Yes, Queen-!

By Ctraa1323

652K 62.4K 12.1K

[Dark Romance] 18+ Warning โš  : Harsh words, drunk, fighting, kissing scene, obsession, dark Siapa yang tidak... More

CAST TOKOH
P R O L O G U E
Yes, Queen - 01
Yes, Queen - 02
Yes, Queen - 03
Yes, Queen - 04
Yes, Queen - 05
Yes, Queen - 06
Yes, Queen - 07
Yes, Queen - 08
Yes, Queen - 09
Yes, Queen - 10
Yes, Queen - 11
Yes, Queen - 12
Yes, Queen - 13
Yes, Queen - 15
Yes, Queen - 16
Yes, Queen - 17
Yes, Queen - 18
Yes, Queen - 19
Yes, Queen - 20
Yes, Queen - 21
Yes, Queen - 22
Yes, Queen - 23
Yes, Queen - 24
Yes, Queen - 25
Yes, Queen - 26
Yes, Queen - 27
Yes, Queen - 28
Yes, Queen - 29
Yes, Queen - 30
Yes, Queen - 31

Yes, Queen - 14

19.3K 2.3K 936
By Ctraa1323

Hai? Apa kabar?

Ada yang nungguin? Wkwk

Eh, aku mau ajak main challenge karena ide lagi lancar-lancarnya wkwk

500 vote + 300 comment for next chapter, yes?

Kalau chapter udah siap + aku lagi on, bakal langsung aku up setelah challenge nya terpenuhi, gimana?

Setuju gak? Kalau nggak juga gapapa sii

Terus, bantu aku kalau ada typo atau sejenisnya yaa

Selamat membaca❤













"Nenek, Grandpa ada dimana?"

Sembari menuruni anak tangga dengan dalih olahraga ringan, Queen melirik jam dinding yang kini menunjukkan pukul 9 pagi lebih 15 menit.

Setelah dibangunkan secara paksa oleh Cassie melalui panggilan suara dan terlibat perdebatan dengan Yora yang berlangsung cukup lama, Queen yang sudah terlanjur segar memilih untuk mandi dan kini telah tampil santai dengan pakaian rumahannya.

Hari ini, Queen tidak berencana untuk pergi kemana-mana.

"Tuan besar berada di halaman belakang, Nona. Sedang bermain dengan Loui dan Jellé," jawab Ghina setelah berdiri di hadapan Queen yang baru saja sampai di undakan tangga terakhir.

Queen mengangguk, ia kembali bertanya, "Grandpa gak ke kantor?"

"Sepertinya tidak, Nona,"

"Kalau Kak Dave?"

"Tuan muda sudah berangkat sejak pagi,"

"Oh gitu. Yaudah, aku mau nyamperin Grandpa dulu ya, Nek,"

"Nona, sebentar," tahan Ghina ketika Queen hendak melangkah pergi. "Nona ingin dibuatkan apa untuk sarapan?"

Tidak langsung menjawab, gadis itu berpikir sejenak, "bisa tolong buatkan sandwich dan jus cranberry saja, Nenek?"

Mengulas senyum lembut atas permintaan sopan sang Nona, Ghina lantas menganggukkan kepala, "tentu, Nona. Akan segera saya antarkan begitu selesai."

"Terima kasih."

Usai mengatakan itu, Queen segera berjalan ke tempat dimana Grandpa berada. Tidak berlebihan untuk menjabarkan seberapa besar dan luasnya kediaman Adhibrata hingga jarak antara ruang utama sampai ke halaman belakang saja memakan nyaris 10 menit dengan berjalan kaki.

Di kediaman sebesar ini, Adhibrata mempekerjakan 45 orang pelayan yang keseluruhannya diatur oleh Nenek Ghina sebagai Kepala Pelayan. Tidak termasuk dengan para pengawal yang bertugas menjaga keamanan. Queen tidak tahu harus mengatakan jumlah tersebut terlalu banyak atau terlalu sedikit, mengingat kediaman ini yang tidak mungkin dibersihkan hanya dengan sebatas 5 orang pelayan saja.

