DANDELION [END]✓

By Jingga3

29.9K 4.3K 305

[END] "Jika kata adalah mantra yang mampu menembus langit maka kupinta ia tetap bersamaku. Namun sayangnya ka... More

00. Prolog
01. Awal dari cerita kita
02. Kita Harus Belajar Tanpa Papa
03. Hari Ayah tanpa Papa, tapi ada kakak.
04. Pa, Ma. Nakula sudah bisa buat sereal sendiri.
05. Sepotong Kue Strawberry
06. Kenangan itu masih ada
07. Mata berbintang Kak Juna
08. Pekerjaan untuk Arjuna
09. Mahendra Alkatiri
10. Mama Pulang
11. Sekarang hanya kita berdua, di sini
12. Bakso di depan sekolah Nakula
13. Nakula sakit.
14. Kakak ada masalah? Cerita sama Nakula ada apa.
15. Hingga Tua Bersama
16. Tidak apa kalah, Kamu sudah menang di hati Kakak.
17. Nostalgia Sanubari Nakula
18. Ternyata, tidak mudah.
19. Surabaya, 2012
20. Sebuah Rahasia
21. Kilas Balik, Kejadian Saat Itu
22. Awal Terbukanya Pandora
23. Nana kuat kok...
24. Rahasia Milik Nakula
25. Belum Siap
26. Spinocerebellar Ataxia
27. Tolong jujur, Kakak bukan orang asing
28. Yang Sakit, Akan Sembuh. Lalu Kenapa Aku Tidak?
29. Kita Ada Untuk Saling Melengkapi
30. Buku Harian Nakula
31. Menjadi Bintang
33. Dandelion itu Nakula dan Arjuna.
34. Permintaan Maaf
35. Arjuna, Jean dan Chandra
36. Kembali
37. Tempat Terakhir (END)
38. Saya Rendi, Bukan Arjuna (Spin Off)

32. Persahabatan Ketiganya

331 61 10
By Jingga3

“Kita akan selalu bertiga, karena simpul yang kita miliki tidak akan putus.”

[•••]

Nakula duduk di teras rumahnya menunggu seseorang yang akan mengantarkannya berangkat sekolah. Nakula melihat beberapa anak-anak SD yang lewat di depan rumahnya. Mereka semua hendak pergi ke sekolah. Ada yang berjalan kaki, menaiki sepeda dan tidak jarang yang diantarkan oleh orang tuanya.

Melihat pemandangan yang ada di depan rumahnya, Nakula sekilas mengingat bagaimana hangatnya dunianya dulu.

"Yuk berangkat." Suara seorang laki-laki membuyarkan lamunannya. Nakula hanya mengangguk menanggapi ucapan laki-laki itu.

Arjuna mendorong kursi roda yang sedang Nakula duduki. Arjuna juga membantu Nakula masuk ke dalam mobil.

Mobil Arjuna keluar dari pekarangan rumah, melaju menjelajahi jalan raya yang padat lancar. Keduanya saling menikmati hiruk-pikuk jalan, tanpa kata. Dalam benaknya, Nakula sadar, bahwa kini kakinya sudah tidak bisa digerakkan total. Sederhananya, Nakula kini lumpuh.

Setelah kejadian malam itu, kakinya Nakula sampai pagi tidak bisa digerakkan. Dokter Angkasa memeriksa keadaan Nakula, beberapa kali kaki Nakula dipukul-pukul menggunakan alat medis yang mirip dengan palu kecil, dan tidak ada respon. Dan setelahnya Nakula diharuskan menggunakan kursi roda.

Sampainya di gerbang sekolah, Aji dan Ceassa sudah menunggu. Kedua remaja itu berjalan mendekati mobil Arjuna, dan membantu Nakula keluar dari mobil.

"Terimakasih Aji, Ceassa. Maaf merepotkan kalian berdua."

"Kami tidak merasa direpotkan Kak, selama di sekolah. Nakula tanggung jawab kami," ucap Aji.

Mobil Arjuna pergi menjauh dari sekolah, membiarkan Nakula ditangani oleh Aji dan Ceassa. Setelah mobil Arjuna sudah lumayan jauh, Ceassa mendorong kursi roda Nakula untuk masuk.

"Maaf ya, karena aku, pekerjaan kalian jadi bertambah."

"Ngomong apa sih?" Sanggah Ceassa.

"Bagaimana kalau kita lari aja ke kelas, Nakula siap meluncur?"

"Hah?"

"1...2...3!"

Kursi roda Nakula di dorong dengan kecepatan tinggi. Mereka berlari. Nakula tertawa bahagia, melihat tingkah kedua sahabatnya. Kursi rodanya benar meluncur dengan cepat. Mereka melewati beberapa siswa yang sedang berjalan. Aji yang bertugas menjadi klakson, layaknya motor gesit yang sedang melaju. Ketiga remaja itu tertawa bahagia. Siapapun yang melihat, hatinya akan menghangat.

