AGASKAR 2 [[ AFTER MARRIED ]]

Por nazieranff

4M 310K 320K

AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungk... Más

ASKARAZEY ~ PROLOG
(1.) Agaskar Junior
(2.) Cuddle, Babe!
(3.) U're Mine!
(4.) Vakenzo's Family
(5.) Zeya Ngidam?!
(6.) Happy Wedding, Javas!
(7.) Obsessed or Love?!
(8.) Broken Home and Harmonious
(9.) Agaskar with Kuceh?!
(10.) Zeya Cemburu?
(11.) Salting?!
(12.) Wapresma VS Maba
(13.) Viral Bareng?!
(14.) Let's Deep Talk
(15.) Moment di Lautan Buku
(16.) Status yang Terancam?!
(17.) Idaman
(18.) Special Day
(20.) Salju yang Hangat
(21.) Private Talk
(22.) Menuju Reuni
(23.) Bermain-Main
(24.) Kondisi Baby
(25.) Terjebak Birthday Party
(26.) Siapa yang Kecewa?
(27.) Ada yang Ngambek!
(28.) Godaan Maut
(29.) Bujukan Non-Stop!
(30.) Aman atau Ancaman?!
(31.) Rival Misterius
(32.) Insiden Sirkuit Balapan
(33.) Car at Midnight
(34.) Malam yang Gila
(35.) Dark Family Dinner
(36.) Berusaha yang Terbaik
(37.) Pesona Suami Royal
(38.) Permintaan Berubah
(39.) Kamar Penantian
(40.) Dies Natalies
(41.) Nisan tanpa Nama
(42.) Mendadak Asing
(43.) Rindu dibalik Maaf
(44.) Cinta dibalik Gengsi
(45.) Hukuman atas Kesalahan
(46.) Membaik atau Memburuk?
(47.) Agaskar, Arazey, dan Althea
(48.) Menciptakan Kenangan
(49.) Ditinggal Sementara
(50.) Long Distance Marriage

(19.) Sebuah Kesalahan

64.4K 6K 6.4K
Por nazieranff

Harga penulis melalui feedback berupa vote serta comment. Jika ingin ceritanya lekas terus di updated, jangan lupa tembuskan targetnya, xixixi. WARN! ADA SEKITAR 1000+ KATA, SEMOGA TIDAK BOSAN.


Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis🖤🖤🖤

TARGET--3 RIBU VOTE AND 5 RIBU COMMENT UNTUK NEXT?!

ABSENN DULUU, PAKEE WARNA BAJU YG KALIAN PAKAI SKRANG😁😎☝️AD YG SAMAAN BIRU KEK AKU TIDACK??

HAIII GUIZEEE AK BALEKK, MANGAP DELAY UP YA, KEMAREN HABIS AD ACARA🥹💓 JANGAN LUPA NABUNG SENG

••••••••••••••••

"Maaf untuk kesalahanku, akan ku perbaiki sedemikian rupa dan tidak akan terulang untuk kedepannya."
-Agaskar Vakenzo Delvan-
••••••••••••••

"Agas, mending lo kesini, temuin gue sekarang. Atau lo mau, video yang pernah kita take bareng gue kirim langsung ke istri lo?"

Sejenak, Agaskar menjauhkan ponselnya dari daun telinga, ia mencoba berpikir apa yang tengah dimaksud oleh Irish. "Video? Take?" ulang Agaskar.

"Rish, jangan halu. Kita nggak pernah nge-takei video apapun selain untuk keperluan BEM dan promosi organisasi," tegas Agaskar.

Dari seberang sana, terdengar Irish tertawa geli. "Yakin, nih? Yang waktu di club bareng gue itu apa? Lo terlena sama tubuh gue, Agas..."

"Kak...."

DAMN! Agaskar menurunkan ponselnya, ia terkejut spontan berbalik badan mendapati istrinya sudah berada di belakangnya. Lelaki itu meneguk salivanya kasar sembari memandangi Zeya.

"Siapa, Kak? Lo ada urusan penting sama BEM lo, ya?" tanya Zeya, karena biasanya panggilan yang Agaskar jawab selalu soal organisasinya.

Agaskar mendengus kasar, ia membuang pandangannya ke arah lain sebelum menjawab pertanyaan Zeya. "Gimana Bunda, sayang?" tanya Agaskar.

