Hadirnya Kamu | Tamat (Sudah...

By jeszyc09

692K 17.5K 317

Cerita sudah terbit versi novel, link pembelian novel tersedia di bio instagram penulis @storyjeszp ..... Ke... More

Tokoh
1: Dijodohkan dengan om-om?
2 : Pertemuan
3: Cafe 70's
4: Bertemu Calon Mertua
5: Hari bersejarah
6: Jangan Marah, Diajeng
7: Drama Berkeluarga
8: Perubahan Sikap
9: Kecewa di Hari Merah
10 : Khawatir Seorang Suami
11 : Hilangnya Mahkota
12: Kelembutan Hati Sultan
14: Menerima Semuanya
15: Berkunjung ke Solo
16: Selamat Pak Prabu
17: Bahagia Tiada Tara
18: Masih Ngidam
Cerita Baru
Siapa Yang Kangen?
Bantu Penulis Vote Cover Yu
Info Open PO!
Hadir di Shopee!!

13: Hinaan Serta Kekecewaan

21.5K 912 9
By jeszyc09

Haii jangan lupa vote dan komennya🦋

🦋

Sultan dan Laurenza sudah kembali lagi ke rumah setelah bermain sebentar dengan anak-anak yang ditolong Sultan di alun-alun tadi. Kini Laurenza dan Sultan sedang bersantai diruang keluarga sembari menonton TV, menikmati waktu kebersamaan mereka.

Drt.. Drt.. Drt..

Suara handphone milik Sultan berbunyi yang membuat Laurenza menatap Sultan yang sedang melihat siapa yang berani mengganggu waktu berduaan dengan istrinya. Satu alis Sultan naik setelah membaca nama si penelpon, 'Agzar' dia merupakan paman-nya adik laki-laki dari sang ayah.

"Siapa?" tanya Laurenza penasaran.

"Om Agzar, tumben banget nelpon."

Sultan pun menggeser logo telepon pada bulatan warna hijau, tak lama suara seorang pria memberi salam menyapa telinganya.

'Assalamualaikum Sultan, kamu dimana?"

"Waalaikumsallam, saya ada dirumah om. Ada apa?"

'Bisa kamu ke rumah om sekarang? Ada hal penting yang harus kita bahas sekarang'

"Hal penting?"

'Iya, kesini cepat ya ada orangtua-mu juga disini'

Sambungan telepon diputus sepihak oleh Agzar, Sultan memandang handphone-nya kebingungan. Ada apa sebenarnya sampai kedua orangtuanya pun ikut hadir disana.

"Kenapa mas?"

"Kita ke rumah om Agzar sekarang" ucap Sultan sembari berdiri dari duduknya.

"Mau ngapain?"

Sultan menggelengkan kepalanya. "Gak tau, mas disuruh kesana sekarang."

"Aku harus ikut?"

"Lalu? Kamu-kan istri mas."

Laurenza pun menurut dia mengikuti setiap langkah Sultan, mobil yang sudah ditumpangi oleh pasangan suami-istri itu melaju membelah jalanan ibu kota yang sudah sangat panas hari ini. Rumah Agzar memang masih berada dikawasan Jakarta Timur, jadi tidak terlalu jauh jarak yang harus Sultan tempuh jika menggunakan kendaraan roda empat.

Tak lama kemudian mobil yang dikendarai Sultan sudah ter-parkir didepan teras rumah Agzar, Sultan semakin bertanya-tanya saat melihat ada banyak mobil milik keluarga sang ayah disana. Sultan dan Laurenza turun dari mobil dan menghampiri Basyira disana yang sedang bersama istri dari Hastungkara dan anak-anak dari mereka. Senyuman tersungging menghiasi wajah tampan pria dewasa itu, dia memeluk kedua ponakannya dari Basyira dan menggendong sebentar anak dari adik laki-lakinya.

"Laurenza tunggu disini aja" ucap Basyira yang sudah mengerti apa yang akan dibahas didalam sana.

Sultan mengerutkan dahinya, tatapan penuh pertanyaan menyorot pada adik perempuannya. "Ada apa sebenarnya?"

"Langsung masuk aja mas, sampeyan juga nanti tau sendiri." Basyira membalas.

