Your's To Claim

Por Cebongkun

36.1K 2.3K 849

PASSION FANFICTION! By : Cebong-chan Title : Your's to Claim Pair : Ilay RieGrow x Jeong Taeui Rate : M (Mat... Más

[[Cebong-chan's Note]]
[[CHAPTER 2]]
[[CHAPTER 3]] : "Ilay RieGrow..."
[[CHAPTER 4]] : Antara Takdir dan Kebetulan
[[CHAPTER 5]] : Perjanjian Dengan 4 Faksi
[[CHAPTER 6]] : Kesalahan Kedua
[[INFORMASI TENTANG UNHRDO]]
[[CHAPTER 7]] : Gairah
[[CHAPTER 8]] : Hold Me Tight, Cry Baby
[[CHAPTER 9 : Wet Dream]]
[[CHAPTER 10]] : Kunjungan Tak Terduga
🔞[[CHAPTER 11]] : "IMBALAN"🔞
🔞[[CHAPTER 12]] : Apa Karena Gil Sang Cheon?🔞
[[CHAPTER 13]] : Patung Porcelain Indah yang Suram
[[CHAPTER 14]] : Kesepakatan Rahasia
[[CHAPTER 15]] : "Teman Masa Kecil Ilay"
[[CHAPTER 16]] : TROUBLE MAKER
[[CHAPTER 17]] : CRAZY RIEGROW
[[CHAPTER 18]] : Mutiara Hitam Tarten
[[CHAPTER 19]] : Analgesia
[[CHAPTER 20]] : Greed, Lust, and Anger
[[CHAPTER 21]] : END SEASON 1

[[CHAPTER 1]]

3.1K 122 12
Por Cebongkun


"Paman, apa tempatnya masih jauh? "

"Tidak. Sebentar lagi kita sampai. Bukankah perjalanannya cukup menyenangkan?"

"Siapa juga yang senang diculik ke negara antah brantah saat sedang bekerja?! "

Pemuda bersurai coklat mengerucutkan bibirnya. Melirik sensi pada pria bermantel hitam yang duduk tenang di sampingnya. Pria itu hanya terkekeh menanggapi protes dari keponakannya yang terus cemberut sejak pertemuan mereka semalam.

"Maaf, aku sedang terburu-buru dan jadwal ku padat. Jadi kupikir akan lebih baik jika membawamu secepatnya kesini. "

Pemuda itu makin merasa sebal. Setelah menyeretnya dari tempat kerja, membelikan tiket pesawat, lalu naik kapal dan masuk ke pulau terpencil di negara asing , pamannya masih saja merasa tak bersalah. Pamannya bahkan sudah membuatkan paspor untuk dirinya seakan-akan ia memang telah siap untuk dibawa pergi keluar negeri!

Pemuda bersurai kecoklatan itu menatap keluar kaca mobil. Ke arah langit biru yang tengah menunjukkan keindahan pagi yang cerah. Kepalanya menyandar dengan tenang pada pintu mobil yang terkunci rapat. Mata itu terpejam sejenak, seakan pemuda itu tengah mencoba menggali kembali ingatannya semalam.

Saat dirinya sedang bekerja dan seseorang yang sangat tak terduga muncul di sana.

Saat itu jam menunjukkan pukul 11.30 malam. Sudah hampir waktu jam tutup kafe, sehingga pemuda itu memutuskan untuk memberesi meja-meja dan sampah yang berserakan agar bisa segera pulang. Boss nya orang yang cukup cerewet perihal kebersihan, tapi dia tak pernah bawel mengenai jam tutup kafe yang kadang sedikit lebih awal karena pemuda itu selalu bertindak cekatan dalam menangani masalah bersih-bersih.

Saat itu, di tengah ketenangan malam yang senyap, saat dirinya sedang mengelap meja sembari bersenandung lemah, suara pintu kafe yang terbuka terdengar jelas di telinganya.

"Oh, sudah mau tutup ya? Apa aku bakal mengganggu kalau memesan secangkir kopi? "

"Ah, iya. Kami sudah mau tutup--" Jeong Taeui mengangkat kepalanya dan bersiap memberikan sapaan ramah pada pelanggan tersebut. Namun begitu dirinya melihat siapa pelanggan yang datang dan tengah menjulang di hadapannya, kalimatnya terhenti begitu saja.  Lap di tangannya sontak terjatuh. Senyum yang sebelumnya terpasang di wajah yang tampak lelah itu pun memudar sepenuhnya.

"... Paman Changin... "

Sosok itu, si tamu tak diundang sekaligus pamannya, Jeong Changin tersenyum ramah ketika melihat pemuda di hadapannya berdiri terpaku dengan mata membola tak percaya. Lantas menyapa dengan suara lembutnya yang khas dan mata melengkung ramah,

"Lama tak jumpa, Jeong Taeui. "

Pamannya yang bekerja di luar negeri tiba-tiba muncul di hadapannya. Masih dalam balutan jas biru gelap dan dasi berwarna serupa. Seakan-akan pria itu baru saja pulang dari tempat kerja. Tubuh tegapnya terbalut mantel hitam tebal yang kelihatan mahal dan cukup berat. Rambutnya bahkan masih tersisir rapi kebelakang dan tampak mengkilap saat terpapar cahaya lampu kafe.

Si pemuda yang di panggil Jeong Taeui tentu saja terkejut bukan main, tapi segera mengendalikan dirinya dan meminta izin untuk menggunakan sejenak bangku depan agar bisa berbicara dengan pamannya.

"Tidak langsung pulang saja? Kau malah mengajakku bicara disini. " Kata Jeong Changin keheranan. Jeong Taeui menghela napas sembari meletakkan segelas kopi di hadapan pamannya,

"Nggak akan lama, bukan? Biasanya paman akan langsung pergi setelah mengatakan apa yang ingin paman katakan. "

Jeong Changin hanya tersenyum. Tampaknya keponakan termuda nya ini memang sudah hafal benar dengan kebiasaan pamannya. Pria itu pun meluruskan punggungnya ke kursi dan meraih cangkir kecil berisi kopi hitam kemudian menyeruputnya pelan.

