AGASKAR 2 [[ AFTER MARRIED ]]

By nazieranff

3.9M 304K 314K

AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungk... More

ASKARAZEY ~ PROLOG
(1.) Agaskar Junior
(2.) Cuddle, Babe!
(3.) U're Mine!
(4.) Vakenzo's Family
(5.) Zeya Ngidam?!
(6.) Happy Wedding, Javas!
(7.) Obsessed or Love?!
(8.) Broken Home and Harmonious
(9.) Agaskar with Kuceh?!
(10.) Zeya Cemburu?
(11.) Salting?!
(12.) Wapresma VS Maba
(13.) Viral Bareng?!
(14.) Let's Deep Talk
(15.) Moment di Lautan Buku
(16.) Status yang Terancam?!
(17.) Idaman
(19.) Sebuah Kesalahan
(20.) Salju yang Hangat
(21.) Private Talk
(22.) Menuju Reuni
(23.) Bermain-Main
(24.) Kondisi Baby
(25.) Terjebak Birthday Party
(26.) Siapa yang Kecewa?
(27.) Ada yang Ngambek!
(28.) Godaan Maut
(29.) Bujukan Non-Stop!
(30.) Aman atau Ancaman?!
(31.) Rival Misterius
(32.) Insiden Sirkuit Balapan
(33.) Car at Midnight
(34.) Malam yang Gila
(35.) Dark Family Dinner
(36.) Berusaha yang Terbaik
(37.) Pesona Suami Royal
(38.) Permintaan Berubah
(39.) Kamar Penantian
(40.) Dies Natalies
(41.) Nisan tanpa Nama
(42.) Mendadak Asing
(43.) Rindu dibalik Maaf
(44.) Cinta dibalik Gengsi
(45.) Hukuman atas Kesalahan
(46.) Membaik atau Memburuk?
(47.) Agaskar, Arazey, dan Althea
(48.) Kenangan 1 Minggu Kita
(49.) Ditinggal Sementara

(18.) Special Day

73.8K 6.4K 6.9K
By nazieranff

Harga penulis melalui feedback berupa vote serta comment. Jika ingin ceritanya lekas terus di updated, jangan lupa tembuskan targetnya, xixixi. WARN! ADA SEKITAR 1000+ KATA, SEMOGA TIDAK BOSAN.


Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis🖤🖤🖤

TARGET--3 RIBU VOTE AND 5 RIBU COMMENT UNTUK NEXT?!

ABSENN DULUU, PAKEE MAPEL FAV KALIANN😁😎☝️AD YG SAMAAN TIDAK ADA KEK AKU TIDACK??

HAIII GUIZEEE AK BALEKK, MANGAP DELAY UP YA, MEMBANGUN MOOD KRNA BUKU BAJAKAN SUSAH BGT HUHUUU🥹💓 JANGAN LUPA NABUNG SENG

••••••••••••••••

"Tuhan, aku takut jika sebagai istri belum bisa menjadi yang terbaik untuknya."
-Arazey Henessy Elthea-
••••••••••••••

"Sakit, sayang?" Suara bariton dari seorang lelaki nampak samar di indera pendengarannya.

Zeya mengangguk pelan. "Pusing banget, Kak...."

"Kita ke dokter mau, nggak?" tawar Agaskar.

Sudah hampir setengah jam, sejak matahari muncul menyinari bumi, Zeya merasa pual dan pusing di waktu yang bersamaan. Terkadang Agaskar meringis sendiri melihat istrinya yang sesekali mengeluh.

Tak ada cara lain bagi Agaskar untuk menenangkan Zeya selain membantu memijat tubuh istrinya itu.

"Gue tuh cuman mual, Kak, tumben banget mualnya pagi. Biasanya selalu malam sebelum tidur," celetuk Zeya.

Agaskar yang sedang memijat punggung Zeya itu pun memajukan kepalanya tepat di samping Zeya. "Sebelum tidur? Seriusan, lo? Gue nggak pernah denger tuh lo mual."

Zeya berdecih. "Ya iyalah lo tidur duluan, gimana, sih. Kalau abis main juga lo langsung ninggalin gue tidur, minimal pijatin kek, apa kek, ditinggal gitu doang."