Sultan menatap mata Laurenza mengisyaratkan jika dia pamit masuk ke dalam, Laurenza menganggukkan kepalanya melihat sang suami menatapnya. Laurenza menatap punggung Sultan yang sudah hilang termakan jarak, dia pun turut penasaran apa yang akan mereka bahas didalam. Laurenza pun memilih tidak memikirkannya dan mengobrol bersama kedua adik iparnya.

Ucapan salam yang Sultan ucapkan membuat seluruh orang yang berada diruang keluarga senyap seketika, Sultan menghampiri mereka yang sepertinya tengah membahas hal serius bisa dilihat dari wajah-wajahnya. Sultan mencium punggung tangan kedua orangtuanya, lalu duduk disamping ayah-nya.

"Sendiri aja kamu Sultan?" tanya Bian adik dari ayah-nya.

"Sama istri om, dia nunggu diluar sama Basyira" jawab Sultan disertai senyuman khas-nya.

Sultan melirik pada adik sepupunya yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan tak biasa, tatapan sinis serta penuh dengan kebencian bisa Sultan lihat dari sorot mata Gesta, anak sulung Agzar.

"Biasanya kalau kumpul begini kamu selalu datang sendiri ya" ucap Indra, adik sepupunya yang lain.

Sultan tersenyum menanggapinya. "Itu kan dulu."

Bisa Sultan lihat Gesta terkekeh. "Hebat sekali kamu mencari istri Sultan, masih muda dan cantik. Sangat serasi dengan-mu, semoga cepat diberi momongan ya."

Semua orang saling pandang setelah mendengar ucapan Gesta yang terdengar seperti ejekan untuk Sultan, Joko menatap ponakannya tajam. Agzar pun sama dia mengisyaratkan jika perkataannya sangat tidak enak didengar. Sudut bibir Sultan naik dia menundukkan sebentar kepalanya sebelum kembali menatap Gesta dengan senyum yang masih terlihat biasa.

"Doakan saja," balas Sultan masih tenang.

Gesta tersenyum geli mendengar balasan kakak sepupunya, jika boleh iya akan tertawa terbahak-bahak didepan wajah Sultan. Dari dulu Gesta memang tidak pernah suka dengan Sultan, karena dia selalu kalah telak dan selalu dibanding-bandingkan dengan kakak sepupunya itu. Bukan hanya Gesta beberapa sepupu serta om dan tante Sultan pun ada yang tidak suka dengan Sultan, karena saat mendiang kakek dan nenek Sultan masih hidup pria itu selalu menjadi kebanggaan karena kepandaian serta kemampuannya masuk ke Universitas negeri di Indonesia. Sebelumnya di keluarga sang ayah belum pernah ada yang berhasil masuk Universitas negeri, itulah yang membuat Sultan menjadi kebanggaan kakek dan nenek-nya.

"Jadi gini nak, tujuan kita berkumpul bersama adalah untuk membahas janji yang telah diucapkan kakek dan nenek sebelum meninggal." Joko membuka suara seraya satu tangannya mengusap lembut bahu sang putra.

"Janji?"

"Cepat katakan saja pakde, Nonggoni opo maneh?" sambung Gesta tak sabaran.

(Nungguin apa lagi?)

Sultan menatap sang ayah dengan tatapan bertanya-tanya, Joko menatap satu persatu adiknya meminta izin untuk dirinya yang angkat bicara.

"Sebelum mereka meninggal kami diberitahu bahwa perusahaan keluarga Wisesa Grup akan alih pimpinan, yang semula dipimpin oleh Agzar anak terakhir dari Keluarga Wisesa. Kakek dan nenek memerintahkan perusahaan akan beralih pimpinan kepada Sultan setelah dia sudah menikah kembali dengan gadis pilihannya."

Brak!

Gesta berdiri menatap tajam kakak pertama dari sang papa, ia tak terima. Gesta adalah anak dari Agzar bahkan dia telah menikah jauh sebelum Sultan.

"Saya tidak terima! Dari sekian banyak cucu kakek dan nenek, kenapa harus dia lagi?!" marahnya seraya menuding-nuding wajah Sultan.

"Saya sudah menikah jauh sebelum Sultan menikah, bahkan saya sudah mempunyai anak dari pernikahan tersebut. Kenapa malah dia yang dipilih?!" Indra ikut tak terima.

"Cucu kakek dan nenek bukan cuman Sultan doang pakde!" seru sepupu Sultan yang lain.

