Ervan [End🤎]

By jeochan_

1.8M 132K 6.1K

[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80 [End🤎]
Epilog

41

19.8K 1.4K 86
By jeochan_














Ervan berjalan santai menuju dapur dengan bersiul. Meskipun tidak sepenuhnya bersiul karena Ervan tidak bisa bersiul, tapi ia memaksanya. Suasana malam hari ini begitu tenang. Anggota keluarganya juga sudah pulang semua. Kecuali Varrel, baru juga ditinggal sebentar, Ervan sudah rindu berat. Kapan ya kakaknya itu kembali. Ervan galau brutal.

Saat sudah berada di dapur, maid yang melihat kedatangan Ervan langsung menunduk hormat.

"Tuan muda Ervan, ada yang bisa saya bantu?" ucap maid tersebut.

"Mau, Ervan mau putih-putih." Jawab Ervan yang sedikit tidak jelas bagi maid yang mendengarnya. Putih-putih? Hantu?

"Tuan muda meminta apa? Saya tidak mengerti." Maid itu meminta Ervan untuk mengulangi jawabannya.

Sementara Ervan menggelengkan kepalanya dengan jari telunjuk ia gerakkan ke kanan ke kiri secara berulang-ulang.

"Bibi harus menjawabnya sendiri," balas Ervan dengan raut muka santainya.

Maid itu mengerutkan keningnya, tuan mudanya mengajak dirinya bermain tebak-tebakan?

"Pocong?" tebak maid itu dengan ekspresi keingintahuannya.

"Salah salah, bibi jangan bicarain pocong, nanti kalau tiba-tiba nongol gimana, Ervan takut," balas Ervan dengan menggidikkan bahunya. Mengucapkan kata itu saja Ervan sudah merinding.

Maid itu langsung membekap mulutnya sendiri. Ia sendiri pun juga takut. Maid menganggukkan kepalanya mematuhi perkataan tuan mudanya.

"Lalu apa tuan muda, boleh saya meminta clue?" maid mencoba mencari jalan keluar dari tebak-tebakan ini. Di sini banyak yang berwarna putih. Dinding dapur pun juga berwarna putih.

"Oke, clue nya susu," balas Ervan dengan senyum percaya dirinya. Sadar dengan apa yang ia katakan, Ervan langsung melotot kan matanya dengan kedua tangan mungilnya membekap mulut kecilnya.

"Bibi, Ervan keceplosan," ujar Ervan dengan tatapan tidak percaya. Ia merutuki kebodohannya sendiri yang sampai keceplosan seperti ini.

"Ooo tuan muda ingin susu, baiklah akan saya buatkan," balas maid itu dengan senyum tertahan. Pipinya mengembung karena menahan tawa. Tingkah Ervan benar-benar menggemaskan, pantas keluarga ini tertarik pada Ervan.

"Iya bibi," balas Ervan dengan lesu karena gagal menebaki maid itu.

Tak berselang lama, minuman yang diinginkan Ervan sudah jadi. Maid itu akan memberikannya pada Ervan yang sedari tadi menaikkan tangannya mencoba menggapai minuman itu.

"Akan saya bawakan tuan muda." Maid tersebut menawari Ervan biar ia saja yang membawakannya. Karena susu ini sedikit hangat, ia takut jika tangan tuan mudanya akan kenapa-kenapa.

"Ke ruang tengah ya bibi." Setelah mengucapkan itu, Ervan berlari duluan meninggalkan maid.

Maid itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah bungsu Orlando itu, ada ada saja. Dan tidak pernah membosankan.







……..





Di ruang tengah sudah ada Ansel, Ian, dan Steve. Hanya itu saja. Sedangkan keluarga yang lain sedang melakukan kegiatannya masing-masing.

Ervan berlari kecil ke ruang tengah dengan ekspresi sok keren. Melewati setiap benda benda dengan berulang kali, memutari benda itu.

"Tikungan tajam akan segera Ervan lalui, wuushhhh," gumam Ervan.

