GALANG

By PoppiPertiwi

286K 33.6K 46.4K

Tentang Galang Ganeswara More

1. GALANG GANESWARA
2. GHEA MONIKA
3. LEBIH DEKAT
4. HE'S THE ONE
5. IN A WORLD OF BOYS, HE'S A GENTLEMAN
6. FOR HER
7. HUG FOR YOU
8. BOXING
9. CEMBURU
11. MY GIRLFRIEND, GHEA
12. GREAT JOB TODAY
13. PROTECT HER
14. INNERCHILD
15. POSSESSIVE GALANG
16. NIGHT AND YOU
17. MAKE SURE YOU'll BE TREATED RIGHT
18. ADORE YOU

10. CONFESSION

12.8K 1.8K 2.8K
By PoppiPertiwi

Gengs hayuk sebelum membaca beri komentar🌷🌷🌷di sinii

Klik bintang votenya juga gengs dan komennya nanti juga

Kasih juga komentar tiap paragrafnyanya semangat guys

🌸Selamat Membaca Semua Semoga Suka Aminnnn🌸

10. CONFESSION

Begitu Galang ingin mengajak Ghea pergi. Dua orang perempuan datang ke tempat Ghea. Hal itu membuat Galang menoleh pada Ghea. Namun Ghea hanya diam saja karenanya. Sementara Chia, adik Ghea juga sama. Tak menunjukan ketertarikan begitu melihatnya.

"Ghea ada tamu?" tanya Retha, Mama Niken.

"Ada," jawab Ghea.

"Galang ya? Astaga! Nice to meet you. Gue Niken," Niken mendekati Galang dan bersalaman dengannya.

"Mama tiri gue Retha. Sama anaknya Niken," Ghea menjelaskan pada Galang yang bingung.

"Halo Tante," Galang menyapa Retha. "Galang," lanjutnya lagi pada Niken.

"Lo gak kenal sama gue ya? Kita satu sekolah padahal. Serius lo gak pernah liat gue? Padahal gue sering banget tau liat lo di sekolah. Kelas kita juga sebelahan," Niken masih tertawa, mencoba dekat.

"Gue gak kepo sama orang lain," perkataan Galang membuat Niken diam karenanya.

Niken diam karena bagi Galang, Niken adalah orang lain.

"Ada apa ke sini?" tanya Ghea.

"Cuman ini mau kasih kamu surat ini. Nanti dibaca ya," Retha memberikannya pada Ghea.

Galang menatap ketiganya. Ketiganya berbicara dengan nada yang normal. Bahkan terkesan ramah. Namun yang Galang lihat justru keduanya saling menyudutkan. Sementara Ghea hanya menatap suratnya tanpa ekspresi apapun.

"Jangan lupa ya dibaca Ghe. Soalnya Papa kamu yang minta," kata Retha lagi.

"Jangan lupa juga Ghe! Oleh-oleh dari Papa nanti buat gue juga. Kata Papa banyak bajunya," tambah Niken.

"Oh iya gak bisa lama-lama nih. Ada arisan. Mama duluan ya sama Niken."

"Daaah Ghe. Daahh Chia," kata Niken dengan wajah mengejek lalu pergi begitu saja.

Ghea menatap kaca florist. Mobil yang terparkir di depan itu. Adalah mobil yang Ghea inginkan yang Papanya janjikan untuknya. Namun kini mobil itu jadi milik Niken. Dan Ghea masih tetap menggunakan mobil milik Mamanya.

Ghea menghela napas setelahnya lalu Galang mengambil tangan Ghea, menyadarkannya dan memegangnya kuat membuat Ghea menoleh padanya.

"Kenapa Lang?"

"Mereka gak suka ya sama lo?"

Mendengar perkataan Galang membuat Ghea mengerjap. "Mungkin. Tapi gue juga gak peduli."

"Iya bagus. Peduli sama apa yang buat lo seneng aja," kata Galang.

Galang lalu menggendong Chia kembali. Kali ini Chia tak banyak bicara karena ia sudah mengantuk.

"Gue butuh ngomong berdua," kata Galang pada Ghea.

****

Setelah mengajak Ghea berjalan keluar dan mengantar Chia, adiknya Ghea pulang. Galang mengatakan apa yang ingin ia katakan. Ghea menatap Galang. Masih terkesima dan tak percaya. Sementara bianglala yang ada di samping mereka berpendar warna unggu aura.