Zeya pun menoleh dan menunjuk ke titik pusat, dimana terlihat Syima sedang di urus oleh salah satu perawatnya. "Ada kok, gue sekalian mau nyuapin Bunda makan, Kak."

"Zey... Gue boleh pamit sebentar? Ada urusan yang harus gue selesaikan, nggak lama nggak akan nyampe satu jam gue bakal balik lagi kesini ngejemput lo. Boleh?" Agaskar mencoba meminta izin pada istrinya.

Meskipun harus dengan embel-embel ada 'urusan' dan tidak menyebutkan secara jelas, apa alasan yang sebenarnya. Karena Agaskar sendiri tidak tega jika harus merusak moment sang istri dan mertuanya.

"Ohh gitu, yaudah Kak, nggak papa. Hati-hati, ya," ucap Zeya tersenyum kecil, dari sorot mata nya tak ada kecurigaan sedikit pun pada sang suami.

Agaskar mengangguk pelan, kemudian mengecup kening istrinya dengan lembut. "Iya, sayang. Gue pergi dulu, jangan kemana-mana sebelum gue jemput, oke?" pengingat Agskar.

"Okey..."

"Oh iya, buket bunga punya Bunda, gimana? Masih ada di dalam mobil," ujar Agaskar, karena hari ini adalah hari Ibu, ia memiliki hadiah berupa buket uang yang juga ia persembahkan untuk Selina.

"Kasih aja buat Mamoy, Kak. Bunda juga nggak akan bisa menikmati itu, gue udah kasih setangkai bunga mawar tadi rasanya udah cukup." Tatapan mata Zeya tidak bisa bohong, ia teramat sedih.

Agaskar mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "INGET! JANGAN KEMANA-MANA SEBELUM GUE BALIK NGEJEMPUT!"

•••••••••••••

Mobil berputar ke arah sebuah komplek perumahan elite, yang Agaskar ketahui bahwa itu adalah rumah Irish, sekretaris BEM Universitas Scorpion, mobilnya tepat berhenti di salah satu rumah mewah disana.

Agaskar menyandarkan punggungnya di kursi, ia meneguk salivanya kasar saat menoleh pada rumah yang sudah ia ketahui bahwa itu adalah rumah Irish. "Irish sialan, apalagi sih yang dia mau?!"

"Hai calon pacar..."

Suara itu membuat Agaskar terkejut bukan main, saat mengetahui bahwa Irish sudah berada di samping mobilnya entah sejak kapan. Gadis itu melambaikan tangan diiringi senyum sumringah pada Agaskar.

Saat Irish ingin membuka mobilnya, Agaskar spontan langsung mengunci semua pintu mobil, ia pun beranjak turun dan keluar menghampiri Irish. "Mau ngapain sih, lo?" tanya Agaskar, raut wajahnya sudah tak bersahabat.

"Kok dikunci, sih? Emang nggak boleh ya, gue duduk di mobil bersampingan sama lo?" tanya Irish, kedua matanya seakan memberikan kode godaan.

"Nggak," jawab Agaskar spontan. "Yang boleh duduk di samping gue cuman istri gue."

Mendengar jawaban itu, Irish pun menghela napasnya kasar. "Si paling udah nikah, istri-istri an. Dia lagi hamil, kan? Lo yakin itu anak lo, Gas?"

"IRISHHH!!!" bentak Agaskar dengan nada tinggi. "Jaga omongan lo, Zeya nggak semurah itu asal lo tau. Gue dijodohin sama dia udah dari SMA, gue tau dia gimana."

Irish tidak terkejut, ia memang sudah tahu sikap Agaskar yang suka kasar dan membentak jika marah, gadis itu hanya mengamati nail-art nya. "Terus, apa dia tau lo gimana?"

Kembali pada prinsip awal, berbicara dengan Irish tidaklah ada habisnya. Agaskar terkadang muak dengan perempuan di depannya ini, namun ia sebagai lelaki masih mencoba menghargai dan tak ingin menyakiti.

"Agaskar," panggil seseorang membuat sang empu dan Irish menoleh secara bersamaan, itu adalah Pak Demiar—rektor Kampus.

"Pak Demiar?!" Jujur, Agaskar tak bisa mengelak bahwa dirinya benar-benar speechless begitu menyadari sebuah fakta yang benar-benar nyata.