Arjuna turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa. Dia juga memakai dasi seadanya. Berjalan dengan cepat, bahkan sapaan-sapaan dari para karyawan tidak dia perdulikan.

"Selamat pagi Pak." Begitulah sapaan yang Arjuna abaikan. Pasalnya, direktur desian itu sudah telat menghadiri rapat.

"Juna!" Panggil seseorang. Arjuna langsung menoleh dimana suara itu berasal.

"Chandra?" Chandra berjalan mendekati Arjuna yang terlihat lusuh. Sahabatnya itu akhir-akhir ini memang jarang sekali terlihat rapi.

"Kamu masih ada waktu, untung saja Pak Irtan belum datang."

"Syukurlah."

"Yaudah rapiin dulu itu dasi, Jean sama beberapa direktur yang lain sudah ada di dalam. Kita masuk bareng aja."

Arjuna sesegera mungkin merapikan dasi dan jasnya, dan masuk bersama Chandra. Benar saja, para direktur sudah berkumpul di dalam ruang meeting, Arjuna harus bernafas lega, karena Pak Irtanto selaku CEO dari perusahaan ini belum datang. Meski Pak Irtanto adalah ayah Jeano yang tidak jarang Arjuna temui, tapi tetap saja beliau adalah atasannya.

Tidak lama kemudian, Pak Irtanto masuk diikuti sekretarisnya. Para direktur berdiri menyambut kedatangan bos besar perusahaan itu. Pak Irtanto memberikan isyarat agar para direktur duduk kembali. Memang dilihat dari penampilannya, para direktur yang hadir usianya tidak jauh berbeda dari Pak Irtanto. Rentang usia mereka dari 40an sampai 50an. Hanya ada 4 laki-laki muda yang ada di ruangan itu.

Yaitu, Jeano selaku Wakil CEO, Sekretaris Pak Irtanto yang seumuran dengan Mahen kakak laki-laki Jean, Chandra selaku direktur pemasaran, dan Arjuna selaku direktur desain.

Rapatpun dimulai, dengan sekretaris Pak Irtanto yang membuka dan menjelaskan beberapa proyek serta para investor yang akan menaruh saham di perusahaan ini.

Kurang lebih 2 jam rapat itu berlangsung, dan akhirnya selesai juga. Chandra yang tidak terbiasa duduk dalam waktu yang sangat lama, sangat tidak betah. Bantatnya sudah seperti dibakar.

Pak Irtanto keluar dari ruangan, dan bersalaman dengan para direktur. Terakhir laki-laki paruh baya itu menyalami tangan Arjuna yang terlihat kurus.

"Bagaimana keadaan adik kamu Arjuna?" Basa-basi Pak Irtanto kepada Arjuna.

"Sudah lebih baik Pak." Nyatanya kesehatan Nakula semakin menurun. Pak Irtanto hanya mengangguk menanggapi pernyataan bohong Arjuna, dan bos besar perusahaan itu berlalu begitu saja.

"Bisakah kita keluar sebentar? Ah mataku rasanya lelah menatap layar yang hampir menyamai layar tancap." Celetuk Chandra.

"Baiklah, kita ke cafe Bang Mahen saja bagaimana?" Imbuh Jean.

"Apa tidak terlalu jauh?" Arjuna menanggapi.

"Hanya 15 menit jika menggunakan mobilku." Tambah Jeno dengan slengeannya. Ya bagaimana tidak cepat mobil Jean adalah mobil sport, yang pasti kecepatannya berbeda dengan mobil lainnya. Tanpa bantahan, akhirnya Arjuna dan Chandra keluar dari kantor dan pergi menuju Cafe milik Mahen. Mobil civic type R berwarna hitam itu melaju dengan cepat, karena jalanan begitu lengang, sepertinya mereka beruntung.

Di dalam mobil Audi berwarna hitam seorang laki-laki paru baya duduk, matanya menatap lepas ke luar jendela.

"Rendi, seperti biasa. Kamu kirimkan uang senilai 50 juta ke rekening yang sama." Perintahnya kepada laki-laki muda yang sedang menyupirinya.

"Baik Pak," jawab laki-laki muda itu.

Honda Civic Type-R berwarna hitam milik Jean terparkir rapi bersama dengan mobil Mini cooper berwarna hijau. Dua mobil mewah yang terparkir sudah menjelaskan seberapa kaya keluar Jeano.

"Ini bukannya mobil Bang Mahen?" Jean mengangguk menjawab pertanyaan Chandra.

"Kapan balik Bang Mahen Jean?" Chandra kembali bertanya.

"Belum lama ini. Kemarin lusa. Makanya aku ajak kalian berdua ke sini, soalnya tadi pagi Bang Mahen bilang mau ke cafe induk." Arjuna dan Chandra manggut-manggut mengerti.