Lihatlah gerakan tenangnya ketika mencicipi kopi sisa itu... Jeong Taeui sudah merasa kalau masalah akan datang menimpanya...

"Kau tidak ingin sekolah lagi? "

Topik yang aneh, pikir Taeui.

"Maksudmu Kuliah?"

"Ya. Bukankah anak-anak seumuran mu biasanya berkuliah-- atau bekerja tapi juga kuliah, begitu? "

Jeong Taeui menghela napas, "Nggak, makasih. Aku ini cuma orang miskin yang hanya memiliki cukup uang untuk makan sehari-hari. "

Jeong Changin menatap keponakannya. Mata yang terkadang tampak dingin dan tajam itu entah kenapa terasa tak menyenangkan ketika menangkap setiap gerik tubuhnya.

Jeong Taeui, merasakan perasaan mengganjal yang tak nyaman.

Begitu Jeong Changin meletakkan cangkir kopi yang sudah habis separuh ke meja, dia berkata,

"Aku akan menanggung semua biaya dan fasilitasnya, juga biaya hidupmu. Jadi, bagaimana kalau kau ikut aku dan kuliah di luar negeri? "

Mendengar hal itu Jeong Taeui sempat terhenyak. Pamannya bukanlah orang yang suka mengatakan omong kosong, dan Jeong Taeui sangat tahu itu.

Tapi-- kenapa begitu mendadak? Dan lagi--

Jeong Taeui mendengkus,

"Paman, bukankah sudah kubilang untuk mengatakan tujuan asli paman? Berbohong seperti itu... Kau pikir aku nggak tahu? " Jeong Taeui menjadi serius. Dia meletakkan tangan di atas meja dan membungkukkan sedikit tubuhnya. Iris kecoklatannya menatap Jeong Changin,

Suaranya mendadak menjadi dingin,

"Apa yang paman inginkan dariku? "

Jeong Changin terdiam sejenak, namun kemudian tertawa kecil.

"Sial, keponakanku ini benar-benar sudah tak bisa bertingkah manis di depan pamannya hm... Baiklah... Baiklah... Kau juga sudah dewasa, jadi aku akan langsung ke intinya saja. " Jeong Changin balas menatapnya. Senyum di wajah pria 40 tahunan itu menghilang.

"Aku ingin memasukkanmu ke Sekolah Swasta di China-- tempatku bekerja sekarang ini. Ada sesuatu yang aku ingin kau lakukan selama disana. "

'Sudah kuduga...' Batin Jeong Taeui. Pamannya memang selalu seperti ini. Apapun permintaannya, itu merupakan sebuah rencana yang dia susun untuk mencapai kesuksesannya sendiri. Bahkan tiga tahun lalu ketika Jeong Taeui diminta untuk mengikuti wajib militer, ia berakhir dikeluarkan setelah ketahuan menyadap saluran tempat para pelatih melakukan rapat. Beruntung dirinya hanya dikeluarkan-- bukannya dikurung atau bahkan dibunuh.

Hanya saja karena hal itu... Dia sempat dipukuli dan mengalami cacat pada lututnya. Dan pamannya hanya datang menjenguk sembari berkata,

"Terimakasih atas kerja kerasmu. Beristirahatlah supaya cepat pulih."

Sial! Dipikir Jeong Taeui ini barang sekali pakai yang habis manis sepah dibuang? Pamannya bahkan tak muncul lagi setelah itu!

Sampai akhirnya saat ini-- Pria ini akhirnya kembali muncul untuk meminta sesuatu yang tak masuk akal darinya!

Jeong Taeui tidak ingin melakukannya lagi. Menuruti permintaan pamannya hanya akan membuatnya berakhir tragis seperti terakhir kalinya.

Tidak. Jeong Taeui masih sayang NYAWA. Dan masih ingin hidup DENGAN TENANG!

"Maaf paman, aku menolaknya. Bahkan kalaupun bukan misi dan kau tulus melakukannya, aku tetap nggak mau. Aku sudah cukup nyaman hidup pas-pasan seperti ini di Korea. Jadi--"

"Kau tak merindukan Jaeui? "

Mendengar nama yang tak terduga itu, Jeong Taeui menghentikan kalimatnya,

"....Jaeui.. Hyung..? "

"Ya. Dia bilang dia merindukanmu. Apa kau akan mengabaikannya? "

Jeong Taeui semakin yakin ada hal yang tak beres.

"Paman, jangan mengatakan sesuatu yang absurd. Hyung bukan orang yang akan dengan terang-terangan berkata 'aku merindukan adikku', di depan orang lain. Jika dia memang merindukanku, dia pasti sudah menelfonku. Tapi nyatanya? " Jeong Taeui tersenyum miris. Dia menunduk, menatap tangannya yang saling tertaut dengan sedikit rasa sakit di hatinya,

"... Sudah hampir tiga tahun, dia bahkan tak menelfonku dan aku tak pernah bisa menghubunginya. "

Bahkan kalaupun hanya sapaan remeh, hanya sebentar... Sebenarnya... Jeong Taeui sering berharap bisa mendengar suara Hyung nya.

Jeong Jaeui, kakak laki-laki Jeong Taeui sekaligus saudara kembarnya. Mereka lahir di hari yang sama dan hanya terpaut beberapa menit saja. Bisa dibilang mereka kembar walaupun tidak terlalu memilikibanyaka kemiripan.

Namun jika dibanding dengan Jeong Taeui, Jeong Jaeui itu berbeda. Kakaknya itu... Dia istimewa.

Sejak masih berumur 5 tahun, Jeong Jaeui sudah menunjukkan tanda-tanda sebagai anak yang cerdas. Selain sudah biasa membaca buku setebal ensiklopedia, kakaknya juga bisa mengikuti pelajaran untuk anak sekolah dasar. Dia bahkan selalu bermain dengan buku dan alat-alat tulis.

Kemudian di usia 10 tahun, kejeniusannya pun terlihat jelas.

Mungkin banyak orang akan berkata bahwa Taeui mengada-ada, tapi kenyataannya, ketika mereka berdua berusia 10 tahun, Saat Jeong Taeui masih sibuk bermain dengan pistol mainan, Jeong Jaeui sudah bisa membuat sketsa dari rakitan senjata api dan beberapa senjata anti tank....

