Cousin Love

By langiittbiruuu

2.2K 454 46

Assalamuallaikum wr. wb. sebelum baca alangkah baiknya follow akun wattpad ini NO PLAGIAT ❌ Kisah ini diambi... More

|| PROLOG🍓
Satu🍓
Dua🍓
Tiga🍓
Empat🍓
Lima🍓
Enam🍓
Tujuh🍓
Delapan 🍓
sembilan 🍓
Sepuluh🍓
sebelas🍓
dua belas🍓
tiga belas🍓
empat belas🍓
lima belas🍓
enam belas🍓
tujuh belas🍓
sembilan belas🍓
duapuluh🍓
dua puluh satu🍓
dua puluh dua🍓
dua puluh tiga🍓
dua puluh empat🍓
dua puluh lima🍓
dua puluh enam🍓
dua puluh tujuh 🍓
dua puluh delapan🍓
dua puluh sembilan🍓
tiga puluh🍓
info!!
tiga puluh satu🍓
tiga puluh dua🍓
tiga puluh tiga 🍓
tiga puluh empat🍓
tiga puluh lima🍓
tiga puluh enam 🍓
tiga puluh tujuh🍓
tiga puluh delapan🍓
tiga puluh sembilan🍓
empat puluh 🍓

delapan belas🍓

41 11 0
By langiittbiruuu

Hello!! Gimana kabar kamu?
Sebelum lanjut membaca alangkah baiknya tekan bintang dan follow akun wattpad ini.

Coment, vote dan antusias kalian bakal bikin penulis makin semangat untuk update tiap hari.

Selamat membaca, semoga selalu suka yah Aamiin🤍💐

°°°

Dimeja belajarnya, gadis itu tengah fokus menyelesaikan tugas akuntansinya. Apalagi sekarang ia sendiri di rumah, keluarganya sedang keluar kota untuk mengantar saudaranya - Adit. Yah, perlu kalian tahu, Adit sering keluar kota hanya untuk ikut bela diri. Ara sering berfikir, adiknya itu sangat lihai dalam hal bela diri.

Sembari terus memikirkan hasil yang ia dapat, gadis itu sempat melirik ke arah jam kecil di meja belajarnya.

Ternyata menunjukan pukul 4 sore, perutnya tiba-tiba berbunyi, rasa lapar kini terasa. Bangkit dari duduknya dan turun ke bawah, mencari makanan untuk meredahkan rasa laparnya.

"Huh, sepertinya gue harus ke indomaret," gumamnya, melihat bahan makanan yang sudah habis. Ia juga sempat dititipkan uang untuk belanja bahan dapur.

Dari pada menahan lapar, gadis itu segera mengambil switernya.

Ketika ingin membuka pintu, betapa terkejutnya melihat sosok yang ia kagumi berada didepan pintu rumahnya.

"Kak fadel,.." sapa Ara dengan kikuk.

Fadel yang baru saja datang dengan membawa rantang ditangannya hanya tersenyum simpul. "Gue bawain makanan, soalnya bunda gue nyuruh bawain buat lo sama yang lain."

Ara melirik rantang yang dibawa oleh Fadel ada rasa syukur ketika ia  sedikit mager untuk keluar ke indomaret kini seolah-olah semesta mengirimkan Makanan lewat cowok itu.

"Rejeki anak sholeh nggak sih kalau gini." batinnya.

"Lo mau kemana?" tanya Fadel dengan basa basi, mengurangi rasa canggung diantara mereka.

"Oh mau keluar bentar heheh." jawab Ara.

Fadel hanya menganggukkan kepalanya ia tidak tahu harus membicarakan apa lagi setelah memberikan rantang kepada gadis di hadapannya.

Kemudian netra matanya melirik ke dalam terlihat lebih sunyi. "Orang tua lo sama adek lo mana?" tanya Fadel.

"Oh itu lagi ke luar kota, nganter Adit buat beladiri." jawab Ara seadanya.

Fadel hanya ber-oh, "Lo tadi bilang mau keluar, mau bareng?" tanya Fadel membuat Ara terdiam sesaat berusaha mencerna, Tiba-tiba otak gadis itu ngebleng.

"Eh, hanya kedepan kok nyari bahan makanan doang, abis itu lanjut kerja tugas hehe."

"Araa, " Panggil Fadel.

Jantung Ara saat itu sedang disko, hanya dengan menyebutkan namanya bisa membuat debaran yang menggila.

"Iya kak?"

"Temanin gue bentar ke indomaret, gue disuruh bunda nyari ini tapi bingung." ucap Fadel dengan memperlihatkan deretan yang harus dibeli.

Ara yang melihat sedikit terkekeh, mungkin cowok itu sedikit kaku ketika berbelanja. Dengan senang hati ia akan membantunya. "Boleh," jawab Ara.