Bang Mahen, kakak laki-laki Jeano, belum lama ini sedang berlibur di Korea Selatan. Tidak lain dan tidak bukan, alasannya untuk melihat cafe-cafe yang ada di Korea Selatan sana. Liburan yang berkedok riset. Teganya dia meninggal sang adik yang bergelut dengan perusahaan ayahnya, sedangkan si sulung enak berlibur.

Bukannya kalau di film-film atau drama-drama yang harusnya yang menjadi pewaris perusahaan adalah anak pertama? Lalu dikehidupan Jeano? Kenapa harus dia? Memang, kehidupan nyata tidak seindah di dalam drama.

Di dalam cafe, Bang Mahen dan Mas Gio menyambut kedatangan ke-tiga sehabat sejati ini. Mereka duduk berlima dan saling berbincang. Sudah seperti scene di drama, 5 laki-laki tampan duduk bersama. Mirip drama Korea yang berjudul Boys Before Flowers (BBF) yang dibintangi oleh Lee Min Ho.

"Nostalgia banget kita bisa kumpul gini." Chandra memulai celetukannya.

"Hu'um kamu benar Chan," imbuh Arjuna. Cafe milik Mahen memang meninggalkan banyak cerita. Dari ia yang dulunya pernah pekerja part-time, Nakula kecelakaan di depan cafe, sampai Nakula menjadi pegawai part-time seperti dirinya.

"Oia Juna, kebetulan kamu ke sini. Ada beberapa barang Nakula yang masih ada di sini. Maunya saya antar, tapi kebetulan kamu ke sini. Jadi saya kasihkan sekarang saja ya."

"Oh iya Mas boleh." Gio pergi ke ruangan pegawai untuk mengambil beberapa barang milik Nakula yang tertinggal.

Tidak lama, Gio kembali menenteng sebuah paperbag, dan memberikannya kepada Arjuna. Arjuna langsung saja menerimanya, dia hanya mengintip sebentar isi dari paperbag itu, dan menaruhnya di sampingnya.

"Bagaimana kabar Nakula Juna?" tanya Mahen sedikit ragu.

"Ya begitulah Bang, Nakula sekarang sudah duduk di kursi roda. Kakinya sudah tidak mampu digerakkan." Jelas Arjuna dengan nada pelan dengan sedikit senyuman di wajahnya.

"Maaf Juna,"

"Gak masalah Bang, memang kenyataannya seperti itu." Simpul Arjuna, yang berhasil membuat ke-empat laki-laki tampan yang bersamanya terdiam menatap Arjuna. Sadar sedang ditetap, membuat Arjuna tidak nyaman. Karena dia tahu, ke-empat temannya itu menatap dengan iba.

"Kalian tidak perlu khawatir, Nakula sudah menjadi tanggung jawabku. Aku tidak akan menyerah begitu saja. Sesingkat apapun waktu Nakula, aku akan berusaha semaksimal mungkin membuatnya bahagia." Jelas Arjuna dengan senyum ikhlas mengembang di wajah indahnya.

"Terimakasih karena sudah bertahan sampai saat ini Juna. Orang tuamu, pasti bangga memiliki anak laki-laki sepertimu."

"Terimakasih Mas Gio, terimakasih semuanya."

Arjuna mengucapkan terimakasih kepada mereka yang selama ini selalu ada di belakangnya. Arjuna tahu dia kehilangan Papa dan Mama, tapi Tuhan selalu mengirimkan orang-orang baik untuknya. Dan untuk selanjutnya dia akan lebib menguatkan hatinya untuk menerima takdir yang sudah menunggunya sebentar lagi.

Bersambung...

Hai selama malam semuanya...🤗
Kita ketemu lagi di malam Minggu ini. Btw chapter ini datang untuk menemani malam Minggu kalian kembali.

Terimakasih banyak ya, yang sudah setia mengikuti cerita Nakula dan Arjuna, terimakasih juga atas dukungan vote yang sudah kalian berikan. Semoga aku makin semangat nulisnya...

Mampir-mampir juga ke kolom komentar, biar kita makin dekat...😚

Sekali lagi selamat bermalam Minggu...
Dan selamat Natal bagi yang merayakan 🤗
.
.
See you...

© Jingga

Mobil Jeano

Mobil Mahen

Mobil Pak Irtanto

Continue Reading

You'll Also Like

5.2K 584 51
Hesa kira, kepergian Mama adalah satu-satunya kehilangan yang akan ia alami seumur hidupnya. Namun, agaknya ia keliru-ternyata setelah kepergian Mama...
61.7K 6K 51
Menurut kalian, kebahagiaan itu seperti apa sih? Dan menurut kalian juga bentuk rumah yang sesungguhnya itu seperti apa? Menceritakan sepasang kembar...
85.1K 12K 18
(sequel of Semesta Milik Papa) Tentang mereka yang ditinggalkan. Namun berjuang untuk terus bertahan.
3.1M 157K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...