[Sepatu Jejak Petani]
→ Ini adalah sepatu yang dibuat untuk petani, dibuat dengan cermat jahitan demi jahitan dengan wol domba emas oleh Emila Ibenes, Apostle Penciptaan¹.
→ Itu adalah perlengkapan level semi-ilahi yang tidak terdaftar di Menara Hitam.
→ Tanaman tumbuh mengikuti suara langkah kaki petani.
→ Saat memakai sepatu ini dan berjalan di sekitar ladang, laju pertumbuhan tanaman semakin cepat.
→ Batasan Penggunaan: Petani Menara
→ Pencipta: Apostle Penciptaan, Emila Ibenes
→ Tingkat: Semi-Ilahi
Keahlian: [Berkah Tanaman (Master)]
[Berkah Tanaman (Master)]
→ Tanaman yang mendengar langkah kaki petani bereaksi dengan memberdayakan petani, meningkatkan potensinya.
"Apostle Penciptaan?"
Sejun baru menyadari siapa makhluk yang memanggilnya beberapa waktu lalu: Dewa Pencipta yang telah menciptakan menara dan kemudian menghilang. Tidak kusangka Dewa punya Apostle! Ini adalah fakta yang mencengangkan.
"Tapi sayang sekali."
Dia ingat hasil panen yang tidak bisa dia petik dari kebun Emila. Tanaman yang ingin dipetik Sejun adalah buah persik. Dia berharap dia bisa mengambil satu gigitan saja... Itu sangat disesalkan.
"Tetap saja, Wakil Ketua kita Theo benar-benar hebat."
Squish. Squish.
Sejun mengutak-atik jeli merah muda licin milik Theo yang sedang tidur. Sejun berkomentar tentang kemampuan pendeteksiannya yang luar biasa yang bahkan dapat mengidentifikasi Apostle dewa pencipta yang keberadaannya tidak diketahui oleh siapa pun. Mungkin bahkan naga pun tidak bisa melakukan itu.
Saat Sejun mengagumi Theo,
Krueng!
[Cuengi telah mengisi kantong makanan ringannya!]
Cuengi muncul dari ruang penyimpanan yang kosong, menepuk-nepuk kantong makanan ringannya yang penuh dengan ekspresi bangga.
Krueng?
[Apakah sekarang waktunya tidur siang?]
Cuengi, melihat ke arah Theo dan Kelelawar Emas yang tertidur, bertanya.
"Apakah kamu mengantuk, Cuengi?"
Tanya Sejun sambil berpikir jika Cuengi mengantuk, mereka akan beristirahat di sini sebelum melanjutkan perjalanan.
Namun,
Krueng!
[Cuengi belum mengantuk!]
Menanggapi pertanyaan Sejun, Cuengi menggelengkan kepalanya. Dia baru saja mengisi kantong makanan ringannya dengan makanan; tidak mungkin dia merasa mengantuk sekarang.
"Kalau begitu, ayo kembali ke pertanian dulu."
Krueng!
[Dipahami!]
Sejun mengendarai Cuengi yang diperbesar itu kembali ke peternakan.
***
Bandara Internasional Incheon.
"Sudah lama sekali aku tidak ke Korea."
Seorang pria dengan rambut putih keperakan dan jas hitam berbicara saat dia keluar dari gerbang keberangkatan. Bekas luka yang panjang merusak sisi kiri wajahnya, membuat orang menghindari terlalu dekat dengannya.
Kemudian,
"Selamat datang! Tuan Tamuro!"
Empat pria berotot yang telah menunggu menyambut Tamuro.
"Bagaimana situasinya?"
"Seperti biasanya. Ada 50 penjaga di rumah, sekitar 30 di tempat kerja dan sekolah. Beberapa penjaga dipastikan memiliki senjata api."
"Sisi kita?"
"Kami memiliki 30 hunter dan 100 anggota organisasi, semuanya bersenjata dan menunggu."
"Ini akan menjadi berisik. Akan lebih mudah untuk menanganinya di dalam menara..."
Tamuro berkomentar dengan sedikit keengganan. Jika mereka berhasil mencegah pengiriman Daun Bawang Kokoh datang ke Bumi dari menara sesuai rencana, dia tidak perlu bertindak.