Jenius... Itu bahkan tak cukup dikatakan untuknya. Karena itu ketika mereka menginjak umur 18 tahun, Hyung nya telah ditawari untuk meneruskan jenjang pendidikan di suatu tempat diluar negeri yang tak disebutkan namanya,

Dan pamannya sendirilah yang membawa Jaeui pergi.

Pamannya... Yang memisahkan dirinya dari Hyung nya yang sangat ia sayangi.

Dan sekarang... Bukankah sudah berlalu 3 tahun? Jeong Taeui hidup sendirian selama itu tanpa sosok Hyung nya. Tanpa sosok orang tua mereka sejak berusia 12 tahun, Taeui hanya memiliki Jaeui.

Namun karena tak ingin memberatkan Hyung nya, Taeui terpaksa melepaskan Hyung nya untuk pergi bersekolah di tempat yang dapat menampung dengan baik otak jeniusnya itu.

Dan Taeui sendiri, setelah lulus sekolah menengah atas harus mengikuti wajib militer dan malah berakhir memiliki luka serius di bagian lututnya. Karena itu ia berakhir menjadi pekerjaan sambilan yang hanya berpenghasilan cukup untuk memenuhi kehidupan sederhana sehari-hari.

Dan sekarang omong kosong apa yang dikatakan Pamannya ini?

"Aku tahu, kau kecewa padaku atas apa yang terjadi 3 tahun lalu. Soal luka mu dan Hyung mu. Tapi, aku terpaksa melakukannya karena itu yang terbaik untuk orang istimewa seperti dirinya. "

Ya, Taeui tahu. Orang istimewa seperti Jeong Jaeui memang sudah sepantasnya mendapatkan hal-hal luar biasa seperti sosok Jaeui sendiri.

"Tapi, kau tak mengetahui satu hal ini, Taeui. " Jeong Changin menatap keponakannya. Matanya tampak memandang dengan rumit dan suaranya merendah,

"Jaeui... Nyawanya selalu terancam bahaya. "

"... Apa? "

Jeong Changin pun memberikan penjelasan, "Kau pikir orang jenis seperti dirinya bisa hidup tenang dan enak di tempat asing? Tentu saja tidak. Banyak orang mengincar dirinya. Mulai dari bangsawan kalangan atas, pedagang narkoba, boss besar perusahaan senjata api, sampai keluarga kerajaan timur Tengah. Semua orang menginginkan dirinya-- otak jeniusnya untuk tujuan mereka. Karena itu Jaeui selalu dalam keadaan terancam dan diancam karena tak memiliki perlindungan. Bahkan di sekolah pun-- di UNHRDO-- dia masih sering dipaksa oleh anak-anak seumurannya untuk melakukan hal-hal yang tidak ia inginkan. "

"Dan kemungkinan alasan kenapa dia tak lagi menelfonmu atau memberi kabar agar kau tak merasa khawatir. "

Mendengar penjelasan pamannya, tangan Jeong Taeui terkepal, "... Kalau begitu kenapa paman tidak mengeluarkan Hyung dari sana?! "

"Nggak bisa semudah itu. " Kata Jeong Changin, wajahnya menjadi sangat serius, "Justru jika aku melepaskannya ke dunia luar sana sebelum dirinya memiliki label kelulusan dari UNHRO, nyawanya akan jauh lebih terancam. UNHRDO memiliki sistem dan aturannya sendiri sehingga orang luar tak bisa dengan mudah ikut campur dalam urusan di dalam sana, apa lagi menyentuh para siswanya. "

"Anggap saja di sana sebagai penjara. Tapi penjara justru tempat teraman untuk Hyung mu. Setidaknya dia tak akan terjamah untuk sementara dari orang-orang luar yang berniat memanfaatkannya. Tapi jika dia berhasil mendapatkan label kelulusan dari UNHRDO, maka keselamatan dan namanya akan sangat di jaga dan terjamin hingga ia mati. "

Mendengar hal itu Jeong Taeui terhenyak. Apakah memang tempat bernama UNHRDO itu sehebat itu? Bukankah itu hanya sebuah Sekolahan dan bukannya Instasi Militer atau Pemerintah? Jeong Taeui memang pernah mendengar cerita dari Hyung nya mengenai seberapa luar biasa tempat itu dan fasilitas di dalamnya.

Hanya saja ia tak berekspektasi sejauh itu.

Tapi... Ancaman seperti apa yang sebenarnya dialami oleh orang jenius seperti Jaeui-Hyung?

"Karena itu, Jeong Taeui... Untuk alasan inilah aku memintamu untuk ikut denganku. " Jeong Changin memberi jeda, manik hitam yang dingin dan penuh selidik menatap lekat padanya,

"Jeong Taeui... Jagalah Hyung mu... "

Jeong Taeui teringat dengan kalimat pamannya itu.

"Menjaga Hyung... " Gumamnya. Sembari menerawang kelangit-langit lewat kaca mobil yang separuh terbuka.

Ia akan bertemu dengan Hyung nya yang ia rindukan. Dan harus melindunginya...

>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<

CHAPTER 1

>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<

"Kita sudah sampai. "

Pamannya, Jeong Changin memotong lamunan Taeui ketika mobil yang mereka kendarai tiba-tiba berhenti. Pria itu turun terlebih dahulu diikuti oleh Jeong Taeui setelah menyelempangkan tas berisi barang bawaan seadanya.

"Selamat datang di Sekolah Internasional, UNHRDO."

Jeong Taeui mengangkat wajahnya, dan seketika dirinya terperangah..

Dibandingkan dengan bayangannya tentang Sekolah "Swasta" Internasional yang sempat terlintas dibenaknya, itu semua bahkan tak ada apa-apa nya jika dibandingkan dengan pemandangan yang kini berada di depan matanya.

Tempat ini... Apa memang pantas disebut sekolahan...? KENAPA BANGUNANNYA TAMPAK SEPERTI KASTIL ABAD PERTENGAHAN?!!

