KUMPULAN CERITA PANAS by Robe...

Door RobertoGonzales95

272K 1K 23

Kumpulan Cerita Panas buatan Roberto Gonzales. Khusus 21 tahun ke atas. Meer

Pesta Bujang Liar si Pengantin Pria (1)
Pesta Bujang Liar si Pengantin Pria (2)
Pesta Bujang Liar si Pengantin Pria ( 3 )
Skandal Besar Menjelang Pernikahan (1)
Skandal Besar Menjelang Pernikahan (2)
Skandal Besar Menjelang Pernikahan (3)
Disewa Lionel (1)
Disewa Lionel (2)
Disewa Lionel (3)
- JEREMY MURAKAMI kembali -
Gigolo Biseks Simpanan Mama (1)
Gigolo Biseks Simpanan Mama (2)
Gigolo Biseks Simpanan Mama (3)
CASAMIGOS
CASAMIGOS - PROLOG
CASAMIGOS - 1: Ricardo
CASAMIGOS - 2: Kendall
CASAMIGOS - 3: Arjuna
CASAMIGOS: 4 - Sophia
CASAMIGOS: 5 - Intersection 1A
CASAMIGOS: 6 - Intersection 1B
Suami Yang Disetubuhi Cowok Macho Spanyol
Si Pemuas Satu Kos
Si Pemuas Satu Kos 2
Pacarku Sang Pemuas Satu Geng
Pemuas Suami Si Bos Bule
DRIVER OJOL ARAB PLUS - PLUS
Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku (1)
Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku (2)
DISETUBUHI TEMAN MACHO ISTRIKU DI PESTA PANTAI BINAL (1)
Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (2)
TUBUHKU DIPINJAMKAN PACARKU DI PESTA LIAR
BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (1)
BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (2)
BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (3)
Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (1)
Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (2)
Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (1)
Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (2)
PEMUAS PARA PREMAN JALANAN
Memperawani Suami Muda Tetanggaku
Lubang Pemuas Pria-Pria Beristri
Malam Liar Sang Budak Korporat
Takdir Seorang C*mdump
Service Plus-Plus Barber Straight Turki
BULE ONLINE, PEREBUT KEPERJAKAANKU
Salah Kamar, Aku Dapat Sugar Daddy
Napas Buatan Dari Papa Sahabatku
Menjebak Sopir Straight Bad Boy
MENJAJAL KEJANTANAN MASSEUR IMPOR RUSIA
LEGENDA SI OTONG MONSTER
MESIN PEMUAS MANTAN DAN GEBETAN
PELARIANKU SEORANG PRIA KEKAR BERISTRI
SI PEMUAS SEKAMPUNG
PEMILIK TUBUH INDAH SI PEMBANTU GANTENG
PELEGA DAHAGA SAHABAT PAPAKU

MENGERJAI DADDY KEKAR BERISTRI

1.9K 19 0
Door RobertoGonzales95



MENGERJAI DADDY KEKAR BERISTRI

by Jeremy Murakami

There is nothing more majestic than a man.

Pria adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling seksi. Keindahan tubuh maskulin mereka, ketampanan wajah mereka, ataupun cara mereka berbicara, tersenyum, bertingkah laku, ataupun sebatas cara mereka bernapas. Aku bisa puas sekali dengan hanya melihat pria-pria bertelanjang dada beraktivitas di sekitarku. Tidak perlu melakukan apa-apa, cuma melihat pria gagah dan maskulin bernapas saja aku sudah sange. Kalau ditanya, daerah pedesaan adalah tempat favorit untuk aku kunjungi. Itu dikarenakan pedesaan adalah surga bagi para penikmat pria yang bertelanjang dada. Bila berkunjung ke pedesaan, aku bisa merasa begitu kegirangan hanya dengan duduk diam bebarengan cowok-cowok berbadan kekar yang bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek di teras depan rumah mereka. Aku suka sekali pergi ke daerah terpencil di mana pria-prianya polos dan berpikiran simple. Apalagi, di tempat seperti ini aku bisa mengintip para lelaki jantan itu mandi di sungai sambil bugil tanpa sehelai benang pun dengan santai sekali. Sebuah kenikmatan yang hakiki ketika aku bisa mengamati para pria pedesaan berjejer mandi bersama-sama dengan kontol-kontol berjembut yang menggantung dengan santainya

Namun, ada suatu hal yang membuat aku lebih bernafsu sekaligus merasa lebih kotor. Aku jauh lebih bersemangat ketika melihat pria-pria beristri mandi. Entah kenapa, bagiku pria beristri itu selalu di atas pria-pria lain dari segi tingkat keseksian, meskipun pria-pria lajangnya bisa saja lebih ganteng. Sungguh menyenangkan ketika bisa menikmati pemandangan pria-pria beristri sedang mandi dengan cueknya. Aku membayangkan kontol-kontol berjembut dan terayun-ayun itu harusnya hak milik mutlak istri-istri mereka. Rasanya sangat menggairahkan membayangkan kontol-kontol itu dengan perkasanya rutin menyemburkan cairan kejantanan ke rahim istri mereka. Bakal lebih menggairahkan ketika mengetahui kalau para pria itu sudah memiliki anak. Tidak ada yang bisa menandingi kontol-kontol yang berhasil membuahi rahim wanita dan rutin menembus memek becek dan bau para istri mereka. Bila aku bisa menikmati kontol macam seperti itu, rasanya kehormatan bagiku, seorang pria homo sejati, untuk bisa menggantikan memek bau istri mereka dan memberikan kenikmatan yang berbeda dan jauh lebih menantang… Oh, betapa seksinya para pria yang beristri dan memiliki banyak anak seperti itu

Ilustrasi: John Wijaya

Namaku adalah John Wijaya. Usiaku baru 21 tahun. Aku seorang mahasiswa Chindo dari Jakarta yang sedang libur kampus selama satu bulan. Secara fisik, aku sangat dekat dengan kata sempurna. Selayaknya para Chindo lain, kulitku putih mulus dari lahir. Banyak orang yang bilang wajahku cute dan aku memiliki tubuh yang atletis karena hobiku gym. Hidungku mancung, alisku tebal, bulu mataku lentik, dan rambutku lurus nan nampak halus serta dipotong spiky. Bibirku tipis, dan menurut banyak pria yang pernah menciumku, aku ini seorang great kisser.

