Shiver, shiver.
Theo bergidik, bukan karena kedinginan tetapi karena aura kuat ular biru itu. Bagi Theo, yang telah menahan aura naga, aura yang dimuntahkan oleh pecahan Utusan Penghancur tidak berarti apa-apa, tapi
"Aku tidak berada di pangkuan Ketua Park lagi, meong..."
Dulu, dia mendapat pangkuan Sejun, tapi sekarang tidak. Kepercayaan diri Theo anjlok.
"Sudah waktunya untuk mengungkapkannya, meong!"
Theo, dengan ekspresi serius, mengeluarkan senjata rahasia yang dia sembunyikan di tasnya.
Kemudian,
Swish!
Dia menyampirkan senjata rahasia itu seperti jubah dan mengikat ujungnya di depan lehernya. Senjata misterius yang diungkapkan Theo adalah selimut yang digunakan Sejun selama tinggal di dalam gua.
Tepatnya, itu hanyalah bagian dari selimut yang menutupi lutut Sejun, yang telah dipotong dan disimpan oleh Theo saat Sejun membuang selimut tersebut saat kembali ke permukaan.
"Puhuhut. Aku sekarang telah mengisi ulang energi pangkuan Ketua Park!"
Theo berseru dengan ekspresi percaya diri, benar-benar berbeda dari beberapa saat yang lalu.
"Beraninya kamu mencoba mencuri hasil panen Ketua Park! Aku akan memberimu pelajaran, meong!"
Theo berteriak menantang pada ular biru yang menghalangi jalannya.
- "Makhluk kurang ajar! Rasakan kemarahanku! Angin teror yang membekukan, bekukan musuh!"
Swoosh.
Dengan kata-kata ular biru, badai es besar yang berasal dari ular itu semakin besar, mendekati Theo.
Tapi kemudian,
"Berhentilah main-main, meong!"
Diberdayakan oleh selimut yang sekian lama menutupi lutut Sejun, Theo merasa tidak takut.
Theo memasukkan semua kekuatan sihirnya ke dalam cakar naganya.
"Entah bagaimana, aku merasakan kekuatan sihir yang melimpah, meong! Benar saja, saat aku berada di lutut Ketua Park, aku tak terkalahkan, meong!"
Theo sekali lagi menyadari kehebatan lutut Sejun saat dia merasakan gelombang kekuatan tak berujung pada cakar naga itu. Meskipun itu berkat makanan bergizi yang Sejun siapkan, semua pujian tertuju pada lutut Sejun.
Hmm.
Saat Theo terus menuangkan kekuatan sihir, cakar naga hitam itu mulai menjadi transparan.
Kemudian,
"Meong! Meong!"
Theo mengayunkan kaki depannya yang transparan sepenuhnya dengan liar.
......
Tanpa suara apa pun, segala sesuatu di sekitarnya terpotong, termasuk badai es dan ular biru.
- "Argh! Dikalahkan oleh makhluk rendahan seperti itu..."
Thud.
Tubuh ular biru itu terbelah menjadi beberapa bagian dan roboh.
"Meong! Sepertinya aku baru saja melakukan sesuatu yang luar biasa, meong!"
Theo, mengingat sensasi baru-baru ini, tenggelam dalam pikirannya.
"Puhuhut. Aku sudah memutuskan, meong! Nama teknik ini adalah Teknik Rahasia Utama Wakil Ketua Theo 'Meow-meow Storm Fist', meong!"
Sama seperti Theo yang menamai tekniknya,
Clank.
Koin perunggu jatuh.
"Puhuhut. Sekarang, aku bisa memberikan koin ini kepada Ketua Park, meong!"
Theo, dengan ekspresi puas, memasukkan koin perunggu dan senjata rahasianya, selimut, ke dalam tasnya dan mengeluarkan kacamata hitamnya.
Kemudian,
"Manusia, aku sudah sampai, meong!"
Dengan langkah yang megah, dia mengumumkan kedatangannya di perkemahan hunter.
Kemudian,
"Dia di sini!"
"Theo ada di sini!"
Para hunter botak dan berkepala bersinar di kamp bergegas mendekat.