Mendengar itu, Agaskar sontak terkekeh. "Harusnya gue yang minta dipijatin, kan gue yang goyang, gue yang cape gerak, lo mah enak rebahan doang sambil menikmati."

"Ya lo pikir karena goyangan lo itu nggak cape, Kak?" sahut Zeya.

"Nggak, lah. Buktinya lo ngedesah menikmati kan namanya."

PLAKKKKKKKKK!!!!

Seperti biasa, kalau mulut tanpa filter itu tidak ditampar, maka akan semakin menjadi-jadi. Agaskar hanya merintih pelan kemudian tertawa kecil saat telapak tangan istrinya menyentuh permukaan bibirnya.

"Gila lo, Kak, yaudah nanti next time gue nggak akan bersuara lagi. Gue bakal hening biar lo ngerasa main sama patung," imbuh Zeya.

"Eh jangan-jangan, jangan gitu lah sayang. Gue kan bercanda, sini-sini gue pijatin lagi," timpal Agaskar cepat memperbaiki situasi.

Ia langsung memperkuat cengkeraman pijatnya di punggung hingga pundak Zeya, bahkan sesekali memijat kepala istrinya yang mengeluh pusing sedaritadi. Hingga tangan berurat Agaskar singgah di leher Zeya.

Agaskar meneguk salivanya kasar, aroma tubuh semerbak wangi dari Zeya memang begitu khas yang terkadang menghantui Agaskar ketika mereka sedang tidak bersama.

Sejenak Agaskar menggeser rambut Zeya yang panjang terurai itu ke samping, menampilkan leher dari arah belakang yang dilingkar oleh sebuah kalung berlian pemberiannya.

"Babe...." Panggil Agaskar seraya menghembuskan napas hangat mendekati leher Zeya.

"Mmmhh....." Hanya itulah sahutan dari Zeya, kedua mata tertutup samar, kepalanya mendongak saat tangan kekar Agaskar mulai menyusuri leher depannya, seakan memberikan cekikan kecil.

CUPPPP!! CUPPPPPP!!

Kecupan demi kecupan terdengar jelas menyusuri beberapa bagian punggung hingga leher Zeya, Agaskar semakin dibuat mabuk akan aromanya, apalagi ini masih pagi, waktu yang sangat tepat dan sangat favorit untuk Agaskar.

Zeya menggeliat, ia mencoba menghindar dari endusan napas Agaskar yang ada di lehernya, namun tidak bisa, itu seakan sudah menjadi candu dan nyaman. Kedua tangannya justru refleks menarik kepala lelaki itu agar terus menempel disana.

Tak berhenti disana, tangan Agaskar mulai turun, menelusuri dua buah dada yang menjadi spot favorit nya untuk meninggalkan tanda. Ketika ingin menyelinap masuk ke dalam, sontak Zeya langsung menepisnya.

Agaskar terkejut, karena permainan yang baru saja dimulai itu tiba-tiba terhenti. "Kak, sakitttt!!!" keluh Zeya.

"Gue belum apa-apa, sayang, belum nyentuh, belum remas, belum hisap, belum apa-apa dimana sakitnya?" balas Agaskar keheranan.

Zeya mendecak pelan. "Asal lo tau, semenjak terakhir kali lo mainin ini, punya gue jadi lukaaa!!"

"Serius?" Raut wajah Agaskar spontan berubah menjadi cemas. "Serius luka? Gara-gara gue?"

"Iya, Kak, malem itu lo kenceng banget mainnya, entah lo apain tapi udah kayak mau putus gue rasa," ujar Zeya dengan nada sayu.

"Babe... maaf...." Agaskar merentangkan tangannya, ingin memeluk istrinya karena rasa bersalah yang mendadak membuncah. "Sayang gue nggak tau, lo nggak bilang. Mana coba gue lihat."

"Ih, enggak mauuu! Nanti lo malah tiba-tiba nyosor terus tambah luka, gimana? Kalau anak kita lahir, lo nggak kasihan sama anak kita?"

Pernyataan Zeya barusan membuat Agaskar bungkam sejenak, benar apa yang dikatakan Zeya, bukankah itu sedikit berbahaya? Namun, ia tidak bisa melepaskan spot favorit nya begitu saja.