Saat ini, aku sedang liburan semester. Karena bosan di Jakarta, aku memutuskan untuk liburan di Bali untuk mengisi libur kuliahku. Ada alasan kenapa aku memilih Bali. Pertama, karena Bali adalah surga para pria seksi di Indonesia, baik pria lokal, turis lokal, maupun turis mancanegara. Kebanyakan pria-pria di Bali ini suka telanjang dada. Aku suka melihat pria bertelanjang dada. Sebenarnya, kalau bisa, ya pengen lihat mereka telanjang bulat. Sebuah kenikmatan besar bagiku bila bisa diperbolehkan melihat pria dalam keadaan intim dari tubuh mereka, yaitu telanjang sempurna tanpa sehelai benang pun yang menutupi. Di Bali, kalau kita pergi ke pantai-pantai eksklusif di Uluwatu, bisa sih melihat bule cowok nekat yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Kedua, aku suka Bali karena jarang ada penggerebekan yang berhubungan dengan kaum LGBTQIA+ seperti di Jakarta. Jakarta sekarang kurang aman. Sudah banyak sekali terjadi penggerebekan pesta yang berhubungan dengan pria-pria dan ketelanjangan. Padahal, kedua hal itu adalah kesukaanku: pria dan ketelanjangan. Ketiga, aku mau bertemu dengan Pak Setiawan, pria dewasa seksi yang telah mengisi fantasi-fantasi liarku selama beberapa bulan terakhir.


Ilustrasi: Pak Setiawan  

Ada tiga kata yang aku gunakan untuk menjelaskan soal Pak Setiawan. Dia tampan, gagah, dan manly. Pak Setiawan ini seorang pria dari kota kecil bernama Banyuwangi. Dia sangat santun sekali. Aku mengenalnya saat kami duduk bersebelahan di kereta api jurusan Jakarta ke Surabaya. Kala itu, aku sedang mood naik kereta api. Jadi, dibandingkan naik pesawat, aku memutuskan pergi ke Surabaya untuk liburan dengan kereta api. Pak Setiawan duduk duluan di kursinya. Saat aku masuk, dia tersenyum ramah padaku. Aku mau pingsan rasanya… Sejak duduk, aku merasa jantungku berdegup lebih kencang dari seharusnya. Melihat badan kekarnya itu bernapas dan hidup saja sudah membuat kontolku konak luar biasa. Sekitar tiga puluh menit pertama, dia hanya bermain-main dengan ponselnya. Aku sebenarnya ingin mengajaknya bicara. Tetapi, aku malu. Setelah bosan mengotak-atik ponselnya, keberuntunganku mengambil alih… Dia mengajakku bicara… Aku langsung klepek-klepek mendengar suaranya yang sangat maskulin dan kebapakan… Belum lagi, Pak Setiawan ini wangi sekali… Bau badannya wangi karena dia memakai parfum yang berbau sangat maskulin. Dia cukup metroseksual sepertinya. Selain itu, bau napasnya juga segar. Orangnya hangat dan suka physical touch kalau berkomunikasi. Kala berbicara denganku saat itu, dia suka dekat-dekat sekali. Alhasil, aku selalu bisa mencium aroma napasnya. Kadang-kadang, aku kelepasan ingin sekali menciumnya. 

“Adek mau ke Surabaya juga?” tanyanya padaku.

“Iya, Pak,” jawabku ramah tapi juga grogi. “Bapak juga, ya?”

“Iya… Tapi, tujuan saya ke Banyuwangi…”

“Banyuwangi?” tanyaku kaget. “Ini kan keretanya berhenti di Stasiun Gubeng di Surabaya, kan?”

“Iya, Dek…” ucap Pak Setiawan terkekeh. “Adek tidak salah kereta kok… Bapak nanti lanjutkan perjalanannya dari Surabaya ke Banyuwangi besoknya…”

“Oh begitu ya…”

“Adek namanya siapa?” tanya Pak Setiawan mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

“Nama saya John, Pak,” ucapku sambil meraih tangannya yang besar dan kuat itu.

“Salam kenal ya, Dek John…” ucap Pak Setiawan menggoyang-goyangkan tanganku dengan kebapakan. “Nama saya Setiawan… Panggil saja Pak Setiawan…”

“Salam kenal, Pak Setiawan…” ucapku sambil tersenyum simpul.

[ … ]

Pak Setiawan memperkenalkan dirinya padaku. Usianya 51 tahun… Dia seorang guru Matematika di sebuah SMPN di Banyuwangi. Badannya gagah karena bekerja sebagai personal trainer di sebuah pusat kebugaran di Banyuwangi sebagai sampingan. Dia bilang dia cinta bodybuilding. Dan dia sudah memiliki empat orang anak—bayangkan, empat orang anak! Seberapa sehatnya alat reproduksi Pak Setiawan? Pikiranku langsung liar membayangkan betapa derasnya pejuhnya muncrat ke rahim istrinya hingga bisa membuahi empat orang anak. Belum lagi membayangkan betapa gurihnya rasa pejuh Pak Setiawan… 

Ilustrasi: Pak Setiawan

Perjalanan 10 jam 30 menit tak terasa berlalu begitu cepat ketika kami menghabiskan dengan ngobrol bersama. Tiba-tiba, otakku berjalan begitu cepat. Aku langsung mengajak Pak Setiawan menginap di penginapanku untuk beristirahat menunggu keretanya keesokan pagi. Dari pembicaraan kami, aku mendengar Pak Setiawan akan tidur di stasiun karena tidak menyewa kamar untuk malam ini.

“Apa tidak merepotkan Dek John?” tanya Pak Setiawan merasa tidak enak.

“Tentu saja tidak, Pak,” jawabku meyakinkan. “Lagian, John menginap di Hotel Sahid, tepat di sebelah Stasiun Gubeng kok… Nyaman buat Bapak besok pagi berangkat ke stasiun. Tinggal jalan kaki…”

“Tetapi, Bapak jadi tidak enak…”

“John malah senang ada yang menemani, Pak,” jawabku berusaha ramah. “Nanti kita makan malam dulu yuk, Pak… John sudah lapar…”

“Ya sudah, nanti Bapak yang traktir, ya…”

“Beres…” ucapku terkekeh.

Sampai di Stasiun Gubeng, kami segera check-in. Setelah itu, kami pun naik Grab Car untuk makan malam di Tunjungan Plaza. Lagi-lagi, di sana aku yang membayar Ramen yang kami beli. Pak Setiawan ngomel-ngomel.

“Lain kali Bapak yang traktir lho, Dek…” ucap Pak Setiawan ngomel,  merasa tidak enak. “Bapak jadi tidak enak merepotkan Adek…”

“Beres, Pak…” ucapku tertawa.

