Secret Key (END)

By CahayaBohlam

199K 9.4K 194

Kalung mereka memang terhubung antara satu dan lainnya. Kalung pemberian seorang nenek tua saat awal awal mer... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua puluh
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh empat
Dua puluh lima
Dua puluh enam
Dua puluh tujuh
Dua puluh delapan
Dua puluh sembilan
Tiga puluh
Tiga puluh satu
Tiga puluh dua
Tiga puluh tiga
Tiga puluh empat
Tiga puluh lima
Tiga puluh enam
Tiga puluh tujuh
Tiga puluh delapan
Tiga puluh sembilan
Empat puluh
Empat puluh satu
Empat puluh dua
Empat puluh tiga
Empat puluh empat
Empat puluh lima
Empat puluh enam
Empat puluh tujuh
Enam puluh delapan
Empat puluh sembilan
Lima Puluh
THE AWAITED end

Dua puluh tiga

3.5K 175 9
By CahayaBohlam

🔑

“Lah? Kok bisa jawabannya C? Gua kira jawabannya D.” Jovi menggaruk alisnya yang tak gatal, menyengir ke arah Keyla yang sedang menjelaskan materi matematika kelas 11.

Oli menjitak jidat Jovi hingga suara renyah terdengar. “Gobloknya kebangetan, dari mana lo dapat jawabnya D orang lo baru nulis rumus.” Oli tidak habis pikir dengan Jovi, sebuah kertas berisikan ulangan matematika milik Jovi yang mendapatkan nilai telor ceplok dengan setiap soal hanya ditulis rumus saja dan itupun tidak lengkap.

Keyla meringis saat suara jitakan terdengar cukup renyah, ia menatap sejenak ke arah Jovi yang sudah bersiap menumpahkan tangisannya. “Seharusnya lo ngomong baik baik engga usah jitak jitak kaya gitu, minta maaf gih.” Keyla membuang napasnya pelan, lalu mengusap jidat Jovi yang memerah ulah Oli.

Oli melirik sejenak ke arah Keyla dan Jovi, kemudian membuang napasnya pelan. “Gua tadi reflek, sorry Jov.” Oli menepuk dua kali bahu Jovi.

Keyla terkekeh kecil, raut wajah terpaksa Oli sungguh ketara sekali. “Udah engga usah mewek Jov, katanya mau belajar matematika lagi, jangan nangis dong.” Keyla tersenyum kecil saat Jovi menghapus air matanya.

“Ayo belajar lagi, biar gua buktiin ke Bang Tristan.” Semangat Jovi menghapus air matanya lalu tersenyum penuh semangat.

Keyla kembali duduk pada posisinya semula. Ia kembali mengambil buku tulis dan pulpen. “Suatu lingkaran berpusat di O(0,0). Jika lingkaran tersebut melalui titik (4,2), maka persamaan lingkaran tersebut adalah?” Keyla membacakan soal dibuku latihan matematika milik Jovi. “Pusat lingkaran = O(0,0). Anggap aja (0,0) adalah (a,b). Lingkaran melalui titik (x,y), yaitu (4,2). Persamaan lingkaran yang pusatnya (0,0) adalah... ” Keyla mencatat dibuku catatannya, Oli dan Jovi memperhatikan secara seksama tulisan demi tulisan angka yang Keyla catat.

“Apa lo engga salah bawa Keyla kesini?” tanya Tristan mengarahkan cangkir kopinya ke arah Keyla, gadis berhoodie hitam tersebut sedang duduk di lantai ditemani Jovi dan Oli yang sedang membahas soal soal matematika.

Ziko mengaduk pelan pop mie nya, menatap ke arah tunjuk Tristan. “Salah, seharusnya gua langsung antar Keyla pulang.” Ziko kemudian menyeruput kuah pop mie. “Lo udah mastiin dia engga kesini kan?” tanya Ziko kepada kedua sahabatnya.

Ragas yang baru saja datang dari arah dapur membawa satu cup pop mie, meletakkannya diatas meja makan. “Gua udah bilang ke beberapa anak yang lagi ngerokok di belakang warung buat stay di tempat sampai pulang.” kata Ragas.

“Saat gua cek cctv di tempat-tempat yang biasanya dia datangin, masih aman dan terkendali.” Tristan, mengarahkan laptopnya yang terdapat gambar beberapa letak tempat.

Ziko membuang napasnya kasar. “Gua rasa dia akan bertindak lebih jauh lagi, dia pasti udah tau gua bawa Keyla kesini dan dia pasti ngira Keyla adalah kelemahan gua.” Ziko menyadarkan punggungnya pada kursi, menatap ke arah Keyla yang sedang tertawa bersama Oli dan Jovi.

“Lo?” gumam Tristan saat Ziko berujar dengan nada penuh kecurigaan.

Ziko tersenyum kecil. “Perasaan anak kembar, lo engga bakal paham.” Ziko terkekeh kecil melihat Tristan memutar bola matanya malas.

Saat Tristan akan membuka suaranya, suara peringatan muncul dan membuat beberapa murid yang sedang bersantai langsung bergegas keluar markas. Diikuti Tristan, Ragas, Oli dan Jovi keempat pemuda tersebut langsung bergegas menuju sebuah tempat jebakan yang sengaja di pasang oleh mereka.

Dahi Keyla mengerut, melihat semua murid laki laki yang berada di sana keluar dari ruangan. Sebenarnya ada apa? Dan mengapa mereka terlihat marah, ada beberapa dari mereka yang membawa kayu dan sebuah besi kecil seperti rantai.

Keyla bangkit dari tempat duduknya berjalan keluar menemui yang lainnya tapi sebelum keluar tangan kanan Keyla ditarik mundur membuat Keyla menabrak seseorang dibelakangnya.

