Saat induk Beruang Raksasa Merah menemukan anaknya lagi,
'Apa yang dimakan si kecil ini?'
Sementara itu, anaknya telah tumbuh pesat.
Sniff sniff.
Induk Beruang Raksasa Merah secara naluriah tahu bahwa bau manis yang keluar dari anaknya akan bermanfaat.
Bau manis apa ini?
"Mama, ini madu, dan banyak sekali di rumah manusia."
Bayi beruang itu menunjuk ukuran botol air dengan lengannya.
Meskipun induk beruang ingin mencicipinya juga, namun dia menahannya demi anaknya. Ketika anaknya menjelaskan kepadanya, dia menyadari tidak akan banyak yang tersisa jika dia mencicipinya.
Induk Beruang Raksasa Merah mulai mencari rumah manusia tempat dia menemukan anaknya untuk memberinya makan madu.
Dia juga berpikir alangkah baiknya jika manusia menyediakan makanan untuk anaknya. Melihat anaknya tumbuh lebih banyak dibandingkan dengan dirinya, dia berasumsi bahwa manusia pasti memiliki banyak makanan.
Dan setelah mencari di area tersebut selama beberapa hari, dia menemukan rumah manusia tersebut. Induk Beruang Raksasa Merah mengusulkan kesepakatan untuk melindungi wilayah tersebut dengan imbalan madu. Tampaknya ini merupakan ide yang lebih baik untuk menyediakan pasokan madu secara terus-menerus.
Alasan kenapa dia dengan yakin mengatakan dia bisa melindungi rumah manusia sendirian adalah karena tidak ada monster yang mau menempati tanah terpencil ini.
Kadang-kadang, monster datang untuk melintasi gurun, tapi dia bisa dengan mudah mengusir mereka hanya dengan berpatroli di wilayahnya.
Namun, ketika dia bertanya-tanya bagaimana cara menyampaikan pesannya,
[Administrator Menara menawarkan untuk menyampaikan pesan tersebut kepada manusia.]
...!
Administrator Menara yang sebelumnya tidak aktif melangkah maju dan memediasi kesepakatan dengan manusia.
Melihat bahkan Administrator Menara terlibat, ibu Beruang Raksasa Merah berpikir pasti ada sesuatu yang istimewa pada manusia.
Jadi, kesepakatan telah dibuat.
Jarak dari sarang ke rumah manusia cukup jauh, dan bahkan bagi induk Beruang Raksasa Merah, yang tingginya setinggi gedung apartemen 10 lantai, bepergian bolak-balik setiap hari adalah pekerjaan yang berat.
Namun, ia tak segan-segan menempuh perjalanan jauh untuk memberi makan madu pada anaknya.
Ku-aa-argh!
Hari ini, induk Beruang Raksasa Merah, dengan anaknya di belakangnya, sedang memikirkan di mana harus tidur siang sambil berpatroli dalam perjalanan ke rumah manusia untuk mencari madu.
Syukurlah, manusia itu merawat anaknya dan bahkan makan siangnya.
Langkah kaki ibu Beruang Raksasa Merah menuju rumah manusia menjadi lebih ringan. Entah mereka ibu di Bumi atau ibu monster di Menara, mereka semua merasakan hal yang sama tentang kerumitan menyiapkan makanan.
***
"Baiklah!"
Se-jun bangun, menambahkan garis lain di dinding, dan memulai hari ke-173. Sudah tiga hari sejak dia membuat kesepakatan dengan ibu Beruang Raksasa Merah.
Buzz buzz.
Squeak!
Squawk!
Squeak
Sambil menyapa lebah madu racun dan kelinci di pagi hari,
Growl!
Bayi beruang juga menyambut mereka dari lubang di langit-langit gua, memberi tahu mereka bahwa ia telah tiba. Induk Beruang Raksasa Merah meninggalkan bayinya dan pergi berpatroli.
"Apakah kamu tidur dengan nyenyak?"
Growl!
Bayi beruang menjawab dan melambai ke arah kelinci hitam. Saudaraku, aku di sini!
Squeak!
Kelinci Hitam dengan tenang balas melambai dan berkata, "Tunggu, aku akan menangkap ikan dan membawanya untuk makan siang nanti!"
Setelah Se-jun mencuci wajahnya,
Chomp chomp.
Odo-dok.
Dia sarapan bersama kelinci, terdiri dari ubi panggang dan wortel.
Kemudian dia bergegas memulai pagi harinya bertani. Sekarang karena ada lahan di atas tanah, ada banyak hal yang harus dilakukan.
Sejun segera memotong daun bawang dan mulai memanen tomat ceri, dan istri kelinci memetik tomat dari dahan yang dipanen.
Sedangkan kelinci sabit dan kelinci gerobak menebarkan potongan daun bawang, dan kelinci yang disiram dapat dengan cepat menyirami tanaman.
Dan
Bang!
Bang!
Kelinci Hitam menangkap piranha. Jumlah tangkapan meningkat secara signifikan akhir-akhir ini karena adanya bayi beruang.
