"Tapi bagaimana kamu bisa pingsan di lantai?"
Sejun bertanya pada Theo yang sudah pulih sepenuhnya.
Yang,
"Ini semua salah Ketua Park, meong!"
Theo langsung menyalahkan Sejun.
"Aku?"
"Ya, meong!"
"Kenapa aku?"
"Itu karena Ketua Park menyuruhku pergi, dan aku terlalu lama berada jauh dari pangkuan Ketua Park, jadi aku kehilangan tenaga, meong!"
Ah... Sejun lupa kalau ini adalah kelakuan Theo yang biasa. Jadi, dia mengubah pertanyaannya.
"Apakah terjadi sesuatu yang tidak biasa?"
"Ya, meong! Anggota Masyarakat Berkepala Tiga mencoba menculikku, meong!"
"Masyarakat Berkepala Tiga? Jangan bilang salah satu kepala Hydra muncul?!"
Bahkan jika ratusan atau ribuan hunter biasa dari Masyarakat Berkepala Tiga menyerang, mereka tidak akan mampu menjatuhkan Theo karena kehabisan sihir. Satu-satunya kemungkinan yang tersisa adalah kemunculan salah satu kepala Hydra.
"Ya, meong! Ular biru itu muncul, tapi aku mengalahkannya dengan mudah, meong!"
Ada beberapa pasang surut di antara keduanya, namun Theo dengan berani melewatkannya untuk menunjukkan kompetensinya kepada Sejun.
"Wakil Ketua Theo, kamu?!"
Sejun tercengang dengan perkataan Theo.
"Puhuhut. Ketua Park, ambil ini, meong!"
Merasa senang dengan ekspresi terkejut Sejun, Theo mengeluarkan koin perunggu dari tasnya dan menyerahkannya pada Sejun. Di satu sisi ada gambar Hydra dan di sisi lain ada gambar 4.
[Koin Perunggu ke-4 Hydra]
???
"Ular jenis apa itu?"
"Itu adalah ular biru yang menciptakan es, meong!"
"Wakil Ketua Theo, kamu benar-benar kuat."
Sejun harus mengakuinya. Dia agak meremehkan Theo... tapi Theo ternyata jauh lebih kuat dari yang dia kira.
"Puhuhut. Aku sangat kuat, meong! Aku bahkan mengembangkan keterampilan baru kali ini, meong!"
Merasa senang atas pujian Sejun, Theo dengan malas berbaring di pangkuan Sejun.
Kemudian,
"Tapi sejak tadi ada bau aneh yang keluar dari mulutku, meong! Cepat beri aku churu buatan Ketua Park, meong!"
Theo meminta churu buatannya. Sejun kesal memikirkan bagaimana dia memberi elixir agar cepat pulih, dan sekarang dia mengeluh tentang bau yang aneh? Sejun merasa sedikit kesal.
Namun,
"Ini dia."
Terlepas dari perasaannya, Sejun secara alami menyerahkan churu buatannya kepada Theo.
Slurp, slurp, slurp.
Saat Theo menikmati suapan kedua churu buatannya,
"Benar, meong! Aku punya satu hal lagi untuk diberikan kepada Ketua Park, meong!"
Theo teringat plakat perunggu yang ia dapatkan dari undian penyimpanan barang hilang dan ditemukan dan mengeluarkannya dari tasnya.
"Ketua Park akan sangat senang dengan ini, meong!"
"Benarkah?"
Penasaran dengan sikap percaya diri Theo, Sejun memandangi plakat perunggu itu.
[Cermin Perunggu]
???
Batasan Penggunaan: Tidak ada
Kelas: D
"Itu cermin?"
Benda datar yang dikiranya dayung ternyata adalah cermin.
Swish, swish.
Sejun mencoba membersihkan perunggu itu dengan pakaiannya, tapi perunggu itu tidak cukup jelas untuk memantulkan wajahnya.
"Aileen, bisakah kamu menilai ini?"
[Administrator Menara mengatakan serahkan saja padanya.]
"Baik terima kasih. Dan bukankah ini terlalu sedikit? Ambil lebih banyak."
Sejun mengirimi Aileen cermin perunggu bersama dengan 1.000 tomat ceri tingkat elixir. Pagi itu, dia mengangkut 5.000 tomat dari tempat penyimpanan sementara di Menara Putih, jadi dia punya banyak.
