Vincent, mengikuti perintah Togan untuk membeli alkohol dan makanan untuk pesta, keluar dari tempat persembunyian bersama salah satu bawahannya.
"Hah?! Apa itu?"
Dia melihat ruang mengambang di udara. Vincent dan bawahannya dengan hati-hati mendekati ruangan itu dengan pintu besi.
"Bersiap."
"Ya."
Vincent meninggalkan bawahannya dalam keadaan siaga dan masuk ke dalam.
"Tanaman?"
Di dalamnya ada kotak-kotak berisi berbagai tanaman. Tampaknya ada setidaknya ribuan kotak.
Kemudian,
[Kentang Listrik]
[Jagung Stamina]
··
..
.
"Apa itu?! Ini adalah hasil panen Park Sejun!"
Vincent kaget saat mengenali isi kotak itu. Dia tidak mengerti mengapa mereka ada di sini, tapi itu tidak penting sekarang. Ini semua adalah uang!
"Cepat, bawa Tuan Togan ke sini!"
"Ya!"
Atas perintah Vincent, bawahannya bergegas kembali ke gua.
"Hehehe."
Vincent mulai mengobrak-abrik ruang penyimpanan yang kosong dengan cepat. Dia berencana mengambil beberapa hasil panen yang berharga sebelum Togan tiba.
"Apa ini?"
Pop!
Saat dia membuka botol kaca berisi cairan, bau alkohol yang menyengat tercium.
"Oh! Ada alkohol juga."
Vincent, setelah menemukan soju disimpan di gudang, dengan riang mengambil beberapa botol.
Saat itu,
Kuehehehe. Krueng!
[Hehehe. Ini menyenangkan!]
Suara aneh terdengar dari dalam.
'Apa itu?!'
Vincent, menyembunyikan kehadirannya sebisa mungkin, dengan hati-hati mendekati sumber suara.
Krueng!
[Selanjutnya, wortel!]
Seekor beruang kecil, kira-kira setinggi lutut dan sepertinya terpikat oleh aroma makanan, sedang sibuk memasukkan wortel ke dalam kantong yang dibawanya.
"Apa itu? Seekor anak beruang? Hei, enyahlah!"
Lega, Vincent menampakkan dirinya dan menendang ke arah Cuengi, melampiaskan rasa frustrasinya karena dibuat tegang tanpa alasan.
Namun,
Krueng!
[Itu pencuri!]
Dengan kelincahan yang mengejutkan, Cuengi langsung menangkap kaki Vincent,
Krueng!
[Cuengi akan mengusir pencuri itu!]
"Eh?!"
Screech.
Beruang itu mulai menyeret Vincent keluar.
Thwack! Thwack!
Saat diseret oleh Cuengi, Vincent menghunus pedangnya dan menyerang punggung Cuengi sebagai perlawanan, namun kulit Cuengi sangat kuat. Pedangnya bahkan tidak bisa menembus bulunya, apalagi kulitnya.
'Makhluk apa ini?!'
Vincent, yang terlambat menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres, tiba-tiba teringat betapa berbahayanya seekor beruang. Benar. Beruang bisa mencabik-cabik orang.
"Lepaskan! Selamatkan aku......"
Vincent mencoba meminta bantuan dengan suara penuh ketakutan, tapi
Krueng!
[Hukuman bagi pencuri!]
Tapi itu sudah terlambat. Cuengi telah melemparkan Vincent dengan paksa ke luar pintu masuk.
Bang!
Saat Vincent terjatuh dengan keras, permohonan belas kasihannya yang belum selesai menjadi kata-kata terakhirnya.
Kemudian,
- "Anak beruang sialan ini!!!"
Dari tubuh Vincent, cahaya bersinar, dan seekor ular biru raksasa menampakkan dirinya.
Krueng!
[Cuengi akan melindungi gudang Ayah!]
Cuengi, berdiri di pintu masuk ruang penyimpanan kosong, merentangkan kaki pendeknya selebar yang dia bisa, dan meraung ke arah ular biru itu seolah menjaganya..
***
Saat Sejun menaiki tangga,
Krueng!
[Tidak ada yang bisa mencuri makanan dari gudang Ayah!]
Sejun melihat Cuengi melancarkan pukulan keras ke rahang ular biru raksasa itu.