"Selamat pagi, Nona,"

Itu adalah satu dari sekian banyak sapaan yang Queen terima dari para pelayan pagi ini.

Membalas dengan sapaan serupa disertai senyum ramah, Queen selalu berhasil membuat para pelayan merasa terkesan. Nona Muda mereka bukan orang yang sombong, apalagi semena-mena. Benar-benar kombinasi sempurna jika sudah disandingkan dengan parasnya yang luar biasa mempesona.

"Jellé!" Panggil Queen begitu maniknya mendapati objek yang ia cari.

Merasa namanya dipanggil, anjing betina berbulu lebat dengan warna putih bersih langsung menoleh dan berlari kencang ke arah Queen.

Dengan senyum lebar akan reaksi antusias yang diterimanya, Queen sedikit membungkukkan tubuh seraya membuka kedua tangan—bersiap menerima terjangan dari anjing berjenis Samoyed tersebut.

Tidak sampai lima belas detik, anjing cantik itu sudah masuk ke dalam pelukan Queen. Membuat si empu tertawa lantaran mendapatkan jilatan lidah pada area pipinya.

"Cantiknya," puji Queen seraya mengelusi bulu lebat anjing berusia 2 tahun tersebut. Rasanya benar-benar hangat dan lembut.

"Grandpa sedang bermain dengannya, tapi dia langsung berlari begitu mendengar suaramu," ujar Arthur dengan senyum geli di bibirnya. Pria itu datang menghampiri Queen diikuti seekor kucing besar di belakangnya.

"Kata Nenek, Grandpa lagi sama mereka, jadi aku datang kesini juga," kata Queen tanpa menghentikan elusannya pada tubuh Jellé yang sangat betah berada di pelukannya. "Loui tambah besar," celetuknya kemudian.

Arthur mengangguk. Pria itu berlutut disamping Loui yang kini sudah menyamankan posisi di atas rumput segar dengan kepala yang bertumpu pada tangannya. "Karena sedang hamil, dia menjadi malas. Sulit untuk mengajaknya bermain,"

"Udah empat puluh hari ya?" Tebak Queen setelah mengingat-ingat.

"Benar," jawab pria berumur 65 tahun itu seraya mengelus tubuh Loui yang sekarang menutup matanya dengan nyaman.

"Kalau Loui ngelahirin lebih dari satu, satu anaknya yang lain boleh dikasih buat Cassie nggak?" Tanya Queen kemudian. Tiba-tiba ia mengingat pesan Cassie yang meminta untuk disampaikan kepada Grandpa-nya.

Terdiam sejenak, Arthur lalu menjawab, "jangan. Grandpa takut dia tidak akan bisa merawatnya. Kalau ingin bermain, suruh datang kemari saja."

Queen mengangguk-angguk, mengerti. Grandpa-nya sangat menyukai binatang, terlebih itu adalah Loui. Grandpa benar-benar menjaganya. Tidak heran kalau dia menolak permintaan Cassie.

Omong-omong, kucing besar yang tidak lain merupakan seekor Harimau Siberia itu, Arthur dapatkan dari penangkaran Harimau yang ia lihat di Rusia.

Meski sudah digolongkan sebagai spesies hewan langka yang terancam punah dan dilindungi pemerintah Rusia, Arthur berhasil memiliki izin membawa hewan tersebut ke Indonesia setelah memenuhi berbagai macam syarat yang cukup merepotkan, tentunya hal tersebut tidak lepas dari campur tangan kerabat mereka di Negeri Beruang Putih tersebut.

Arthur membawa Loui ketika Harimau itu masih sangat kecil. Ingin merawatnya sejak bayi agar Loui lebih mudah untuk dijinakkan. Sekarang Loui sudah berumur kurang lebih 5 tahun dan tengah mengandung.