Dimana Irish adalah anak Pak Demiar, gadis itu pernah memberitahunya kemarin. Namun, Agaskar tak terlalu merespon karena terkadang Irish suka mengarang cerita, namun kali ini sepertinya tidak.

Demiar menghampiri Agaskar yang terlihat sedang bersama anak gadisnya, kemudian merangkul Agaskar.

"Ayolah masuk, tamu tidak akan bagus jika dilihat hanya di luar rumah. Kebetulan saya juga mau pergi."

"Tau tuh, Pi! Masa iya tamu diluar gini doang kan nggak enak, ya," celetuk Irish menambahkan,

"Nggak usah, Pak, saya cuman ada urusan sama Irish sebentar," sahut Agaskar menepis rangkulan Pak Demiar.

"Agaskar, budaya di keluarga kami dan adabnya, ketika ada tamu wajib mampir sejenak ke rumah, setelah itu baru bisa beranjak pulang," ujar Demiar lagi meyakinkan.

Irish hanya tersenyum puas dengan posisi kedua tangan yang menyilang, tatapannya menaruh harapan yang besar karena pastinya Agaskar tidak akan bisa menolak tawaran tersebut.

Dan benar dugaannya, meskipun tidak menyahut apa-apa, langkah Agaskar akhirnya berhasil dirangkul Pak Demiar masuk ke rumahnya, diekor oleh Irish yang berada di belakang.

"Silahkan kalau kalian ingin mengobrol, saya ada urusan keluar. Saya tinggal dulu dan Agaskar titip anak saya, ya," ucap Pak Demiar tersenyum singkat.

"Okeyyy Papi, have a nice day dan hati-hati, love you...." ujar Irish.

Sedangkan Agaskar benar-benar tak mnegeluarkan sepatah kata apapun, raut wajahnya datar tanpa ekspresi hingga Pak Demiar pergi dan menyisakan dirinya dan Irish yang berada di ruang tamu.

"Sekarang tunjukin, take video apa yang lo maksud?" Agaskar membuka suara. "Lo jangan macem-macem sama gue, Rish."

Awalnya Irish bungkam, menatap lelaki di sampingnya dengan intens sebelum pada akhirnya ia bergelak tertawa sembari bertepuk tangan.

"Ih sumpah, ya, kenapa lo tuh bodoh banget, Gas?!"

"Oh-oh atau jangan-jangan lo sebenarnya masih ada rasa kan sama gue, jujur aja deh, lo," imbuh Irish. "Dan soal lo nikah, punya istri, lo pasti ngibul, kan?!"

"RISH!" Agaskar kembali membentaknya dengan nada tinggi. "Mikir pakai otak, gue udah nikah, dan gue mau punya anak. Jadi stop ganggu gue dan keluarga gue."

"Gue nggak ganggu, Kar. Lo lupa komitmen yang pernah kita bangun waktu itu?"

Kalimat Irish benar-benar menghantam pikiran Agaskar, ia langsung ingat semuanya bagaimana kejadian ia dan Irish bermula, lelaki itu kemudian menyampingkan posisi agar berhadapan dengan Irish.

"Gue udah ngalah ya sama Aessy, masa iya gue harus ngalah lagi sama cewek kampung yang namanya Zeya?!" tambah Irish seakan tak terima.

"Rish, gue tau lo udah suka gue dari SMA karena lo sering nontonin gue di skatepark. Waktu itu posisinya gue masih ngejar Aessy, dan ketika Aessy hilang, disitulah gue dijodohin sama Zeya. Di hidup gue, nggak ada timeline yang menggariskan hati gue untuk nulis nama lo, lo harus paham itu."

Irish mengerjapkan matanya beberapa kali. "Apa sih kurangnya gue, Kar? Kurang lama gue nungguin lo? Gue udah suka lo dari SMA, gue ngalah pas lo suka sama Aessy, dan sekarang... lo pikir gue nggak sakit hati waktu tau lo ternyata udah nikah?"

"Banyak cowok yang mau sama lo, Rish, tapi bukan gue," timpal Agaskar. "Gue nggak ada rasa sedikit pun sama lo."

"Terus yang di club itu apa? Lo bilang lo cinta sama gue, kan?"

"YA ITU KARENA GUE MABUK, RISH!!" tekan Agaskar spontan. "Posisi gue abis berantem hebat sama Zeya dan lo dateng, tapi perlu lo inget pikiran yang ada saat mabuk itu cuman halusinasi."