Namun Serigala Perak bergabung dengan pengangkutan Daun Bawang Kokoh, mengganggu rencana organisasi. Karena Daun Bawang Kokoh yang dipasok dari menara, hal itu mencegah peningkatan pesat Belalang.
Terlebih lagi, Akiro dan Pablo tiba-tiba kehilangan kontak. Ketika keadaan menjadi semakin rumit, Mister 2, orang kedua di organisasi tersebut, mengambil tindakan langsung.
Rencananya adalah untuk menculik pedagang kucing pengembara Theo, menemukan Park Sejun, mengambil alih hasil panen, sambil membasmi Daun Bawang Kokoh.
"Tapi siapa sangka kita akan kehilangan kontak dengan Mr. 2 juga..."
Dengan cara ini, mereka terpaksa mengambil tindakan di Korea, meskipun mereka tahu keadaan akan menjadi kacau.
"Kalau begitu, ayo kita bergerak!"
"Pertama, mari kita pergi ke situsnya."
"Ya!"
Tamuro masuk ke mobil, menuju Bucheon.
***
Krueng!
[Di sini!]
"Kerja bagus, Cuengi. Kamu bisa makan camilanmu sekarang."
Sejun berbicara kepada Cuengi, yang telah berlari menuju perkebunan pohon kesemek.
Krueng!
[Mengerti!]
Mendengar perkataan Sejun, Cuengi duduk di dekatnya dan mulai mengosongkan kantong makanan ringannya.
Kemudian,
"Apakah ini benar-benar akan meningkatkan potensiku?"
Tap. Tap.
Sejun sedang menguji keterampilan Berkah Tanaman di ladang Daun Bawang Kokoh, membiarkan tanaman mendengar langkah kakinya dengan Sepatu Jejak Petani miliknya.
Dia membutuhkan Daun Bawang Kokoh dari lantai 49 menara untuk tumbuh dengan cepat sehingga bisa dikirim ke Bumi lebih cepat. Meski pekerjaannya sudah selesai, alih-alih naik ke lantai 99, ia terus menguji di sini untuk mempercepat pertumbuhan Daun Bawang Kokoh.
Tap. Tap.
Meskipun langkah kaki Sejun terus menerus, tidak ada pesan atau tanggapan khusus yang muncul.
Tap. Tap.
Gororong.
Baerorong.
Langkah kaki Sejun dan dengkuran kelelawar emas, Theo selaras menjadi satu. Entah Emila telah membuat mereka tertidur lelap atau tidak, Theo dan kelelawar emas masih tertidur.
Kemudian,
[Administrator Menara mengatakan penilaiannya telah selesai.]
[Administrator Menara mengatakan kamu akan sangat menyukainya.]
"Benarkah?"
Dengan kata-kata Aileen, sebuah cermin perunggu muncul di hadapan Sejun. Bingkai dan gagang cermin perunggu diukir dengan pola bergelombang dengan latar belakang perak, dan permukaan cermin, yang memantulkan objek, memiliki ukiran karakter misterius di dalamnya.
Meski penilaiannya sudah selesai, fungsi cermin itu tidak terlihat jelas hanya dengan melihatnya. Sejun memutuskan untuk memeriksa pilihannya terlebih dahulu.
[Cermin Kerinduan]
→ Peninggalan ilahi dewa ruang angkasa, Dimena, yang bertanggung jawab atas keilahian spasial di zaman kuno.
→ Dengan menanamkan keajaiban dan memikirkan seseorang yang Anda rindukan, Anda dapat melihatnya melalui cermin. (Anda harus melihat wajah orang tersebut setidaknya sekali untuk melihatnya melalui cermin.)
→ Seiring berjalannya waktu, kekuatan relik tersebut melemah.
→ Itu adalah perlengkapan tingkat dewa yang tidak terdaftar di Menara Hitam.
→ Beberapa informasi belum diungkapkan karena data tidak mencukupi.
→ Batasan Penggunaan: Kekuatan Sihir 100 ke atas
→ Pencipta: Dewa Luar Angkasa, Dimena
→ Nilai: Ilahi
Lebih dari tingkat ketuhanan cermin,
"Aku bisa melihat orang yang aku rindukan?"