Queen tidak tahu bagaimana caranya, tapi yang pasti, setengah tahun lalu, Grandpa-nya itu lagi-lagi berhasil membawa seekor Harimau Siberia berjenis kelamin jantan untuk dikawinkan dengan Loui.

Namun, lantaran Harimau tersebut yang terlampau agresif hingga pernah menorehkan luka cakaran besar pada salah satu pengawal, alhasil Arthur memulangkannya kembali ke Rusia. Itu sekitar satu bulan lalu. Untungnya, saat itu Loui sudah mengandung. Jadi, Arthur tidak begitu menyayangkannya.

"Grandpa nggak kerja?" Queen bertanya setelah meletakkan Jellé ke atas rumput.

Anak anjing itu menggonggong ringan seolah mengajak Queen untuk bermain dengannya. Ekspresi wajah yang mirip dengan serigala, namun nampak tersenyum itu benar-benar membuat Queen gemas bukan main.

Arthur yang masih asik memanjakan Loui menoleh, "datang ke perusahaan atau tidak, Grandpa tetap pemiliknya,"

"Sombong sekali," Queen mencibir.

Arthur terkekeh. "Lalu, kamu sendiri? Kenapa tidak pergi ke sekolah hari ini?"

"Malas. Sedang ada acara FON di Bhakti Kusuma. Kak Dave juga gak ngizinin datang,"

"Kenapa Dave melarang?"

Queen mendudukkan diri di atas rerumputan dan membiarkan Jellé masuk ke atas pangkuannya. Sambil memainkan bulu lebat hewan lucu itu, Queen kembali melontarkan tanya tanpa menjawab pertanyaan Arthur sebelumnya, "Grandpa kenal keluarga Damantara?"

Alih-alih menjawab, Arthur justru balik bertanya, "kamu tahu mereka?"

Queen mengangguk, "cucu Damantara yang katanya pewaris mereka, ternyata temannya Kak Dave. Kakek udah tau?"

Arthur mengangguk. Pria itu mendengus, "dasar Daveska itu. Meski Kakek bisa melindungi identitasnya, memangnya dia tidak terlalu nekat? Damantara, Johannes, Elbaz, Smith, dan Haryono. Teman-temannya adalah orang-orang itu,"

Queen meringis. Tak bisa ia pungkiri kalau kakaknya memang sangat nekat.

Berbeda dengan dirinya yang memang berteman dengan Cassie, Yora, dan Ratu sejak masih kecil dan mereka pun tahu mengenai penyembunyian identitasnya waktu itu, kakaknya—Dave atau yang sekarang lebih banyak dikenal sebagai Raja, benar-benar murni berteman dengan para inti Glastor tanpa ada satupun orang yang mengenalinya sebelumnya.

Dave bercerita kalau dia sudah cukup lama mengenal inti Glastor dalam status berasal dari kalangan kelas bawah.

Berbeda dengan Queen yang menyembunyikan nama Adhibrata, namun tidak berniat menutupi asal muasalnya sebagai keturunan konglomerat, Dave justru benar-benar menutupi segalanya dari mata banyak orang.

Mulai dari tinggal di apartemen sederhana sampai fakta kalau lelaki itu bekerja sebagai montir di sebuah bengkel biasa.

Kakaknya itu sangat totalitas. Tapi, baik Daddy maupun Grandpa, tidak ada satupun yang melarang keinginannya. Dave dapat melakukan apapun yang dia inginkan sampai tiba waktunya bagi remaja itu untuk serius dalam mewarisi nama keluarga.

Sudah menjadi tradisi di dalam Adhibrata, bahwa keturunan mereka hanya akan dinampakan kehadapan publik pada usia 21 tahun. Media berpendapat, hal tersebut dilakukan demi menjaga privasi keturunan mereka dari banyaknya lawan bisnis yang berniat jahat. Terlebih, tidak ada yang tidak tahu kalau Adhibrata itu selalu minim keturunan di setiap generasinya. Jadi, wajar saja mereka begitu menjaga anak-anaknya sampai usia yang tepat.