Bang!!!
- Argh!
Terkena pukulan Cuengi, ular biru itu terlempar ke udara.
Ssshhh.
Clink.
Tubuh ular itu berubah menjadi debu, dan sebuah koin perunggu jatuh dari langit.
"Seorang Apostle Kehancuran?"
Sejun berbicara sambil memperhatikan koin perunggu yang jatuh. Kehadiran Apostle Penghancur berarti Masyarakat Tiga Kepala berada di dekatnya.
"Wakil Ketua Theo dan Kelekawar emas, tolong periksa apakah tempat persembunyian Masyarakat Tiga Kepala terletak di suatu tempat di area ini."
"Dimengerti, meong!"
(Ya!)
Atas permintaan Sejun, Theo dan Kelelawar Emas bergerak cepat, dan Sejun bergegas menuju tempat Cuengi berada.
Krueng! Krueng!
[Ayah, orang ini mencoba mencuri makanan dari gudang! Jadi, Cuengi menghukumnya!]
Cuengi, mengambil koin perunggu dari tanah, menyerahkannya pada Sejun dan melaporkan.
"Kerja bagus. Kamu melakukannya dengan baik."
Jadi, hukuman Cuengi berarti mengusir mereka dari dunia ini. Sejun mengelus kepala Cuengi dan memperbarui data di penerjemah bahasa Cuengi.
Kuehehehe. Krueng!
[Hehehe. Lalu Cuengi akan mengisi ulang kantong camilannya!]
Cuengi dengan senang hati menerima belaian Sejun tetapi kemudian teringat dia belum menyelesaikan tugasnya dan kembali ke tempat penyimpanan kosong untuk mulai mengisi kantong makanan ringan.
Kemudian,
[Koin Perunggu ke-4 Hydra]
→ ???
Ditinggal sendirian, Sejun memeriksa koin yang baru diperolehnya. Itu adalah jenis koin yang sama yang dibawa Theo sebelumnya.
Swoosh.
Saat Sejun memasukkan koin perunggu ke dalam sakunya,
Thump.
Sesuatu yang tajam menusuk Sejun dari belakang.
"Keuk..."
Dia terlalu ceroboh. Biasanya, dia akan memiliki Cuengi atau Theo di sekelilingnya.. Dia tidak menyangka akan ada musuh yang menggunakan sembunyi-sembunyi... Dia lengah karena levelnya lebih rendah.
'Maaf, semuanya...'
Adegan kehidupan Sejun mulai berkelebat di depan matanya seperti roda kenangan yang berputar.
Saat dia mengingat kembali adegan menggandeng tangan ibunya di hari pertama sekolah dasar,
Poke. Poke.
Dia mendengar suara tikaman dari belakang lagi. Bajingan kejam... Satu tusukan saja sudah cukup. Mengapa menusuk berkali-kali? aku sudah sekarat...
Poke. Poke. Poke.
Musuh yang tidak mengetahui pikiran Sejun, tanpa ampun menusuk punggungnya. Orang ini pastilah seorang psikopat. Seseorang yang senang menikam orang lain.
'Ah... Tidak kusangka aku akan mati dengan kematian yang menyakitkan di tangan orang seperti itu...'
Saat Sejun meratap dan menoleh dengan niat untuk setidaknya melihat wajah pembunuhnya,
Poke. Poke. Poke.
Dia bertatapan dengan seorang hunter yang ketakutan, dilanda panik saat dia menikam Sejun dengan liar.
"Eek! Kenapa belatinya tidak masuk?!"
Poke. Poke. Poke.
Bahkan saat sang hunter melakukan kontak mata dengan mata Sejun, dia mati-matian menusuk perut Sejun dengan belati, namun tidak bisa menembus kulit Sejun.
Apa yang terjadi? Sejun bingung dengan reaksi hunter itu.
"Hah?"
[Bakat: Kekokohan mengabaikan serangan lemah.]
··
..
.
Baru saat itulah Sejun melihat pesan itu. Dia menyadari dia tidak merasakan sakit sama sekali.
Dan dia sadar selama ini dia bereaksi berlebihan. Untungnya, tidak ada orang di sekitar yang melihat.
"Ah. Kecuali orang ini."
Sejun melayangkan pukulan ke arah hunter itu.
Whack!
“Kuhuk!”