Kalimat ini semakin menarik perhatian Sejun.
"Tunjukkan padaku ibuku."
Sejun memasukkan sihir ke cermin dan membayangkan ibunya di benaknya.
Kemudian,
Ripple. Ripple.
Karakter yang diukir di cermin perunggu beriak seperti air, dan memperlihatkan sosok ibu Sejun, Kim Mi-ran, sedang menyiapkan makan malam. Seperti yang diharapkan, menu malam ini adalah sup kimchi (TL: atau Kimchi-jjigae). Selanjutnya, Sejun memeriksa anggota keluarga lainnya.
Ayahnya sedang dalam perjalanan pulang kerja, dan adik laki-lakinya, Se-dol...
"Ugh! Mataku!"
Sejun dengan cepat mengalihkan pandangannya dari cermin. Dia tidak menyangka akan melihat Se-dol mandi.
"Syukurlah, mereka semua tampak baik-baik saja."
Sejun merasa lega melihat keluarganya dalam keadaan sehat.
Dan,
'Kuharap aku bisa melihat Aileen juga...'
Sejun menyesal tidak bisa melihat Aileen. Meskipun dia pernah bertemu dengannya sebelumnya, Sejun tidak dapat mengingat fakta bahwa dia pernah bertemu dengan Aileen setelah dipukul dari belakang.
Saat Sejun tenggelam dalam pikirannya,
[Administrator Menara bilang kamu memakai sepatu asing.]
Menyadari perubahan alas kaki Sejun saat dia pergi mendengarkan cerita kakeknya, Aileen bertanya. Ada yang tidak beres.
"Oh, ini?"
Sejun menjelaskan bagaimana dia memanjat pohon kacang yang mencapai langit untuk mencapai daratan terapung besar di langit dan mendapatkan sepatu tersebut.
"Pernahkah kamu mendengar bahwa Dewa Pencipta memiliki seorang apostle?"
[Administrator Menara mengatakan dia akan menanyakan hal itu kepada kakeknya.]
[Administrator Menara bertanya apakah suara yang kamu dengar di kepalamu adalah suara wanita.]
"Suara? Tentu saja itu..."
Sejun, hendak menjawab, tiba-tiba merasa merinding tetapi berkata,
"Itu adalah suara seorang wanita."
Dia berbicara jujur, berpikir bahwa menyembunyikan kebenaran akan lebih buruk.
[Administrator Menara mengatakan dia mengerti.]
Setelah itu, Aileen tetap diam.
Dan,
"Beraninya kamu! Menghadiahkan sesuatu untuk Sejun kita?!"
Aileen menganggap Apostle Penciptaan sebagai ancaman.
***
Tap. Tap.
Sejun terus membiarkan Daun Bawang Kokoh mendengar langkah kakinya.
Setelah sekitar dua jam,
[Daun Bawang Kokoh berterima kasih atas langkah petani dan meminjamkan kekuatan mereka.]
[Potensi stat staminamu meningkat dari 99 menjadi 100.]
Pesan yang ditunggu muncul, dan status batas staminanya meningkat sebesar 1.
"Ini benar-benar berhasil."
Sejun, setelah memastikan efek dari skill Pemberkatan Tanaman, berkata,
"Bagus. Tes selesai. Saatnya untuk kembali. Cuengi, ayo berangkat!"
Sejun memanggil Cuengi. Sudah waktunya untuk kembali ke lantai 99 menara.
Namun,
Krueng...
[Cuengi mengantuk...]
Cuengi yang sudah mengosongkan kantong jajannya, merasa mengantuk karena perutnya kenyang.
"Kalau begitu, ayo istirahat sebentar sebelum berangkat."
Krueng!
[Ayah, tidurlah di sebelah Cuengi!]
Cuengi menunjuk ke suatu tempat di sampingnya.
"Baiklah."
Saat Sejun duduk di samping Cuengi,
Kuehehehe.
Cuengi meringkuk di sisi Sejun dan segera tertidur.
Pat pat.
Sejun sambil mengelus Cuengi dan kepala Theo yang ada di pangkuannya, tertidur bersama.
Beberapa saat kemudian,
Gororong.
Kurorong.
Baerorong.
"Meong?! Di mana kita, meong?!"