Tingkah Ervan itu tidak luput dari tatapan kakaknya. Ian bergumam dalam hati, apa yang sebenarnya adiknya lakukan. Tak lupa tangannya mengelus telinganya yang perih karena jeweran dari mommy nya. Jika kalian lupa, Ervan tadi mengadu pada mommy nya tentang ia yang mengucapkan kata bangsat.

"Ervan, sini." Steve mencoba menarik perhatian adiknya. Apa Ervan tidak pusing memutari setiap benda yang ia lalui? Steve yang membayangkan saja tidak sanggup. Adiknya memang super.

Ervan yang mendengar itu langsung menuruti panggilan kakaknya. "Siap, Ervan di sini," balas Ervan dengan posisi badan tegap.

"Nakal," ucap Ansel dengan nada rendah. Lirikan tajamnya mampu membuat Ervan diam tak berkutik.

"Ervan gak nakal kok, Ervan kan anak baik-baik, hehehe," balas Ervan. Tak dipungkiri jika ia gelagapan menjawab perkataan kakaknya. Takut jika kakaknya akan marah lagi.

Maid yang tadi membawakan segelas susu langsung meletakkannya di atas meja.

"Kenapa lama sekali hanya untuk sekedar membuatkan susu. Ervan, apakah maid ini sangat lambat untuk mengerjakan pekerjaannya?" sarkas Ian.

Maid itu seketika gugup. Tidak berani membela dirinya sendiri. Menyela pun tidak berani. Ia merapalkan doa dalam hati supaya Ervan mengatakan yang sebenarnya. Ia takut dipecat karena kinerjanya.

"Gak boleh nuduh. Kak Ian jahat, Ervan gak suka." Ervan merenggut tidak suka ketika kakaknya seperti menuduh maid yang tidak-tidak.

Oke, Ian kalah.

"Maaf, kakak hanya bertanya." Kali ini Ian berucap dengan nada sedikit lembut. Hanya untuk adiknya.

"Bibi bisa balik," ucap Ervan dengan senyum manisnya. Menyuruh maid itu untuk kembali ke dapur.

Maid menghela napas lega. Sangat berterimakasih kepada bungsu Orlando itu karena telah menyelamatkannya dari suasana mencekam seperti ini. Membungkukkan badannya sebentar lalu berjalan pelan menuju dapur.

"Tadi Ervan ajak main tebak-tebakan," balas Ervan. Setelah itu ia mulai mendekat pada meja dan mengambil gelas yang berisi susu. Ansel mengode adiknya untuk duduk di sampingnya, dan Ervan menurutinya.

"Jangan terlalu berinteraksi dengan orang lain, paham!" Ansel memperingati adiknya dengan suara rendahnya. Ansel tidak suka jika ada yang mengalihkan perhatian Ervan dari mereka. Orang lain tidak boleh berinteraksi dengan adiknya, Ervan hanya milik keluarganya.

Ervan menganggukkan kepala di sela sela meminum susu. Sebenarnya Ervan tidak terlalu mendengar perkataan Ansel karena ia sedang menikmati manisnya susu tersebut.

"Hm, enak." Ervan menutup matanya dengan lidahnya yang menjilati sekitaran mulutnya.

"Tidur, sudah malam." Ian bangkit dari duduknya dan berjalan menuju adiknya. Berniat menggandeng tangan Ervan untuk pergi ke lantai atas bersama-sama.

"Ayo, Ervan ngantuk." Ervan menerima uluran tangan Ian. Sedangkan salah satu tangannya mengucek-ucek matanya yang gatal dengan mulut kecilnya yang menguap lebar.

"Ervan tidur dulu kakak. Ervan besok sekolah. Harus bangun pagi-pagi," pamit Ervan pada Steve dan Ansel yang masing-masing sedang berkutat dengan laptopnya.

"Ya, mimpi indah," balas Steve sambil membenarkan kacamatanya yang bertengger di pangkal hidung. Ia dan Ansel sedang mengecek pekerjaan mereka. Tiada hari tanpa bekerja.