[Administrator Menara mengucapkan terima kasih].
Sesaat kemudian,
[Administrator Menara mengatakan dia merasakan kekuatan suci yang kuat dari barang yang dibawa Theo.]
[Administrator Menara mengatakan dia perlu menilainya dengan kakeknya dan membutuhkan lebih banyak waktu.]
"Kekuatan ilahi? Oke, luangkan waktumu. Tidak perlu terburu-buru."
Setelah mempercayakan penilaian pada Aileen,
"Kamu benar-benar hebat, Wakil Ketua Theo."
"Tentu saja, meong! Aku luar biasa, meong!"
Saat Sejun memujinya, Theo berseri-seri dan semakin memperlihatkan perutnya, seolah berkata, 'Sekarang, usap perutku yang indah ini, meong!'
Pat, pat.
Sejun dengan penuh kasih sayang mengelus perut Theo, mengapresiasi pencapaiannya.
"Puhuhut... terasa enak, meong..."
Purr.
Setelah menikmati churu yang lezat dan perhatian penuh Sejun, Theo tertidur dengan puas.
"Dia benar-benar tidak akan pergi."
Ketika upaya terakhirnya pun tidak berhasil, barulah Sejun mampu menghilangkan sisa penyesalan terakhirnya.
Saat itu,
Gororong.
Kurorong
Mendengkurnya Theo membuat Cuengi mengira sudah waktunya tidur siang dan ia langsung meringkuk di punggung Sejun dan tertidur.
"Itu benar. Karena aku punya Theo di kiri dan Cuengi di kanan."
Begitu dia menyerah, segalanya terasa lebih mudah.
Snore.
Gororong.
Kurorong.
Memegang Theo dan Cuengi, Sejun tertidur.
Dua jam kemudian,
"Ugh."
Sejun menggeliat saat dia bangun.
"Hai teman-teman, bangun."
Rub. Rub.
Sejun mulai memijat Theo untuk membangunkannya.
"Puhu... Ketua Park, apakah tidurmu nyenyak, meong?"
Theo membuka matanya dengan senyuman menyenangkan dari pijatan Sejun.
"Ya. Apakah Wakil Ketua Theo tidur nyenyak?"
"Ya, meong... Pangkuan Ketua Park selalu nyaman, meong..."
Saat Theo menjawab, dia kembali tertidur.
"Tapi apakah pelelangannya berjalan dengan baik?"
Sejun memulai percakapan untuk membangunkan Theo lagi.
"Ya, meong! Itu benar-benar terjual habis, meong!"
Penyebutan pelelangan membuat mata Theo berbinar. Tidak peduli betapa mengantuknya dia, membual tentang prestasinya kepada Sejun adalah hal yang lebih penting.
"Itu bagus. Kamu melakukannya dengan baik."
"Tentu saja, meong! Aku bekerja sangat keras, meong! Lihat ini, meong! Ini adalah uang yang kudapatkan, meong!"
Theo sesumbar, mengeluarkan 6,75 juta Koin Menara yang diperolehnya dari lelang ini. Puhuhut. Ketua Park, pujilah aku dan serahkan insentifku, meong!
"Wakil Ketua Theo, kerja bagus. Inilah insentifmu."
Sejun menyerahkan 750.000 Koin Menara sebagai insentif kepada Theo. Tingkat insentif wakil ketua adalah 10%. Namun belakangan ini, Sejun mengumpulkan dan hanya memberikan enam angka terakhir sebagai insentif.
"Puhuhut. Terima kasih, meong!"
Merasa puas, Theo memasukkan koin pemberian Sejun ke dalam tasnya.
Pada saat itu,
Roll. Roll.
Cuengi berguling di depan Sejun dan
Plop.
Berbaring telentang di hadapannya.
Krueng...
[Cuengi ingin dipijat juga...]
"Baiklah."
Stretch. Stretch.
Sejun dengan sungguh-sungguh merentangkan kaki Cuengi untuknya.
Kemudian dia membangunkan binatang-binatang itu dan pergi ke luar,
"Tuan Sejun, apakah kamu sudah bangun?"
Ulrich menyapa Sejun.