“Lo disini aja, jangan kemana mana.” Ziko membalikan badan Keyla, kedua mata Ziko menatap penuh yakin ke arah Keyla. “Ingat pesan gua Key, kalau ada seseorang ketok ketok pintu ataupun jendela, jangan dibuka. Lo tunggu disini sampai gua datang, siput berjalan.” Ziko menepuk dua kali poni Keyla.

Dahi Keyla mengerut. “Ada apa? Mending gua pulang aja Zik.”

Ziko menggelengkan kepalanya tanda tidak boleh. “Engga baik lo pulang jam segini, gua harus antar lo pulang, tapi sebelum itu lo harus tunggu disini dulu jangan kemana mana. Setelah urusan gua selesai nanti gua akan antar lo pulang.” jelas Ziko, tersenyum kecil melihat ekspresi wajah lucu Keyla.

“Zik, ada penjahat?” tanya Keyla, saat ada suara seperti pukulan di belakang warung mbak Runtah.

Ziko membuang napasnya pelan. “Ingat pesan gua tadi, siput berjalan.” balas Ziko langsung bergegas keluar markas, sebelum itu ia sempat mengelus pelan surai milik Keyla dan menyerahkan kunci ruangan kepada Keyla.

Keyla membuang napasnya kecil. Menatap sekeliling ruangan yang terlihat sangat hangat seperti rumah pada umumnya hanya saja depan warung mbak Runtah yang terlihat seperti warung tak berpenghuni padahal sebenarnya dalamnya begitu nyaman.

Keyla duduk pada sebuah sofa panjang, sebenarnya ia sudah heran sejak awal melangkahkan kakinya ke tempat asing ini. Banyak sekali pertanyaan dibenaknya, tapi ia tahan agar tidak bertanya kepada Ziko. Mungkin privasi Ziko dan tidak sepantasnya ia bertanya seperti itu.

Saat Keyla sedang asik dengan sebuah komik entah milik siapa. Tiba-tiba langkah seseorang membuat Keyla langsung menolehkan kepalanya, dahinya mengernyit. “Bukannya tadi pakai seragam sekolah?” tanya Keyla.

“Gua ganti.” balas Ziko, pemuda kemeja warna hitam tersebut duduk disebelah Keyla.

“Lainnya kemana?” tanya Keyla mencoba melihat teman teman Ziko yang tidak terlihat batang hidungnya sama sekali.

Ziko membuang napasnya gusar. “Semuanya kumpul di suatu tempat aman, lo juga harus kesana. Ayo!” Ziko menggenggam jemari mungil Keyla.

Keyla hanya diam saja tidak berdiri dari tempatnya. “Lo tadi kasih kunci ruangan ke gua kok bisa masuk?” tanya Keyla, sembari mengeluarkan kunci didalam hoodienya, sebuah kunci berbandul siput.

Ziko tersenyum kecil, ia mengelus pelan pipi mulus Keyla. “Gua punya kunci cadangan.” balas Ziko, tertawa kecil saat Keyla menyentak tangannya.

“Gua disini aja, lo kesana aja sendiri.” kekeh Keyla, memasukkan kunci didalam hoodienya, kembali membaca komik tanpa mempedulikan Ziko yang tampak menyebalkan dan menyeramkan secara bersamaan.

Ziko kembali duduk di sebelah Keyla. “Gua sebenarnya engga mau basa basi, tapi... you are his weakness, honey.” Ziko mengeluarkan sebuah kain persegi panjang yang sudah diilipat menjadi kecil, sebuah seringai muncul pada bibirnya. “Say Hi to Arsen.” imbuhnya.

“PENGHIANAT!” bentak Ragas meninju wajah pemuda yang sudah terkapar lemas di tanah.

Pemuda berkaos putih, tertawa kecil seakan tidak takut kepada teman temannya. Ia lalu menunjuk ke arah pemuda berseragam sekolah yang sedang menatapnya datar dan tajam. “Lo bodoh!” tuturnya lalu menyemburkan darah dari mulutnya saat Oli menyuntikkan sesuatu pada tengkuk pemuda tersebut.

“Pergi ke dalam sekarang, ini rencana dia.” Oli menatap beberapa teman temannya di sana. “Biar gua yang urus penghianat ini.” imbuhnya, tersenyum miring penuh kegembiraan, justru membuat teman temannya meneguk ludahnya kasar saat Oli tersenyum menyeringai seperti sekarang.

“Zik, ayo!” Tristan menepuk lengan Ziko agar pemuda tersebut sadar dari lamunannya.

Ziko membuang napasnya pelan. “Percuma gua ke dalam Keyla pasti udah di bawa dia.” Ziko menjeda kalimatnya sejenak, ia kemudian berjongkok mengeluarkan sebuah pisau kecil yang sangat tajam dari kaos kakinya. “Lo tau tempat ini?” Ziko mengarahkan pisau ke arah Oli.

Oli memiringkan kepalanya menatap sebuah tulisan kecil yang terdapat pada pisau tersebut, kemudian ia tertawa kecil. “Lo perlu bantuan gua untuk kesana.” balas Oli menyeka darah pada bibirnya.

Ziko langsung bangkit sembari menggulung lengan baju seragamnya. “Lo ikut gua kesana, kalian berdua jaga markas.” Ziko mengepalkan kedua telapak tangannya, kuat kuat menyalurkan amarahnya.

Arsen!!

🔑

TBC
Salam hangat dari AN 🤎🥧

Continue Reading

You'll Also Like

941K 86.1K 32
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
251K 5.2K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
1M 32.6K 45
-please be wise in reading- βˆ† FOLLOW SEBELUM MEMBACA βˆ† Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
490K 36.8K 44
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...