"Beneran luka?" tanya Agaskar lagi, wajahnya benar-benar lugu. "Udah lo obatin? Perasaan gue nggak pernah gigit pakai gigi, masa iya kayak mau lepas?"

Zeya mengangguk-anggukkan kepalanya cepat. "Iya lo nggak gigit, tapi lo ngisepnya udah kayak ngisep sumsum tulang sapi tau, nggak."

Agaskar dibuat semakin meneguk ludahnya, kedua matanya mengerjap beberapa kali. "Maaf sayang, gue nggak tau sumpah kenapa lo nggak bilang dari kemarin? Yaudah gue janji nggak nenen lagi sebelum anak kita lahir, pas udah lahiran aja."

"Lo mau minum asi gitu, Kak?" sahut Zeya.

"Ya nggak papa, kan minum langsung dari sumbernya biar sehat," timpal Agaskar lagi.

"EMANG SINTING PUNYA SUAMIII!!!" Zeya bangkit dari kasur, rasa mual dan pusingnya tiba-tiba hilang saat menghadapi kegilaan Agaskar.

Sementara Agaskar hanya menatap nakal pada istrinya yang beranjak keluar kamar seraya mengacungkan jari tengah, lelaki itu menghela napas panjang kemudian merebahkan diri.

"Masa karena gue hisep doang sampai luka, sih?" Agaskar tiba-tiba dibuat berpikir kembali. "Emang gue sekencang itu? Gue juga cuman remas-remas biasa aja."

Agaskar menggeleng dan berbangun lagi. "Nggak, pokoknya harus dibagi. Kiri buat gue, kanan buat bayi."

•••••••••••••

"Non Zeyaa! Nonnnn!!"

"Non Zeyaa, astagaaaa!!" Itu adalah suara Bi Sakura yang terburu-buru mengenakan turbannya menuju dapur, dimana Zeya dan Agaskar sudah berada disana lebih dulu.

"Non Zeya, maaf ya ampunn maaf." Bi Sakura langsung menyalami Zeya dan menunduk. "Bibi kesiangan bangun, lupa siapin sarapan buat kalian."

Zeya dan Agaskar sendiri terkejut, terlihat jam dinding baru saja menunjukkan pukul 09:12 pagi, Agaskar yang sudah menyantap setengah sarapannya itu pun ikut terkejut.

"Bibi, ya ampun nggak papa, Bi. Aku udah buatin Kak Agaskar sarapan kok, kita tau Bi Sakura pasti kecapean," sahut Zeya menyanggah salaman Bi Sakura.

Bi Sakura menggeleng. "Ya ampun, Non, ini bukan pekerjaan Non Zeya. Kan harusnya saya yang buatkan sarapan untuk kalian."

Agaskar tersenyum kecil. "Nggak papa, Bi, kita jam sepuluh nanti juga mau pergi ke rumah sakit jiwa," ujar Agaskar.

"Ke rumah sakit jiwa?" ulang Bi Sakura.

Zeya pun mengangguk pelan. "Jengukin Bunda, Bi, udah lama nggak jengukin Bunda. Hari ini hari Ibu, jadi kita mau jengukin Bunda dulu."

"Ah, begitu ternyata." Bi Sakura pun mengangguk paham.

"Bi Sakura ikut kita sarapan, yuk, aku udah bikin nasi goreng, kita sarapan bareng, Bi," ajak Zeya yang langsung mendapat gelengan dari Bi Sakura.

"Aduh, Non, saya ini ART mana pantes satu meja makan sama majikan. Udah Non Zeya sarapan aja sama Den Agaskar, ini semua pekerjaan dapur biar saya yang lanjutkan, ya."

"Udah, Bi, spesial hari Ibu, Bibi nggak usah ngerjain pekerjaan rumah dulu. Sarapan bareng kita aja, nih udah disiapin Zeya buat Bi Sakura," ujar Agaskar meyakinkan.

Mendengar itu, Bi Sakura langsung melirik ke arah Zeya yang sudah mengangguk dan tersenyum. Zeya kemudian menggiring langkah Bi Sakura menuju meja makan utama yang sangat jarang sekali dijejaki oleh ART.