"Nggak merepotkan?" tanya Fadel,

Ara hanya menggelengkan kepalanya, tentu ia tidak merasa direpotkan.

Gadis itu segera menutup pintu rumahnya, kemudian berbalik menghadap cowok yang lebih tinggi darinya. "Ayok, gue bantu nyari itu semua."

Sikap Ara seperti itu justru membuat Fadel menyungingkan senyum manisnya, dapat Ara lihat dari jarak yang lumayan dekat, pahatan wajah yang sempurna, aroma tubuh yang candu ketika masuk ke indra penciumannya. Lelaki itu sangat pas ketika masuk di kriteria pria idamannya.

Mereka keluar dari area rumah Ara, sebelum jalan Fadel melirik gadis itu.

"Kalau kesulitan naik, lo megang pundak gue aja." saran Fadel, ia sedikit peka ketika gadis itu sedikit kesulitan naik di atas jok motornya yang lumayan tinggi, dengan gesit cowok itu membukakan pijakan kaki agar Ara mudah naik.

Ara yang mendapat perlakuan seperti itu tidak bisa untuk menahan senyumnya.

Dengan memegang pundak cowok itu dan naik di atas motornya, sudah membuat ia senang.

"Udah?" tanya Fadel dengan melirik lewat spion,

"Udah kok." jawab Ara.

Kemudian Fadel menancapkan gas dengan sedikit menambah kecepatannya, ia melihat awan sedikit gelap, mungkin sebentar akan turun hujan pikirnya

"Raa, pegangan, gue rasa hujan akan turun."

Mendengar itu membuat Ara memegang jaket cowok itu, darahnya berdesir hebat, jantungnya memompa dengan kuat.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit mereka tiba di Indomaret,  segera Ara turun dari motor dengan gampangnya. Dan ikut menyusul Fadel kedalam.

Ara mengambil keranjang agar tidak susah ketika mengambil bahan-bahan yang diperlukan, mereka membagi tugas, Ara yang dibagian bahan dapur dan Fadel memilih untuk mengambil beberapa bahan perabotan yang lain. Cowok itu sedikit paham untuk bahan-bahan rumahan karena sering menemani bundanya untuk berbelanja.

"Kak, lo kesana, gue ke sini biar lebih cepat, lo tahu kan? Kalau nggak tanya gue aja ntar." ucap Ara membuat Fadel mengangguk setuju.

Ara yang masih asik memilah sayur-sayuran, kaget ketika mendengar suara Fadel yang memanggilnya.

Ara sedikit melirik Fadel, ia tidak menyangka cowok itu lihai dalam memilih perlengkapan dapur.

"Napa lo lirik-lirik gue," tanya Fadel. Membuat Ara terkejut ia jadi malu sendiri.

"Gue punya mata kali," jawabnya.

Menghabiskan waktu 30 menit untuk mencari semuanya, kini mereka segera membayar, larat Fadel yang bayar semuanya.

"Sebagai bentuk Terima kasih, lo ambil es krim sepuas lo mau berapa." ucap Fadel.

Ara yang mendengar itu seketika melihat Fadel dengan muka polosnya

"Lo traktir gue?" tanya Ara.

Fadel mengangguk membenarkan ucapan gadis itu.

"Beneran?"

"Iya Raa, sana ambil gue tunggu disini biar sekalian bayarnya."

Ara kemudian lari untuk mengambil es krim, rasa senang terus menjalar.

"Sebagai bentuk maaf gue ke lo raa, gue nggak tahu ucapan gue bisa bikin lo sakit hati." gumam Fadel, ketika melihat Ara yang sibuk mengambil es krim.

Asik bergulat dengan pikirannya sendiri Fadel sampai tidak menyadari bahwa Ara sudah berada didepannya dengan membawa beberapa es krim.

"Kak, udahh, " ucap Ara, membuat Fadel kembali sadar, sedikit menunduk melihat Ara tanpa sadar senyum cowok itu terbit.

"Segini doang?"

Ara melihat keranjang yang berisikan es krim, kemudian mengadakan pandangannya ke arah cowok itu, "Iya segini aja."

"Kenapa nggak ambil lebih banyak? Lo suka es krim kan?"

Ara sedikit terbengong, "Ini aja udah cukup kok. Kalau kurang nanti gue beli lagi hehe." jawabnya.

Fadel hanya mengangguk, tangannya tanpa sadar mengelus puncak kepala gadis itu. "Kalau kurang lo bisa bilang ke gue."

Kemudian Fadel mengambil alih keranjang yang dipegang oleh Ara, membayar semuanya.

Ara yang terus memperhatikan cowok itu, bagaimana ia bersikap kepadanya, membuatnya selalu merasa nyaman sekaligus berpikir kenapa cowok itu bersikap manis.