Setelah berpamitan, Ian membawa Ervan menuju lantai atas dimana kamar mereka saling berjejer. Tentu kamar Ervan berbeda sendiri dengan kamar kakaknya yang lain. Dari pintunya saja sudah sangat berbeda.

"Kakak, Ervan mau ke kamar mommy daddy," adu Ervan pada Ian. Namun Ian tampak tidak mempedulikannya. Ia malah mengantar adiknya lurus ke kamarnya.

"Sudah malam, besok saja." Ian menasihati Ervan di  ambang pintu sembari mengelus surai Ervan yang halus.

"Baik kakak,"  balas Ervan dengan patuh. Melambaikan tangannya ketika Ian mulai berjalan ke kamarnya sendiri.

Tiba-tiba Ervan merasa haus. Ia ingin minum lagi.

Yaa, Ervan harus turun tangga lagi buat ambil minum, dengan malas ia menuruni tangga sambil melihat-lihat perabotan rumah yang terkesan seram karena minimnya cahaya. Ervan bergidik ngeri, dengan terburu-buru ia menuju ke dapur.

Namun, belum juga masuk ke dalam dapur. Ervan mendengar suara orang yang mengobrol dengan suara kecil. Takut, Ervan mencoba mencari suara tersebut untuk memastikan jika itu bukan seperti yang ia pikirkan saat ini.

Ternyata ada dua maid yang sedang berbincang di dalam dapur. Mereka duduk saling berhadapan di antara meja. Ervan menghela napas, syukurlah bukan seperti yang ia pikirkan.

Belum juga Ervan menyuruh maid itu untuk menuangkan air, Ervan tak sengaja menguping obrolan mereka.

"Ya, kudengar siksaannya begitu kejam,"

"Iya kah?"

"Iya, sekarang wanita itu sudah mati mengenaskan,"

"Pasti dibunuh sama keluarga ini kan?"

"Kasihan sekali ya tuan muda Ervan,"

"Ya, harus kehilangan ibunya. Tapi wanita itu juga ku dengar tidak suka terhadap tuan muda,"

"Entahlah. Yang penting kita jangan sampai mencari gara-gara,"

Ibu? Mati? Di siksa? Batin Ervan menerka-nerka kejadian. Pantas Ervan tidak pernah  mendengar kabar ibunya, ternyata. Ervan tak sanggup untuk melanjutkannya. Ervan sedih, Ervan sengaja tidak menanyakan kabar ibunya pada keluarganya untuk menjaga perasaan mereka.

Meskipun Nara tidak suka padanya, tapi Nara tetaplah ibunya. Ibu kandungnya. Ada rasa sesak yang mendalam ketika mendengar ibunya sudah mati dan ia pun tidak tau. Baru tau saat ini.

Apalagi meninggalnya karena disiksa oleh keluarganya ini, benarkah? Kenapa? Ervan tidak percaya jika keluarganya yang melakukannya. Tidak mungkin! Keluarganya baik, mereka semua baik.

Sedikit mulai sedikit Ervan menjauhkan diri dari dapur dan segera menuju ke kamar orang tuanya seperti niatnya tadi. Tapi kali ini, ia memiliki niat lain.

Ervan akan menanyakan kejadian ini pada mereka. Jujur, semenjak mengetahui kenyataan ini, Ervan ada sedikit rasa takut pada keluarganya. Terutama kakak-kakaknya.

Ervan jadi takut membuat mereka marah, gak lagi-lagi.






Kini Ervan sudah berada di depan kamar mommy nya. Pintu kamar tersebut terbuka sedikit. Cela yang sempit itu membuat Ervan yakin jika orang tuanya belum tidur.

Ervan harus segera menanyakannya. Meskipun nanti kenyataan pahit akan ia terima, setidaknya Ervan tidak merasa bimbang dan takut tidak jelas seperti ini pada keluarganya. Ervan hanya ingin keluarganya sendiri mengucapkan kata-kata itu, dan jika nanti Ervan tau. Entahlah Ervan akan menanggapinya dengan bagaimana, yang pasti rasa takut pada keluarganya akan ada.