"Aku tahu aku melakukan hal yang benar, meong!"
Theo, disambut hangat oleh para hunter botak, pindah ke tengah kamp dan memulai pelelangan.
"Hari ini, aku akan mulai dengan menjual hasil panen baru dulu, meong."
"Tanaman baru?"
Mendengar kata-kata Theo, wajah para hunter dipenuhi antisipasi. Setiap kali Theo membawa tanaman baru, dunia medis di Bumi menjadi terbalik. Masalah yang selama ini dianggap mustahil dapat diselesaikan.
Tanaman seperti tomat yang membuat berat badan turun secara sehat, jagung yang menumbuhkan rambut, daun bawang yang menyembuhkan kanker hati, dan kentang yang menyembuhkan kanker perut. Dan semuanya enak tanpa efek samping.
Sekarang, bahkan rumah sakit akan langsung merekomendasikan pembelian tanaman Theo kepada pasien yang menemui jalan buntu dengan pengobatan konvensional. Tentu saja yang jadi persoalan adalah harganya yang selangit, namun keefektifannya tidak bisa dipungkiri.
"Hasil panen hari ini adalah Mentimun Kelincahan dan Lobak Stamina, meong!"
Theo mengeluarkan mentimun dan lobak, memungkinkan para hunter melihat pilihan mereka.
"Mentimun membantu memperkuat fungsi ginjal!"
"Lobak untuk fungsi paru-paru!"
Saat para hunter memverifikasi pilihan hasil panen,
"Sekarang, mari kita mulai pelelangannya, meong! Pertama, aku akan melelang 20 buah Lobak Stamina, 1 buah sekaligus, meong!"
Theo memulai pelelangan.
"Hanya 20 buah?"
Jumlahnya terlalu kecil.
"150 Koin Menara!"
"155 Koin Menara!"
"160 Koin Menara!"
Berkat kuantitasnya yang terbatas, Lobak Stamina mendapat tawaran tinggi sejak awal.
Dengan tanaman dari menara yang dapat mengobati kanker hati dan perut, orang-orang kaya lainnya yang menderita berbagai penyakit juga meminta untuk membeli tanaman dengan harapan dapat ditemukan obat untuk penyakit mereka. Oleh karena itu, persaingan menjadi sangat ketat.
"200 Koin Menara!"
"TERJUAL, meong!"
Dengan itu, lelang pertama Lobak Stamina telah berakhir.
"Lobak Stamina sekarang sudah terjual, meong!"
Semua Lobak Stamina yang tersisa telah terjual, dengan harga rata-rata ditetapkan pada 220 Koin Menara.
Selanjutnya,
"Selanjutnya adalah Mantimun Kelincahan, meong! Aku akan melelang 5 sekaligus, dengan total 100, meong!!"
"150 Koin Menara!"
"152 Koin Menara!"
"153 Koin Menara!"
Dalam kasus Mentimun Kelincahan, harganya tidak semahal itu karena transplantasi ginjal dapat berfungsi sebagai obat, sehingga harganya tidak naik secara signifikan. Harga rata-rata adalah 25 Koin Menara.
Setelah lelang hasil panen baru, dimulailah lelang hasil panen yang telah terjual sebelumnya.
Dimulai dengan Jagung Stamina Meledak untuk pengobatan rambut rontok, dilanjutkan dengan Daun Bawang Detoksifikasi untuk kanker hati, Kentang Listrik untuk kanker perut, dan Ubi Jalar Kekuatan untuk meningkatkan daya serap.
Meskipun sebagian besar hasil panen dijual dengan harga yang sama, harga Ubi Jalar Kekuatan meroket pada hari itu.
"350.000 Koin Menara untuk 1000 buah!"
"370.000 Koin Menara untuk 1000 buah!"
"400.000 Koin Menara untuk 1000 buah!"
Ini karena Lobak Stamina yang dijual Theo. Untuk pengobatan kanker paru-paru, diperlukan lima Lobak Stamina, tetapi terdapat kekurangan yang serius. Idenya adalah untuk mengkompensasi kekurangan Lobak dengan efek dari Ubi Jalar Kekuatan.
