The Second Male Lead is Actua...

By Arabellevvx

15.9K 2.7K 420

Setelah kecelakaan, Libelle mendapati dirinya terbangun di dalam tubuh second male lead. Ya, male! Pria! Du... More

PART 1
PART 2
PART 3
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8

PART 4

1.5K 331 16
By Arabellevvx

Siang ini tak begitu panas. Terik sang surya ditutupi awan yang mengambang di langit.

Sepanjang koridor tak ada seorangpun yang terlihat. Jam pelajaran tengah berlangsung.

Diujung lorong, tampak sebuah kepala timbul—bergerak mengawasi situasi. Surai coklat lebat itu berputar, menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Aman."

Tubuh mungil berbalut seragam khas laki-laki, keluar dari balik tembok. Pada punggungnya, tersemat ransel hitam.

Libelle mendesah lega. Dia yang mengeluh sakit perut, diperbolehkan untuk beristirahat di asrama. Itu adalah alasan klise yang gadis bermata kucing ini buat biar bisa bergegas pergi dari sekolah.

Urung sudah niatnya yang akan menunggu hingga pergantian semester tiba. Baru dua hari menempati raga ini, rasa was-was kemana pun dia melangkah, mengelilinginya.

Ditambah lagi perlakuan Alfareezel kepadanya. Libelle sama sekali tak mengerti. Dia tak ada menyenggol pemuda itu! Lantas, bagian mana dari dirinya yang mengusik Alfareezel?!

"Bismillah, ya Tuhanku, izinkanlah hamba menempuh kehidupan yang bebas. Hamba tertekan disini." Melipat kedua tangan sembari memejamkan mata, gadis itu bersimpuh di atas lantai.

Libelle bingung, dia ingin kembali ke dunianya. Dia ingin melanjutkan usaha yang sudah dirintis, dia merindukan temannya.

Haruskah dia melompat dari gedung agar bisa kembali? Tetapi, bagaimana jika jiwanya malah pergi ke tempat peristirahatan terakhir?

Berada di situasi mengasihani diri sendiri adalah part paling menyedihkan.

"Aminn...."

Bulu mata panjang itu terbuka perlahan. Sedikit demi sedikit, iris hazel nya kembali melihat. Namun ada yang aneh. Di depannya, sepasang kaki menjulang. Garis-garis halus tercetak di keningnya. Gadis itu ikut menengadah ke atas.

"Lo ngapain, tolol?"

"Anjir!" Terhuyung, Libelle menubruk tembok. Maniknya melotot horor, mendapati Deo yang berada di hadapannya.

Untuk apa figuran penting ini berada di sini?!

Dengan kedua tangan yang berada di kantung celana, Deo membungkukkan badan. Matanya menyipit menyelidik.

"Lo mau kabur?"

Tersentak, Libelle menegakkan punggung. Dia tahu bahwa wajahnya pucat tanpa melihat cermin.

"Engga!"

"Alah! Ngaku lo kodok! Gue aduin guru, nih." Deo tak mengerti, alasan dibalik kekasarannya pada pemuda mungil ini. Melihat wajah kecil itu, entah mengapa membuatnya tak nyaman.

Libelle dengan panik menuangkan kata-katanya, dia bahkan tak tahu apa yang dia katakan.
"Serius! Gue ngga bermaksud kabur! G-gue nyariin lo!"

"Gue aduin--hah?" Mulutnya sedikit terbuka, tangan yang menunjuk Libelle tergantung di udara. Pemuda tampan itu sama bingungnya dengan Libelle.

"Ngapain lo nyari gue?"

"Oh, itu-gue...."

Sial! Libelle tak menemukan dalih! Dengan tatapan tajam yang mendarat di pipinya, gadis itu berkeringat dingin.

"Gue mau bantuin lo benerin mobil." Menurut novel yang dia baca, pemuda ini menyukai kendaraan beroda empat tersebut. Kegemarannya berpartisipasi balap liar, dituliskan beberapa kali oleh penulis.

"Lo tau mobil?" Membuahkan hasil, alis pemuda itu terangkat. Deo bertanya dengan suara rendah dan serius.

"Tau!"

"Serius? Lo bilang gini bukan karena ketahuan gue, kan?"

Pertanyaan pemuda itu menohok hatinya. Libelle juga tak berbohong saat mengatakan ingin membantu. Dia tahu tentang mobil. Salah satu kegemaran sekaligus pekerjaan yang dia minati di dunianya.

Tak ada salahnya mencoba, bukan?

Dio berkedip beberapa kali seolah-olah ada disonasi kongnitif singkat. Lalu dia buru-buru menarik lengan baju pemuda mungil itu.

"Ikut gue."

"Kemana?"

"Benerin mobil."

Rencana melarikan diri, harus tertunda hari ini!

_____________

Jadi di sinilah mereka. Di depan asrama sudah terparkir mobil sport berwarna biru tua. Jika menilik tampilan body luarnya, tak ada yang salah.

"Coba buka kap nya." Titah gadis itu sembari mengusap dagu sempitnya, memperhatikan.