"Ya. Bagaimana kabar Kacang Pencapai Langit? Apakah pertumbuhannya baik?"
Kacang Pencapai Langit yang digambarkan mencapai langit dalam 7 hari setelah tanam, ditanam 6 hari yang lalu.
Tapi karena Sejun awalnya mempercepat pertumbuhannya selama 24 jam menggunakan penaburan benih ajaib, ia mungkin akan mencapai langit lebih cepat lagi.
"Sepertinya sudah hampir dewasa. Kami menyuruh tentara memanjat pohon kacang dan menerima laporan bahwa ada tanah luas yang mengambang di langit."
"Tanah yang luas?"
Apa yang ditemukan oleh kaki depan Theo?
Melihat Theo,
"Meong meong meong."
Merasa segar dari tidurnya, Theo menyenandungkan sebuah lagu dan merawat kaki depannya.
"Kami tidak yakin karena pohon kacang belum mencapainya, tapi sepertinya tidak ada makhluk hidup."
"Aku harus pergi dan memeriksanya."
"Kami akan mengikutimu."
"Tidak, kalian tunggu aku di sini."
Jika terjadi situasi yang tidak terduga, Sejun dan para hewan dapat melarikan diri menggunakan Gelang Kembalinya Naga berharga yang diberikan oleh Kaiser. Jadi Sejun berencana memeriksanya dulu dengan hewan-hewan itu.
Dengan itu, Sejun pindah ke tempat dia menanam kacang setinggi langit itu.
***
Lantai 99 Menara, area Administrator.
- "Hmm... Theo, kenapa dia selalu menemukan hal seperti ini?"
- "Benar? Bagaimana dia selalu memilih hal seperti ini?"
Kaiser dan Kellion kagum dan berdiskusi, menilai cermin perunggu atas permintaan Aileen. Yang lebih mencengangkan adalah tidak peduli seberapa dekat kedua naga itu terlihat, tidak ada yang unik dari Theo.
"Jangan hanya bicara satu sama lain; beritahu aku juga!"
Aileen kesal pada Kaiser dan Kellion karena dia sering membutuhkan bantuan mereka untuk membantu Sejun padahal seharusnya dialah yang membantu Sejun.
- "Hahaha, cucuku kesal karena kita ngobrol satu sama lain? Biarkan orang tua ini menjelaskannya dengan cepat! Ini adalah peninggalan yang berisi kekuatan dewa luar angkasa, Dimena."
"Peninggalan?"
- "Ya, peninggalan..."
Saat Aileen menunjukkan ketertarikannya, Kaiser dengan bersemangat menjelaskan tentang relik tersebut.
"Kakek, ceritakan juga padaku tentang peninggalan dewa lainnya."
- "Astaga!"
Cucu perempuan saya sangat tertarik dengan ceritaku! Berkat itu, Kaiser menjadi sangat gembira sehingga dia dengan antusias mulai berbicara tentang semua dewa yang dia kenal yang memiliki kekuatan ilahi.
Namun,
'Aku akan belajar pada Kakek, agar nanti aku bisa menilai item Sejun dengan kemampuanku sendiri!'
Aileen hanya memikirkan satu hal: menilai sendiri barang-barang Sejun.
- "Bodoh."
Kellion memandang Kaiser dengan jijik, yang menyayangi cucunya. Namun dia tidak berbeda, sama menyayangi cucunya...
***
"Wow!"
seru Sejun saat dia melihat pohon kacang yang sangat besar. Lingkarnya sekitar 30 meter, dan puncaknya tidak terlihat. Rasanya benar-benar mencapai langit.
"Puhuhut. Bagaimana, meong?"
Theo mulai merasa bangga lagi, memegang erat lutut Sejun dengan cakar depannya, agar tidak tertarik ke angkasa.
"Bagus sekali."
Jumlah ini lebih dari cukup, meskipun semua kelinci dan Minotaur Hitam memakannya.
"Cuengi, tetaplah di dalam ruang kosong untuk saat ini."
Khawatir pohon kacang itu akan roboh karena beban Cuengi, Sejun menyuruh Cuengi menunggu di dalam tempat penyimpanan yang kosong.
Krueng!
[Aku akan menunggu tanpa makan kali ini.]
Artinya, menunggu tanpa makan melainkan mengisi kantong cemilannya.