"Nggak usah ngerasa nggak enak, Bi, ini kita yang ngajak," ucap Zeya meyakinkan Bi Sakura.

Bi Sakura yang diam pun hanya mengikuti intruksi dari sang majikan, meskipun ada perasaan tidak enak karena ia sadar diri bahwa posisinya hanyalah sebagai asisten rumah tangga yang tak punya kuasa.

Tiba-tiba, Zeya pergi menjauh dari dapur yang menuju kamar mandi, sontak membuat pandangan Agaskar dan Bi Sakura menoleh bersamaan memperhatikan apa yang akan perempuan itu lakukan.

Rupanya, setelah beberapa menit kemudian, Zeya keluar membawa sebuah ember tipis yang berisikan air, kemudian mendekatkannya pada Bi Sakura.

"Sini Bi, biar kakinya Zeya cuciin," ucap Zeya.

Kalimat Zeya tak hanya membuat Bi Sakura terkejut, melainkan Agaskar yang sedang menikmati sarapannya dibuat tertegun bukan main, istrinya itu sudah berada tepat di hadapan Bi Sakura.

"Non Zeya.... Mau ngapain, Non?" Bi Sakura masih bingung, ia syok.

Tanpa menggubris, Zeya langsung menarik kedua kaki Bi Sakura ke atas ember yang berisikan air itu, kemudian mencucinya. Kedua mata Agaskar mengerjap beberapa kali ketika mendapati Zeya mencuci kaki Bi Sakura.

"Ya ampunn, Non Zeya, kamu ngapain? Harusnya yang kamu giniin Bunda kamu," ucap Bi Sakura meneteskan air mata ketika memegangi kedua pundak Zeya.

"Bi Sakura udah kayak orang tua aku juga, dari kecil aku lebih sering sama Bibi kan, Bibi yang selalu nemenin aku saat aku sedih maupun seneng," ucap Zeya, cairan bening sepertinya siap menghantam pipinya setelah ini.

"Selamat hari Ibu ya, Bi, terima kasih karena udah selalu setia sama Zeya dari kecil. Bibi yang selalu ngasih aku semangat, Bibi yang selalu dateng kalau ada acara rapat dan bagi raport di sekolah. Bibi juga yang selalu bisa ku peluk waktu aku ngerasa down..."

Bi Sakura mengangguk dengan isak yang tak bisa tertahan sembari menangkup kedua pipi Zeya, mengusap air mata yang terus berjatuhan di pipi mulus perempuan itu. "Anak kesayangan Bibi...." panggil wanita paruh baya itu.

"Zeya nggak pernah dapet apa yang Bibi kasih dari Bunda, Bi. Aku sayang sama Bunda, tapi aku nggak tau gimana rasanya kasih sayang Bunda..." ungkap Zeya, kedua matanya sudah memerah mendongak ke atas, menatap tulus pada Bi Sakura.

"Selama ini cuman Bi Sakura yang selalu setia nemenin aku, kemana pun dan dimana pun. Ayah sama Bunda selalu sibuk sama pekerjaan mereka, aku punya orang tua tapi serasa nggak punya, Bi. Sebenarnya aku anak mereka atau bukan? Kenapa yang peduli sedari aku kecil cuman Bibi?"

DEG! Agaskar langsung menghapus satu tetes air mata yang jatuh mengenai punggung tangannya. Ia langsung membuang pandangan ke arah lain, demi menarik napas panjang agar bisa menahan tangisnya.

"Sial, kenapa gue mau ikutan nangis kayak gini," monolog Agaskar mencoba terus membuang napasnya dari mulut.

Bi Sakura mengangguk cepat, ia tak kuasa jika terus seperti ini, air mata akan semakin deras mengalir, wanita itu menarik Zeya untuk bangkit berdiri dan memeluknya. "Zeya...."

"Non Zeya juga udah kayak anak Bibi sendiri, Bibi sayang banget sama kamu. Bibi seneng bisa jadi saksi hidup kamu sampai kamu bisa seberuntung itu punya suami kayak Den Agaskar," celetuk Bi Sakura.

"Tapi gimana pun, Bunda itu tetap Bunda kamu ya, sayang. Bibi hanyalah orang asing yang numpang bekerja di rumah keluarga Non Zeya pada waktu itu," lanjut Bi Sakura.