Malamnya, aku tidak bisa tidur. Mataku terus menatap tubuh kekar Pak Setiawan bernapas dengan lembut. Dia mendengkur kecil, tetapi suara dengkurannya seperti musik di telingaku… Ingin rasanya aku mengecup bibirnya dalam tidurnya itu, tetapi aku takut dia marah dan menghajarku. Jadi, kuurungkan niat nakalku. Pukul dua pagi, aku pun tertidur.

[ … ]

Ilustrasi: John Wijaya


Kupikir hari itu adalah terakhir kalinya aku bisa bertemu dengan Pak Setiawan. Aku hobi traveling karena Papa dan Mamaku sibuk kerja dari kecil. Sudah hal biasa buatku untuk bertemu dengan orang baru dan berpisah. Perpisahan adalah hal yang sering kutemui. Jadi, aku tidak terlalu berharap apa-apa dengan pertemuanku dengan Pak Setiawan. Namun, dewi fortuna seperti berpihak padaku. Enam bulan kemudian, di saat liburan semester berikutnya, Pak Setiawan meneleponku.

“Dek John, masih ingat sama Pak Setiawan, kan?” ucapnya riang di balik telepon.

“Ya tentu ingat dong, Pak,” jawabku tak kalah bersemangatnya. “Bagaimana kabar Bapak?”

“Kabar Bapak baik, Dek…” ucapnya ramah. “Adek bagaimana?”

“John juga baik, Pak…” jawabku sambil tersenyum-senyum sendiri di balik telepon. “Tumben Bapak menelepon John… Ada apa, Pak?”

Ilustrasi: Pak Setiawan  

“Dek, ini Bapak lagi mau acara di Bali… Bapak menang penghargaan Teacher of the Year dan dapat penginapan di sebuah villa mewah di kawasan Uluwatu selama tiga malam dan uang saku tiga juta. Nah, keluarga Bapak tidak bisa ikut karena mertua sedang sakit. Anak-anak Bapak ikut menemani Mamanya mengunjungi mertua di Jember… Jadi, Bapak sendirian…”

“Oh, begitu ya, Pak…”

“Iya… Dan Bapak kok jadi kepikiran pengen ajak Adek ke Bali bersama kalau Adek mau… Adek kan suka traveling dari cerita Adek di kereta. Ini juga lagi liburan semester, kan? Kalau Adek mau, Adek bisa bergabung sama Bapak… Bapak bawa mobil dari Banyuwangi… Terserah, Adek mau ke Banyuwangi dulu baru Bapak jemput… Atau, Adek mau ketemu di Bali langsung? Nanti Bapak jemput di Bandara…”

Aku kaget bukan main dengan penawaran Pak Setiawan… Tentu saja, aku kegirangan bukan main. Tetapi, aku juga belum terbayangkan dengan apa yang akan kami lakukan. Namun, akhir dari pembicaraan ini menjadi sebuah sejarah… 


[ … ]

Dari pembicaraan dengan Pak Setiawan, aku memutuskan untuk pergi ke Bali dengan pesawat. Kebetulan, setelah melakukan survey, harga pesawat dari Jakarta juga tidak mahal-mahal amat. Selain itu, lebih nyaman juga buatku karena bisa hemat waktu dan tenaga. Aku juga meminta Pak Setiawan untuk tidak menjemputku. Akhirnya, dari Bandara Ngurah Rai, aku langsung memutuskan menggunakan taksi ke villa yang disiapkan oleh Pak Setiawan. Pak Setiawan awalnya keberatan, tetapi dia setuju pada akhirnya. 

Turun dari taksi yang mengantarku ke area Uluwatu, aku pun segera berjalan ke arah pintu depan rumah dengan kopor yang kubawa dari Jakarta. Dengan tidak sabar, aku mengetuk pintu depan.

"Iya… Sebentar, Dek…" ucap Pak Setiawan dengan suara yang berat dan serak kebapakan.

Tidak sampai sepuluh detik, dia membuka pintunya seketika. Dan… Jantungku seperti copot… Pak Setiawan kenapa tambah ganteng banget!

Ilustrasi: Pak Setiawan

Entah kenapa, tetapi aku merasa ada perubahan dari penampilan Pak Setiawan dari yang kuingat. Yang jelas, Pak Setiawan sekarang tampak lebih maskulin dan gagah sekali. Wajahnya tampan dengan muka mulus, alis tebal, hidung mancung, dan bibir tipis mungil. Rambutnya dipotong cepak dan rapi. Dia tampil sangat casual hari itu. Badannya cuma dibalut kaos tanpa lengan yang memamerkan otot dada dan otot lengannya. Selain itu, kaki dan pantatnya yang montok hanya dibalut celana boxer ketat. Badannya tampak semakin gempal banget! Lebih gempal dari dulu! Otot perutnya tampaknya sangat terbentuk. Kutaksir dia juga punya six pack meskipun badannya tampak bulky. Badan Pak Setiawan yang sekarang benar-benar tambah bikin ngiler deh! Bahu dan lengannya berotot sekali! Otot bisep dan trisepnya tampak lebih besar dari sebelumnya. Tentu saja ini lumrah sebab otot-otot itu tercetak indah setelah puluhan tahun latihan di gym. Dan, yang paling bikin jantungku berdetak kencang: dia ini straight dan married, kan?! Lengkap sudah semua ini! Aku benar-benar terlena! Kenapa dia bisa mengingatku dan mengajakku jalan-jalan bersama, ya?

“Selamat datang, Dek John!” ucapnya sambil tersenyum menyambutku. “Cuma bawa satu koper kecil ini, Dek?”

Pak Setiawan mengambil kopor dari tanganku, ingin membantuku membawanya ke dalam.

“Iya nih, Pak,” jawabku sambil berusaha menahan diriku sendiri. “Terima kasih ya Pak sudah mengundang John ke sini…”

"Masuk saja, Dek! Bapak baru saja menerima pesanan makanan buat makanan kita berdua," ujarnya sambil kembali jalan ke depan meja makan sambil membawa koperku ke kamar di depan ruang makan, lalu menyiapkan makanan yang sepertinya dia beli untuk kami. "Adek sudah makan belum?"

Ilustrasi: John Wijaya

“Belum, Pak…” jawabku malu-malu.

“Pas deh!” jawabnya sumringah. “Bapak sudah belikan Ayam Betutu dari Grab Food ini tadi… Kita makan bersama, ya…”

Entah kenapa, aku kali ini agak canggung bersama Pak Setiawan. Aku duduk di sampingnya dan mendengarkan dia bercerita. 