"... Paman.... Nggak membawaku ke tempat yang salah kan..? " Koreksi Taeui, masih tak lepas memandang bangunan dengan luas yang tak dapat ia perhitungkan di hadapannya. Dengan bentuk menyerupai kastil raksasa Mont Saint Michael-- lengkap dengan mercusuar di beberapa sudutnya dan dikelilingi oleh pagar tembok setinggi 3 meter. Halaman depannya sendiri bahkan tampak begitu anggun dan mewah, dengan hiasan rerumputan dan beberapa patung makhluk mitologi terkenal.

Bahkan ada air mancur di tengah-tengah nya?!

Jeong Taeui seperti baru saja kembali ke abad pertengahan.

Apa mungkin ia akan bertemu dengan cyclops dan werwolf jika masuk ke dalam?

"Bagaimana? Keren bukan? Kau akan makin takjub jika sudah berkeliling. "

"... Aku takut bakal tersesat--"

"Tenang saja. Aku sudah memperkirakan hal itu, jadi aku meminta salah satu anak untuk membawamu berkeliling. Carilah Yuri Gable di Ruang Medis. Dia biasanya disana di jam ini. Ruang medis ada di bangunan pertama tinggal belok kiri saja. "

Jeong Taeui masih melamun mengagumi bangunan di depan matanya. Namun begitu mendengar suara mesin mobil yang kembali menyala, dia lantas menoleh. Matanya seketika melotot ke arah pamannya yang sudah masuk dan menutup pintu, seakan telah bersiap untuk pergi lagi.

"Pa-paman mau kemana? "

"Aku ini orang sibuk, jadi nggak bisa menemanimu. Pokoknya cari saja Yuri Gable dan kau bisa bertanya-tanya pada dia. Dia yang akan mengurus keperluanmu. Jadi, ingat misi mu dan semoga sukses, Taeui. Aku akan menghubungimu nanti malam. "

"Ap--OI PAMAAANNN--!!! "

Namun seakan menuli, Jeong Changin pun pergi begitu saja bersama sopir nya meninggalkan Jeong Taeui sendirian. Jeong Taeui hanya bisa terbengong.

"Ini... Gimana caraku masuk paman..... "

Menghela napas, Jeong Taeui merasa hanya akan sia-sia jika dia marah-marah pada udara bebas dan memilih untuk segera beranjak dari tempatnya. Jeong Taeui mendekati gerbang besi raksasa setinggi 5 meter di depannya. Tampak bertanya-tanya bagaimana caranya untuk masuk.

"Aku nggak bawa kunci... Apa harus manjat keatas--"

[[Selamat datang di Sekolah Swasta UNHRDO. Tolong Tunjukkan id card Anda]]

Jeong Taeui terkejut, sebuah suara seperti pesan sistem terdengar cukup keras. Ketika mendongak, Jeong Taeui baru sadar jika ada kamera pengawas dan speaker di sana.

Yah, lagi pula mana mungkin juga sekolah macam ini tidak memiliki pengawasan, kan?

Jeong Taeui tampaknya teringat bahwa pamannya telah memberikan sebuah kartu sebelumnya. Jadi Jeong Taeui mengeluarkan kartu itu dari dalam tas nya. Mendekat ke arah sebuah tempat seperti sensor di samping gerbang, sebelum akhirnya suara 'BIP' terdengar.

[[Identitas diterima. Anda diizinkan untuk masuk]]

Gerbang raksasa terbuka dengan gerakan bergeser ke kanan dan kekiri. Mempersilahkan Jeong Taeui untuk segera masuk dan memulai kehidupan sekolahnya yang baru.

>>>>>>>><<<<<<<

"Yang benar saja... Ruangannya yang mana sih?! "

Jeong Taeui bergumam kesal. Terus mencari-cari dimana letak ruang medis yang tadi disebutkan. Pamannya berkata bahwa letaknya di gedung pertama dan hanya tinggal berbelok ke kanan saja,

TAPI NYATANYA TAK ADA TULISAN RUANGAN MEDIS DI MANAPUN!

Semuanya ruangan yang tertutup. Di tambah ruangan nya bahkan juga terkunci rapat. Tak ada tulisan apapun di atasnya dan hanya ada tulisan nomor ruangan dalam angka romawi. Memang benar arsitekturnya sangat amat UNIK-- dengan pintu berkisi-kisi tinggi dan guratan pahatan yang tampak sangat diperhitungkan. Tak lupa lampu gantung dan patung-patung juga bunga cantik di dalam vas menghiasi setiap sisi pintu.

LANTAI KERAMIKNYA BAHKAN BERMOZAIK DAN SANGAT MENGKILAP!

Ini.. Kalau diinjak nggak apa-apa kan ya...

Tapi tetap saja-- SIAPA YANG NGGAK AKAN TERSESAT JIKA DILEPAS DI TEMPAT SUPER LUAS DAN BESAR SEPERTI INI COBA?! Dekorasi ruangannya sampai lantai dan atapnya bahkan juga SERUPA!

Belum apa-apa Jeong Taeui sudah lelah dan pusing gara-gara melihat kemegahan sekolah baru nya ini.

"Mungkin aku bakal terus berputar-putar di tempat ini sampai malam dan tidur di luar... Lagi pula, di mana orang-orang? Kenapa tempat seluas ini bisa begitu hening dan sepi seperti museum begini?!"

Sungguh-- Jeong Taeui sudah tak tahu lagi! Jika sampai ia tak bisa menemukan ruang medis atau bertemu dengan manusia atau bahkan PENUNGGU tempat ini, ia akan langsung keluar dan pergi dari tempat ini dengan berjalan kaki!

Namun ketika dirinya hampir di ambang rasa frustasi, bagaikan sebuah doa, sebuah papan kecil yang diletakkan di pintu sebuah ruangan tampak di matanya.

Senyum bahagia tersungging di wajahnya.

"KETEMU! " Tanpa babibu, Jeong Taeui lantas berlari ke ruangan itu. Pintunya bahkan tak dikunci dan sempat terbuka sedikit seakan menunjukkan akan adanya tanda-tanda keberadaan seseorang.

Jeong Taeui menarik gagang pintu raksasa itu kemudian masuk ke dalamnya.

"Punten... " Kata Jeong Taeui dengan sopan. Melongok sejenak ke dalam jika saja tindakannya yang gegabah dan bersemangat akan mengejutkan orang di dalam.

