"
Penguin membawa Sejun ke tepi danau.
"Puhuhut. Bagus, meong!"
Kuhehehe. Krueng!
[Hehehe. Ini menyenangkan!]
Berkat itu, Theo dan Cuengi yang berada di pangkuan Sejun pun ikut terharu dan mendapat pengalaman menyenangkan.
Setelah tiba di tepi danau dengan bantuan penguin,
(Sejun!)
Flap. Flap.
Kelelawar Emas, yang menyerbu tempat persembunyian Masyarakat Tiga Kepala, kembali dengan beberapa benda tergenggam di kakinya.
"Apakah itu telepon Hunter?"
Sejun mengenali barang yang dibawa oleh kelekawar emas itu. Itu adalah telepon Hunter, perangkat yang dibuat untuk digunakan para hunter di menara.
(Ya! Aku mencoba mengamankan barang bukti di tempat persembunyian Masyarakat Tiga Kepala, tapi seseorang menghancurkan semua bukti dan melarikan diri!)
Jadi, dengan bukti yang harus dibawa ke Sejun dihancurkan, Kelelawar Emas telah mengambil ponsel Hunter milik anggota Masyarakat Tiga Kepala yang telah meninggal, mengira ponsel tersebut mungkin berisi beberapa petunjuk.
"Seperti yang diharapkan, itu terkunci."
Mengambil salah satu dari sepuluh ponsel Hunter, Sejun menyentuh layar untuk melihat apa yang ada di dalamnya, dan layar entri kata sandi muncul.
"Kelelawar emas, bimbing aku ke tempat persembunyian Masyarakat Tiga Kepala. Kami membutuhkan wajah atau sidik jari hunter untuk membuka kunci ini."
(Uh... itu... hilang...)
"Hah? Hilang?"
(Yah... aku terlalu banyak mencabik-cabiknya...)
"Ah... begitu."
Meskipun Kelelawar Emas ragu-ragu, Sejun secara kasar memahami maksudnya. Tapi tidak apa-apa. Karena masih ada pilihan lain.
"Wakil Ketua Theo, ada pekerjaan yang harus kamu lakukan."
Sejun memasukkan sepuluh ponsel Hunter ke dalam tas Theo sambil berbicara.
"Pekerjaan apa, meong?! Serahkan semuanya pada Wakil Ketua Theo, meong!"
Theo menanggapi perkataan Sejun dengan arogan.
"Turun dan kirimkan ponsel Hunter dari anggota Masyarakat Tiga Kepala ini ke Han Tae-jun."
Jika ada yang tahu orang yang bisa membuka kunci ponsel Hunter, itu adalah Han Tae-jun.
"Meong?"
Theo kaget dengan perintah Sejun untuk turun.
"Tidak bisakah kamu menyuruh orang lain, meong?"
Theo yang tak ingin meninggalkan pangkuan Sejun, mengusapkan pipinya ke lutut Sejun hingga membuat ulah.
Namun,
"Aku bertanya kepada Wakil Ketua Theo, karena kamu mampu. Baik Cuengi maupun kelelawar emas tidak bisa diandalkan"
Sejun mengetahui kelemahan Theo dengan sangat baik.
"Puhuhut. Begitukah, meong?! Sudah kuduga, Ketua Park hanya mempercayaiku, meong! Kalau begitu, tentu saja, aku akan pergi, meong!"
Mendengar perkataan Sejun, Theo dengan cepat mengubah sikapnya, berdiri, dan mengambil tasnya.
"Aku percaya padamu, Wakil Ketua Theo."
"Puhuhut. Aku akan segera kembali, meong!"
Theo menghilang, berlari dengan kecepatan penuh untuk kembali dengan cepat. Karena dia hanya perlu turun beberapa lantai, dia bisa kembali dalam waktu 30 menit jika dia bergegas.
"Ayo tidur sekarang."
Sejun mengeluarkan beberapa tikar jerami dari tempat penyimpanan dan berbaring di lantai. Dia lelah karena menggunakan banyak sihir.
Snoooore.
Begitu Sejun berbaring, dia tertidur, dan...
Kurorong.
Baerorong.
Cuengi dan kelelawar emas itu duduk dan tidur tengkurap di perut Sejun. Meskipun terjadi pertempuran dahsyat beberapa saat yang lalu, tepi danau tetap damai.
***
"Hmm."
Saat Sejun terbangun setelah tidur sebentar,
Gororong.
Kurorong.
Baerorong.
Bersamaan dengan Cuengi dan kelelawar emas, terdengar suara dengkuran Theo. Theo, yang dengan cepat mengirimkan telepon Hunter ke Han Tae-jun dan kembali.
Pada saat itu,
Gulp.
Alarm perut Sejun berbunyi.
"Kalau dipikir-pikir, aku belum makan malam."
Sejun, melepaskan hewan-hewan itu dari tubuhnya, membenamkan wajahnya ke dalam danau untuk melihat ke dalam. Dia sedang memeriksa apakah ada sesuatu yang cukup enak untuk dimakan untuk makan malam.
'Ada banyak ikan.'
Melihat ikan-ikan yang berenang dengan santai di danau, Sejun memutuskan untuk makan malam dengan ikan bakar.
Saat dia memutuskan menunya,
Sizzle.
Dari tempat yang gelap dan jauh di danau dimana cahaya tidak mencapainya, siluet hitam dari sesuatu dengan cepat mendekati Sejun.
"Ugh!"
Sejun, yang merasakan bahaya, buru-buru mengeluarkan kepalanya dari air.
Namun,
"Tuan Sejun! Kamu sudah bangun?"
Siluet hitam itu adalah seseorang yang Sejun kenal.
"Kona?!"
"Ya. Tuan Sejun, tolong ambil ini."
Kona menawari Sejun tiga ekor ikan, masing-masing sebesar tubuhnya sendiri, yang ditusuk dengan tombak.
"Terima kasih, tapi tidak apa-apa. Kami makan cukup banyak."
Sejun menolak ikan yang ditawarkan Kona. Mereka membutuhkan lebih dari tiga ikan karena Cuengi, jadi dia harus menangkap lebih banyak lagi.
"Kalau begitu biarkan aku membantu menangkap lebih banyak!"
"Oke. Terima kasih."
Dengan bantuan Kona, Sejun menangkap ikan. Kona mendorong ikan itu ke permukaan, dan Sejun membekukan seluruh bagian itu.
Awalnya, menggunakan Lempar Guntur akan lebih mudah, tetapi terlalu banyak penguin yang berenang di danau untuk menggunakannya.
Pada saat itu,
"Puhuhut. Ahli memancing, Wakil Ketua Theo, telah bangun, meong!"
Setelah terbangun, Theo terjun ke dalam danau setelah melihat Sejun sedang menangkap ikan. Theo, yang memiliki bakat menyukai air dan tidak perlu khawatir basah, menyelam tanpa ragu-ragu.
Kemudian,
Krueng!
[Cuengi juga pandai menangkap ikan!]
Mendengar teriakan Theo, Cuengi yang sudah terbangun pun ikut terjun ke dalam danau.
Tergerak oleh teriakan Theo, Cuengi yang sudah terbangun pun terjun ke dalam danau.
"Teman-teman, tangkap sebanyak yang kita perlukan!"
Sejun mengawasi keduanya untuk memastikan ikan di danau tidak ditangkap secara berlebihan hingga punah.