"Ayo makan, Dek!" ajaknya sambil menepuk punggungku. "Menurut review di internet, Ayam Betutu ini paling enak di Bali, lho…"

Kami pun makan bersama. Aku dan Pak Setiawan pun berbincang sambil makan bersama. Dia menceritakan soal istri dan empat orang anaknya padaku. Ini pertama kali aku mendengar cerita mengenai mereka berdua… Di kereta ataupun di hotel saat kami menginap bersama, Pak Setiawan lebih banyak bercerita mengenai pekerjaannya. Kali ini, sambil menyantap Ayam Betutu yang disiapkan Pak Setiawan, beliau bercerita banyak mengenai keluarga intinya dan mertuanya yang sakit. 

Dan sumpah deh… Susah sekali buat aku untuk menyimak cerita Pak Setiawan… Dari tadi, wajah dan kegagahan tubuh Pak Setiawan benar-benar membuatku semakin tergoda. Sembari Pak Setiawan bercerita, aku pun terus mengamati bibir Pak Setiawan yang sensual itu. Aku juga mengamati dadanya yang gagah serta lengannya yang kekar. Aku tidak bisa konsentrasi sama sekali

Ilustrasi: Pak Setiawan

Gilanya, aku sering nyaris kebablasan. Saat mendengar cerita Pak Setiawan, aku berkali-kali tergoda menempelkan bibirku ke bibirnya. Soalnya, aku senang sekali berciuman… Apalagi berciuman dengan pria tampan dewasa dan gagah seperti beliau… Tetapi, untungnya aku kembali tersadar dengan kewarasanku. Alhasil, demi menghindari kejadian yang tidak-tidak, aku memutuskan memandangi otot dada, putingnya yang kadang mencuat dari kaos tanpa lengannya, dan ketiaknya yang terlihat jelas berbulu lebat. Sial! Tetap saja aku merasa sange, tuh!

Setelah selesai makan, kami melanjutkan duduk-duduk di teras itu sambil bercerita banyak hal. Pak Setiawan pun meminta izin untuk merokok. Aku yang pada dasarnya tidak merokok hanya duduk di sebelah dia, mendengarkan cerita mengenai keluarganya dan kesulitan yang dia alami dalam membesarkan empat orang anak. Tentu saja, kontolku terus berkedut-kedut karena sange melihat sosok jantan mempesona di depanku yang begitu macho dan seksi itu.

Setelah hampir dua jam berbincang-bincang, dia mengajakku duduk di tepian kolam renang di dekat situ. Dia bilang dia ingin membuka laptop dan memeriksa tugas murid-muridnya. Dia juga mempersilahkan aku berenang kalau aku mau.

“Bapak mau bekerja sebentar ya, Dek… Adek tunggu sambil berenang saja…”

Pak Setiawan duduk di sebuah kursi di pinggir kolam dan membuka laptopnya sambil merokok. Tiba-tiba, dia melepaskan kaos tanpa lengannya. Mungkin dia kepanasan, aku tidak yakin juga. Yang jelas, perut six pack-nya sekarang terpampang jelas di depanku. Aku pun berenang di kolam renang, menikmati indahnya hari itu sambil sesekali menepi untuk istirahat serta menikmati keindahan tubuh telanjang dada Pak Setiawan di pinggir kolam. Setelah berang sekitar 45 menit, aku memutuskan untuk istirahat dan berbaring di kursi santai di sebelah Pak Setiawan. Pak Setiawan berakhir bekerja sampai matahari terbenam.

Beres bekerja, Pak Setiawan pun memutuskan untuk mengajakku makan malam bersama. Karena lokasi Uluwatu tidak terlalu jauh dari Jimbaran, Pak Setiawan mengajakku makan malam di kawasan Jimbaran. Dia ingin makan di pinggir pantai persis. Kami pun makan malam sambil menikmati suasana pantai malam. Meskipun keadaan sedang ramai disebabkan waktu liburan, aku seperti merasa memiliki pantai itu berdua dengan Pak Setiawan saja… Sungguh menyenangkan makan bersama sambil bercengkrama dengan pria yang tampan dan gagah seperti Pak Setiawan…

“Kali ini harus Bapak semuanya yang bayar, ya…” ancamnya padaku. “Kalau tidak, Bapak bakal marah sama Adek… Ini Bapak dapat uang saku dari sekolah, kok…”

[ … ]

Setelah makan malam, kami berdua segera pulang. Sampai di villa, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Karena malam itu gerah sekali, Pak Setiawan mengusulkan untuk mandi.

“Dek, kita tidur bersama saja ya… Kamarnya cuma dua. Yang satu kecil… Enakan kita tidur bersama di kamar utama,” jelas Pak Setiawan santai. “Lagian, kasurnya king size. Jadi, tidak akan terasa sesak atau semacamnya…”

“John ikut aja sama mau Pak Setiawan…” ucapku santai.

Ketika aku masuk ke kamar utama bersama Pak Setiawan yang membawa koporku dari kamar lantai bawah, aku tidak bisa santai lagi! Kamar mandinya tidak ada penutupnya! Hanya kaca di pinggir kasur! Kalau lagi mandi, pasti kelihatan dong! Aku bisa lihat tubuh telanjang Pak Setiawan?!

Ilustrasi: Pak Setiawan

“Dek, langsung mandi bareng, yuk!” ucap Pak Setiawan santai. “Kamar mandinya luas tuh…”

“Apa, Pak?” tanyaku kaget.

“Ayo mandi!” ujarnya sekali lagi.

Pak Setiawan dengan santainya melucuti semua kain yang melekat di tubuhnya hingga tidak ada selembar benang pun yang melekat di bajunya. Aku mau mimisan… Tidak! Yang benar, aku mau pingsan!

“Ayo, Dek!” ucap Pak Setiawan santai dan berjalan ke pancuran dalam keadaan bugil.

Keindahan ini begitu nyata di depan mata kepalaku sendiri… Punggung kekar Pak Setiawan yang begitu raji ditempa di pusat kebugaran… Pantatnya yang montok dan berotot itu bergoyang-goyang sambil kakinya berjalan… Otot bisep dan trisepnya yang begitu kokoh dan kuat… Belum lagi, kontol gagah Pak Setiawan… Besar, kokoh, dan panjang… Pas sekali dengan wajahnya yang kebapakan… Dari awal, aku merasakan big dick energy… Bukan sosok pria angkuh… Maksudku, dia memberi energi yang memancarkan kejelasan kalau kontolnya besar…

Pak Setiawan pun menyalakan shower dan mengetes kehangatan airnya dengan tangannya.

“Sudah pas hangatnya, Dek…” ucap Pak Setiawan, lalu memandang ke arahku yang kebingungan memandangnya. “Lho, sini, Dek!”