"Sekarang mana videonya? Gue tau video yang lo maksud itu pas kita mabuk bareng di club, kan? Tunjukkin ke gue mana video yang mau lo kirim ke Zeya?"

Irish terdiam, ia menghela napas panjang seolah sedang berpikir utnuk memberikan jawaban pada Agaskar. Gadis itu lalu menggeser laptop miliknya yang ada di atas meja tamu.

"Okey, gue akuin tadi itu cuman pancingan. Tapi gue punya ini, foto yang gue take langsung waktu lo mabuk dan cium gue. Iya sih nggak cium bibir, tapi seenggaknya di pipi kan udah okey."

DAMN! Agaskar langsung merampas laptop itu agar bisa ia lihat dengan lebih jelas, lelaki itu mengamati dengan seksama bagaimana pose antara dirinya dengan Irish, dan memastikan apakah itu benar-benar dirinya?

"Nggak usah sok nggak ngerasa itu bukan lo ya, Gas, lo ke club malam itu pakai kemeja putih dan celana hitam, lo bilang baru aja abis pangkas rambut modelan undercut dimana lo bener-bener ganteng, sayang," goda Irish mencolek dagu Agaskar.

Agaskar spontan menjauh dari tangan Irish dan menepisnya, pandangannya masih fokus menatap laptop yang berisikan foto itu.

"Disana lo bisikin gue, kalau lo cinta sama gue, kenapa sekarang lo ogah-ogahan?" ujar Irish menambahkan.

"JANGAN COBA-COBA LO HAPUS!!" Irish langsung menarik paksa laptopnya dari tangan Agaskar yang mencoba menghapus file foto itu dari laptopnya.

Agaskar bungkam, ia tak memaksa karena tahu ia sedang dimana sekarang. Tak mungkin Agaskar semena-mena dengan perempuan itu. "Rish..." panggil Agaskar dengan nada lembut.

"Maafin gue..." ucap Agaskar. "Iya, gue selama ini cuman sandiwara, nggak ada yang namanya nikah, apalagi punya anak, gue cuman cinta sama lo, Rish."

Irish yang sedang mematikan laptopnya itu pun seolah terhipnotis dengan ucapan Agaskar, ia meletakkan laptopnya dan merentangkan tangan.

"Utututuuu cayangnya aku, sini-sini aku peluk...."

Detik berikutnya Agaskar langsung jatuh ke pelukan Irish, tentunya Irish akan merasa sangat senang jika Agaskar sudah seperti ini. Ia takkan melepaskan pelukan mereka.

Agaskar menggenggam satu tangan gadis itu kemudian mengecupnya lembut, tatapan mematikan dari seorang Agaskar Vakenzo Delvan mulai bermain, seakan siap memberikan hipnotis maut yang membuat siapa saja tidak sadar.

"Sayang...." panggil Agaskar, ia memperhatikan betul bagaimana raut wajah Irish yang menggenggam balik erat tangannya. "Gue haus, bisa lo buatin gue minuman sebentar?"

"Boleh dong sayang..." Irish membalas dengan nada manja, ia memegangi pipi Agaskar dan seakan ingin menciumnya.

"Minum dulu sayang, baru cium," sahut Agaskar.

Irish mendengus, ia pun mengangguk. "Okey Agas sayang, tunggu sebentar ya..."

Setelah Irish beranjak ke dapur, Agaskar mencuri-curi pandang ketika ingin menghidupkan laptop miliknya.

Syukurnya laptop itu tidak ada password hingga Agaskar bisa dengan mudah memainkan secara hati-hati.

"Arghhh, anjing. Next time, sesakit hati apapun gue sama kelakuan Zeya nggak akan gue lari ke club lagi biar nggak ketemu cewek gila kayak gini," keluh Agaskar nampak frustasi.

Sampai akhirnya, jemari Agaskar dengan lancar menghapus file foto tersebut dari laptop Irish, setidaknya itu sudah membuat hatinya tenang. Lelaki itu kali ini bisa bernapas lega.

"Gue sendiri yang bakal jujur sama Zeya, ntar. Jangan sampe nih cewek kembali berulah." Agaskar mengusap bibirnya kasar.