Sultan menghembuskan nafasnya, inilah yang membuat Sultan sedikit tak suka jika kakek dan nenek-nya memberikan perhatian lebih padanya. Dia akan dimusuhi oleh keluarga tanpa sebab, sebenarnya Sultan tidak perduli tetapi dirinya merasa tidak nyaman jika harus berumusuhan dengan keluarga.

"Ini perintah dari kakek dan nenek." Balas Joko menatap satu persatu keponakannya yang protes.

"Saya tidak suka keributan, jika memang itu adalah perintah saya meminta maaf karena saya menentang. Saya sudah punya perusahaan sendiri untuk saya pimpin, jadi saya persilahkan yang lain untuk memimpin perusahaan Wisesa Grup." Ucap Sultan.

"Alah! Sampeyan ngomong ngono supaya hati kita melunak dan perusahaan tersebut dapat kamu ambil kan?" Balas Indra.

"Apa sampeyan gak puas dengan semua pujian bahkan barang mahal yang dikasih oleh kakek dan nenek yang membuat cucu-cucu mereka yang lain iri?" Indra kembali berbicara.

"Dengar pakde! Kalau pimpinan beralih kepada anak pakde, saya jamin perusahaan akan bangkrut. Lagi pula memang ada pemimpin perusahaan yang tidak bisa mempunyai keturunan?" Gesta membalas.

"Apa maksud sampeyan bicara seperti itu?" Sultan berdiri, sudah cukup dia selalu dihina seperti ini.

Gesta terkekeh. "Lha kok sampeyan masih ngomong maksud'e opo?"

"Jika pemimpinnya mandul, perusahaan juga akan ikut mandul kedepannya" Gesta tampak puas melihat wajah Sultan.

"Gesta!" sentak Agzar.

"Sampeyan mau tau tidak kenapa kakek dan nenek sangat sayang bahkan rela memberikan apapun pada sampeyan?"

Sultan tampak penasaran berbeda dengan Joko dan Karina yang tampak panik ketika Gesta ingin membongkar sesuatu yang sudah lama tidak dibicarakan.

"Saya diceritakan oleh orangtua saya" lanjut Gesta.

Joko menatap Agzar tajam berani-beraninya dia membongkar sebuah rahasia yang tidak mau lagi dia bahas sampai kapanpun.

"Sudah cukup Gesta!" Joko menuding Gesta.

Gesta terkekeh. "Kenapa pakde, takut?"

Sultan mengisyaratkan Joko untuk tidak dulu berbicara dengan satu tangannya. "Katakan semuanya!"

Gesta tersenyum licik. "Dulu saat kamu masih dikandungan kedua orangtua-mu berniat ingin mengugurkannya, tetapi kakek dan nenek berhasil melarangnya dan sampai pada kamu berumur satu tahun dokter mengatakan kamu mempunyai kelainan. Kedua orangtua-mu berniat ingin memasukkan-mu ke dalam panti asuhan tetapi kakek dan nenek kembali melarangnya serta mengancam jika kedua orangtua-mu terus berusaha untuk menyingkirkan-mu kakek dan nenek tidak akan memberi warisan sepeser pun."

"Jadi bagaiman? Sampeyan sudah tahu kenapa kakek dan nenek bersikap seperti itu, bukan karena rasa sayang melainkan rasa kasihan karena sampeyan tidak diinginkan dikeluarga." Sambung Indra merasa puas melihat ekspresi Sultan.

Dada Sultan bergemuruh telinganya terasa seperti ingin meledak setelah mendengar kata-kata menyakitkan itu, hatinya sangat sakit bagaikan tertusuk seribu paku panas disana. Tidak disangka semua yang telah dirasakan hanya sebuah fiksi belaka, semuanya tidak nyata.

"Sultan dengar ibu, itu masa lalu nak. Semuanya telah berubah, sekarang dan masa lalu berbeda" Karina mendekati Sultan dan memeluk erat lengan putranya.

Sultan melepaskan pelukan erat sang ibu, dia berbalik dengan wajah yang sudah berlinang air mata, kedua tangannya mengelus lembut bahu kunci surganya. Hatinya sakit melihat sang ibu menangis, sehina itukah dirinya sehingga kedua orangtuanya pun tidak mau jika dia hadir?

"Sultan tahu ibu selalu sayang dan tidak pernah kasar pada Sultan, tetapi Sultan sakit setelah mendengarnya, jika memang itu benar Sultan mohon ampun pada ibu karena telah hadir disaat kalian tidak menginginkan."