Tenggorokanku tercekat. Kontolku pun menegang. Suasana menjadi lebih awkward lagi ketika Pak Setiawan malah mendekatiku… Sambil bugil dan kontolnya bergerak kesana kemari, dia berdiri di depanku.

“Adek malu ya mandi bareng Bapak?” ucapnya terkekeh. “Iya, Adek kan orang kota. Di Banyuwangi, Bapak dan anak-anak Bapak biasa mandi telanjang bersama-sama di pemandian umum sungai… Asal airnya bersih, Bapak tidak ragu mandi… Adek belum pernah, ya?”

“Be-belum, Pak…” ucapku gugup.

“Ya sudah, anggap saja ini di pemandian umum sungai…” ucapnya terkekeh. “Biar Bapak jadi yang pertama buat Adek…

“Pertama?” tanyaku bingung dengan pikiran kemana-mana.

“Iya,” ucap Pak Setiawan dengan lancangnya mencopot kaos yang aku pakai. “Biar kita jadi semakin dekat… Biar tidak canggung lagi…”

Aku langsung mengambil alih situasi. Dengan cekatan, aku membuka bajuku sendiri.

“Anu… John buka sendiri aja, Pak…”

“Ya sudah,” ucap Pak Setiawan sambil terkekeh, lalu kembali ke shower.

Aku melucuti semua pakaian yang melekat di tubuhku dan kembali berkumpul bersama Pak Setiawan di pancuran. Kali ini, Pak Setiawan akhirnya bisa melihat tubuhku telanjang. Aku sudah tidak bisa menutup-nutupi lagi rasa ngacengku. Pak Setiawan mengamati kontolku sambil tersenyum.

"Kontol Adek gede juga ya?" tanyanya terkekeh sambil menggosok-gosok tubuh kekarnya dengan busa sabun. "Bapak kira Adek tidak mau lepas celana soalnya malu kontol Adek kecil…"

Ilustrasi: John Wijaya

"Iiiihhh, Bapak…" kataku sedikit merajuk.

Aku tapi tidak berani banyak berbicara saat mandi. Tidak bisa dipungkiri, aku malu bukan main dengan kekonakan yang terjadi di tubuhku di depan Pak Setiawan. Aku takut dia tidak nyaman atau semacamnya. Ternyata, itu bukan masalah buat dirinya sepertinya. Buktinya, dia santai-santai saja.

"Dek, mau bantu gosokin punggung Bapak?" tanyanya tiba-tiba.

"APA?" tanyaku kegirangan. "BENERAN GOSOKIN TUBUH BAPAK?"

"Iya…" jawabnya sambil tertawa, menyadari rasa excited-ku yang terlalu berlebihan. "Eit! Tapi ingat, jangan sentuh-sentuh bagian lain, ya!"

"Iya, Pak…" ucapku sadar dengan nada bicaraku tadi yang berlebihan.

Ilustrasi: Pak Setiawan  

Kuambil sabun ke tanganku dan kubilaskan itu semua ke sekujur tubuh Pak Setiawan. Aku pun mengusap-usap punggungnya yang besar dan kekar bukan main itu dan memijat-mijatkan busa itu ke sepenjuru badannya. Gila, punggung kekar Pak Setiawan bikin ngaceng bener, dah! Tidak bisa kupungkiri, kontolku langsung menegang dan berkedut-kedut tidak karuan ketika tanganku bisa menjamah otot-otot kekar di tubuh Pak Setiawan, daddy kekar beristri itu!

"Kontol Adek kena ke badan Bapak lho, Dek!" goda Pak Setiawan padaku. "Berkedut-kedut, kena pantat Bapak! Jangan berani-berani menyodomi Bapak lho, ya!"

Aku pun baru sadar, saking bersemangatnya, kontolku ternyata berkedut-kedut dan mengenai kedua pipi pantat montok Pak Setiawan! Aku pun malu luar biasa.

"OH, MAAF, PAK!" ucapku gugup.

Pak Setiawan cuma terbahak-bahak. Dia menoleh berhadapan denganku, menggosok-gosok kepalaku.

"Ada-ada aja sih!" ucap Pak Setiawan padaku. "Sudah, enggak usah malu! Sekarang, Adek balik badan, ayo! Bapak mau gosok punggung Adek!"

Ilustrasi: John Wijaya

Dengan wajah merah seperti tomat, aku pun mengikuti permintaan Pak Setiawan. Aku menoleh ke belakang, membiarkan Pak Setiawan menikmati bagian belakang tubuhku. Dia pun menyabuni bagian punggungku dengan telaten.

"Adek ini usianya enggak beda jauh sama anak Bapak yang pertama lho paling…"

"Yang benar, Pak?" tanyaku kaget. "Emang Bapak usia berapa?"

"Bapak ini sudah 51 tahun, Dek John…" jawabnya terkekeh. "Anak Bapak pertama usianya 21 tahun…"

"Ya ampun!" jawabku kaget bukan main. "Aku kira Bapak ini baru usia akhir 30 atau awal 40 tahun, lho! Bapak masih gagah dan ganteng banget… Enggak kelihatan kalau usia Bapak sudah 50 tahunan."

"Mana ada!" jawab Pak Setiawan sambil tertawa. "Bapak kan sudah tua begini… Mana ada yang mau sama Bapak?"

Ilustrasi: Pak Setiawan  

"Bapak apa enggak pernah lihat diri Bapak di cermin?" ucapku sebal. "Tubuh dan wajah Bapak yang kebapakan ini malah yang dicari sama kebanyakan cowok gay seumuran John!"

“APA?” tanya Pak Setiawan kaget.

GAWAT! Aku keceplosan bilang aku gay!

“Apa benar kata Adek tadi?” sahut Pak Setiawan lagi.

“Benar apa, Pak?” tanyaku pura-pura bodoh, tetapi dadaku seperti mau meledak di depan Pak Setiawan.

“Adek ini gay?”

Oh Tuhan, aku sudah tidak bisa lari lagi

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

"Adek masih sange ya?" tanyanya sambil memandangku.

Aku diam saja, tidak tahu harus bicara apa.