Namun tak ada yang menjawab.

Jeong Taeui pun memutuskan untuk masuk dan mengedarkan pandangan ke sekeliling.

Ia sedikit tak menyangka jika isi di dalam ruangan terlihat sangat normal. Layaknya Ruang kesehatan di sekolah pada umumnya. Dengan ranjang-ranjang yang di jajar dalam dua sisi, tertutup oleh gorden berwarna putih bersih sebagai pembatas. Ada nakas kecil di setiap ranjang, tak lupa meja yang berisi tumpukan buku di sisi depan lengkap dengan rak-rak dan etalase berisi obat-obatan dan alat-alat medis yang sepertinya cukup lengkap.

Ruangannya benar-benar sangat sederhana. Bersih, terang, dan NORMAL. Dengan jendela di sisi lain sehingga pencahayaan di tempat ini tergolong alami dan menyejukkan.

Jeong Taeui berjalan perlahan menyusuri ruangan itu. Menoleh kesana kemari, mencari keberadaan seseorang yang tadi disebutkan pamannya.

"... Dimana dia? Paman bilang aku bisa bertemu dengannya disini... " Guman Taeui.

Ketika langkahnya telah sampai di ranjang paling ujung di sisi yang berhadapan dengan jendela berkisi besar, Jeong Taeui melihat samar bayangan seseorang di sana.

Dengan sedikit ragu, Jeong Taeui menyibak tirai itu dan melihat seseorang.

Jeong Taeui... Sesaat terpana.

Ya. Ada seseorang di sana. Namun, menyebut sosok ini sebagai manusia tampaknya sedikit tak cocok...

Karena sosok yang tampak di depan matanya ini... Terlihat lebih mirip seperti peri.

Ya. Seperti peri kecil dalam serial anak-anak Peterpan.

Sosok itu seorang pemuda bertubuh kecil, tampaknya sedikit lebih muda dari Jeong Taeui. Berkulit pucat bersih sehingga cahaya dari jendela yang menyorot padanya tampak seperti memantul dan membuat kulitnya menjadi lebih terang. Wajahnya kecil dan tirus, dengan sudut wajah yang membentuk garis tegas halus. Bibir kecilnya yang kemerahan mengatup rapat dan tampak  membentuk garis tenang. Matanya terpejam, namun tak menunjukkan kesan terganggu apapun.

Jeong Taeui bahkan dapat melihat dengan jelas bulu matanya yang lentik sangat cocok dan membuatnya tampak seperti boneka.

Anak laki-laki secantik ini... Jeong Taeui baru pertama kali melihatnya. Jika saja rambut hitamnya dalam keadaan panjang, mungkin Taeui akan mengira bahwa sosok di hadapannya ini adalah seorang gadis.

Mungkin menyadari kehadiran Jeong Taeui, kelopak matanya bergetar. Ketika sosok pemuda cantik itu membuka matanya perlahan dan melihat Taeui,

Wajah tenang itu berubah seketika dan tiba-tiba--

Cklak--!

"--?!! "

Jeong Taeui terkejut. Sebuah pistol tiba-tiba di todongkan ke arahnya. Secara refleks Jeong Taeui pun mundur dan mengangkat kedua tangannya,

"O-oi tenang du--"

"Siapa kau?! "

Pemuda itu menggunakan bahasa Inggris ketika bertanya dengan nada mengancam. Jeong Taeui menarik bibirnya dengan kaku dan mencoba menjelaskan,

"Maaf, aku tak bermaksud mengagetkanmu. Aku hanya  sedang mencari seseorang. "

Sepasang mata coklatnya yang bagaikan kacang almond masih menatap waspada pada Jeong Taeui. Mata itu sama sekali tak menunjukkan keraguan. Tatapan yang dingin, bengis, namun juga keras kepala. Seakan-akan wajah cantik yang bagaikan peri dari negeri dongeng itu telah berubah menjadi setan kecil yang jahat dan keji.

Dan lagi-- apa benda di tangannya itu memang pistol sungguhan?

Walau begitu, bukan hal buruk jika Jeong Taeui tetap bertindak hati-hati.

Pemuda itu tampak menggerakkan manik coklatnya. Mengamati Jeong Taeui dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kemudian dia tampak menyadari sesuatu,

"... Aku tak pernah melihatmu? Di Kubu mana kau bernaung? "

Jeong Taeui mengerutkan dahinya. Tampak tak begitu memahami maksud dari pemuda manis di hadapannya.  Namun ketika dirinya hendak membuka suara kembali, seseorang menginterupsi dirinya dari belakang,

"Jadi kau sudah sampai? Aku berniat menyambutmu di depan tadi. "

Seorang pemuda lainnya telah berdiri si belakang Jeong Taeui. Taeui hampir saja memekik karena terkejut bukan main.

Pemuda itu melihat ke arah Taeui yang tampak masih menenangkan dirinya, kemudian ke arah pemuda cantik yang masih duduk di ranjang sembari mengarahkan pistol, kemudian dia menghela napas,

"Lu... Tolong turunkan pistolmu. Dia anak baru. "

Pemuda yang dipanggil Lu melirik ke arahnya. Matanya tetap dingin, namun seakan mengerti bahwa pertengkaran ini akan berakhir sia-sia, dia pun menurunkan pistolnya dan memasukkannya kembali ke balik saku blazernya.

"Jangan sok akrab denganku. Entah itu kau, atau anak ini, jika menggangguku lagi akan kupastikan kepala kalian berlubang hanya dengan sekali tembak. "

Dengan ancaman mengerikan itu, akhirnya Jeong Taeui yakin kalau pistol yang tadi diarahkan kepadanya benar-benar senjata ASLI!

Seketika ia merinding.

Pemuda cantik itu turun dari ranjang dan mengenakan kembali blazer berwarna krem. Dia pun melenggang pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi.

Bahkan menoleh atau melirik pun juga tidak sama sekali.

"... Ngeri amat... Emangnya boleh bawa-bawa benda begituan ke sekolah?"