"Sorry, Rish. Lo emang harus diginin biar lo sadar." Agaskar bergegas memperbaiki bajunya yang sempat lecak, kemudian melangkah dengan hati-hati keluar dari rumah Irish.

"Agas sayang.... Ini minumannya udah—"

CRAANGGGGGGG!!!

Gelas yang berisi minuman dibawa Irish itu pun jatuh, ia terkejut karena tidak mendapati keberadaan Agaskar lagi disana. "Agas?! Bisa-bisanya lo permainin gue kayak gini?!"

Irish langsung membuka laptopnya dan melihat dimana file fotonya itu sudah tak ada disana, Irish paham ini adalah taktik Agaskar, karena lelaki itu kelemahan dirinya ada disana.

"Agas...Agas, lo bodoh banget. Kan fotonya udah gue cetak, nggak mungkin gue sia-siain moment berharga itu." Irish tertawa. "Okey, gue nggak akan bisa luluhin hati lo lagi, tapi gue bisa hancurin istri lo itu."

"Gue bakal buat kehidupan istri lo hancur, sehancur-hancurnya sampai lo bisa jadi milik gue. Cuman punya gue, bukan punya Aessy apalagi Zeya. Agaskar punya Irish!"


•••••••••••

Dengan langkah yang terburu-buru, begitu memakirkan mobilnya, Agaskar langsung bergegas masuk ke dalam rumah sakit jiwa untuk menjemput sang istri. Perasaannya sungguh tak karuan rasa.

Oke, hari ini gue bakal jujur sama Zeya soal Irish, batin Agaskar berniat.

Namun, istrinya tak nampak terlihat berada di sekitar sini. Agaskar pun langsung menghampiri salah satu perawat yang tengah menangani pasien jiwa disana.

"Mbak, maaf. Ada lihat cewek rambut coklat bergelombang, hampir sepinggang, pakai baju warna coklat muda juga, dia mungkin lagi nyuapin ibunya makan yang ada di kursi roda. Nama pasien nya Syima," ucap Agaskar."

"Oh baru aja pulang, Mas, baru banget tadi beberapa menit sebelum Mas nya datang," ucap sang perawat.

"Hah? Pulang duluan?" Agaskar mendecak pelan, padahal ia sudah mengingatkan pada Zeya untuk tidak meninggalkannya lebih dulu. "Makasih, Mbak."

Agaskar beranjak pergi, kemudian membuka ponselnya dan mengirimkan pesan disana.

Agaskar Kiw-kiw Cekerukuk
12:23
Kan udah gue bilang, tungguin gue. Kenapa lo duluan?

My Zey
12:24
Eh iya Kak, sorry banget. Soalnya tadi Mamoy nelepon nyuruh aku cepet-cepet
Ayo kesini aja, gue udah sampe di rumah mamoy papoy kak

Dengan decakan kasar, Agaskar terkulai lemas berjalan menuju parkiran dimana mobilnya berada. Lelaki itu kesal bukan main saat mendapat balasan bahwa istrinya sudah berada di rumah orang tuanya.

Beberapa menit kemudian...

Agaskar memakirkan mobilnya di garasi, dan membiarkan belakang mobilnya terbuka, menampilkan dua buket bunga uang dollar yang sangat besar, dan itu ditujukan untuk Selina dan juga Syima.

Namun, karena kondisi Syima tidak memungkinkan untuk mendapatkan, maka dari itu diberikan dan dititipkan lebih dulu pada Selina.

"Mamoyyy!" teriak Agaskar dari luar sembari membawa buket uang dollar tersebut. "Mamoyy, selamat hari Ibuuu!!!"

KRIKKKKK KRIKKKK KRIKKKK...

Di ruang tamu, terlihat Zeya tengah asik mengobrol bersama Selina sedang melihat sebuah majalah, dan spontan mereka menoleh bersamaan begitu mendapati kehadiran Agaskar di ambang pintu rumah.

"Nah jadinya kamu mau beli yang mana, nih? Ayo pilih-pilih cepat, soal biaya biar Mamoy yang nanggung," ujar Mamoy kembali fokus pada majalah yang ia pegang.

"Ini aja nggak sih, Ma? Ini bagus deh, perhiasannya kayak lebih kinclong gitu," sahut Zeya, mereka terlihat asik bersama.

Senyum sumringah yang tercetak di wajah Agaskar tadi seketika lenyap begitu saja, apa yang baru ia hadapi sekarang? Diabaikan? Dicuekkan? Atau tidak dianggap ada? Semuanya?