"Apa kita pernah ada masalah sama Damantara?" Queen kembali bertanya.

"Tidak pernah."

"Jadi, hubungan kita baik sama mereka?"

"Tidak juga."

Alis Queen mengerut bingung. Melihat itu, Arthur lantas menjelaskan, "kami hanya saling menjaga batasan untuk tidak mengusik satu sama lain."

"Kenapa?"

"Karena tidak ada satupun di antara kami yang akan diuntungkan jika itu sampai terjadi." Jawabnya dengan tenang. "Itu justru menjadi celah bagi pihak lain untuk mencari kelemahan kami, lalu berusaha menjatuhkan kami,"

"Ah... " Queen mengangguk mengerti.

Singkatnya, baik Adhibrata maupun Damantara, sama-sama mengerti akan kekuatan yang dimiliki satu sama lain. Daripada saling mengusik dengan resiko permasalahan lebih besar, keduanya memilih untuk tetap berada pada batasannya.

Lagipula, Damantara tidak pernah mempunyai alasan yang cukup kuat untuk dapat mengusik Adhibrata yang selama ini tetap tenang dalam tempatnya.

Rasanya Queen ingin menangis. Karena entah bagaimana ke depannya, tapi yang pasti, Queen merasa kalau hubungan kedua keluarga itu tidak akan tetap sama seperti sebelumnya.

Ada satu masa dimana Queen meyakini kalau pada akhirnya, ia akan tetap harus berhadapan dengan Axander Dewa Damantara.

"Permisi, Nona," Ghina datang menyapa sambil menunduk sebentar.

"Oh iya, sarapan!" Ucap Queen seolah ingat.

Ghina mengangguk. Wanita itu lantas meminta pelayan yang mengikutinya untuk menaruh sarapan milik Queen di atas meja yang ada disamping halaman.

Queen segera duduk di kursi meja tersebut dan memakan sandwich yang dibawakan Nenek Ghina, setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih kepada wanita itu beserta seorang pelayan yang bersamanya.

"Makan lebih banyak," kata Arthur yang ternyata mengikuti Queen, lalu mengambil duduk di kursi yang berhadapan dengan sang cucu.

"Gak bisa. Kekenyangan, nanti aku muntah,"

Arthur geleng-geleng kepala.

"Nona, permisi,"

Saat Queen masih melanjutkan makan, seorang pelayan yang ia kenali bertugas khusus membersihkan kamarnya tiba-tiba saja datang menghampiri.

"Ada apa?"

"Maaf Nona, tadi saya sedang membersihkan kamar Nona, lalu mendengar ponsel Nona berdering beberapa kali. Saya kira itu panggilan penting, jadi saya membawanya kemari," kata pelayan itu sembari mengulurkan ponsel Queen di atas tangannya.

Queen mengambil ponselnya, lalu tersenyum, "terima kasih,"

Menunduk dengan sopan, pelayan itu lantas pergi setelah menyelesaikan urusannya.

Queen menyesap jus cranberry dengan tangan yang mulai memainkan ponsel. Lebih dari yang ia duga, ternyata ada banyak sekali panggilan tidak terjawab berasal dari beberapa anggota Skyers, Yora, Cassie, Ratu, dan bahkan juga Gama dan Elano.

Queen tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerutkan alis. Tentu saja ia heran. Ada apa dengan mereka?

Merasakan firasat yang cukup tidak mengenakkan, gadis itu segera membuka pesan yang paling banyak dikirim oleh Arien yang didominasi oleh kiriman foto.

Queen mengunduh semuanya dan sukses dibuat membelalakkan mata begitu melihat isinya, apalagi setelah membaca pesan kalimat yang Arien berikan.