Dia bermaksud hanya untuk menjatuhkannya dengan ringan, tapi
Boom!
Hunter yang terkena pukulan Sejun terbang 10 meter ke udara.
"Apa?!"
Itu seharusnya tidak terjadi. Sejun, yang selalu diperlakukan sebagai yang terlemah oleh hewan-hewan di sekitarnya, dibuat bingung dengan hasil yang ia ciptakan ketika,
- "Kamu berani memprovokasiku! Mati!"
Tubuh pemburu yang terkena pukulan Sejun bersinar terang, dan seekor ular perak raksasa muncul, membuka mulutnya ke arah Sejun.
Swoosh.
Sejun secara naluriah menghempaskan tubuhnya dengan suara angin sejuk.
Thud.
Dan ketika tubuhnya mendarat sekitar 5 meter dari tempatnya semula,
Boom.
Angin kencang bertiup di tempat Sejun berada, merobek dan menghancurkan segala sesuatu yang dilewatinya.
[Anda telah mengatasi pengalaman mendekati kematian.]
[Karena Bakat: Vitalitas Kokoh, stamina maksimummu meningkat menjadi 17.]
Pesan tersebut memberi tahu Sejun bahwa dia hampir mati.
"Fiuh."
Sejun berbalik dan menghela nafas lega.
Pada saat itu,
Thump.
"Ugh!"
Sebuah batu kecil yang terbawa angin menghantam lutut Sejun hingga meninggalkan goresan kecil. Entah karena kuatnya kekuatan sihir yang dibawa oleh angin, berhasil melewati Bakat: Kekokohan dan menyebabkan damage pada Sejun.
"Beraninya kamu melukai lutut Ketua Park, meong!!!"
Menyadari lutut Sejun dalam bahaya, Theo buru-buru berlari dengan marah dan meluncurkan dirinya ke arah ular perak itu.
Snap!
Di udara, Theo mengeluarkan cakar naganya, memberinya kekuatan sihir,
"Meong meong meong! Meong meong meong!"
Dan mengayunkan cakarnya seperti sedang membelah udara menuju ular perak itu. Itu adalah Tinju Badai Meong-meong Theo.
- "Bagaimana aku bisa binasa seperti ini..."
Thud.
Ular perak itu tidak dapat menyelesaikan ucapannya sebelum tubuhnya hancur berkeping-keping dan hancur berkeping-keping.
Sssssk.
Clank.
Ular perak itu berubah menjadi debu, menjatuhkan dua koin perunggu.
"Ketua Park, kamu baik-baik saja, meong?!"
Theo bergegas mendekat, memeriksa lutut Sejun.
"Aku baik-baik saja. Itu hanya goresan."
Karena lukanya tidak serius, Sejun mengobatinya dengan ringan dan hendak mengambil koin yang jatuh.
Tetapi,
"Tetap diam, meong! Aku akan menyembuhkannya, meong!"
Press. Press.
Theo buru-buru naik ke lutut Sejun dan mulai memijat lembut bagian yang terluka dengan kaki depannya. Itu adalah pijatan penyembuhan, dan lukanya mulai sembuh dengan cepat.
"Terima kasih."
"Puhuhut. Tentu saja meong! Aku, Wakil Ketua Theo, akan melindungi lutut Ketua Park, meong!"
Theo membusungkan dadanya, terlihat cukup senang dengan dirinya sendiri.
"Oke."
Sementara Sejun mengapresiasinya dan mengelus kepala Theo,
"Hah?"
Tatapan Sejun bertemu dengan Togan yang diam-diam mengambil koin perunggu yang baru saja dijatuhkan ular perak itu.
***
Togan yang baru saja melarikan diri bersama salah satu bawahannya setelah melemparkan anak buahnya ke arah kelelawar emas yang tiba-tiba menyerang tempat persembunyian itu.
Saat itulah,
"Apa pria itu?"
Togan melihat Sejun yang berada di tepi danau sedang memeriksa koin yang dijatuhkan Vincent saat kematiannya. Topi jerami dan pakaian lusuh. Dia tidak terlihat kuat sama sekali.
"Bawakan aku koin perunggu itu."
"Ya!"
Togan memerintahkan bawahannya untuk membunuh Sejun dan mengambil koin perunggu tersebut, namun sebaliknya, bawahan tersebut dikalahkan oleh Sejun, dan kepala keenam dari Hydra yang tersegel dilepaskan.