Meskipun dia khawatir menangkap terlalu banyak piranha akan mengurangi populasi mereka, namun melihat jumlah piranha yang diambil darahnya, tampaknya hal itu masih cukup untuk saat ini.
Akhirnya kedua Kelinci Sekop itu maju terlebih dahulu dan membuat lahan.
Namun situasinya sangat berbeda dengan tanah bawah tanah yang subur.
Scoop. Scoop.
Kelinci sekop menggali tanah dan menyaring batu-batu kecil untuk membuat ladang.
Menggeram!
Syukurlah, bayi beruang mengira mereka sedang bermain dan membantu mereka, membalik tanah dengan cakar depannya seperti forklift dan menyingkirkan batu, sehingga mempercepat pekerjaan.
Saat pagi berlalu dan waktu makan siang semakin dekat,
Growl!
Kelinci Hitam memanggil Sejun untuk memindahkan piranha tersebut. Kemudian Sejun, kelinci hitam, dan induk kelinci menyiapkan makan siang bersama. Mereka hanya berencana menyalakan api di dalam gua sampai mereka yakin bahwa permukaan tanah di atas aman.
Saat bau ikan naik melalui lubang gua ke permukaan,
Sniff sniff.
Growl. Growl.
Bayi beruang itu mulai merengek karena lapar. Baunya sepertinya merangsang nafsu makannya.
"Tunggu sebentar lagi."
Sejun mencoba menenangkan beruang itu, tapi
Growl. Growl.
Bayi beruang yang lapar terus menangis.
"Ini, makan ini dan tunggu."
Sejun melemparkan ubi ke bayi beruang untuk menenangkannya dan mengisi tas yang dibawanya dari luar menara dengan ubi dan wortel.
Kelinci yang tersisa menghubungkan 40 piranha mentah dengan seutas tali.
Kemudian
"Menarik!"
Sejun, dengan tas di bahunya dan memegang dua ikat piranha mentah dan lima ikan bakar di satu tangan, meraih tali dan berteriak. Untuk makan siang bersama bayi beruang, mereka menaiki lift bayi beruang tersebut ke permukaan.
Melompat!
Melompat!
Kelinci-kelinci itu dengan cepat naik ke tubuh Sejun.
Growl! Growl!
Mengetahui bahwa mereka akan membawakan makanannya, bayi beruang itu dengan bersemangat menarik talinya. Bayi beruang menarik talinya secara berirama, seperti yang terdengar saat ditarik ke atas. Seekor beruang dengan ritme 2 ketukan?
Sejun naik ke tanah.
Sekitar 5 meter dari pintu masuk gua, terdapat sebuah batu besar setinggi Seojun, yang sebelumnya tidak ada. Ujung talinya diikatkan pada batu.
Berkat batu yang dibawa oleh ibu Beruang Raksasa Merah atas permintaan Seojun kemarin, mereka kini bisa mengamankan talinya.
Sniff sniff.
Koo-ung!
Bayi beruang itu mengendus piranha di tangan Sejun dengan penuh semangat.
"Hei tunggu!"
Ketika Sejun berbicara dengan tegas,
Kkooe!
Bayi beruang itu dengan cepat mundur dan duduk. Aku menunggu sekarang!
Meski bayi beruang itu telah tumbuh setinggi Sejun, namun keunikannya tetap dipertahankan.
Selagi bayi beruang menunggu, Sejun dan kelinci segera menyiapkan makanan dan mulai makan.
"Sekarang, ayo makan."
Munch munch.
Kkooee!
Bayi beruang mengeluarkan suara gembira saat memakan piranha. Begitu lezat!
Setelahnya, bayi beruang itu memakan madu sebagai pencuci mulut, lalu menghampiri Sejun yang sedang istirahat dan minum kopi, dan dengan tenang tidur siang bersama Kelinci Hitam di pangkuan Sejun.
***
"Kenapa aku merasa ada sesuatu yang diambil dariku, meong?"
Dengan perasaan aneh, Theo sampai di lantai 38 menara.
"Hey manusia, aku di sini, meong"
"Pedagang pengembara kucing telah tiba!"
"Theo ada di sini!"
Para hunter yang telah menantikan Theo menyambutnya dengan hangat. Sementara itu, rumor tentang tomat ceri ajaib menyebar, dan sekitar 40 hunter sedang menunggu Theo.
Ini berarti empat dari sepuluh tim Phoenix Guild sedang menunggu Theo di sini. Ketertarikan terhadap tomat ceri ajaib pun semakin panas.
"Hari ini, aku akan menjual total 1.800 tomat ceri ajaib, masing-masing 300, melalui lelang!"
Theo telah meningkatkan penyimpanannya setiap kali dia menerima insentif dari Seojun. Karena dia tidak memiliki biaya makanan karena dia menerima ikan bakar sebagai gaji mingguannya, maka dia menginvestasikan seluruh uangnya untuk meningkatkan penyimpanannya.