Tak bisa membuang waktu, Queen langsung berlari dari tempatnya duduk tanpa berpamitan lebih dulu.

"Michelle!"

"Michella! Ada apa?!"

Meninggalkan sang kakek yang memanggilnya dengan rasa khawatir.

⊰⊱┈──╌ ⟮ 𝑌𝑒𝑠, 𝑄𝑢𝑒𝑒𝑛 ⟯ ╌──┈⊰⊱

E

velynna Skyla Naleendra.

Ya Tuhan... bagaimana mungkin Queen melupakan kemungkinan pertemuan antara dirinya dengan sang tokoh utama wanita?

Ia terlalu fokus merencanakan berbagai macam cara untuk menjauhi Axander sampai akhirnya melupakan fakta bahwa alasan paling mendasar dibalik kematian Queensha di dalam cerita tidak lain adalah karena campur tangan Skyla juga.

Rasanya benar-benar menggelikan. Queen sudah bertemu dengan Elano dan juga Axe. Seharusnya ia juga mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Skyla.

Sayangnya, tanpa persiapan, tanpa merencanakan situasi untuk menghindar, dengan kakinya sendiri ia yang justru lebih dulu mendatangi Skyla. Berdiri di hadapannya.

"What's your problem?"

Queen membuka suara tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan. Tak peduli siapa orang-orang yang kini berada dibalik punggung Skyla, Queen menatap gadis itu dengan sorot mata tenang.

Tak pernah sekalipun Queen mengira mereka akan dipertemukan dalam situasi seperti ini.

"Kira-kira, menurut lo apa?"

Hebatnya, seolah mengajak untuk bergurau setelah membuat ketiga orang teman Queen berakhir di dalam Rumah Sakit, gadis itu masih sempat untuk melukis senyum miring diwajahnya yang berpahat cantik nan tegas.

Melihat itu, Queen meloloskan kekehan geli dari bibirnya. Membuat semua orang kebingungan sekaligus menarik perhatian. Tapi sungguh, yang ia rasakan saat ini adalah perasaan menggelikan.

Tak pernah ia kira kalau berhadapan dengan Skyla justru membuat amarahnya meluap dalam seketika.

Berbeda dengan rasa takut yang ia rasakan ketika bertemu dengan Axe, berjumpa dengan Skyla membawa Queen pada perasaan serupa ketika ia harus terlibat dengan Elano. Marah.

Dan amarah itu semakin menjadi saat ia teringat akan kondisi Ivanka, Sharon, dan juga Lecia yang setengah jam lalu ia temui di Rumah Sakit.

"Kamu gak keliatan nyesel sama sekali ya?" Tanya Queen cukup tercengang.

"Kenapa gue harus nyesel? Gue lakuin itu supaya bisa ketemu sama lo," Skyla membalas terlampau tenang. "Kalaupun ada orang yang harus disalahin, jelas itu lo. Kenapa pake acara gak datang ke sini? Gue 'kan jadi gak usah repot-repot ngelakuin itu ke mereka buat mancing lo datang,"

"EH GILA! SINTING LO YA!" Maki Yora benar-benar marah sekaligus tidak habis pikir.

Gadis itu hendak maju, berniat memberi Skyla pelajaran, tapi tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh Sky.

"Diem dulu, Yor. Kalo dia macem-macem sama Queen, baru lo boleh maju," ujar Chiko.

Yora ingin membantah, tapi keberadaan tangan Ratu yang turut menahannya, membuat gadis itu terpaksa mengurungkan niat.

"Sialan. Nih cewek lebih gila dari lo, Yor," gumam Cassie.

"Kenapa Michie bisa ada urusan sama dia?" Ratu bertanya tidak mengerti.

Perbuatan Skyla kepada tiga siswi Skylark sukses membuat gempar. Acara FON dihentikan. Terkecuali murid GHS dan Skylark, murid sekolah lain dibubarkan.