"Gue gak mau maksa lo. Tapi gue tau kalau perasaan gue ini ada dan nyata buat lo," kata Galang pada Ghea.

Melihat wajah Ghea membuat Galang terus memperhatikannya. Keringat mulai menetes di antara pelipis dan pipi kanannya.

Make a move. Ini dia.

"Terlalu cepet emang?"

Ghea menggeleng. "Bukan itu."

"Terus?"

"Tapi gue gak tau harus jawab apa Lang. Gue.. cuman," Ghea memberi jeda. Kebingungan. "Gue takut gak bisa."

"Gue bisa ngerti. Gue bisa kasih lo waktu buat mikirinnya baik-baik. Ini juga tentang Chia adik lo kan? Gue gak masalah kalau soal itu." Galang menjawabnya.

Tapi dia sakit Lang, batin Ghea.

"Yang penting sekarang lo udah tau kan perasaan gue?" tanya Galang pada Ghea.

Selama ini Ghea hanya peduli dengan adiknya, Chia. Bahkan Mamanya pernah bilang pada Ghea. Bahwa apapun yang membuat Ghea senang. Ghea harus mulai menikmatinya dan memikirkan dirinya sendiri. Namun Ghea juga takut. Takut kalau Galang jadi kena imbasnya. Takut kalau Ghea memulai dengan Galang. Galang jadi harus memikirkannya.

"Ghe?"

"Hmm?"

"You okay?"

"Gue baik-baik aja Lang."

"Gue bakal tunggu jawabannya. Supaya gue tau lo mau atau enggak jadi pacar gue," kata Galang pada Ghea.

"Jadi pacar lo?" tanya Ghea.

Galang mengangguk. "Jadi pacar gue, Ghe."

****

Galang pulang sambil memutar kunci motornya dengan bersiul dan masuk dengan wajah semringah.

"Gimana lo udah ngomong sama cewek yang lo ceritain sama gue?" tanya Janu tiba-tiba.

Galang yang sedang meminum air dingin di depan kulkas tersedak dan menoleh pada Janu yang ada di bar kitchen.

"Bikin kaget aja lo," balas Galang.

"Sejak kapan lo di situ?"

"Sejak lo dateng?"

"Lo ngapain di rumah gue?"

"Gue tadi nganterin Kiana. Kebetulan dia ada latihan acting di ph bareng Tante Vanesa. Mereka jadi Ibu sama anak lagi." Janu menjawab. "Jadi gue disuruh Tante diem di rumah lo. Nunggu mau jemput mereka. Bentar lagi juga pulang."

"Gue kira karena apa," jawab Galang.

"Langganan banget Kiana jadi anak Mama gue," Galang tertawa. "Langsung diadopsi aja kali ya sama keluarga gue."

"Tapi gimana setelahnya lo yang tadi?" tanya Janu.

"Kaya kata lo. Make a move. Gue bilang duluan."

"Udah gue mau ke atas. Lo mau di bawah kan? Ada makanan di meja makan. Bisa lo makan. Anggep aja rumah sendiri Bang. Gue mau ke kamar."

Janu lalu melihat Galang naik ke atas dengan raut muka senang karena telah mengatakan apa yang ia rasa dan Galang akhirnya hilang di balik pintu kamarnya.

****

Melihat Ghea ada di antara yang lainnya membuat Galang terus memperhatikannya.

"Lang! Denger gak lo gue ngomong? Yee malah bengong. Jadi gak nanti malem?" tanya Jeremy.

"Kemana?" tanya Bedul kepo.

"Ada urusan," Jeremy tak mau memberitahu.

"Segala rahasia-rahasiaan sama gue. Padahal juga rahasia lo banyak di gue," kata Ronald.

"Gue diajak gak?" tanya Ronald.

"Lo duluan aja," balas Galang pada Jeremy.

"Okay kalau gitu gue sama Bedul sama Zidan."

"GUE GIMANA??!?" tanya Ronald.

"Iya udah mksihhh atas perhatian kalian selama ini. Gosah chat-chat gue lagi," kata Ronald.

"Lagian lo di chat juga gak bales," balas Zidan.

"Iya gue orang sibuk," Ronald nyeletuk. "Udah gue bales chatnya lewat hati."

"Mempangnya di telpon dia," Bedul mengingatkan.

"Lah mana mempan keduanya? Lo datengin rumahnya terus lo robohin. Nah itu baru mempan," balas Jeremy sadis.

"Rumah lo gue lemparin ikan," Ronald tak mau kalah.