"Itu benar. Cuengi kami berperilaku sangat baik."
Clack.
Sejun memuji Cuengi sambil memasukkannya ke dalam ruang penyimpanan kosong dan menutup pintu.
"Ayo mendaki."
"Mengerti, meong!"
Sejun mulai memanjat pohon kacang bersama Theo.
[Sentuhan Petani Lv. 4 diaktifkan.]
[Saat tanganmu bersentuhan, pertumbuhan Pohon Kacang yang Mencapai Langit sedikit meningkat.]
[Umur Pohon Kacang yang Mencapai Langit sedikit memanjang saat disentuh.]
Tentu saja, saat Sejun memegang pohon kacang itu, skillnya diaktifkan di pohon itu.
"Kelelawar emas, ayo bernyanyi sambil mendaki."
(Ya!)
Sejun memanggil Kelelawar Emas yang tergantung di punggungnya. Jika skill yang dimilikinya efektif, pasti nyanyian kelelawar tersebut dapat memperpanjang umur pohon kacang tersebut.
(Ada pohon kacang, tinggi dan tinggi~)
Setelah mendengarkan lagu asli Kelelawar Emas selama kurang lebih satu jam,
Mereka tiba di daratan luas di langit. Sungguh mengejutkan bahwa daratan sebesar itu di langit tidak pernah terlihat sebelumnya. Tanahnya tampak tandus, hanya ada satu bangunan putih mempesona yang terlihat di kejauhan.
"Ayo pergi ke sana."
"Dimengerti, meong!"
Theo yang hanya berpegangan pada lutut Sejun merespon dengan cepat. Lagipula dia tidak berencana untuk pindah sendiri.
(Aku akan mencarinya terlebih dahulu!)
Kelelawar Emas dengan cepat terbang mengitari gedung dan kembali.
(Bangunannya tampak bersih, tapi tidak ada orang di dalamnya!)
"Benarkah?"
Sejun mendekati gedung itu.
"Hah?"
Saat dia semakin dekat, dia melihat tanaman di sekitar gedung.
"Apakah itu Tomat Ceri Ajaib? Tunggu! Apa itu?"
Sejun mengenali beberapa tanaman, tapi ada beberapa tanaman lain yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.
"Aku harus mengumpulkan beberapa."
Saat Sejun mendekat untuk memanen hasil panen,
[Kamu telah memasuki Taman Emila.]
- "Sungguh luar biasa kamu berhasil menemukan tempat ini. Namun, aku tidak bisa membiarkan pencurian. Petani menara Menara Hitam, Park Sejun. Dan ini belum waktunya kita bertemu."
Sebuah suara bergema di kepala Sejun.
Kemudian,
"Hah? Dimana aku?"
Tiba-tiba, Sejun mendapati dirinya dipindahkan ke lokasi lain. Lokasi yang familiar. Dia berada di dasar Kacang Pencapaian Langit, kembali ke tanah.
- "Senang bertemu denganmu."
Dengan itu, suara itu menghilang.
"Apa yang baru saja terjadi? Wakil Ketua Theo? Kelelawar Emas?"
Merasa bingung, Sejun pertama-tama memeriksa apakah hewan-hewan itu baik-baik saja.
Gororong.
Baerorong.
Syukurlah, keduanya baik-baik saja.
"Ah! Bagaimana dengan Cuengi?"
Clack.
Sejun dengan cepat membuka ruang penyimpanan kosong untuk memastikan Cuengi aman.
Krueng?
[Apakah aku sudah harus keluar?]
Cuengi yang sedang sibuk mengisi kantong snacknya bertanya dengan ekspresi kecewa.
"Tidak, isi kantongmu dulu lalu keluar."
Krueng!
[Oke!]
Mendengar perkataan Sejun, Cuengi dengan bersemangat kembali mengisi kantong snacknya.
"Fiuh. Apa yang baru saja terjadi?"
Saat Sejun merenungkan kejadian baru-baru ini,
"Hah? Kapan aku memakainya?"
Sejun menyadari sepatunya telah diganti. Alih-alih sepatu ketsnya yang sudah usang dan hampir robek, dia kini mengenakan sepatu kulit berwarna emas.
"Apa ini?"
Sejun memeriksa sepatunya.