“Jawab dong, Dek…”

Dengan jujur, aku menjawab, "Sebenarnya sudah seharian, Pak. Dari pagi, John sudah berjuang sekuat tenaga untuk tidak memegang tubuh Bapak. John dari tadi sudah bersyukur saja bisa lihat burungnya Bapak… Tetapi, namanya juga seorang homo… Kami tidak bisa mengontrol tubuh kami sendiri"

"Maafkan Bapak ya,  Dek," ucapnya sedih, lalu mengajakku tidur di kasur. "Kasihannya Adek ini… Sini, tidur di sebelah Bapak…”

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

Besok paginya, aku bangun nyenyak sekali. Mungkin gara-gara semalaman aku menikmati, mengagumi, dan memandangi pria straight seksi tidur telanjang bulat di sebelahku. Tanpa kusadari, aku baru bangun sekitar jam sepuluh. Ketika aku bangun dari tempat tidur, aku lihat Pak Setiawan sedang mandi. Morning wood-ku langsung menjadi-jadi. Apalagi, sekarang di depanku, Pak Setiawan sedang mandi dengan santainya, membiarkan tubuh telanjangnya yang basah itu terpampang nyata di depanku. Bisa kulihat kontolnya yang besar dan panjang itu menjuntai, menggantung di tengah kedua bola testisnya yang indah.

Good morning, Adek…” ucap Pak Setiawan sumringah. “Ayo, mandi bareng sini, Dek! Biar seger!”

“Jangan, Pak…” ucapku malu. “Nanti saja setelah Pak Setiawan…”

“Sini kok!” ucap Pak Setiawan tidak sabar. “Bapak mau minta tolong digosok punggung Bapak!”

Mau tidak mau, aku pun segera melucuti celana dalamku dan berjalan ke arah shower. Pak Setiawan terkejut melihat kontolku yang masih ngaceng tidak bisa diajak kompromi itu lagi. Wajahku merah seperti tomat.

“Adek masih ngaceng aja nih?” tanya Pak Setiawan murung.

“Jangan ditanya lagi, Pak…” ucapku sambil menutup mataku. “Kan John jadi malu…”

“Bapak harus ngapain biar Adek tidak tersiksa begini?” tanya Pak Setiawan konyol. “Kasihan Adek ngaceng terus begini… Apa tidak capek?”

“Mau bagaimana lagi, Pak?” sahutku balas bertanya. “Pak Setiawan itu ganteng sekali… John benar-benar bernafsu melihat tubuh Bapak… Soalnya, jujur saja, Pak Setiawan ini seksi sekali…”

Pak Setiawan mengacak-acak rambutku agar basah oleh air hangat dari shower.

"Ada-ada aja Adek ini!" ucap Pak Setiawan sambil tertawa girang. "Ya sudah, sebagai bonusnya karena sudah bilang Bapak ganteng, ini ya…"

Pak Setiawan tiba-tiba saja dengan lancangnya menarik tubuhku mendekatinya. Lalu, tangannya diturunkan untuk menyentuh lembut perut rataku, pusar, lalu singgah di kontolku yang mengacung dan berkedut-kedut karena perbuatan nakal tangan Pak Setiawan! Aku cuma bisa melotot. Dadaku berdegup-degup kencang.

"Pak Setiawan!"

Pak Setiawan cuma tersenyum-senyum. Tangannya yang basah karena air pancuran itu dengan lancarnya mengonani kemaluanku. Rasanya nikmat sekali! Sudah pasti, karena dia kan pria dewasa yang sudah paham banget dengan kenikmatan yang bisa dia dapat dari kemaluannya! Tubuhku pun bergetar-getar. Seakan-akan tangan Pak Setiawan adalah rambatan ekstasi yang mulai masuk ke dalam saluran syaraf tubuhku.

"Argghhhh… Aaahhhhh…"

Aku pun menutup mataku dan menikmati setiap gesekan tangannya ke kulitku. Ada suara desahan-desahan halus dari mulutku yang keluar. 

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

"Terima kasih ya Dek karena Adek sama sekali tidak menyentuh Bapak selama Bapak tidur. Bapak tahu ini berat karena Adek menyukai tubuh Bapak," katanya memulai pembicaraan. "Bapak sebenarnya gampang kebangun kalau malam. Tetapi, semalam Bapak tidur pulas sekali."

"John juga langsung tidur pulas kemarin, Pak…”

"Bapak mau coli sekarang," ucapnya membuat jantungku seperti mau copot. "Adek mau lihatin Bapak coli?"

Sebenarnya, saat itu, aku benar-benar marah dengan Pak Setiawan… Aku berasa dipermainkan… Apa sih maunya dia? Aku harus bertingkah bagaimana di depannya?

"Bapak tahu Adek sangat suka dengan tubuh Bapak… Tetapi, maaf Dek, Bapak ini normal… Bapak tidak mungkin bisa menyenangkan Adek…” ucapnya menjelaskan. “Tetapi, setidaknya Bapak bisa menyenangkan Adek dengan coli di depan Adek, kan?”

Ilustrasi: Pak Setiawan  

Aku seperti ditampar… Niatnya baik, tetapi aku merasa terhina. Terhina karena kesalahanku sendiri. Aku tahu harusnya aku menolak. Tetapi, aku penasaran juga… Dan aku pun membiarkan Pak Setiawan memulai melakukan aktivitasnya. Dia mulai mengocok kontolnya pake satu tangan, sementara tangan yang lain membuka laptopnya. Dia buka folder video bokep yang sudah dia download lalu mulai menyalakan satu video bokep dari situ. Dadanya kembang kempis, membuat tubuh seksinya itu semakin menggoda di mata pria penyuka sesama jenis sepertiku. Apalagi, mulutnya yang sedikit terbuka itu terus mendesah-desah.

Dia pun makin intens menaik-turunkan kontolnya dengan tangannya. Dia ludahi tangannya di depanku, lalu ludah itu digunakan untuk melicinkan permukaan kontolnya agar tidak sakit saat dikocok. Tak kusadari aku ikut membuka mulutku saat Pak Setiawan meludahi tangannya. Aku pengen cipokan dan diludahi oleh pria segagah Pak Setiawan… 

Melihat aku membuka mulutku, Pak Setiawan tertawa dan bertanya, "Kenapa kok Adek buka-buka mulut kayak ikan koki, Dek?"

Aku tidak menjawab karena malu. Lalu, kuamati kontol Pak Setiawan kian membesar seiring dia mengamati video bokep di laptop. Ternyata ukurannya tidak sepanjang kontolku waktu ngaceng. Tapi, kontolnya jauh lebih tebal. Jadinya, kontol itu tampak menggemaskan sekali. Kontolku berkontraksi dengan pemandangan indah di depanku… Aku yang sudah kehilangan urat maluku pun ingin ikut ngocok di depan Pak Setiawan.

"John boleh ikut coli juga enggak, Pak?" tanyaku memberanikan diri bertanya.