"Kak, gue nggak tahu tujuan lo, kemarin lo nyuruh gue untuk mundur, sekarang dengan sikap lo yang seperti ini buat gue susah untuk mundur."

"Ayok pulang." ucap Fadel.

Ara pun mengangguk setuju, mereka berjalan keluar bersamaan dengan hujan yang mengguyur kota saat ini.

"Shit," umpat Fadel,

"Kita neduh di sini dulu ya Raa," kata Fadel.

Ara memandang langit yang cukup gelap, kemudian netra matanya beralih kepada cowok di sampingnya. "Iya neduh dulu aja. Sepertinya hujan akan lebat."

Melihat baju Ara yang lumayan tipis, membuat cowok itu bergerak membuka jaketnya, "Raa, pake ini,"

"Eh nggak perlu." Jawab Ara.

Fadel yang mendapatkan jawaban yang keluar dari mulut gadis di sampingnya hanya berdecak kesal. "Nggak usah nyesel, baju lo lumayan tipis ntar masuk angin." ucapnya dengan memakaikan jaket di tubuh Ara.

Kini tubuh gadis itu sudah tertutup dengan jaket yang lumayan besar.

"Lucu amat, ditelan jaket hahaha." ucap Fadel dengan tertawa kala melihat Ara yang seakan-akan tenggelam dalam jaket miliknya.

"Ck, nggak usah ngejek,"

"Nggak kok, hahah."

"Jangan ketawa kak,"

"Oke gue diam."

Fadel seakan menutup rapat mulutnya ketika melihat raut gadis berubah jadi sedikit galak.

Ketika Fadel ingin berbicara lagi, suara petir menyambar membuat Ara terkejut dengan refleks memeluk cowok itu.

Fadel yang mendapatkan pelukan tiba-tiba seakan terkejut, akan tetapi tangannya terangkat untuk membalas pelukan gadis itu. Ia paham pasti Ara sedikit takut dengan petir.

"Udah nggak usah takut. Lo boleh peluk gue sampai hujannya reda kok nggak masalah."

Ara yang repleks seakan tersadar, membuatnya memundurkan dirinya menjauh dari cowok di sampingnya.

Jantungnya tidak bisa diam, bahkan ia tidak menyadari ketika memeluk Fadel.

Fadel yang melihat rona merah dipipi gadis itu hanya tersenyum simpul. "Udah nggak usah malu  pipi lo sampe merah."

****

"Gue rasa Fadel dekat sama Ara deh." ungkap Sindi teman Airin, kini mereka sedang berada salah satu cafe yang tidak jauh dari indomaret.

Airin yang masih meminum kopi hangat miliknya, ketika mendengar ucapan sahabatnya hanya tersenyum simpul. "Yakan mereka sepupuan, lagian Ara nggak mungkin naruh rasa sama Fadel. Begitupun sebaliknya."

Sindi pun menghela nafasnya. "Ai, lo nggak akan tahu kan perasaan orang gimana. Yah gue hanya tebak aja siapa tahu benar. Gue rasa mereka dekat seperti lebih dari sepupu."

Mendengar usulan Sindi membuat Airin berpikir sejenak, mengedarkan pandangannya ke arah luar

"Gue nggak mau hubungan lo sama Fadel akan.."

Belum sempat Sindi berbicara, Airin lebih dulu memotong. "Gue percaya sama Fadel. Lagian Ara sepupu dekatnya, gue nggak mau berpikir negatif yang buat hubungan gue sama Fadel berantakan."

"Oke fine, tapi lo tetap waspada aja,"

Airin hanya mengangguk, ia melirik ponselnya chatnya belum di balas oleh Fadel. Menjauhkan pikiran buruknya, walaupun dalam hatinya ada sedikit kecurigaan.

Airin mengambil tasnya, berdiri membuat Sindi bertanya. "Lo mau kemana? Diluar hujan lebat."

"Gue mau pulang aja, gue rasa nggak enak badan. Lagian gue bawa mobil kalau lo lupa." ucap Airin, ia merasa kepalanya sedikit pusing, ia ingat belum sempat makan sejak tadi.

Sindi ikut berdiri, ketika menyadari wajah sahabatnya seperti pucat. " Lo sakit?" tanya Sindi.

"Sedikit pusing." jawab Airin.

"Oke, gue anter lo balik, biar gue yang nyetir,"

Kini Airin berada didepan dengan menyandarkan dirinya, kepalanya sungguh  terasa berat, Sindi yang menyadari akan hal itu jelas terlihat sangat khawatir.

"Ai, lo demam, astaga!!" pekik Sindi ketika tanpa sadar tangannya mengenai lengan Airin, badan gadis itu panas.

"Kita singgah ke apotik, beli obat." putus Sindi dengan menancapkan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Melewati Indomaret, memicingkan matanya ketika melihat sosok yang ia kenali, gadis itu memperlambat mobilnya.