"Dia bukan orang biasa, jadi ada kelonggaran dalam beberapa hal. Tapi sebelumnya kesampingkan saja soal itu. Perkenalkan, aku Yuri Gable. "

Pemuda di hadapannya ini, Yuri Gable mengulurkan tangannya ke Jeong Taeui. Taeui pun lantas balas menjabat tangan pemuda itu dan turut memperkenalkan dirinya.

"Aku Jeo-- Taeui. Kau bisa memanggilku Taeui. "

"Aku sudah tahu. Kau Jeong Taeui. Adik Jeong Jaeui dan Keponakan termuda Professor Jeong Changin. Beliau sudah berpesan padaku untuk membantu mengurus semua keperluanmu selama disini. "

Haish... Kenapa pamannya tak bilang sebelumnya? Ia jadi tak perlu terlalu berhati-hati di depan Gable bukan?

"Kalau begitu ikuti aku. Kita harus mengambil seragam dan perlengkapan lainnya selama kau tinggal di tempat ini. "

>>>>>>>>>><<<<<<<<<

"Ah, capeknya... "

Jeong Taeui merebahkan dirinya di satu-satunya ranjang yang tersedia di kamar itu. Karena menjadi murid pindahan mendadak, Jeong Taeui belum memiliki kamar sendiri dan harus menumpang di kamar Yuri Gable.

Yah, hidup menumpang sebenarnya bikin nggak enak. Tapi kalau mau menyalahkan, tolong salahkan saja pamannya yang tak mempersiapkan segalanya dengan benar dan membuatnya seperti anak terlantar di negeri orang.

Beruntung Yuri cukup berbaik hati membiarkan kamarnya yang kecil dijadikan tempat menampung Taeui sementara. Pemuda itu bilang Staff akan menyediakan kamar untuk Taeui besok jadi ia bisa mulai mengikuti kurikulum di tempat ini mulai besok pagi.

Tapi, jujur saja. Jeong Taeui merasa sudah lelah padahal hanya berkeliling sejenak di dua gedung. Pertama gedung depan, tempat dirinya masuk dan merupakan gedung khusus untuk menerima tamu dan Rapat Guru saja. Sedangkan gedung utama berada di tengah-tengah. Gedungnya bahkan jauh lebih besar karena menjadi tempat bagi anak-anak untuk belajar dan menuntut ilmu. Yuri bilang tempat itu sudah dilengkapi dengan laboratorium, ruang khusus olahraga, gedung serba guna, sampai ruang kelas tambahan.

Dan total semua kelasnya ada 20an dengan total ruang masing-masing kelas adalah 3 ruangan.

Gila... Terlalu luas dan rumit. Jeong Taeui masih tak habis pikir jika dirinya harus berjalan kaki sekitar 20 menit dari gedung utama jika ingin kembali ke asrama tempat Yuri berada ini.

Ia telah berkeliling di dua gedung itu. Tapi untuk gedung lainnya, Yuri menyarankan untuk tidak mendekat kesana jika tak memiliki keperluan karena gedung lainnya adalah gedung yang dikhususkan hanya untuk orang-orang tertentu saja...

"Jadi sistem si kaya dan si miskin juga berlaku disini, huh? " Gumamnya. Memikirkan kembali akan senyaman apa gedung lainnya yang ditinggali oleh anak-anak dari keluarga ternama dan tentu saja tajir melintir. Sudah pasti akan sangat berbeda dengan kamar Yuri yang dibilang hanya ruang asrama untuk orang biasa.

Walau begitu, tetap saja Jeong Taeui tidak bisa tidak mengagumi arsitektur dari gedung sekolahan nyentrik  ini.

"Jika ada sekolah favorit sekeren ini, kenapa nggak pernah ada berita yang memuatnya? " Taeui bertanya pada udara bebas.

Jeong Taeui memandang satu keranjang penuh seragam baru yang diberikan oleh seorang Staff dan meminta Jeong Taeui untuk menghafal kapan saja saat mengenakan seragam-seragam tersebut.

"Dasar sekolah gila... Apa mereka berniat membuat semua murid-muridnya menjadi model majalah fashion? Mereka memberiku 10 stell seragam berbeda yang penuh aksesoris rumit! " Gerutu Jeong Taeui.

Tapi biarlah. Nanti ia akan meminta tolong pada Yuri untuk mengajarinya menggunakan semua pakaian itu.

Jeong Taeui memandangi langit-langit kamar itu, walaupun tergolong kecil, tapi kamar Yuri terbilang bersih dan rapi. Dengan komputer di sudut lain dan tumpukan buku. Bahkan ada vas berisi kura-kura kecil juga di dekat komputer, ruangannya juga sejuk karena ber AC. Ditambah lantainya juga hangat, jadi tak masalah jika Jeong Taeui harus tidur di bawah untuk nanti malam menggunakan karpet atau futon.

Tapi ngomong-ngomong soal kurikulum, entah kenapa Jeong Taeui merasa khawatir akan tertinggal jauh dari yang lainnya...

Dan yang utama--

"Aku lupa bertanya pada Yuri, dimana Asrama Hyung. Ehm.. Tapi di jam ini seharusnya dia masih ada mata pelajaran kan? Mungkin aku akan kesana nanti malam saja. "

Ketika tengah memikirkan hal itu, handphone di saku Taeui berdering. Ia mengeluarkan handphone nya dan melihat sebuah nama yang familiar terpampang di sana.

"Ya paman?"