Karina menggelengkan kepalanya kuat dia mengusap lelehan air mata yang jatuh membanjiri pipinya. "Lupakan nak, semuanya sudah berlalu."

"Jadi itu semua benar bu? Kenapa Sultan harus tahu dari orang lain?"

Gesta dan Indra saling tatap dan mereka tersenyum penuh kemenangan.

"Omong-omong, saya penasaran dukun mana yang kamu pakai sampai istri muda-mu mau menikah dengan kamu yang umurnya jauh dengannya" ucap Indra.

Sultan melirik dia melepaskan pelukan sang ibu, apalagi yang dia inginkan.

"Apa istri-mu sudah tahu kalau kamu mandul? Jika belum apakah mungkin dia akan meninggalkan-mu seperti yang dulu? Jika itu benar terjadi saya akan menjadikan dia istri saya." ucap adik sepupu Sultan yang terlihat seumuran dengan Laurenza.

Sultan menggeram dia menghampiri laki-laki muda yang tersenyum bangga karena telah berani mengatakan itu pada Sultan.

Bugh!

Satu tinjuan mendarat tepat pada perut laki-laki muda tersebut, tidak sampai disitu sang pelaku kembali menghampiri korban yang telah tersungkur dilantai dengan memegangi perutnya. Sultan mencengkeram kerah adik sepupunya agar bangun dari baringnya kemudian menendang keras selangkangan laki-laki itu.

Semua orang yang berada disitu mendekat dan memisahkan Sultan yang sudah dikuasai oleh emosi, Hastungkara menarik tubuh sang kakak agar berhenti memukul laki-laki muda yang sudah membuat Sultan kesabaran Sultan habis.

"Mas!" Hastungkara menahan pundak Sultan.

Sultan menatap adik bungsunya bisa Sultan lihat air mata mengalir membasahi pipi Hastungkara.

"Kenapa ikut menangis?" tanya Sultan dengan wajah yang masih terlihat marah.

Hastungkara tidak menjawab dia memeluk erata kakak laki-laki-nya dan berbisik. "Jangan pernah berniat untuk meninggalkan kita mas."

Saat dipeluk mata Sultan melihat saudara-saudaranya yang tengah membantu laki-laki muda itu untuk duduk disofa, lalu matanya beralih pada sang ayah yang telah memeluk ibunya dengan mata yang menatap ke arahnya yang sedang dipeluk oleh Hastungkara.

Sultan membalas pelukan adiknya sebentar lalu dia melepaskan secara paksa pelukan itu dan berlari keluar rumah yang membuat semua orang yang ada disana melihat kepergian Sultan. Saat sampai di teras rumah Sultan melihat Laurenza yang tengah terkejut karena melihatnya.

"Mas, ada apa?" Basyira menghampiri Sultan yang matanya memerah karena menangis.

Sultan tidak menjawab dia menatap Laurenza. "Ayo kita pulang" ucapnya dengan suara bergetar.

Sultan melepaskan tangan Basyira yang memegang pergelangan tangannya dan berlari menghampiri mobilnya.

"Biar aku yang menyetir mas," pinta Laurenza.

Sultan tidak menolak dia segera masuk ke dalam mobil, Laurenza melajukan mobil meninggalkan rumah bernuansa Jawa itu. Di dalam perjalanan Sultan hanya dia menatap jalanan, Laurenza sangat penasaran sebenarnya apa yang mereka lakukan didalam sana sampai Sultan menangis seperti ini.

🦋

Terimakasih telah membaca bab ke-13 dari cerita ini. Saya tidak akan pernah lupa untuk mengingatkan kalian agar vote dan komen positif agar penulis semangat melanjutkan bab berikutnya💌

Follow teman-teman untuk melihat informasi cerita ini kedepannya.
Instagram: @storyjezp
Tiktok: givoo_1

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 250K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
6.6M 622K 97
Yang Haechan tahu dia dijodohkan dengan laki-laki lugu yang bernama Mark Jung, tapi siapa sangka ternyata dibalik cover seorang Mark lugu Jung terdap...
4.1M 30.6K 34
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
184K 7K 25
" Pi, mi, calon istri Irham janda anak 2? " " Bukan. " " Alhamdullilah. " " Wanita yang kamu kira janda anak dua itu adalah calon ibu mertua kamu. " ...