"Ternak ikan lo main lemparin rumah orang aja," Bedul berdiri di sebelahnya.

"Ternak kupu-kupu gue," balas Ronald.

Galang masih memperhatikan Ghea. Sesekali Ghea menoleh padanya. Namun Galang hanya menatapnya saja—seolah kedua matanya bisa berbicara. Seolah hanya dengan melihatnya saja Galang bisa tahu bagaimana Ghea hari ini.

"Ghea tuh Lang," Jeremy berdiri di sebelahnya.

"Gue juga tau itu Ghea," Ronald membalas di sebelahnya.

"Gue ngomong sama Galang. Bukan elu."

"Sama aja. Gue kan jubirnya Galang," Ronald masih berbicara.

"Ghea Sinaga," kata Ronald namun Galang langsung menoleh padanya dengan tatapan tajam membuat Ronald meringis setelahnya.

Ronald terkekeh setelahnya. "Maksud gue. Ghea Monika Lang. Iya Ghea Monika! Tau kan lo? Nah iya yang itu."

"Siap-siap lo Nald. Habis ini dipulangin lo ke mars."

"Gak mau gue. Gue di sini aja udah idup enak apalagi di mars."

"Gak napas lu yang ada," balas Bedul.

Galang hanya melihat Ghea. Perempuan itu hanya lewat saja—jauh di depannya. Meskipun begitu, Galang harap Ghea terus memikirkan percakapan mereka yang semalam.

Karena bagi Galang, itu adalah hal yang terpenting untuk mereka.

****

Ghea yang tak sengaja melihat Galang yang sedang memperhatikannya pun menatap ke arah depan. Sementara Galang terus memperhatikannya dengan kedua tangan terlipat di dada.

"Bas lo ngapain di sini?" tanya Ghea pada Baskara.

"Mau ketemu lo Ghe. Mau pinjem buku Fisika nih gue. Boleh gak?" tanya Baskara.

"Tapi gue ada pelajarannya tuh nanti di jam keempat."

"Gapapa Ghe. Setelah pelajaran aja gue pinjem."

Ghea mengangguk. Setelah itu Baskara harus masuk kelas karena sudah bel sementara Ghea menoleh ke arah samping untuk melihat Galang namun ternyata Galang sudah tidak ada di sana.

****

"Ghe huhu seriuss? Serius buku lo ketinggalan?" tanya Freya.

Ghea mencarinya dengan panik. Ia mencari ke laci meja lalu tasnya. Namun tak ada. Buku itu justru hilang begitu saja atau Ghea lupa dan meninggalkannya di rumah.

"Ghe prnya ada disitu. Dijawab disitu," kata Alexa.

Ghea meneguk ludahnya. Tidak mungkin pulang. Tidak mungkin juga menyalinnya di buku karena sebentar lagi guru akan datang.

Ghea jarang teledor. Namun kali ini ia tak harus harus bagaimana. Ghea hanya berharap dewi keberuntungan menyelamatkannya detik ini juga atau menghadirkan bukunya di tasnya.

"Siang semuanya," sapa Bu Melda padanya.

****

Ghea keluar kelas karena bilang kalau lupa membawa bukunya hingga ia melihat Galang sedang berdiri di lapangan. Bu Yuri menatapnya dengan menghela napas. Bingung harus diberi hukuman apa.

"Ibu tau maksud kamu baik Galang. Nolongin temen kamu. Tapi bukan begitu caranya," kata Bu Yuri.

"Maaf Bu," balas Galang.

"Lima belas menit kamu di sini dan nanti kamu boleh masuk kelas lagi."

Galang mengangguk. "Ya Bu," jawabnya datar.

"Ibu masuk dulu. Kamu harus masuk lima belas menit lagi karena kita akan ulangan setelah ini. Kamu mengerti?"

"Mengerti Bu," Galang menyanggupinya.

"Iya sudah Ibu masuk dulu ke dalam kelas."

Galang lalu melihat Bu Yuri masuk ke dalam kelas hingga ia melihat Ghea ada di depan—sedang memperhatikannya. Ghea lalu mendekatinya yang masih berdiri di sana.

"Dihukum Bu Yuri?"

Galang bergumam.

"Karena apa?"

"Bantuin Jeremy tadi berantem sama anak kelas sebelah." Galang menjawab membuat Ghea menatapnya.

"Gue juga,"

"Maksudnya?" Galang kaget karena Ghea mengatakannya.

