Guanlin kini tengah menemani Ayden dan Mingrui bermain di pagi hari sedangkan Renjun membereskan semua pakaian mereka yang akan di ambil oleh pegawai laundry pagi ini.
"Kakak juga bisa banun gedung tinggi kayak Papa" ucap Ayden sembari menyusun legonya setinggi mungkin.
"Coba buat, pasti masih lebih tinggi gedung punya Papa"
"Ni legonya kulang banyakkk!! Beli lagi Paa biyal tinggi"
"Halah! Bilang aja kamu cuma minta beli lego baru kak, segala minta tinggi tinggian lego"
Ayden terkekeh, "Papa beliin mainan balu dong"
"Gak ah, kamu kemarin habis jailin Papa"
"Ih calah ciapa Papa kemalin kentutin kakak?"
"Loh bisa nyalahin Papa sekarang?"
Ayden berdecak membuat Guanlin terkekeh dan pura pura menyenggol lego yang sudah dibangun sulungnya itu. "Eh kesenggol kak" ucapnya ketika semua lego yang sudah disusun Ayden hancur berantakan.
1...2...3...
"PAPIIIIIIIIIII" teriak Ayden sembari berlari masuk kamar hendak mengadukan kelakuan Papanya itu kepada Papinya.
Renjun yang tengah memilah baju pun menarik nafas dalam sebelum menoleh. "Kenapa lagi kak? Dijailin apa lagi sama Papamu itu?"
"Jeyek! Ayin jelek pokoknaaaa!! Ndak cuka! No gudboiiiii!" Kesal Ayden sembari menghentakan kaki dan tangannya.
"Kenapa Papanya?"
"Papa jeyek! Jahat! Mainan akak dilucakin! Akak halus beli mainan balu coalna lucak!" Adu Ayden sembari menangis.
"Apaan? Bohong itu, mainannya gak rusak Pi" saut Guanlin sedikit teriak mendengar aduan sulungnya yang tidak sesuai kenyataan itu.
"Ndakkk! Lucakkkk ihhhh!"
Renjun menghela pelan, ia menarik Ayden dan mengusap air mata anak sulungnya itu. "Mainannya di beresin dulu ya kak? Habis ini kita sarapan"
"Tapi lucakkk"
"Gak rusakkkk Ayden lai" saut Guanlin kembali.
Ayden yang kesal pun kembali keluar kamar dan kembali berdebat dengan Papanya. Renjun menarik nafasnya dalam dan mengusap pelan dadanya. "Masih pagi tapi stok kesabaran gue udah tipis" gumamnya pelan.
"Pwiiiiiii, nyenyennnnnn"
Renjun menoleh, ternyata kini giliran si bungsu yang menghampirinya. "Papaaa, si dedek minta susu" teriaknya. Mingrui langsung naik ke pangkuan Renjun dan mendusel pelan didadanya.
"Ya susuin lah yang, gue masih perang sama anak sulung lo" jawab Guanlin membuat Renjun seketika geram.
"Nyenyennnnn Pwiiii"
Renjun kembali menarik nafasnya dalam dan menggendong Mingrui keluar, ia menoleh sejenak mendapati Guanlin dan Ayden yang kini bermain lego dengan sekitarnya yang berantakan. Ia mendengar perdebatan keduanya yang sama sama tidak mau kalah.
Renjun kemudian menuju dapur membuatkan Mingrui susu dan kembali ke kamar dengan menutup pintu sangat keras lalu menguncinya.
Guanlin dan Ayden kemudian saling pandang. "Papi kenapa?" Tanya Guanlin.
"Kenapa?" Tanya balik Ayden bingung.
"Waduh! Kakk bahaya kak"
"Napa napaaa Papa?"
"Kita diambekin Papi nih. Kamu sih"
"Loh? Napa kakak?"
"Kamu berisik"
"Papa tuh!"
Guanlin berdiri, mengetuk pelan pintu kamar mereka namun tidak ada jawaban. Ia pun membukanya namun ternyata terkunci.
"Papi? Kenapa di kunci?" Tanyanya namun tak mendapat jawaban.
"Yang? Sayang?" Panggilnya lagi.
"Renjun? Bukain"
"Cayangggg lenjunnnn bukain" panggil Ayden mengikuti Guanlin.
"Heh main Renjan Renjun aja. Papi!" Tegur Guanlin.
"Papa manggilna lenjun"
"Iya kan Papa suaminya"
"Yaudah, akak juga cuami Papi"
Guanlin menepuk keningnya. "Dasar bocil!"
"Dacal olang tua" ejek Ayden balik.
Renjun diam diam tertawa di dalam kamar, ia memang kesal pada keduanya pagi ini karena membuat keributan, tapi ternyata keributan mereka juga membuat suasana rumah menjadi hidup selain ocehan si bungsu yang kini mulai banyak mengoceh.
"Kaaa Pwiii maaa Pwaa" Oceh Mingrui melepas dot di mulutnya.
"Iya, kakak ya sama Papa di luar? Biarin aja dek, habisnya berisik"
Mingrui mengangguk menyetujuinya. Renjun pikir anak bungsunya ini akan lebih cerewet ketimbang Ayden, tapi nyatanya tidak. Ia lebih kalem ketimbang anak sulungnya dan jauh lebih menurut serta tidak suka mendramatisir seperti kakak dan Papanya.
Tidak lama suara berisik dari luar tidak terdengar membuat Renjun sedikit curiga karena jika keduanya diam pasti ada projek besar yang mereka lakukan.