'Sebenarnya itu hal yang bagus. Itu akan menyapu bersih mereka semua.'
Togan berharap kepala keenam Hydra bisa memusnahkan semua musuh yang ada di sekitarnya.
Namun,
"Meong meong meong! Meong meong meong!"
Kepala keenam Hydra mati, terpotong-potong menjadi ribuan keping karena kemunculan tiba-tiba seekor kucing yang terbang liar di udara.
'Apa yang sedang terjadi?!'
Menyadari situasi yang kurang menguntungkan, Togan menyembunyikan dirinya lebih dalam.
Saat itulah,
- "Menelan koin perunggu yang dijatuhkan oleh kepala keenam."
Sebuah suara bergema di benak Togan.
"Aiu tidak bisa! Jika kita keluar sekarang, kita akan mati!"
Togan menolak opini yang dibentuk oleh suara di kepalanya. Itu terlalu berbahaya.
- "Jangan khawatir. Jika kamu menelan koin itu, tidak ada yang bisa menghentikan kami."
"Benarkah?"
- "Ya. Aku adalah kepala Hydra yang pertama, yang memerintah semua kepala. Aku bisa mengalahkan semua musuh."
"Kalau begitu, aku akan mempercayaimu."
Bergerak diam-diam, Togan mengambil koin perunggu itu.
'Aku sudah melakukannya!'
Saat Togan merayakannya secara internal,
Saat itulah,
"Hah?!"
Matanya bertemu dengan mata Sejun yang sedang mengelus Theo.
- "Telan koin perunggu dengan cepat!"
Glup.
Togan, setelah bertatapan dengan Sejun, dengan cepat menelan dua koin perunggu seperti yang diperintahkan kepala pertama Hydra.
- "Kekeke. Bagus sekali."
Tubuh Togan mulai bersinar setelah menelan koin tersebut.
***
- "Kekeke. Kekuatan yang meluap-luap!"
- "Aku mungkin ceroboh sebelumnya, tapi kali ini akan berbeda!"
Di hadapan Sejun muncullah seekor ular berkepala dua, seekor ular berwarna hitam berukuran dua kali lipat dari ular perak yang muncul tadi, dengan yang berwarna perak tepat di sebelahnya, hanya muncul satu kepala saja.
"Apa?"
Saat Sejun terkejut,
"Ketua Park, jangan khawatir, meong! Aku akan melindungimu, meong!"
Theo dengan cepat melindungi Sejun.
Kemudian,
Krueng! Krueng!
[Cuengi telah mengisi kantong makanan ringan! Oh? Ular jahat lainnya?]
Dadada.
Cuengi, yang telah mengisi kantong makanan ringannya, bergegas keluar dari ruang penyimpanan yang kosong dan, setelah menemukan Apostle Penghancur, buru-buru berlari untuk berdiri di depan Sejun.
"Hehehe. Datang kepadaku."
Dengan Theo di kiri dan Cuengi di kanan berdiri kokoh, rasa percaya diri Sejun meluap.
- "Kekeke. Cobalah untuk menghentikan ini! Bantu kepala keenam."
- "Dipahami."
Ular hitam itu menarik napas dalam-dalam dan meludahkan cairan hitam ke arah Sejun,
Whooosh.
dan ular perak meniupkan angin untuk menyebarkan cairan hitam itu lebih jauh.
'Kelihatannya berbahaya.'
Sejun merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan pada cairan hitam itu. Bahkan setetes pun terasa sangat beracun.
"Teman-teman, makan ini."
Sejun buru-buru menyerahkan daun bawang detoksifikasi kepada Theo dan Cuengi.
Crunch. Crunch.
"Wakil Ketua Theo, gunakan Meow-meow Storm Fist! Cuengi, pakai Krueng-hooo!"
Sejun juga dengan cepat memakan daun bawang detoksifikasi dan menginstruksikan Theo dan Cuengi. Jika mereka menggabungkan serangan mereka, maka pihaknya juga akan melakukan hal yang sama!
"Dimengerti, meong!"
Krueng!
[Dipahami!]
Mengikuti perintah Sejun, Theo dan Cuengi menggunakan skill mereka secara bersamaan.