Zeya melepaskan pelukan mereka sejenak, menggenggam kedua tangan Bi Sakura dengan erat. "Sekarang kita adalah keluarga, Bi, Bi Sakura udah nemenin aku dari SD. Nggak ada alasan kita nggak saling membangun hubungan kekeluargaan."

"Aku butuh Bibi, aku masih butuh kasih sayang Bibi. Cuman Bibi satu-satunya yang mengerti apa yang aku mau, apa yang aku butuhin, dan segala hal yang aku suka. Bunda nggak tau satupun, Bi, apalagi Ayah...."

Di suapan terakhir, Agaskar benar-benar tertegun dengan berbagai kalimat yang Zeya utarakan, tentang kurangnya kasih sayang yang perempuan itu dapatkan dari keluarga.

Semua hal itu sangat berbanding terbalik dengan kehidupan Agaskar yang dilimpahi kasih sayang berharga dari kedua orang tuanya sedari kecil hingga kini, bahkan bisa dibilang Agaskar sudah kenyang semuanya.

Keluarganya harmonis, dilimpahi materi yang tak terkira, bahkan keluarganya juga memiliki banyak bisnis yang harus di urus. Namun pekerjaan tak menjadikan alasan untuk menelantarkan seorang anak.

Zeya yang selama ini Agaskar tahu, perempuan barbar dengan segala sikap judesnya. Ternyata perempuan itu sangat lemah, tak berdaya, tak memiliki kekuatan, itu hanyalah topeng untuk menutupi kesepiannya yang haus akan kasih sayang.

"Nggak ada alasan untuk gue bisa nyakitin perasaannya, kalau bukan dari gue dan keluarga gue, darimana lagi dia dapet kasih sayang itu?" gumam Agaskar dengan nada kecil.

"Tapi sekarang bukan waktu yang tepat buat jujur semuanya ke Zeya, yang ada justru nyakitin dia. Gue nggak mau kandungannya kenapa-napa."

•••••••••••••

Agaskar memperhatikan mimik wajah istrinya dari kaca spion mobil, terlihat datar tanpa ekspresi. Namun mata yang memerah dan sembab masih terlihat jelas tercetak di wajah perempuan itu.

Terkadang Agaskar bingung, harus membujuk dan menghibur istrinya bagaimana. Bukan ia tidak bisa melakukannya, akan tetapi hal yang baru saja ditangiskan Zeya adalah hal yang cukup sensitif.

Lelaki itu mencoba memberanikan diri dengan menggenggam tangan Zeya, membuat sang empu pun menoleh secara perlahan. "Mau beli jajan dulu, nggak?" tawar Agaskar.

Zeya semulanya berpikir sejenak, sebelum pada akhirnya ia mengangguk mengiyakan tawaran Agaskar tersebut. "Yaudah bentar, kita puter balik dulu. Supermarket nya ada di jalur sebelah," sahut Agaskar.

"Loh, Kak? Itu tadi puter balik, kenapa nggak muter langsung aja daripada jalan kejauhan dulu?"

"Kita anak polisi, harus tertib lalu lintas. Masa iya ngelawan arus, nggak dulu dah," balas Agaskar seraya memperhatikan kanan kiri untuk menyebrang putaran arah balik.

Zeya berdecih mendengarnya. "Dih, sok banget lo, Kak. Kata Papoy aja lo dulu sering ketilang."

"Anjir!" Agaskar langsung menatap ke arah samping. "Sialan, Papoy malah buka kartu, baru aja gue mau kelihatan keren depan istri."

FLASHBACK ON

"Ini motor siapa?" tanya seorang polisi yang langsung melepaskan kunci motor vespa milik Agaskar.

"Motor saya, Pak," jawab Agaskar yang masih mengenakan seragam putih abu-abu.

"Ini motor siapa?!" tanya polisi tersebut lagi dengan nada yang lebih tinggi.

"Motor saya sendiri, Pak."

"INI MOTOR SIAPA?!" Nada bicara polisi tersebut semakin tinggi membuat Agaskar meneguk salivanya.

"Motor saya, Pak, kalau nggak percaya tanya orang tua saya," jawab Agaskar.