Meskipun harus menghabiskan hampir 400 miliar won untuk membeli 1000 Ubi Jalar Kekuatan, di Bumi, ada banyak orang kaya yang bersedia membayar harga tinggi hanya untuk satu buah.
Bahkan dengan sedikit markup, ada banyak pembeli yang bersedia, sehingga mereka mampu membeli 1000 Ubi Jalar Kekuatan tanpa masalah apa pun.
Dengan selesainya lelang,
"Sampai jumpa lagi, meong!"
Theo dengan cepat meninggalkan tempat tersebut bahkan tanpa mengambil foto.
"Hah, hah. Tiba-tiba aku merasa tidak enak badan, meong! Aku butuh pangkuan Ketua Park, meong!"
Meskipun efek setelah menggunakan banyak kekuatan sihir saat bertarung dengan ular biru baru terlihat sekarang, Theo yakin itu karena dia jauh dari pangkuan Sejun. Merasa lelah, dia segera menuju ke lantai 49 menara.
***
"Cuengi, ayo pergi."
Krueng!
[Dipahami! Ayah, ayo!]
Mendengar perkataan Sejun, Cuengi yang telah makan siang yang lezat dan menepuk-nepuk perutnya, memperbesar tubuhnya dan berbaring di depan Sejun.
"Ayo pergi."
Jadi, dengan menaiki Cuengi, Sejun bergerak menuju titik jalan untuk kembali ke lantai 49.
Kemudian,
Creak.
"Cuengi, tetaplah di dalam sebentar."
Saat tiba di titik jalan, Sejun berbicara sambil membuka penyimpanan kosong.
Krueng!
[Dipahami!]
Cuengi tampak bersemangat untuk masuk ke dalam kantong penyimpanan kosong, mungkin berencana mengunyah makanan yang disimpan sampai Sejun membukakan pintu untuknya.
Namun,
"Kamu tidak bisa makan saat di dalam, Cuengi."
Krueng?
[Tidak bisa makan di dalam?]
"Ya."
Krueng...
[Dipahami...]
Cuengi tampak kecewa dengan ucapan Sejun.
Creak.
[Anda telah sampai di lantai 49.]
Setelah menutup pintu, Sejun sampai di lantai 49 menggunakan Titik jalan.
"Tuan Sejun, kamu telah tiba!"
Setibanya Sejun, Dooku buru-buru menyapanya.
"Ya. Semuanya baik-baik saja?"
"Ya! Tidak ada masalah!"
"Bagus. Oh benar! Gunakan ini."
Sejun menyerahkan Helm Gigi Naga kepada Dooku.
"Apa ini?"
"Itu terbuat dari gigi naga."
"Gigi naga? Untuk tikus tanah sepertiku..."
Tergerak oleh sikap Sejun, Dooku dengan hati-hati mengenakan Helm Gigi Naga.
"Cara menggunakannya adalah..."
Sejun dengan cepat menjelaskan kegunaan helm tersebut.
Sejun telah membagikan helm ini kepada bos di lantai pertanian.
Untuk menggunakan titik jalan dengan aman, akan lebih nyaman baginya jika mereka tetap mempertahankan posisinya.
Berkat ini, Dooku nantinya dikenal sebagai Dooku yang Tak Tertembus di kalangan para hunter.
Setelah mengajari Dooku cara menggunakan helm, Sejun...
Creak.
"Cuengi, keluar."
Sejun memanggil Cuengi, yang berada di ruang penyimpanan kosong, untuk keluar dan melakukan perjalanan dari titik jalan menuju pertanian.
Krueng! Krueng!
[Cuengi mendengarkan Ayah dengan baik! Cuengi menolak dan tidak makan!]
Cuengi keluar dengan kantong camilannya yang penuh dengan makanan hingga tampak siap pecah, dan dia melakukannya dengan percaya diri. Yang dia maksud adalah dia telah menahan diri untuk tidak makan di gudang, dan sekarang dia siap untuk berpesta!
"Yah, bagus sekali."
Sejun tersenyum dan menepuk kepala Cuengi, menghargai usaha yang dilakukannya untuk menepati janjinya.