"Anjir, lah, Mamoy! Agaskar anak kandung Mamoy ada disini, kasih surprise buat Mamoy, malah dicuekkin gitu aja?" ucap Agaskar tak percaya.

Selina yang sedang tertawa bersama Agaskar pun menoleh. "Cupcupcup, ayo sini Agaskar, come on. Kita lagi berburu diskon perhiasan, kamu mau lihat, nggak?"

Kedua pundak Agaskar melemas, jadi sejujurnya disini siapa yang anak kandung? Dia atau Zeya? Agaskar pun berjalan lunglai dan duduk di salah satu sofa.

"Thank you so much anak Mamoy, aduhh anak ganteng Mamoy sebentar lagi akan jadi Papa muda, kapan nih mau gender reveal?" ujar Selina sembari memegang buket bunga pemberian Agaskar.

Agaskar menggaruk kepalanya. "Zeya baru dua bulan, Mamoy. Belum kelihatan jelas."

"Ada loh USG yang udah bisa kelihatan, ah pokoknya next month Zeya has to check her womb, okey?!" saran Selina.

Zeya mengangguk kecil. "Okey, Mamoy..."

"HEYYOWWW NAK KUDANILLLLL!!"

"ABANGGGGGGG!!!"

Dua suara di waktu yang bersamaan datang menyambangi Agaskar, terlihat pria paruh baya itu menurunkan seorang gadis kecil yang digendongnya, Agaskar pun langsung mengangkat tubuh Alezya.

"Gimana sekolahnya, Ale hari ini, hm?" tanya Agaskar sembari mengusap rambut Ale.

Ale tersenyum lebar. "Seruuuu, bangettt. Hari ini hari Ibu, tadi juga dihadirin sama Mamoy. Terus Ale beli ini, Bang, balonnn..."

Agaskar tertawa kecil. "Udah diucapin Mamoy selamat hari ibunya?"

Ale mengangguk cepat. "Udah, dong. Kan setiap hari juga selalu hari Ibu, Eonni Zeyaaaaa!!" panggil Ale yang ingin diturunkan cepat. "Eonniee... Selamat hari ibu, ya..."

"Timaacii anak cantikk..." Zeya mencubit gemas pipi Ale, adik perempuan Agaskar satu-satunya.

"Syemogaaa... anaknya Abang Agaskar sama Eonnie Zeya ituuu cewekk, biar nanti ada temannya sama Alee, yeayyy..."

Agaskar dan Zeya hanya tertawa menggeleng mendengar permintaan tersebut, kemudian tangan Agaskar disenggol oleh Hugo.

"Hoi, emangnya kamu selama masa pembuatan pakai gaya apa?" tanya Hugo menaik turunkan alisnya.

"Hah?" Agaskar seketika terkejut dan tak bisa menjawab. "M-maksud Papoy?"

Hugo kemudian berbisik mendekat. "Kamu waktu bikin sama istri kamu, pakai gaya apa? Karena gaya menentukan jenis kelamin anak."

Kedua mata Agaskar membelalak sempurna. "Seriusan, Poy?"

"Iya, lah. Papoy sama Mamoy kemarin pakai gaya helikopter makanya bisa jadi anak cowok seperti kamu ini, sama juga—"

"HEEEYYYY!! BAHAS APA, SIHH?!" tegur Selina mendaratkan kedua tangannya di pinggang seraya tatapan sinis.

Hugo langsung ciut dan nyawanya seolah hilang ketika mendapati tatapan sinis sang istri dan nada bentakan itu, pria paruh baya itu meneguk salivanya pelan. "Dahlah anak kudanil, kamu kalau mau konsultasi gaya sama Papoy aja, okey?!"

BLUKKKKKK!!!

Itu adalah suara bantal yang baru saja dilempar Selina pada Hugo, Agaskar memundurkan wajahnya beberapa centi ke belakang, ia terkejut karena wajah Hugo dihampiri oleh bantal tiba-tiba.

"Masuk ke dalam! Suapin anak makan!" ujar Selina.

Hugo mengangguk-anggukkan kepalanya. "Nyenyenyenyenye..."

"PAPOYYYYYY!!"

"Ale ayooo Ale kita makan ke dapurrr!!" Hugo langsung mengangkat tubuh anak bungsunya dan segera pergi dari ruang tamu meninggalkan Selina, Agaskar dan Zeya.