Skyla hendak di sidang oleh para pengawas, namun entah apa yang terjadi, sidang tersebut dibatalkan tanpa alasan yang jelas. Tentu saja hal tersebut membuat murid Skylark naik pitam dalam seketika.

OSIS langsung menghadap pihak tertinggi Skylark untuk meminta bantuan guna membuat tuntutan, namun itu membutuhkan cukup banyak waktu yang tidak bisa ditoleransi murid Skylark yang terlanjur murka.

Alargon bahkan tidak bisa berbuat nekat dengan menghajar anggota Glastor lantaran hal tersebut disebabkan oleh murid perempuan yang bukan merupakan anggota geng tersebut. Sebenarnya bisa, hanya saja mereka tidak bisa melakukannya tepat di dalam wilayah Bhakti Kusuma.

Situasi semakin dibuat memusingkan saat ketiga korban Skyla justru mengatakan tidak ingin membuat tuntutan. Mereka takut akan koneksi keluarga Naleendra dalam ranah hukum dan politik yang bisa saja membuat tuntutan berbalik arah kepada pihak yang menuntut.

Skyers yang merasa membutuhkan keadilan untuk teman-temannya lantas menghubungi Queen beserta Yora, Cassie, dan juga Ratu.

Queen datang sekitar tiga jam setelah waktu kejadian. Kini mereka berada di dalam aula yang berisikan anggota Alargon, Kallea, Ratu, Cassie, Yora, dan Queen dari pihak Skylark. Sementara di sisi lain, Skyla berdiri bersama para anggota Glastor.

Situasi sangat menegangkan. Terlebih saat tawa lepas Queen tiba-tiba saja terdengar.

Dengan sisa tawa di bibirnya, Queen mengikis jarak antara ia dan Skyla hingga menyisakan 3 langkah.

"Mau kenalan?" Tawarnya dengan tangan terulur disertai senyum manis yang tidak diduga semua orang.

Anehnya, Skyla membalas uluran tangan itu dengan begitu mudahnya. "Evelynna Skyla Naleendra,"

"Michella Queensha Adhibrata. Salam kenal, Skyla," ucap Queen masih berjabat tangan dengan Skyla.

"First impression gue ke lo buruk, Queen," ujar gadis itu tanpa disaring.

Queen terkekeh, "aku gak tau kenapa bisa kayak gitu. Letak masalahnya ada dimana?"

"Kehadiran dan eksistensi lo. Itu yang gue benci."

"Why?"

"Karena orang yang gue kejar, justru lagi ngincar lo."

Jantung Queen terasa mencelos. Bagai tenggelam ke dasar parutnya, lalu sekarang berdegup kencang tak beraturan.

Sepersekian detik, gadis itu terdiam. Berusaha mengendalikan diri agar ekspresinya tidak pecah, meski otaknya kini dipenuhi berbagai macam pemikiran tidak masuk akal.

Menghela napas pelan, Queen kemudian membalas, "itu gak membenarkan perilaku kamu."

"Bagi gue itu benar."

"Kamu tau, Skyla? Hidup itu cuma punya dua pilihan pasti. Ya atau nggak. Hitam atau putih," Queen melepaskan tangannya, tapi kembali mengikis jarak sebanyak satu langkah. "Sekarang, diantara pilihan dihukum atau menghukum, aku pilih opsi kedua, jangan kaget,"

Bugh!

Seruan kaget bukan main terdengar ketika tanpa mereka duga Queen melayangkan pukulan pada wajah Skyla hingga gadis itu tersungkur dengan ekspresi terkejut yang begitu kentara.

"Kalau ngobrol, kita gak satu frekuensi. Dan kamu juga kayaknya lebih suka pake cara kasar kayak gini, iya 'kan?" Tanya Queen seraya mengikat rapi rambutnya ke atas.