Berkat itu, kapasitas penyimpanan tasnya bertambah, dan kini bisa menampung hingga 1800 buah tomat ceri, yang awalnya hanya mampu menampung 1500 buah.
"25 Koin Menara untuk 300!"
"27 Koin Menara untuk 300!"
Pelelangannya berlangsung sengit, namun harga tinggi seperti sebelumnya tidak terjadi.
Dengan cara ini, Theo menjual 1.800 tomat ceri ajaib dan memperoleh 220 Koin Menara.
"Theo, ayo berfoto bersama! Aku membawakan Churu dan kopi."
"Aku juga! Aku membawakan Churu dan bubuk cabai!"
Hunter wanita mendekati Theo dengan membawa Churu, bumbu, dan campuran kopi yang diinginkan Seojun untuk berfoto dengannya.
"Kerja bagus. Aku juga merawat diri dan berdandan! Jadi, berbarislah, mengeong!"
Theo mengatur para hunter, berfoto bersama masing-masing hunter, membiarkan mereka menyentuh cakarnya, dan menyimpan barang-barang itu di gudangnya.
'Puhuhut, kali ini aku juga bisa menempati pangkuan Sejun seharian, meong!"
Begitu waktu berfoto berakhir, Theo buru-buru memanjat menara untuk mengambil pangkuan Sejun.
Saat tiba di lantai 50, setelah melewati jalur pedagang yang menghubungkan lantai 40 dan 50,
"Tolong bantu aku!"
Dia mendengar teriakan minta tolong di dekatnya.
Ragu-ragu sejenak, langkah Theo terhenti saat mendengar suara memohon.
Namun, tiba-tiba kata-kata Sejun terlintas di benakku.
Sejun telah memperingatkan Theo untuk tidak tertipu saat berkeliaran, dan salah satu nasihat yang paling ditekankan adalah lewat begitu saja jika ada yang meminta bantuan di jalan.
Meskipun itu adalah instruksi yang kejam, Theo telah ditipu sebelumnya ketika dia menyelamatkan seseorang dari tenggelam dan bukannya menerima ucapan terima kasih, barang-barangnya malah dicuri.
"Itu benar! Sejun menyuruhku untuk terus berjalan, meong!"
Mengabaikan suara permohonan itu, Theo memasuki lorong pedagang yang menghubungkan lantai 50 hingga 60.
"Apa yang sedang terjadi?"
Setelah mengamati kepribadian Theo di jalan perbelanjaan, Jeras mengira Theo akan 100% membantu mereka, jadi mereka meminta bantuan...
Rencana Jeras untuk menciptakan kesempatan bertemu dan menemani Theo gagal.
***
Setelah makan siang dan istirahat, Sejun turun ke gua sekali lagi dan membawakan 100 ubi dan sepuluh potong wortel.
Dia kemudian mulai menanam ubi jalar dan wortel di lahan seluas sekitar 50 meter persegi yang dibuat oleh kelinci sekop sebagai percobaan. Dia tidak menanam tomat ceri, karena tanahnya terlihat terlalu tandus.
Karena kelinci sekop sudah membuat lubang untuk ditanam, Sejun cukup mengubur ubi dan menutupinya dengan tanah.
[Kamu telah menanam ubi jalar.]
[Kemungkinan ubi jalar berakar meningkat karena efek Menabur Lv. 3.]
[Pengalaman kerja Anda sedikit meningkat.]
[Kemahiran Menabur Lv. 3 meningkat sedikit.]
[Kemahiran Menabur Lv. 3 meningkatkan tambahan 5% karena efek Peningkatan Kemahiran Lv. 1.]
...
..
.
Selagi Sejun rajin menanam ubi,
Grr?
Bayi beruang itu memiringkan kepalanya sambil memperhatikan tindakan Sejun. Mengapa dia mengubur makanan di dalam tanah?
Grr!
Thump! Thump!
Menyadari sesuatu, bayi beruang itu mulai menggali ubi yang ditanam Sejun dan memakannya sambil mengikuti Sejun.
Chomp.
Chomp.
"Hah?!"
Sejun yang sedang sibuk menanam ubi, kembali melihat suara-suara aneh yang datang dari belakangnya.
Dia kemudian menatap bayi beruang yang sedang memakan ubi dengan nikmat.
Grr!
Bayi beruang itu memandang Sejun dengan ekspresi puas diri. Saya menemukan semuanya!
"Tidak! Kamu!"
Suara Sejun meninggi karena bayi beruang yang mengira itu adalah permainan mencari makanan dan memakan ubi yang digali dari tanah.
Bam!
Mendengar suara Sejun, kelinci hitam yang tadi sedang menangkap piranha di dalam gua muncul ke permukaan.
Grr?
Bayi beruang itu, yang masih belum mengerti apa yang salah, memiringkan kepalanya. Kakak, apa salahku?
Bam!
Kelinci hitam mulai mengajari bayi beruang itu apa kesalahannya.
Pada hari ke 173 terdampar, bayi beruang belajar arti menanam.