Pemandangan seperti itu bukanlah pertama kali Agaskar lihat, memang selalu seperti ini. Hingga ia sendiri hanya menghela napasnya pelan.

Selina tersenyum kembali pada Zeya. "Sebentar ya, sayang, Mamoy ke belakang dulu. Kamu pilih-pilih aja mau perhiasan yang mana, biar sekalian Mamoy beli nanti pas minggu depan ke Eropa."

"Siap, Mamoy. Thank you..." Hanya itulah yang dapat Zeya sahut karena ia benar-benar diperlakukan penuh kasih sayang di keluarga Agaskar.

Bahkan jika dirinya kenapa-napa, pelaku utama yang mendapat julukan tersangka tentu Agaskar, walau terkadang kesalahan juga ada faktor dari Zeya. Namun, tetap saja Agaskar tetap salah di mata mereka.

Saat Zeya mengalihkan lembaran halaman demi halaman majalah perhiasan itu, ia baru teringat akan keberadaan suaminya, Agaskar. Sontak pandangan Zeya beralih mencari dimana sosok itu berada.

Agaskar terlihat tengah duduk di ruang keluarga, yang tak jauh dari ruang tamu rumah keluarga Agaskar. Lelaki itu menyendiri disana, sangat tumben sekali ia tak langsung menghampiri Zeya.

"Kak, lo masih ngambek, ya?" tanya Zeya dengan sedikit ragu, mengingat sikap suaminya yang tiba-tiba mendadak dingin.

Agaskar dengan sikap ketusnya itu menghela napas, namun tanpa menoleh. "Nggak tau."

Mendengar jawaban Agaskar seperti itu, rasanya membuat Zeya mati kutu, ia bungkam seribu bahasa karena bingung harus membujuk lelaki bunglon itu bagaimana lagi.

Nggak, gue nggak boleh luluh cepet. Gue harus bisa nahan, biar Zeya tau rasa capeknya ngebujuk gue yang lagi ngambek sama dia, batin Agaskar sesekali melirik kecil.

"Kak...."

"Apa, sih, emang kita kenal?" tepis Agaskar saat tangan Zeya ingin menyentuhnya.

Zeya menghela napasnya pelan, ia kemudian mengelus perutnya yang mulai membuncit itu. "Nak, coba lihat deh Pagas kamu, dia ngambek sama Bunzey, dia kayaknya udah nggak sayang lagi sama kita."

Anjing, segala bilang kayak gitu biar apa? Biar guncang perasaan gua? Mana bawa anak, udah tau itu kelemahan gua, batin Agaskar mencoba menguatkan diri.

"Nak, kalau gitu kita pergi—"

"ZEYYYY....." Agaskar langsung menahan tangan Zeya dan menariknya untu kembali mendekat, lelaki itu memangku sang istri dan memeluknya erat. "Gue bercanda, gue nggak ngambek. Lo mau pergi kemana?"

Terlihat tatapan Agaskar menunjukkan puppy eyes nya, kedua matanya berkaca-kaca membuat Zeya menyisir rambut Agaskar ke atas agar dapat melihat wajah lelaki itu dengan jelas.

"Ke Korea, mau nikmatin winter. Besok natal, walau kita nggak ngerayain, tapi gue pengen lihat salju, boleh?" Zeya mengerjapkan matanya beberapa kali seraya tersenyum penuh harap.

"Lihat salju? Dingin sayang, gue nggak mau lo kenapa-napa," sahut Agaskar.

Zeya menggeleng cepat. "Nggak, Kak, pakai mantel kok nanti, tenang aja. Gue juga mau makan ramen please, sambil nikmatin salju. Boleh?"

Dengan penuh pertimbangan selama beberapa menit, Agaskar menghela napasnya panjang, kemudian mengangguk.

"Okey, kita pulang sekarang dan langsung berangkat ke bandara. Nggak usah bawa baju, kita beli aja langsung disana," ucap Agaskar.

Senyum lebar sontak tercetak di wajah Zeya. "Yeayyy! Terima kasih suami gue yang paling ganteng...Muach..."

Agaskar memutarkan bola matanya malas. "Giliran ada maunya lo puji gue ganteng."

CUPPPPPP!!!