"Itukan Fadel," Gumamnya, ia terkejut ketika melihat Ara juga berada di situ. "Mereka ngapain, kok Ara pakai jaket Fadel."

Sindi ingin memberi tahu Airin, akan tetapi ia melihat Airin sudah tertidur dengan pulas, tidak tega untuk membangunkannya.

Gadis itu mengambil ponselnya, dan memotret kedua remaja yang sedang berteduh.

"Ck, gue makin yakin mereka ada hubungan."

Sindi pun segera melajukan mobilnya untuk segera sampai di rumah Airin, singgah di apotik membeli obat.

Kini di rumah Airin, Sindi memapah sahabatnya agar sampai dikamar gadis itu, ia tahu kedua orang tua Airin sedang berada di luar kota.  Ia tidak tega untuk meninggalkan sahabatnya.

"Lo tiduran, gue masakin bubur hangat untuk lo biar enakkan."

Airin terharu akan hal itu. "Thanks, Sin,"

"Nggak usah Terima kasih, lo diam disini, nggak sampai 10 menit kok.".

Sindi meninggalkan Airin yang sudah berbating diatas ranjang dengan selimut yang sudah menutupi sebagian tubuhnya, hawa dingin sangat terasa, mengambil ponselnya, melihat pesannya yang tidak kunjung terbalas, gadis itu segera memencet panggilan, akan tetapi nomor Fadel diluar jangkauan.

"Kamu kemana?" gumam Airin.

****

Disisi lain, ketika Fadel ingin mengabari bundanya, ternyata ponselnya mati.

"Ck, lobet."

"Kenapa kak?" tanya Ara.

"Ponsel gue lobet,"

Ara pun mengeluarkan ponselnya dan memberikan kepada Fadel. "Nih gunain ponsel gue,"

Fadel pun segera mengambilnya dari tangan Ara, mengetikkan pesan kepada Naila- Bundanya.

Setelah itu Fadel memberikan kembali kepada Ara. "Thanks, Raa."

Ara yang melihat langit sepertinya hujan sudah sedikit reda.

"Balik aja yuk kak, hujannya udah reda."

Fadel ikut memperhatikan cuaca saat ini. Sepertinya hujan sudah sedikit reda. Kalau menununggu sampai hujan berhenti kemungkinan akan malam.

Kini mereka mutuskan untuk pulang, Fadel mengantar Ara sampai didepan rumah gadis itu.

"Makasih ya, lo udah mau bantu beli semua ini."

"Haha, nggak masalah, makasih juga untuk es krimnya."

"Oke, kalau gitu gue balik dulu."

Ara hanya mengangguk, bersamaan dengan Fadel yang sudah menancapkan motornya menjauh dari area pekarangan rumah Ara.

****

"Ai, gue pengen bilang sesuatu sama lo." ucap Sindi.

Airin yang sedang memakan bubur buatan sahabatnya pun seketika menghentikan pergerakannya, apalagi melihat raut muka Sindi yang sepertinya sangat serius.

"Ngomong aja kali Sin,"

Sebelum itu Sindi mengeluarkan ponselnya menunjukan gambar yang ia ambil kepada Airin.

Airin yang penasaran pun langsung mengambil ponsel itu dan dapat ia lihat, Fadel bersama Ara, apalagi ia sangat mengenal jaket milik Fadel yang di gunakan Ara.

"Gue nggak mau ikut campur , tapi lo harus bicarain ini dengan Fadel deh."

Airin pun menegang, sendok yang ia genggam terlepas begitu saja, "Oke nanti gue bicarain sama Fadel, thanks ya."

"Sorry kalau buat lo jadi kipikiran." ucap Sindi

Airin menggelengkan kepalanya, itu bukan masalah untuknya, ia akan membicarakan itu dengan Fadel.

Tidak ingin berpikiran negatif, akan tetapi melihat foto tadi membuat pikirannya melambubg jauh, kedekatan mereka sangat dekat.

"Aku harap kamu nggak gitu."

Hayolo hahhaha.
Gimana sama part ini, semoga suka yah.

Coment kalian membuat author semangat untuk up, dan memperbaiki penulisannya.

So, kalau ada kritikan bisa tulis di kolom komentar

See u di part selanjutnya.

Jangan lupa tinggalkan jejak yah.
Follow akun wattpad ini.
Follow juga akun instagram author @sukmayyea untuk tau info cerita selengkapnya.

Continue Reading

You'll Also Like

721K 9.8K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
27.7K 2.4K 36
Budayakan Follow sebelum membaca! -𝙻𝚞𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚝𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚓𝚞𝚗𝚐 𝚊𝚋𝚊𝚍𝚒 Dikucilkan keluarga nya kecuali kakak pertamanya, kehilangan kedua...
4M 312K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
6.7M 285K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...