Dengan suara lirih, ia memanggil mommy nya. Namun, lagi-lagi ia harus mendengar perkataan yang menghantam dadanya. Kali ini lebih menyakitkan, Ervan bahkan langsung melotot kan matanya dengan ekspresi tidak percaya yang sangat kentara.

Kenapa? Daddy dan mommy nya melakukan itu padanya?

Ervan langsung berlari ke kamarnya. Betul kata kak Ian, sebaiknya ia tidur saja di kamar. Tidak berkeluyuran ke mana-mana. Kak Ian? Ervan rasanya takut pada semua keluarganya meskipun itu Ian.

Ervan menaikkan selimutnya sehingga menutupi seluruh badannya. Meringkuk seperti bayi dengan terbayang-bayang perkataan orang tuanya tadi. Ia semakin takut. Pikiran Ervan masih labil, Ervan yang mendengar itu sudah pasti langsung ketakutan.

Tidak bisa berpikir jernih, bahkan sebelum Ervan bertemu dengan keluarga ini. Ibunya, Nara. Pernah mengancamnya untuk dibawa ke tempat itu jika ia bandel dan susah mengikuti aturannya. Tempat yang dibicarakan orang tuanya.

Panti asuhan.

"Tentang Ervan,"

"Kita akan membawanya ke panti asuhan,"

Itu suara daddy nya. Ervan yang masih kecil tentu tidak bisa memikirkan yang lain. Yang dipikirkan Ervan, apakah ia akan dibawa ke panti asuhan dan mereka meninggalkannya di sana? Atau mereka sudah muak untuk merawatnya? Ervan takut di panti asuhan. Dulu ibunya selalu mengancam akan dibawa ke sana  jika ia nakal. Padahal ia kan masih punya orang tua.

Mengingat jika ibunya sudah meninggal, ayahnya sudah meninggal, apakah mommy dan daddy nya akan membawa Ervan ke panti asuhan karena Ervan sudah tidak memiliki orang tua?

Dada Ervan semakin sesak ketika memikirkan itu. Tidak, ia tidak takut jika di panti asuhan. Ia hanya tidak ingin ditinggal, tidak ingin diasingkan. Ervan takut sendirian.

Sekarang apakah Ervan sendirian? Ervan saja mulai takut dengan keluarganya. Ervan merasa, ia sendirian di dunia ini. Ia tidak bisa untuk berpikir positif mengenai pembicaraan tadi. Karena sejak dulu pun ia sudah takut jika akan dibawa ke sana. Dan rasa takut itu kembali menguasai Ervan.

Lalu bagaimana nasib ikan-ikannya jika ia tidak lagi tinggal di mansion ini? Mau nangis rasanya jika apa yang dipikirkan Ervan benar terjadi.


.....



Maaf ya lama. Jangan ilang gais, sayang bgt sama kalian


P, follow dong jeochan_



💗💗

Continue Reading

You'll Also Like

280K 31.9K 42
"Kio gue bentuknya kucing. Sekarang lu kemanain Kio gue?" "Huweee Gazaa.." Cowok mungil itu pun menangis. "Ini Kio, kucingnya Gaza." •﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀...
248K 5.9K 14
Percaya atau nggak? Hidup Robby Alfian berubah dalam semalam? kenapa bisa? Bisa dong, apalagi di dunia ini gak ada yang mustahil jika memang sudah ta...
826K 53K 24
TETAP VOTE BIARPUN UDAH END🙌!! Bagaimana rasanya memiliki keluarga yang mempunyai obsesi gila untuk memperlakukan anak sulung mereka sendiri seperti...
620K 37.1K 26
LAPAK BROTHERSHIP ✔️ NOT BOYS LOVE...❌ SUDAH END TAPI TETEP VOTE + FOLLOW PROSES REVISI Kamu tahu obsessi? Ya apa saja bisa dilakukan bahkan bisa m...