Theo terbangun dari tidurnya.
Kemudian,
"Syukurlah, meong!"
Squeeze. Squeeze.
Menyadari dirinya berada di pangkuan Sejun, Theo menekan tubuh Sejun dengan cakarnya untuk memeriksa apakah semuanya baik-baik saja.
"Wajahnya terlihat agak busuk, tapi sepertinya dia baik-baik saja, meong!"
Setelah memeriksa kondisi Sejun, Theo kembali berbaring di pangkuan Sejun.
10 menit kemudian,
"Meong! Aku tidak bisa tidur, meong!"
Mungkin dia terlalu banyak tidur karena tidak mengantuk lagi.
Kemudian,
"Bukankah itu yang kubawa, meong?"
Theo melihat Cermin Kerinduan di saku Sejun.
"Aku ingin melihat lutut Ketua Park, meong!"
Sambil memegang cermin, Theo memasukkannya dengan sihir, memikirkan lutut Sejun.
Kemudian,
"Oh! Ini aku, meong!"
Theo, bersama lutut Sejun yang ia duduki, muncul di cermin.
"Puhuhut. Aku benar-benar luar biasa, meong!"
Theo membual tentang fitur brilian cermin itu, memuji dirinya sendiri.
"Aku ingin melihat Elka, meong!"
"Aku ingin melihat Ulrich, meong!"
"Aku ingin bertemu Kak Aileen, meong!"
Saat Theo sedang menghibur dirinya dengan cermin perunggu,
Krueng?
[Kak, apa itu?]
Cuengi yang baru bangun dari tidur siangnya bertanya kepada Theo tentang cermin yang dipegangnya. Kelihatannya menyenangkan!
"Puhuhut. Lihat ini, Cuengi, meong! Jika kamu memasukkannya dengan sihir dan memikirkan seseorang yang ingin kamu temui, mereka akan muncul di cermin, meong!"
Theo dengan bangga menunjukkan kepada Cuengi gambar kelinci hitam di cermin.
Krueng!
[Ini Kakak!]
"Puhuhut. Bagaimana menurutmu, meong? Cuengi, mau coba, meong?"
Theo menyarankan, seolah dia sedang membantu Cuengi. Saatnya menunjukkan kewibawaan sang kakak, meong!
Krueng! Krueng!
[Ya! Cuengi ingin mencoba!]
Gembira dengan tawaran Theo, Cuengi pun merespons.
"Kamu harus menggunakannya dengan hati-hati, meong!"
Krueng!
[Dipahami!]
Theo memperingatkan Cuengi sambil menyerahkan cermin perunggu.
Kemudian,
Krueng!
[Cermin, Cuengi ingin bertemu nenek Cuengi!]
Memegang cermin dengan kedua kaki depannya, Cuengi memasukkannya dengan kekuatan sihir.
Namun,
......
Tidak ada yang muncul di cermin. Sudah diduga karena Cuengi belum pernah melihat ibu Sejun, Kim Mi-ran.
Krueng? Krueng?!
[Kenapa tidak berhasil? Kenapa Cuengi tidak bisa melihat nenek Cuengi?!]
Cuengi mengguncang cermin dan berseru.
"Kamu bodoh, meong?! Kamu harus tahu wajah mereka untuk melihatnya, meong!"
Krueng! Krueng!
[Cuengi tidak konyol! Tapi Cuengi tidak tahu wajah nenek!]
Mendengar perkataan Theo, Cuengi mulai terisak sedih.
Pada saat itu,
"Uhmm... Kenapa kalian berdua bertengkar?"
Sejun terbangun karena keributan mereka.
Kwuong!
[Ayah, Cuengi ingin bertemu nenek Cuengi!]
Cuengi dengan suara tangis berlari menghampiri Sejun.
"Wah! Cuengi, ... gah!"
Sejun buru-buru berseru, tapi
Whack!
Cuengi jauh lebih cepat.
Kooooom!
Untungnya, tato naga di lengan kiri Sejun menghilang, menyelamatkan Sejun.
Catatan TL:
1) Di sini bisa juga diterjemahkan sebagai Apostle Dewa Pencipta tetapi saya telah menggunakan Apostle Penciptaan untuk dicocokkan dengan Apostle Penghancur.