Menurut, Deo melaksanakan ucapan nya. Pemuda itu membuka kap mobilnya lalu menatap pemuda itu itu.

Deo sudah mencoba segalanya. Tak ada bengkel yang belum dia datangi. Semua montir memberikan jawaban yang berbeda-beda mengenai kondisi mobilnya. Membuat Deo kewalahan.

"Wait, biar gue periksa."

Seharusnya dia tak mengharap apapun dari pemuda mungil ini. Hanya saja, secercah cahaya muncul di benaknya tanpa di undang. Bolehkah Deo percaya kepada pemuda aneh ini?
"Lo harus benerin! Pokoknya harus bisa! Cuma lo satu-satunya harap--"

Terdiam.

Libelle memblokir bibir ranum pemuda itu menggunakan jarinya. Ada keterkejutan di dalam manik Deo. Pemuda tampan itu melotot tak ayal berteriak di dalam batinnya, 'apa-apaan kodok ini?!'

"Lo bacot bener, dah! Mingkem, kek!" Sentak Libelle kepalang kesal. Hei! Dia butuh berkonsentrasi okey?

"Kalo ngga, pergi sana." Lanjutnya mengusir dan hal itu sukses membuat Deo membisu dan hanya menyimak segala pergerakan pemuda mungil di sebelahnya.

Deo memainkan bibirnya dengan tangan satunya dan membuat ekspresi serius. Dia menggigit bibirnya untuk menghilangkan perasaan asing yang dia rasakan, tapi itu tidak hilang.

Deo diam-diam mencuri pandang pada pemuda mungil itu.

Batang hidung yang indah, bibir merah alami, dan mata lebar berbentuk almond. Tatapan di bawah iris hazel nya memberikan susana yang acuh tak acuh tetapi ketika tatapan itu fokus ke tempat yang lain, kebulatan matanya memberikan kesan lembut yang berbeda.

"Mobil lo overheat."

"Apa?" Deo tersadar. Seolah ketahuan melakukan tindak kejahatan, pemuda itu terbatuk kering, memutar kepala.

Libelle tak menyadarinya. Jari-jari lentik nya menekan kunci pas diatas mesin. Tak memakan waktu lama, gadis itu memukul pelan wadah air radiator.

"Piston mobil lo meleleh."

Libelle sudah biasa menangani permasalahan ini di di dunianya dulu. Tak jarang, montir nakal yang sengaja menyembunyikan akar penyebab agar menerima banyak uang.

Air radiator yang kurang atau bahkan sudah habis membuat mesin mobil menjadi lebih cepat panas. Proses pendinginan tidak berjalan secara normal. Efek domino pun muncul yakni piston mobil menjadi terganggu hingga bisa meleleh. Sudah bisa dipastikan mobil akan mogok.

Mendengarkan dengan seksama, ada kekaguman yang melintas diantara kedua mata Deo. Tatapannya tak setajam biasanya—kini melembut.

"Lo keren juga."

Libelle pikir, dia baru saja mendengar sesuatu yang positif tentangnya keluar dari mulut pemuda emosian ini.

'Krukkk' kedua kepala itu sama-sama menunduk menatap perut Libelle yang berbunyi. Semburat merah muda muncul, begitu pipinya memanas.

Libelle menyengir lebar kala mendongak menatap Deo.

"Gue belum makan siang." Jelasnya memecah keheningan.

Deo menyugar rambutnya tak ayal meraih benda persegi dari balik kantung celananya. Anggap saja sebagai ucapan terimakasih karena telah memecahkan masalah mobilnya.

"Mau makan apa?"

Atas pertanyaan pemuda itu, senyuman Libelle semakin cerah. Gadis itu merapat, sedikit berjinjit guna bisa mengintip tampilan menu di layar ponsel Deo.

"Ayam jamur! Mie juga enak! Ah, pizza? Hamburger! Spaget--aduh!" Libelle memekik begitu kepalanya ditekan turun oleh Deo. Tak main-main kuatnya, hingga kaki gadis itu menekuk.

"Yang jelas, kodok!"

"Hehe.... soto aja, deh."

Siang itu mereka habiskan dengan makan bersama di samping mobil Deo. Kebersamaan yang terjalin dari peristiwa yang tak terduga, tak di sangka akan membawa perubahan bagi keduanya.

Voment!

Continue Reading

You'll Also Like

26.1K 70 42
Erotic shots
111K 3.1K 23
Warning: 18+ ABO worldကို အခြေခံရေးသားထားပါသည်။ စိတ်ကူးယဉ် ficလေးမို့ အပြင်လောကနှင့် များစွာ ကွာခြားနိုင်ပါသည်။
184K 4.3K 105
As the Maid of Evil, Y/n sacrifices her life for her twin brother. As the Mist Hashira, Y/n sacrifices her life for humanity. But not anymore will Y...
49.6K 1.2K 178
Disclaimer : This is not my story. No plagiarism intended. The credit goes to original author. ◆◇◆◇◆◇◆◇ The entire Yunzhou knew that the Ye Family h...