"Ya boleh, Dek…" balas dia terkekeh sambil mulai memilin-milin putingnya sendiri. “Kan itu kontol Adek sendiri… Bebas Adek apa-apain…”

Aku pun ikut melepas celana pendekku dan onani bersama Pak Setiawan. Kukira aku akan bahagia dengan pemandangan ini. Nyatanya, aku semakin tersiksa karena aku hanya bisa melihat cowok gagah straight itu coli tapi aku sendiri tidak boleh menyentuhnya. Tetapi, aku tetap bersyukur. Kuamati pemandangan indah dari Pak Setiawan sambil merekam dalam kepalaku sosok lelaki straight beranak dan beristri itu coli untuk bacolku nanti sampai akhir hayatku. Hanya saja, sebenarnya, sebagai seorang pria homoseksual normal, lama-lama aku tidak kuat juga, ya kan? Aku tidak kuat ingin memegang tubuh Pak Setiawan! 

Ilustrasi: John Wijaya

Jadinya, dengan modal nekat dan suara bergetar, aku memberanikan diri bertanya, "Mau John bantuin mainin nenennya enggak, Pak?"

Pak Setiawan menoleh ke arahku sebentar, mempertimbangkan, lalu ngangguk. "Ya sudah,  Dek…"

Tangannya yang lagi mainin nenennya yang menggoda itu langsung dia lepas. Aku menggeser posisi dudukku semakin mendekat ke arah tubuh telanjangnya, lalu kumainkan tetek seksinya memakai tanganku. Saat tanganku menyentuh puting susunya yang mungil nan menggoda itu, tubuhku seperti tersetrum listrik beraliran tinggi. Di luar dugaanku, Pak Setiawan bereaksi juga ternyata. Energi listrik yang melalui tubuh kami ini rupanya nyata. Mulut seksi pria straight itu mulai mengerang…

"Aaaaahhh..." 

Mungkin dia mengalami sensasi berbeda ketika dipilin sendiri daripada dipilin orang lain. Pak Setiawan tetap mengocok kemaluannya, menggenggam kontolnya yang mengacung kokoh dan berbentuk tebal itu. Kini aku dan Pak Setiawan bersinergi untuk mencapai tujuan yang sama: membawa daddy ganteng nan straight ini ke puncak kenikmatan yang ada. 

Ketika diriku dan Pak Setiawan bersinergi menjadi satu, waktu berlalu lebih cepat dari seharusnya. Rasanya seperti baru saja aku memainkan nenen Pak Setiawan, tak terasa, jam dinding sudah menunjukkan hampir setengah jam tanganku memainkan puting seksi pria straight itu. Sambil aku memainkan itu nenennya, Pak Setiawan mendesah-desah dan terus mengocok batang kontolnya. Kontol straight Pak Setiawan itu terus menegang dan berkedut-kedut, namun dia tidak muncrat-muncrat juga. 

Berbekal nekat, aku pun menawarkan diri untuk membantunya, "Pak, mau John nenenin pake mulut John, enggak? Siapa tahu Bapak bisa crot lebih cepat…"

"Hah?" Pak Setiawan menoleh, tidak menyangka dengan pertanyaan lancangku. Kulihat dia tampak mempertimbangkan permintaanku terlebih dahulu. Akhirnya, dia menyerah. "Ya udah, sini Dek!"

ASYIK! Aku seperti mendapatkan undian lotre! Akhirnya, aku keturunan bisa nenen ke puting pria straight hot seperti Pak Setiawan! Sambil mulutku bergetar karena rasa gugupku, lidahku kujulurkan. Kusapu lembut tetek Pak Setiawan dengan lidahku yang basah dan hangat. Kurasakan tubuh Pak Setiawan tampak bergetar juga saat lidahku mulai menari-nari putingnya yang melenting. Rasanya asin. Sungguh gurih dan nikmat sekali. Aku semakin terangsang berhubung putingnya di posisi dekat sama ketek dia yang aromanya maskulin banget. Selain itu, dari posisi ini, aku bisa menatap lebih jelas kontol indah Pak Setiawan di bawah sana yang sedang dikocok.

Ilustrasi: Pak Setiawan  

Meskipun Pak Setiawan tidak bisa menyembunyikan rasa nikmatnya dari getaran-getaran tubuh telanjangnya, masih belum ada tanda-tanda dia mau muncrat juga. Padahal, tubuhku sudah mau meledak rasanya. Aroma tubuh lelaki maskulin Pak Setiawan benar-benar semerbak, memenuhi indra penciumanku. Hal ini membuat kontolku berkedut-kedut terus menerus sange bukan main.

"Pak... Itu…" ucapku gugup bukan main, tetapi aku berharap bisa kejadian juga. "Bapak…mau John sepong sekalian?"

Pak Setiawan pun berhenti mengocok dan menghadap ke wajahku. Sekarang, wajah tampan dan garangnya yang khas pria straight beristri yang dewasa itu pun memandangku dalam-dalam, hendak mengatakan sesuatu. Aku takut bukan main… Bingung juga sih melihat reaksinya. Apakah Pak Setiawan marah dan tersinggung? Bagaimana kalau dia marah menghajarku seperti perkataannya kemarin?

"Itu kalau Bapak mau saja, kok…" jawabku mati kutu. "Siapa tahu Bapak lagi capek… Mungkin John bisa bantu biar Bapak cepat crot…"

"Tapi kita lakuin di kamar aja," jawab Pak Setiawan tiba-tiba. "Tidak enak kalau ada yang lihat Bapak diisepin orang yang usianya cocok jadi anak Bapak begini… Kan posisi kita lagi di outdoor…"

Ya elah, dari tadi seenak jidat di sepanjang property enggak malu, tetapi kelihatan disepong kok malu-malu sih, batinku kala itu. Tetapi, aku cuma diam saja dan mengangguk-angguk kegirangan. Akhirnya kesampean juga isepin kontol bapak-bapak straight yang gagah seperti Pak Setiawan! 

Pak Setiawan tampak celingukan melihat sekitar property, memastikan tidak ada yang melihat ke arah kolam renang villa yang outdoor dan sebenarnya agak terekspos dari luar. Dia lalu menarik tanganku ke dalam gedung villa, seperti seorang ayah yang menggandeng anak balitanya. Kini, aku bisa melihat kontol straight Pak Setiawan tampak tegang dan sange sambil berjalan menarikku ke kamar di lantai dua. Kepala kontolnya yang besar tampak berkedut-kedut. Dengan cekatan, dia menarik aku berjalan lebih cepat.