Bukan tanpa alasan seorang petugas polisi menanyakan hal tersebut pada Agaskar, karena motornya ada stiker logo kepolisian. Dan sekarang waktunya sedang razia besar-besaran.

"Siapa Bapak kamu?" tanya polisi itu lagi.

"Hugo Vakenzo, Pak," jawab Agaskar apa adanya lagi.

Polisi itu membelalakkan matanya, ia langsung berbisik pada temannya yang lain, karena yang mereka tilang adalah anak atasan mereka sendiri. Polisi tersebut langsung menghubungi Hugo melalui sambungan telepon.

"Permisi, halo selamat pagi Pak Hugo. Ini anak Bapak yang bernama Agaskar kami tilang, karena tadi mengebut saat melintasi lalu lintas, bagaimana ya, Pak?"

"Oh hukum aja, Pak, nggak papa. Monggo dilanjut, saya lagi bersama peliharaan saya, hukum aja jangan hubungi saya lagi, bye!"

Agaskar mendengar sendiri jawaban dari Hugo yang membuatnya tak habis pikir, apakah KELELAWAR GEMOY peliharaan Hugo lebih penting dibandingkan anaknya sendiri yang sedang tertilang?

FLASHBACK OFF

Cerita yang Agaskar jabarkan benar-benar berhasil membuat senyum Zeya mengembang lebar, perempuan itu tertawa geli mendengar penuturan Agaskar yang sempat kena tilang namun tidak ditolong oleh Hugo.

"Untung aja tuh polisi baik sama gue, jadinya gue dibebasin pelan-pelan karena tau gue anaknya Papoy, coba aja kalau nggak baik beneran ditahan gue disana," ungkap Agaskar menggeleng.

"Lagian lo nya sih nakal pake ngebut segala, udah tau razia," balas Zeya menggeleng.

Keduanya kini tiba di supermarket, Agaskar meminta Zeya untuk menunggu di dalam mobil saja, dan ia yang akan membelikan beberapa jajan untuk istrinya. Agaskar pun bergegas melangkah masuk ke supermarket.

"Berapa Mbak, kond*mnya?"

Saat ingin bayar, Agaskar yang ikut antre memperhatikan lelaki di sampingnya yang menggunakan jaket driver berwarna oren tengah bayar, namun yang menarik perhatiannya bukanlah apa yang lelaki itu beli, melainkan suaranya.

"Kok gue kayak kenal suaranya, ya?" gumam Agaskar memicingkan pandangannya.

Pembayaran Agaskar dan lelaki itu selesai bersamaan di kasir yang berbeda, Agaskar langsung bergegas menyusul langkah driver itu yang nampak terburu-buru. "SAV!!" panggil Agaskar.

Anying, gue udah berusaha ngehindarin Agaskar dia malah ngenalin gue sialan.

Agaskar langsung menarik pundak driver dan menurunkan mengenakan masker dikenakannya. "Anjing, sejak kapan lo jadi driver, goblok," tutur Agaskar tertawa.

"Bangke lo, Kar, gue—"

"Weh, lo beli kond*m, Sav? Buat apaan? Anjay, yang bergerigi nggak tuh, mau B*SM, lo?" goda Agaskar semakin menjadi-jadi saat Savion berusaha menyembunyikan apa yang ia beli.

"Anying ini pesanan orang, Kar, goblok sia ngapain gue beli ginian kalau bukan dari orderan orang," celetuk Savion.

Agaskar memanyunkan bibirnya. "Affah iyah?!" Lelaki itu menaik turunkan alisnya. "Jujur aja, lo, mau ngapain sama Ansley?"

"Astaghfirullah, kalau kata Dedek Javas fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, ini orderan orang noh lo lihat sendiri. Gue sebagai driver cuman ngikutin mau customer lah," ungkap Savion membantah.

"Lo kayak nggak tau aja, orang-orang yang malu beli sendiri. Jadinya mesan ke gue, lo juga, Kar, kalau lo mau nganu sama Zeya tapi malu beli kond*m, ada solusinya yaitu gue." Savion menunjuk ke arah dirinya sendiri.