"Iya gue juga."

"Juga apa?"

"Dihukum. Gue lupa bawa buku mungkin ketinggalan di rumah atau nyelip. Jadinya gue di luar juga." Ghea mengatakannya.

Galang yang mendengarnya pun terkekeh. "Bahkan sampe hal-hal kaya gini pun bisa sama."

****

Hujan deras membuat Galang yang hendak pulang sehabis olahraga dan hendak mengganti bajunya pun menghubungi Ghea. Namun ketika tahu Ghea terjebak macet. Galang hendak menghampirinya.

"Ghe, lo gapapa?" Galang menemukan Ghea sedang duduk di dalam mobil dengan muka lemas.

"Keluar dulu. Gue yang nyetir."

"Tapi Lang macet banget. Hujan lagi."

"Serahin aja sama gue," Galang lalu bertukar tempat dengan Ghea hingga Galang ada di kemudinya. Ghea tak mengatakan apapun karena ia sudah tak bisa mengatasinya.

Satu hal yang tidak Ghea sukai adalah kemacetan. Bahkan terjebak berjam-jam di dalam mobil itu membuat Ghea merasa tak nyaman dan energinya pun bisa langsung habis.

Menghubungi Galang bagi Ghea ada keputusan yang sangat benar dan melegakan karena ada orang yang mau dan bisa mengertinya.

"Lo jauh-jauh dari rumah lo ke sini Lang?"

"Gak jauh-jauh banget."

"Gak jauh apanya Lang. Itu jauh."

"Gak ada kata jauh buat nemuin orang yang gue suka," kata Galang membuat Ghea terus memperhatikannya.

"Lo tau banget jalan-jalan lain di sini ya jadi kita gak terjebak macet begitu lama. Kalau gue mungkin bisa di sana sampe jam sembilan."

"Iya gue tau jalan sini. Kenapa mainnya jauh banget?"

"Ada yang mau gue beli di sini. Adanya juga cuman di sini jadi harus dateng biar bisa punya."

Galang mengangguk. "Pasti barang yang udah lo incer dan suka banget. Disimpen baik-baik kalau lo suka."

Ghea mengangguk. Wajahnya tampak pucat. "Makasi Galang karena tadi udah mau dateng walaupun tadi juga lo hujan-hujanan. Gue gak tau harus berterimakasih dengan cara apalagi."

Galang yang menatapnya hanya diam lalu bergumam dan mengelus rambut Ghea.

Namun Ghea hanya diam saja. Karena ia pun merasa senang Galang ada di sampingnya.

****

"Ghe," panggil Galang membuat Ghea menatapnya.

"Biar gue aja," Galang mengambil belanjaan Ghea yang ada di kursi mobil.

"Galang," panggil Ghea membuat Galang bergumam setelah menutup pintu mobil saat Ghea keluar.

Ghea terus menatapnya. Bertanya-tanya karena terus kepikiran beberapa hari ini. Galang masih tetap mau menemaninya bahkan ketika Ghea belum menjawabnya. Bahkan pula ketika Ghea tau kalau Galang bisa mencari yang lain.

Namun Galang tetap di sini. Bersamanya.

Ghea juga tahu bagaimana Galang. Hidup Galang. Bahkan keluarga dan para sepupunya. Kehidupan yang Galang jalani sangat berbeda dengannya.

"Kalau jadi pacar lo, apa aja yang harus gue persiapin?" tanya Ghea membuat Galang terus menatapnya.

****

AN: GENGS GIMANAA? Sukaa part inii?

— KOMEN ❤️ 2000 UNTUK LANJUT

Inget disesuaiin yaa gengs kalau udah sesuai kita bisa langsung cus update lagi

Jam berapa kamu sampe di bagian ini

Mana yang nunggu lagi updatenya?

Choose One Jagoanmu: Ghea / Niken

Follow Instagram Untuk Ikuti Keseruannya:
PoppiPertiwi, Writerpi, Withlovepi
GalangGaneswara & GheaAndromeda
JanuarPramuja & KianaGantarimaja

Sampe bertemu lagi cinta-cintaanya Galang Ganeswara. With Love, PoppiPertiwi🌸🌸

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 22.2K 44
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1M 109K 49
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
16.5M 689K 40
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1.4M 92.9K 43
• Obsession series • [ SELAMAT MEMBACA ] Romeo akan menghalalkan segala cara demi mendapati Evelyn, termasuk memanfaatkan kemiskinan dan keluguan gad...