"Gue kaget," aku Skyla yang entah mengapa tersirat rasa kagum. Ia sudah kembali berdiri dan turut mengikat rambutnya tanpa peduli akan memar berdarah pada area bibirnya. "Tapi gue suka karena ternyata lo nggak selemah apa yang gue kira,"

"Thank's. Aku anggap itu pujian." Ucap Queen disertai senyuman.

"Queensha mundur, biar gue yang urus ini," Gama buka suara setelah keluar dari rasa kagetnya. Lebih baik beradu pukulan dengan Glastor daripada membuat Queen melakukan sesuatu yang berbahaya.

Sayangnya, setelah semua ini, Queen tidak bisa mundur begitu saja. Ia memberikan kode melalui tangannya agar Alargon dan ketiga temannya tetap diam.

Bersamaan dengan itu, Skyla bergerak cepat ke arahnya seraya melontarkan pukulan yang berhasil Queen hindari, namun telat memprediksi sebuah tendangan pada perutnya.

Ketika suara rintisan Queen terdengar, suasana semakin menegangkan.

"Sialan! Habis kita ditangan Kakek Arthur kalau sampe Michie kenapa-kenapa!" Yora bergumam panik ditempatnya.

"Ini pilihan Michelle, biarin aja." Ucap Ratu yang juga sama tegangnya.

"Itu cewek gila, anjir! Nafsu banget mukulnya!" Cassie berdecak panik.

"Brengsek! Itu kak Dave kenapa diem aja!" Bisik Yora benar-benar sulit menahan diri untuk tetap diam. Tak lama, gadis itu berteriak histeris saat Skyla memukul hidung Queen hingga mengeluarkan darah.

"QUEEN!"

"MICHIE!"

Tak cukup sampai di sana, Skyla kembali menendang Queen hingga gadis itu terdorong jauh setelah sebelumnya menendang keras bahu Skyla.

Napas Queen terengah-engah. Ia akan jatuh tersungkur jika saja seseorang tidak segera merengkuhnya masuk ke dalam pelukan. Membuat wajah Queen spontan menempel pada dada bidang yang tidak ia kenal.

"Ah, sial... " Queen mengumpat lirih seraya mendorong orang tersebut menjauh darinya.

Alih-alih dilepaskan, Queen justru merasakan dekapan erat yang kini melingkupi tubuhnya. Ia memberontak sekuat tenaga, tapi perkataan yang orang itu katakan sukses membuat tubuhnya kaku dalam seketika.

"You make me want you more, Michella."

"Jadi, jangan pernah lagi berpikir untuk bisa lari menjauh dari gue."

Dekapan itu dilepaskan. Queen yang nyaris kehilangan kendali diri sukses dibuat sadar kala teriakan Yora kembali terdengar.

"DIBELAKANG LO, MICHIE!"

Queen spontan menghindar. Kini bisa ia lihat ekspresi wajah Skyla yang benar-benar murka kepadanya.

Dengan apa yang baru saja ia alami, Queen kehilangan sebagian fokusnya. Ia tidak bisa terlibat perkelahian lebih lama lagi atau dirinya yang akan berakhir di tangan Skyla.

Karena itu, begitu Skyla kembali melontarkan pukulan, Queen berhasil menahannya, namun lengan gadis itu langsung melilit lehernya, membuat Queen kesulitan bernapas.

Baik Alargon maupun teman Queen benar-benar panik. Mereka nyaris maju jika saja Queen tidak memberi isyarat untuk berhenti.

Queen menarik paksa lengan Skyla agar menjauh dari lehernya, lalu menyikut bagian rusuk gadis itu dengan keras.

Begitu terlepas, ia langsung terbatuk dengan napas naik turun tak beraturan. Kondisinya sangat kacau. Skyla tak jauh berbeda. Tapi, Queen tidak akan memberikan lagi toleransi. Lantas, ia memberikan tendangan pada bahu kanan Skyla, membuat si empu menggerang kesakitan karena titik itu adalah titik yang sudah diincar Queen sejak awal.