"Ayo pergi. Kelelawar Emas, kamu dapat melanjutkan dan mulai menyanyikan lagu."
(Oke!)
Atas panggilan Sejun, Kelelawar Emas yang tertidur di punggung Sejun dengan cepat terbang menuju perkebunan kesemek.
Krueng!
[Ayah, naiklah!]
Sejun menaiki Cuengi yang sekarang sudah diperbesar dan pindah ke perkebunan kesemek.
Saat itu,
"Hah? Aku bisa merasakan kehadiran Theo."
Detektor Theo Sejun diaktifkan.
Sniff. Sniff.
Krueng!
[Aku tidak mencium bau Kakak!]
Meskipun Cuengi rajin mengendus-endus, dia tidak bisa mendeteksi aroma Theo. Detektor Theo milik Sejun sepertinya membaik karena suatu alasan.
"Benarkah? Tapi kenapa aku merasa sangat tidak nyaman? Cuengi, ayo cepat menuju ke sana."
Sejun menunjuk ke arah dimana dia merasakan kehadiran Theo.
Krueng!
[Dipahami!]
Thud. Thud.
Atas perintah Sejun, Cuengi mulai berlari dengan cepat.
Setelah sekitar 30 menit berlari dengan kecepatan penuh,
Krueng!
[Aku bisa mencium bau Kakak!]
Akhirnya Cuengi mendeteksi aroma Theo.
"Itu dia!"
Setelah berlari sekitar 10 menit lagi, mereka melihat Theo tergeletak di tanah.
"Wakil Ketua Theo!"
Krueng!
[Kakak laki laki!]
Sejun dan Cuengi berlari menuju Theo sambil memanggilnya.
Kemudian,
"Wakil Ketua Theo!"
Sejun buru-buru dan dengan lembut mengangkat Theo.
"Ketua Park... letakkan aku di pangkuanmu..."
Mendengar suara Sejun, Theo membuka matanya dengan susah payah dan berbicara dengan susah payah.
"Aku mengerti."
Sejun dengan cepat meletakkan Theo di pangkuannya.
"Puhu... lutut. Itu... milikku, meong..."
Theo terkekeh lemah dan menempel di pangkuan Sejun dengan seluruh sisa tenaganya.
"Apa yang lucu sampai kamu tertawa seperti orang bodoh?"
Sejun, menatap Theo dengan sedih, mengikatnya di lutut dengan tali. Setelah melakukannya sekali sebelumnya, dia bisa dengan terampil melilitkan talinya. Theo yang merasakan hangatnya pangkuan Sejun tampak lega dan tak lama kemudian pingsan.
"Tapi kenapa Theo kehabisan kekuatan sihir..."
Setelah mengalami sendiri penipisan kekuatan sihir berkali-kali, Sejun langsung mengenali kondisi Theo. Jelas sekali, sesuatu telah terjadi. Sejun merasa bersalah, mengira itu mungkin kesalahannya karena mengusir Theo.
'Aku tidak akan membiarkan ini pergi!'
Sejun bersumpah tidak akan memaafkan siapapun atau apapun yang telah melakukan ini pada Theo.
"Cuengi, ayo pergi ke pertanian."
Krueng!
[Dipahami!]
Cuengi sambil menggendong Sejun dan Theo buru-buru berlari menuju kebun kesemek.
Chew. Chew.
Di perjalanan, Sejun mengunyah tomat ceri bermutu elixir dan menyuapkannya ke mulut Theo. Sebagai elixir yang meningkatkan kekuatan sihir, ini membantu memulihkan dengan cepat dari penipisan kekuatan sihir.
Berkat itu, Theo terbangun, setelah pulih dari kelelahan.
"Selama aku berada di pangkuan Ketua Park, aku tak terkalahkan, meong! Aku merasa sangat kuat, meong!"
Sekali lagi, semua pujian jatuh ke pangkuan Sejun.
Kemudian,
"Mengapa kamu tidak sembuh?"
Sejun dengan cemas menatap Theo yang telah mengonsumsi 20 tomat ceri tingkat elixir.