["Ah, Taeui, kau sudah bertemu Gable dan berkeliling kan?  Aku kepikiran barusan jika saja kau belum bertemu dengannya dan malah tersesat masuk ke kandang harimau. "]

Jeong Taeui memutar bola matanya malas, "Bukan masuk ke kandang harimau. Aku masuk ke kandang yang berisi anak kucing cantik yang hampir Menggigit wajahku. "

["Eh? Anak kucing? UNHRDO memang memelihara beberapa hewan langka seperti Rusa, tapi aku tak pernah mendengar ada--"]

"Lupakan saja apa yang barusan kukatakan. Aku ingin menanyakan banyak hal pada--"

["Semua pertanyaanmu tetang UNHRDO sudah ku tuliskan dan ku kirim file nya ke Email mu. Kau bisa membukanya. Gunakan itu sebagai panduan dan baca semuanya tanpa terkecuali. Aku tak ingin kau terlibat masalah , bahkan jika itu untuk melindungi Jaeui. Jadi sebagai saran, kau harus bertindak secara rasional dan menghindar dari masalah yang tidak diperlukan. "]

Jeong Taeui meringis, "Paman... Apa aku terlihat seperti pembawa masalah..? "

["Yah.. Siapa tahu. Nantinya kau malah masuk ke kandang harimau dan digigit olehnya. "]

"Paman.. Berhentilah bercanda dan tolong beri aku instruksi. Aku belum sempat mencari Jaeui-Hyung juga dan bahkan aku sekarang masih menumpang di kamar Gable. "

"Ah, Soal itu. Lebih baik kau menemuinya besok setelah resmi menjadi pelajaran di UNHRDO. Akan sedikit gawat jika mereka melihat orang asing masuk ke tempat ISTIMEWA seperti ini. Anggap saja untuk menutupi gosip jika kau masuk ke sana melalui jalur orang dalam. "

Jeong Taeui meringis "Jadi seharusnya aku mengikuti tes juga ya... "

["Ah Taeui, ada satu hal lagi. Selain informasi tentang sekolah dan seluk beluknya, aku juga mengirim informasi mengenai orang-orang yang perlu kau waspadai. Jadi pastikan untuk MEMBACANYA dengan cermat dan teliti. Lalu ingatlah baik-baik supaya ketika berurusan dengan mereka, kau tak terlibat masalah berkelanjutan yang dapat membuatmu atau Jaeui dalam bahaya. Kau tahu, aku mengandalkan mu disini. "]

"Baiklah paman, aku mengerti. Dulu paman pernah mengajariku hal-hal seperti ini-- dengan dalih bermain agen padahal kau memang berniat melatihku dalam bidang seperti ini. Aku mengerti, jadi tenang saja. Ingatanku memang agak buruk, tapi aku tahu kapan harus maju atau mundur. "

["Baguslah. Aku titip Jaeui ya. Jagalah Hyung mu dengan benar. Dan Taeui.... Jagalah dirimu juga. "]

Jeong Taeui tahu, perkataan pamannya ini hanyalah angin lalu bagi pria itu. Hanya peringatan sebagai bentuk formalitas antara paman dan keponakan, tanpa adanya niat tulus untuk mengkhawatirkannya.

Karena yang Jeong Changin pedulikan memang hanya Jaeui. Selalu seperti itu sejak dulu.

Walau begitu, Jeong Taeui tak terlalu ambil pusing. Toh, selama ia bisa hidup tenang, itu sebenarnya sudah cukup.

Walaupun Jeong Taeui tidak yakin setelah masuk ke tempat ini hidupnya akan tetap tenang...

"Baiklah paman. Terimakasih. Paman juga tolong jaga diri. Dan kabari aku jika ada sesuatu yang mendesak atau harus ku lakukan. "

["Tentu saja Tae. Itu sudah pasti. "] Kata pamannya. Jeong Taeui mengira bahwa percakapan mereka telah berakhir dan berniat menutup teleponnya. Namun suara pamannya tiba-tiba terdengar lagi.

["Ah, Taeui, tunggu sebentar. Aku ingin kau berhati-hati pada seseorang. "]

"Berhati-hati? Apakah ada seorang penjahat disini? "

["Ehm.. Menyebutnya penjahat sebenarnya juga tidak benar... tapi yah. Dia memang jahat. Keji dan tak terkontrol. Kau bisa menyebutnya GILA. "]

["Sebenarnya ada beberapa orang gila lainnya di tempat ini. Yah, mereka masih sepantaran denganmu, tapi tingkat kegilaan mereka dari beberapa sisi benar-benar mengerikan sampai pengajar di sini kadang tak bisa berbuat banyak karena kekuasaan yang mereka miliki dan kekuatan juga kegilaan mereka yang mengerikan itu. "]

Entah kenapa Jeong Taeui mulai merasa takut dengan hal ini, namun ia tetap bertanya,

"Baiklah, aku akan berhati-hati dengan mereka. Tapi kenapa dengan satu orang yang tadi paman sebutkan? "

["Dia adalah yang paling berbahaya. Paling dihindari semuanya. Jika bisa, tolong jangan pernah terlibat dengan anak ini. Karena dia bisa saja mencabik-cabik dirimu hanya karena kau tak sengaja menatapnya terlalu lama. Dia seumuran dengamu, tapi kejahatan yang ia lakukan bahkan sudah melebihi narapidana yang pernah aku tangani sebelum menjadi pengajar di UNHRDO. "]

Jeong Taeui terdiam sejenak. Ia tak perlu meminta Pamannya untuk menyebut siapa orang yang harus ia hindari ini.

["RieGrow. Jangan pernah terlibat masalah apapun dengannya. Ingatlah itu."]

>>>>>><<<<<<

Perkataan Jeng Changin terus berputar-putar di benak Taeui.

RieGrow ya... Dari namanya sepertinya dia berasal dari Eropa. Yah, Jeong Taeui tak kaget jika sekolah ini berisi anak-anak dari belaha dunia yang berbeda-beda. Dari yang berumur 17 hingga 23 tahun, mereka semua berada di sini untuk mendapatkan label sebagai Lulusan UNHRDO yang akan digunakan untuk berjalan ke dunia luar sebagai bantuan meraih apa yang mereka inginkan.

Walau begitu, Jeong Taeui tetap saja merasa aneh dengan perkataan pamannya.

"Memangnya kenakalan remaja macam apa yang sudah RieGrow lakukan? " Gumamnya.

Apa itu pembunuhan? Penculikan? Perampokan? Atau mungkin...Pemerkosaan?

Tapi sepertinya untuk poin terakhir sedikit tidak mungkin. Jeong Taeui mendengar bahwa di tempat ini sama sekali tak ada pelajaran atau Staff maupun guru wanita, jadi seharusnya itu tak terjadi.

.... tapi jika itu dilakukan sebelum anak ini masuk ke UNHRDO, itu masih mungkin saja....