"Suami aku emang ganteng, pakai bangettttt. Banyak yang suka, tapi kalau aku istrinya bisa apaaa?!" Zeya mengecup pipi Agaskar dalam-dalam sebelum beranjak meninggalkan lelaki itu disana.

"Papayyyyy, aku mau pamitan dulu sama Mamoy Papoyyy!!"

Kondisi Agaskar setelah mendapat kecupan di pipi oleh istrinya, ia terbujur kaku tak bisa bicara, namun ia dapat merasakan bahwa jantungnya sedang berdisko disana.

"Gue mau pingsan...." Agaskar lemas, ia terbaring di sofa.

"Kayaknya waktu yang tepat, buat gue cerita masalah itu sama Zeya. Semoga nggak mengganggu pikirannya," monolog Agaskar sedikit cemas.

••••••• (spoiler bab 20)••••••••

Tangan Agaskar menyelinap ke beberapa bagian tubuh Zeya, kemudian menurunkan tanktop yang dipakai oleh istrinya, kecupan tak berhenti sampai disana, Agaskar menyusuri bibir, leher, hingga dada Zeya dengan lembut.

Tubuh Zeya sudah benar-benar terkunci di bawah sana dan dikuasai oleh lelaki bertubuh kekar dan besar itu, Zeya bisa merasakan bagaimana kencangnya otot hasil gym Agaskar hampir tiga tahun lamanya.

Perutnya juga ada beberapa bagian berbentuk kotak, sangat menggoda melihat lelaki seksi seperti itu. Agaskar tak menyadarinya, ia pikir yang menggoda hanyalah Zeya, padahal bagi Zeya, Agaskar lah yang jauh lebih menggoda.

"Babe.... Buka semua, ya?"

••••••••••••

GIMANA MENURUT MU TENTANG BAB KALI INI???

NAHH LOHH, DULU IRISH KALAH KARENA ADA AESSY, SEKARANG IRISH KALAH KARENA ZEYA WKWK, GIMANA GA TANTRUM DIA?

APAKAH KALIAN MASIH MENUNGGU AGASKAR MENDERITA KRNA ZEYA NGIDAM? SOON NEXT BAB 18+

SPOILER BAB SELANJUTNYA? HANYA ADA DI agaskarstory.ofc dan @ofc.wolviper . Jangan lupa join broadcast channel nya juga di instagram biar dapat info selalu.

Apa yang mau disampaikan sama Agaskar?

Apa yang mau disampaikan sama Irish?

Apa yang mau disampaikan sama Zeya?

SIAP MENUNGGU UPDATED BAB BARU? SPAM "🎀" SEBANYAK-BANYAKNYA YAA. UPDATED BERGANTUNG DI TARGET...

TIDAK ADA AKUN INSTAGRAM LAIN SELAIN DI BAWAH INI:
@nazieranff
@agaskarstory.ofc
@ofc.wolviper
@pasmoy.ofc

ROLEPLAYER ACCOUNT ACTIVE:
•@agaskarvakenzo
••@arazeyhelthea
•@pangeranjavas
••@surganyaallah17
•@galenfaldevion
••@vandahavrielles
•@savionragasvara
••@ansleyarcellin
•@arhezalkanders
••@soniafabiannexy

•••@waveravedson
••@aessyrazelina
•••@vanoriswilder
••@irishzeverly

[[ JANGAN LUPA REKOMENDASIKAN JUGA CERITA INI KE TEMAN, KELUARGA, KERABAT DAN SAHABAT MU. VOTE, COMMENT AND SHARE CERITA INI SEBANYAK-BANYAKNYA❤️‍🔥]]

~~Jumat, 29 Desember 2023 (2601 kata)

Seguir leyendo

También te gustarán

70.3K 6.9K 35
Sarocha Chankimah, adalah seorang model yang harus merelakan karirnya karena menikahi seorang pengusaha kaya raya yang usianya terpaut jauh darinya...
335K 32.2K 44
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjadi awal kisah mereka. Hanya sebuah plest...
NAJESA Por 세이시

Novela Juvenil

188K 11K 41
Ke mana pun mereka pergi, rumah dan keluarga adalah tempat untuk kembali. Tapi, kehangatan dan keramahan rumah, tak berlaku baginya. "Karena rumah, t...
32.9K 4K 18
Soal bagaimana Jennie ga bisa lirik cewek lain selain Jisoo