Byurrrrr
Mata Renjun yang semula mulai mengantukpun langsung membulat. Ia mendengar suara air yang kemudian diikuti suara tawa Ayden.
"Ngapain lagi ya Tuhan" ucapnya kemudian bangun dan mengintip sedikit dari jendela kamarnya menuju kolam renang.
"Ya Tuhan" Renjun menggeleng pelan melihat Ayden dan Guanlin yang kini berenang dengan piyama lengkap serta mainan Ayden di dalam kolam.
Renjun pun menoleh kembali pada Mingrui yang sudah menghabiskan susunya. Ide jahil pun terlintas di kepalanya. "Dedek mau berenang nggak?"
"Nanang muuuuu"
"Mau ya? Yuk berenang" ajaknya kemudian menggendong Mingrui keluar.
"Enak banget masih pagi udah berenang?" Ucap Renjun membuat Guanlin dan Ayden sontak menoleh.
Guanlin tertawa canggung, sedangkan Ayden menoleh sembari terkekeh dan melanjutkan mainnya.
"Nih Pa, dedek mau ikut nih"
Guanlin hendak menolak, karena jika Mingrui ikut berarti ia harus menggendongnya sepanjang di kolam karena Mingrui tidak suka jika memakai pelampung. "Gak boleh nolak!" Ucap Renjun yang langsung menurunkan Mingrui dan ditangkap Guanlin.
"Dijaga dua anaknya. Gue mau lanjut beberes" lanjut Renjun yang langsung meninggalkan mereka membuat Guanlin mengangguk terpaksa.
Siang harinya setelah makan siang Renjun langsung membawa Mingrui untuk tidur siang karena balita itu sudah merengek mengantuk. Guanlin kini juga berusaha mengajak Ayden yang masih asik dengan mainannya itu untuk tidur siang.
"Kamu kalau gak tidur siang nanti gak bisa tumbuh"
"Tumbuh apa?"
"Tumbuh tinggi, tumbuh besar"
"Katana ndak enak jadi becal? Akak ndak mau becal ah"
"Lah? Masa kecil terus? Kesalip sama dedek nanti kamu"
"Ya becal tapi jangan becal becal"
Guanlin terbahak, "gimana sih cil?" Guanlin pun mengangkat tubuh Ayden tinggi tinggi.
"Aaakkkkkkhhh noooo akak telbangggg"
"HAHAHAHHAHA ayo kalau gak tidur Papa terbangin kamu terus"
"Mauuuuu telbangggg wushhhh cupelmen"
"Ya elah, niatnya nakutin malah kesenengan bocahnya"
Guanlin menurunkan Ayden yang membuat Ayden sontak melunturkan senyumnya. "Udah ah kak, ayo tidur" ajaknya.
"Aaaaa mau telbang dulu. Telbang ke kamal telus bobo"
Guanlin menghela, memijat pelan lengannya (yaelah udah jompo pak?). Guanlin kemudian mengangkat pelan Ayden dan menerbangkannya tinggi tinggi "wushhhhhh cupelmen capidelmen telbang wiuuuuu" ucap Ayden senang kala Guanlin menaik turunkan tubuhnya membawanya terbang menuju kamar.
"Astagaaa.." ucap Renjun melihat kelakuan anak dan suaminya.
"Haduh capek gue yang" ucap Guanlin setelah menurunkan Ayden pelan di kasur.
"Papa cini dulu"
"Apa?"
"Mwahhh!! Telimakasih Papa cudah membawa akak telbang tinggi" ucapnya setelah memberikan satu kecupan di Pipi Guanlin.
Guanlin terkekeh mengusak kepala Ayden, gemas sekali anak sulungnya itu. Ayden kemudian membenarkan posisi tidurnya disamping Mingrui dan memeluk boneka rakun kesayangannya sembari mulai memejamkan matanya.
"Gak tidur juga?" Tanya Renjun tanpa bersuara.
"Kerja dulu" jawab Guanlin sembari menunjuk luar membuat Renjun mengangguk. Guanlin keluar dan membuat Renjun kembali menepuk pelan punggung putra sulungnya hingga tertidur pulas.
"Udah tidur?" Tanya Guanlin mendapati Renjun keluar kamar.
"Udah"
"Lo gak ikut tidur?" Lanjutnya yang dijawab gelengan oleh Renjun.
Renjun mendudukan dirinya disamping suaminya yang tengah melanjutkan pekerjaannya itu. Ia sengaja tidak tidur karena memang mau menemani Guanlin, ya setidaknya meskipun ia tidak bisa membantu tapi ia mau menemani.
"Eh yang, temen temen SMP gue yang disini ngajak ketemu. Kalau gue undang kesini boleh gak?"
Renjun diam sejenak menatap Guanlin. "Meysa?"
"Eh, enggak. Gatau juga kalau dia ikut ya. Soalnya kan emang circle gue dulu ya ada dianya"
Renjun menghela pelan. "Boleh. Ajak aja kesini. Nanti barbequean di samping kolam tuh"
"Boleh?"
"Iya"
"Bener?"
"Iya Guanlin. Lagian lo udah lama gak kumpul sama mereka"
Guanlin terkekeh, mengusak pelan kepala Renjun. "Nanti gue kenalin ke temen temen gue" ucapnya yang kemudian diangguki Renjun.
Tbc
*******
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴍᴇɴɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ᴊᴇᴊᴀᴋ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ᴅᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴ ᴀɢᴀʀ ᴀᴋᴜ ᴍᴀᴋɪɴ ʀᴀᴊɪɴ ᴜᴘᴅᴀᴛᴇ! ʜᴇʜᴇʜᴇ
~~~~~~~~~~~~