"Driver itu multitalenta, bisa apa aja, mau jungkir balik bisa, pesan apapun bisa, manusia tangguh dengan segala cobaan menjadi masyarakat imut yang sanggup menampung beban malu cuman buat beli kond*m bergerigi anying, lah."

Agaskar menghela napas pelan. "Nggak butuh, udah sah. Tanpa pengaman lebih enak, kuy cobain dapet pahala lagi." Setelah mengatakan itu Agaskar tertawa ngakak sembari pergi berlari meninggalkan Savion yang ada di depan supermarket.

"ANYING LO! MENTANG-MENTANG UDAH NIKAH, GUE YANG BELUM NIKAH YA DOSA, BANGSATT!!" maki Savion menggebu-gebu.

•••••••••••

"Ibu Syima ada di taman belakang sana, Mas, Mbak, datengin aja. Pelan-pelan ngomongnya, Bu Syima masih butuh proses penyembuhan mental," ujar Lilis—perawat khusus yang berada di RSJ tempat dimana Syima dirawat.

Agaskar dan Zeya sendiri sudah mendapatkan persetujuan kunjungan dan diarahkan dimana Syima berada, ia melihat ada banyak ODGJ yang berada disini, hati Zeya benar-benar terpukul saat sadar bahwa ibundanya menjadi salah satu pasiennya.

Dari jauh saja, baru melihat Syima dari arah belakang, Zeya sudah tak sanggup menahan tangis, matanya langsung berkaca-kaca sembari menggenggam erat tangan Agaskar yang ada di sampingnya.

"Kak..."

Agaskar menggenggam balik dan merangkul istrinya, ia kemudian memberikan setangkai bunga mawar pada Zeya. "Ayo kita datengin Bunda, dan kasih bunga ini untuk perayaan hari Ibu."

Langkah Zeya rasanya berat sekali, namun ia juga ingin bergegas tiba agar bisa cepat memeluk Syima dengan erat, namun sesekali ia perlu menghentikan langkah karena tak sanggup melihat kondisi ibunya sekarang.

"Sayang... ayo pasti bisa, lo udah kangen berat kan sama Bunda," ucap Agaskar meyakinkan agar Zeya bisa menerus langkahnya.

Hingga tiba pada saatnya tangan Zeya menyentuh pundak salah seorang wanita dengan rambut yang berantakan tengah duduk di kursi roda, wanita itu pun berbalik setelah disentuh dan membuat Zeya terkejut.

Zeya refleks mundur ke belakang saat wanita itu tiba-tiba berdiri dari kursi roda dan ingin menyerangnya, wanita itu mengamuk spontan, untungnya ada tenaga kesehatan yang siap siaga disana menanggapinya.

"B-bukan Bunda, Kak..." lirih Zeya sembari meneguk salivanya, ia sedikit kaget.

"Katanya ini Bunda, terus kalau bukan ini Bunda ada gimama?" gumam Agaskar ikut bingung.

"Arazey...." Suara itu, spontan mengalihkan pandangan Agaskar dan Zeya secara bersamaan.

Terlihat seorang wanita yang mengenakan pakaian khas pasien RSJ tengah duduk di kursi roda dengan penampilan lusuh, bibir pucat dan wajah yang tidak ada polesan, rambut kusut yang tergulung.

Itu adalah Syima Axiennadey—Ibunda Arazey yang sudah hampir setengah tahun berada di RSJ ini untuk dirawat, Syima sendiri mengalami gangguan bipolar setelah Heru—suaminya yang merupakan ayah kandung Zeya dinyatakan masuk penjara.

Meskipun sudah resmi menjadi besan di keluarga Vakenzo yang terkenal akan ketajiran dan bangsawannya, tetap saja tak membuat Syima merasa bahagia, terlebih ditinggal sang suami mendekam di jeruji besi.

Tangis Zeya pecah ketika tahu bahwa itu adalah ibundanya, ia langsung berlari cepat menghampiri Syima dan memeluknya erat.

"BUNDAAAA!!!" teriaknya.

Agaskar membiarkan langkah Zeya yang lebih dulu pergi meninggalkannya untuk menyambangi Syima, lelaki itu tersenyum haru melihat pertemuan istri dan mertuanya. Saat ingin melangkah, tiba-tiba ponselnya berdering.