Memanfaatkan kelengahan gadis itu, Queen berlari, lalu menginjak bagian lutut Skyla untuk ia jadikan tumpuan melompat dan memutar tubuhnya seraya memelintir tangan Skyla.

Keduanya jatuh keras ke atas lantai disertai seruan heboh banyak orang.

Skyla berusaha melepaskan diri. Tapi salah satu kaki Queen yang melilit lehernya, menekan leher gadis itu menggunakan bagian lututnya. Sementara tangan kanan Skyla mendapat tarikan kuat dari Queen yang sukses menguasai perkelahian.

"ARGHH!"

Jeritan yang sarat akan rasa sakit itu terdengar sangat jelas. Semua orang yang menyaksikannya tercengang sekaligus tidak menyangka kalau Queen bisa melakukan semua itu di depan mata mereka.

"Michie lepasin, Michie! Tangannya bisa patah!" Seru Ratu yang paham bagaimana ujung dari semua itu jika Queen tidak berniat menghentikan aksinya.

Semua perkataan yang memintanya untuk berhenti bisa Queen dengar dengan sangat jelas. Tapi, Queen belum selesai dengan hukuman yang ia berikan kepada Skyla.

Mengingat bagaimana teman-temannya berakhir mengenaskan di Rumah Sakit, sejak saat itu Queen tahu kalau ia tidak bisa melepaskan Skyla begitu saja. Tidak sampai gadis itu mendapatkan balasan secara non-verbal atas semua tingkah lakunya.

Baik kepada teman-temannya, atau kepada Queensha di dalam cerita.

Untuk itu, tanpa ragu Queen semakin memelintir tangan Skyla hingga jeritan gadis itu terdengar lebih keras dari sebelumnya.

"QUEENSHA, ANJIR!"

Tak mau lagi peduli pada larangan Queen, Yora langsung berlari mendekati gadis itu diikuti Cassie dan Ratu.

Sayang, ketika sebuah suara renyah gesekan antar tulang terdengar, mereka tahu kalau itu sudah terlambat.

Queen mematahkan tangan kanan Skyla.

⊰⊱┈──╌ ⟮ 𝑌𝑒𝑠, 𝑄𝑢𝑒𝑒𝑛 ⟯ ╌──┈⊰⊱






















Assalamu'alaikum-!

Wkwk, gimana?

Queen serem kan kalau lagi marah? Ahahaha

Tapi menurut aku, wajar aja sih Queen meledak kayak gitu. Kayak dia gak merasa ada masalah sama Skyla, tapi tiba-tiba dia ditargetin + temen-temennya juga kena dampak. Belum lagi dari awal Queen juga inget kalau Skyla itu salah satu alasan kenapa 'dia' meninggal di cerita aslinya

Ya tapi, meledaknya Queen tuh nggak marah-marah atau maki-maki gak jelas si

Aku sengaja buat Queen jadi tipe yang tenang, tapi bukan orang yang bakal diem aja kalau ada yang ngusik

Terus, Queen itu tipe yang sadar diri + kemampuannya gitu. Kalau dia merasa bisa menang, bakal dia trobos. Tapi kalau nggak, dia lebih milih untuk ngerencanain cara buat nyari celah lebih dulu

Baca ulang aja chapter 02 sebagai contohnya

Jadi, gimana kesan kalian sama Queen di chapter ini?

Next jangan?

Penuhi dulu 500 vote + 300 comment nya-!

Oke, sekian

Thank's


Salam,
Ctraa1323

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.2M 250K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.1M 26.5K 12
Catlyn Alexa gadis cantik yang menjadi salah-satu dari banyak nya perempuan yang menjadi korban ketampanan sang pangeran Sma Cakrawala. Gadis yang te...
600K 12.4K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...
1.9K 170 8
Gezra nama yang selalu bisa Anela andalkan dalam hidupnya, laki-laki dengan berperawakan tinggi dengan tampan rupawan, namun sayang gezra lebih banya...