"Tapi... Masa sih? Kalau memang dia melakukan hal-hal jahat seperti itu, bahkan kalaupun masih dibawah umur, tetap saja dia seharusnya mendapat hukum pidana bukan? "

Yah, memikirkan hal itu hanya membuat Jeong Taeui semakin penasaran. Walau begitu ia tetap bertekad untuk mempercayai informasi dari Pamannya dan menghindari orang bernama RieGrow ini.

Jeong Taeui membuka ponselnya dan melihat isi pesan dari pamannya di email. Semua informasi sudah dikirim bahkan lengkap dengan penjelasan dan detilnya.

Tapi Jeong Taeui memutuskan untuk membacanya nanti malam. Ia merasa lelah hari ini jadi ia ingin beristirahat atau bersantai lebih dahulu.

Jeong Taeui melihat ke sekeliling kembali, kemudian merasa tertarik dengan deretan beberapa buku di rak. Ia beranjak dari ranjang kecil Yuri dan mulai memilah-milah buku-buku di sana.

"... Gaya renang... Jajaran pantai di Cina... Tempat wisata air... Keindahan dunia bawah laut.... Kenapa semuanya berisi tentang laut dan pantai?" Herannya. Namun Jeong Taeui tiba-tiba menemukan sebuah buku yang menarik perhatiannya.

"... Ini... gaimana bisa dia memiliki buku selangka ini astaga--!! "

Jeong Taeui membuka-buka halaman buku itu dan tampak tertarik dengan isi di dalamnya.

"Hm... Ini buku ketiga ya... Apa dia memiliki buku keempat juga?" Gumam Jeong Taeui. Begitu sampai di halaman akhir, dia melihat sebuah kertas terselip di sana.

"Hm? Perpustakaan 2?... Ini hari terakhir peminjaman... Apa dia lupa? "

Jeong Taeui tampak berpikir-pikir sejenak, sebelum akhirnya memutuskan.

"Apa ku kembalikan saja ya? Dia pasti sudah selesai membacanya kan? Mumpung aku masih ingat letak perpustakaan 2, aku juga mau mencoba mencari seri ke-4 nya. Siapa tahu disana ada. " Gumam Jeong Taeui dengan sedikit bersemangat. Iapun beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar Yuri Gable untuk menuju ke perpustakaan.

Tak lupa sebelumnya menyambar jaket agar orang yang kemungkinan melihatnya tak curiga bahwa dirinya adalah orang luar.

Jeong Taeui berjalan selama 20 menit mencari letak perpustakaan yang sempat ia lewati ketika berkeliling bersama Yuri Gable. Letaknya cukup terpencil karena ada di ujung dari lorong panjang dan bahkan terpisah lumayan jauh dari ruangan lainnya. Tempatnya bahkan ada di bagian sudut-- seakan menyendiri dari keramaian. Jeong Taeui melihat papan bertulis Perpustakaan 2 di bagian atas pintu. Tanpa ragu ia pun masuk dengan mendorong pintu besar berukir indah di hadapannya.

Perpustakaan saat itu nyaris kosong. Padahal Jeong Taeui sudah membayangkan bahwa akan banyak anak-anak pintar dan suka menyendiri datang di jam sore seperti ini untuk membaca buku atau mungkin sekedar menjauh dari keriuhan sejenak. Namun yang ia lihat hanyalah seorang pria tua-- yang ia yakini sebagai staff penjaga perpustakaan. Jeong Taeui pun mendekati pria itu dan mengatakan tujuannya untuk mengembalikan buku.

"Atas nama... Yuri Gable..? "

"I-Iya, haha... "

Pria tua itu menatap Jeong Taeui dengan pandangan sedikit curiga. Namun tampaknya dia tak ingin untuk ambil pusing dalam hal ini dan mengambil buku itu.

"Baiklah. Terimakasih sudah mengembalikannya tepat waktu. Kau bisa menaruhnya di rak di sisi selatan. "

"... Selatan... Yang mana ya? "

Pria itu nenunjuk ke deretan di dekat jendela. Jeong Taeui mengangguk dan segera berjalan ke arah itu. Sepasang kelereng coklat gelapnya tak lepas lekat memandang deretan buku-buku yang terjajar rapih di masing-masing rak setinggi 3 meter. Semuanya terisi penuh dan tampak sangat terawat. Bahkan susunannya juga selaras. Tak ada kecacatan dalam penataannya sedikitpun.

Penjaga perpustakaan ini sudah pasti orang yang sangat perfeksionis dan menggilai buku.

"Ini... Seharusnya di sisi ini... " Gunan Taeui, melihat ke arah rak yang berada hampir di sudut di dekat jendela. Saat dirinya sampai di sana dan melihat deretan judul buku ternama yang ia cari, matanya lantas berbinar penuh semangat.

"Sial! Ini sudah pasti salah satu sudut dari surga dunia! " Pekik Jeong Taeui, lantas tersadar bahwa suaranya terdengar cukup keras sehingga ia buru-buru menutup mulutnya. Matanya melirik ke arah si penjaga perpus.

Pria itu melotot ke arahnya dari sana.

Jeong Taeui menggaruk belakang kepalanya dengan canggung dan bergumam, "Sorry... "

"Buku itu...? Kau memiliki selera bacaan yang bagus. "

Sebuah suara rendah dan tenang terdengar dari samping. Jeong Taeui terkejut dan hampir saja menjatuhkan buku di tangannya.

Ia tak sadar, ternyata ada orang lain selain dirinya (dan penjaga perpus) di tempat ini.

Sosok itu duduk di bangku sudut yang menghadap pada jendela langsung. Menerangi sebuah buku yang terbuka di tangannya yang tertutup sarung tangan. Sebuah senyum simpul tergaris di bibirnya yang tipis dan tampak begitu lembut.

"Kalau boleh, aku ingin meminjamnya juga. "

Seguir leyendo

También te gustarán

93.7K 9.2K 25
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
3.7K 146 19
Judul: 小蘑菇 [Xiǎo mógū] Jamur Kecil Penulis: 一十四洲 [Yi Shi Si Zhou] Genre: Adventure, Apocalyptic, romance, shounen-ai, humanoid. Jumlah bab: 84+5 eks...
501K 5.4K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
1.4M 81.7K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...