Ada nama 'Irish' di sambungan telepon itu, rupanya sudah banyak panggilan tak terjawab disana. Agaskar pun mau tidak mau mengurungkan langkahnya dan mengangkat panggilan lebih dulu.

"Halo, Rish? Kenapa lagi?" tanya Agaskar. "Hari ini libur, nggak usah bahas BEM."

"Hai sayang, lagi dimana, nih? Sibuk, nggak?" tanya Irish di seberang telepon.

Agaskar berdeham. "Sibuk, ngapain lo telepon-telepon."

"Gas, lo tau nggak, sih, gue barusan tonton ulang video yang pernah kita take waktu itu. Lo inget, kan? Ayolah, Agas, lo nggak mungkin lupa."

Mendengar penuturan Irish, membuat Agaskar mengernyitkan dahinya bingung, ia merasa tak pernah melakukan apapun dengan gadis itu. "Maksud lo, apaan?"

"Agas, mending lo kesini, temuin gue sekarang. Atau lo mau, video yang pernah kita take bareng gue kirim langsung ke istri lo?"

••••••••••••

GIMANA MENURUT MU TENTANG BAB KALI INI???

KALAU KALIAN JADI ZEYA, APA AKAN BERGANTUNG SAMA SOSOK KAYAK AGASKAR?!

KIRA-KIRA APA FAKTOR AYAHNYA ZEYA DI PENJARA, YA? PADAHAL KAN BESANAN SAMA POLISI (yg udh baca novelnya, no spoiler xixi)

APA YANG SEBENARNYA TERJADI ANTARA IRISH DAN AGASKAR? KALIAN LEBIH PERCAYA IRISH OR AGASKAR?

SPOILER BAB SELANJUTNYA? HANYA ADA DI agaskarstory.ofc dan @ofc.wolviper . Jangan lupa join broadcast channel nya juga di instagram biar dapat info selalu.

Apa yang mau disampaikan sama Agaskar?

Apa yang mau disampaikan sama Irish?

Apa yang mau disampaikan sama Zeya?

SIAP MENUNGGU UPDATED BAB BARU? SPAM "🍡" SEBANYAK-BANYAKNYA YAA. UPDATED BERGANTUNG DI TARGET...

TIDAK ADA AKUN INSTAGRAM LAIN SELAIN DI BAWAH INI:
@nazieranff
@agaskarstory.ofc
@ofc.wolviper
@pasmoy.ofc

ROLEPLAYER ACCOUNT ACTIVE:
•@agaskarvakenzo
••@arazeyhelthea
•@pangeranjavas
••@surganyaallah17
•@galenfaldevion
••@vandahavrielles
•@savionragasvara
••@ansleyarcellin
•@arhezalkanders
••@soniafabiannexy

•••@waveravedson
••@aessyrazelina
•••@vanoriswilder
••@irishzeverly

[[ JANGAN LUPA REKOMENDASIKAN JUGA CERITA INI KE TEMAN, KELUARGA, KERABAT DAN SAHABAT MU. VOTE, COMMENT AND SHARE CERITA INI SEBANYAK-BANYAKNYA❤️‍🔥]]

~~Minggu, 24 Desember 2023 (3438 kata)

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 62.9K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
NAJESA By 세이시

Teen Fiction

188K 11K 41
Ke mana pun mereka pergi, rumah dan keluarga adalah tempat untuk kembali. Tapi, kehangatan dan keramahan rumah, tak berlaku baginya. "Karena rumah, t...
6.9K 313 14
𝚐𝚎𝚖𝚒𝚗𝚒 :𝙻𝙾 𝙱𝙸𝚂𝙰 𝙳𝙸𝙴𝙼 𝙶𝙺 𝚂𝙸𝙷 𝚂𝙴𝙷𝙰𝚁𝙸 𝙸𝙽𝙸 𝙰𝙹𝙰?! 𝚏𝚘𝚞𝚛𝚝𝚑: 𝚎-𝚎𝚑 𝚖𝚊𝚊𝚏 𝚐𝚎𝚖 𝚐𝚎𝚖𝚒𝚗𝚒: 𝚌𝚔, 𝚐𝚠 𝚑𝚊𝚛�...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

910K 50.1K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...