Setiba di kamar di lantai atas, Pak Setiawan berbaring di kasur. Aku berbaring dekat Pak Setiawan. Pak Setiawan tampak berusaha bersantai, mengganjal kepalanya dengan kedua telapak tangannya sehingga memamerkan ketiaknya yang lebat nan seksi itu. Semerbak bau jantan pria dewasa langsung memenuhi indra penciumanku. Tanpa basa-basi, aku langsung mengocok kontol Pak Setiawan naik-turun. Pak Setiawan sendiri tampak memainkan kedua putingnya dengan tangannya sendiri. Dia terus menatap tubuhku yang hanya bersempak sejak bangun tidur tadi mengonani kemaluannya dengan mulut yang penuh air liur, tergoda untuk segera menyantap batang kontolnya.

"Adek nanti lupakan hal ini ya…" ucap Pak Setiawan dengan mata merah penuh nafsu. "Tidak tahu ada setan apa yang merasuki Bapak… Tiba-tiba, Bapak sange aja… Pengen coba variasi baru… Mumpung ada Ade di sini…"

"Tenang aja, Pak," kataku tersenyum sambil tangan masih mempermainkan kontolnya dan mataku terus memberi kontak mata pada Pak Setiawan. "Semua rahasia aman bersama John… Bapak tinggal terima enaknya saja…"

Aku pun mulai mengendorkan intensitas kocokanku ke burung Pak Setiawan. Tujuannya, aku ingin dia semakin tergoda agar dipuaskan oleh diriku lebih lagi. Aku pun langsung mendekatkan mulutku ke dekat kontol gagah straight milik Pak Setiawan, menyepongnya. Pak Setiawan tampak menahan napasnya ketika bibir lembut dan lidah basahku menyentuh pangkal kontolnya. Bukannya jijik ketika kontolnya disedot pria homo sepertiku, Pak Setiawan malah mendesah keenakan.

"Aaaahhhh…."

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

Setelah puas menggapai puncak kenikmatan dengan bantuan mulutku, Pak Setiawan menjatuhkan dirinya dan berbaring di sebelah tubuhku. Napasnya masih memburu. Aku pun bangkit dan mengatur tubuhku untuk berbaring di sebelahnya. Kupandangi sosok gagah Pak Setiawan yang berbaring di sebelahku dengan gagahnya. Kontolnya masih setengah menegang setelah orgasme hebat di mulutku. Dia mengusap keringat di wajahnya dengan tangannya. Lalu, dia menoleh ke arahku.

"Gila tadi itu, Dek…"

"Enak enggak, Pak?" tanyaku sambil terkekeh, merasa lebih nyaman untuk menggoda dirinya.

"Banget!" ucap Pak Setiawan tidak mau membohongi diri. "Sudah berapa kontol yang sudah Adek isep? Adek kayaknya ngerti banget ya cara ngenakin kontol!"

Aku pun pura-pura tersinggung dan memukul lengan Pak Setiawan yang kekar dan berkeringat. Ketika tanganku bisa bersentuhan langsung dengan bisep dan trisepnya yang terbentuk sempurna di depanku itu membuatku ngaceng seketika.

"Adek enggak mau ngocok, Dek?" tanya Pak Setiawan santai.

"Boleh, Pak?" tanyaku kaget.

"Ya boleh lah!" balas Pak Setiawan cepat-cepat. "Adek tadi sudah bikin Bapak keluar enak banget… Adek keluarin aja punya Adek… Bapak enggak masalah…"

Aku pun segera memainkan kontolku sambil memandangi tubuh Pak Setiawan. Kontolku yang mengacung-acung itu pun segera kumainkan dengan tanganku.

"Bapak bukain bokep gay, ya?" ucapnya sambil meraih ponselnya yang kebetulan ada di dekat kasur. "Adek mau nonton apa?"

"Terserah, Pak..." ucapku tidak terlalu peduli.

Pak Setiawan segera menyetelkan sebuah video random dari PornHub. Kebetulan pemerannya adalah Alpha Wolfe yang sedang ditusbol sama Roman Todd. Di detik pertama, si Alpha Wolfe sudah langsung ditusbol begitu saja sama si Roman Todd. Kocaknya, melihat itu, Pak Setiawan langsung kaget dan mengarahkan layar ponselnya ke arahku. Aku langsung tahu Pak Setiawan baru pertama kali melihat bokep gay seketika itu juga.

Ilustrasi: Alpha Wolfe

Dengan konyolnya, dia langsung bertanya, "Sakit apa tidak sih disodomi kayak gitu, Dek?"

Aku pun langsung berusaha sok cool menoleh ke wajahnya. Jawabanku setelah ini akan menentukan nasibku!

"Itu cowoknya kelihatan kesakitan enggak, Pak?" jawabku diplomatis dan ambigu.

"Kok malah kelihatan keenakan, ya?" jawabnya sambil tertawa. "Adek kan homo… Kasih tahu Bapak dengan jujur! Gimana rasanya disodomi? Sakit apa tidak?"

"Kan semua homo tetap ketagihan habis disodomi…" jawabku gugup setengah mati dengan dada bergemuruh. "Artinya, disodomi itu sakit apa enak, Pak?"

"Ya Bapak mana tahu!" jawabnya tiba-tiba terdengar agak kesal.

Sepertinya Pak Setiawan mulai tergoda deh! Buktinya, dia ngapain tiba-tiba bereaksi keras begitu?

"Bapak mau cobain?" tanyaku berusaha mencoba peruntunganku.

"Enggak lah, Dek!" jawabnya tegas. Tetapi, kenapa cepat sekali? Terasa tidak wajar!

"Daripada penasaran, Pak..." ucapku terus mendesak. "Coba aja John masukin dikit… Kalau sakit, enggak usah lanjut… Gimana?"

"Enggak mau ah!" ucap Pak Setiawan bersikukuh.

Aku pun tidak berani memaksa lagi. Sebenarnya, aku agak kecewa sih… Tapi, apa mau dikata? Aku lanjutkan mengocok kontolku sambil mengamati adegan Roman Todd yang terus menganal si Alpha Wolfe. Tetapi, di luar pemikiranku, si Pak Setiawan kembali bertanya lagi.

Ilustrasi: Roman Todd

"Gitu gimana cara masukinnya sih, Dek?" tanya Pak Setiawan agak gengsi. "Kalau memek kan ada pelicin alami yang keluar saat klitoris dirangsang. Kalau lubang pantat gimana? Kan enggak bisa licin sendiri…"

"Ya pake pelicin, Pak…" jawabku mulai merasa ada masa depan dari pembicaraan ini! Aku pun berdiri, meraih tasku yang kebetulan tadi malam aku bawa ke kamar ini. Kukeluarkan sebuah tube berisi pelicin merk Vigel yang selalu aku pakai. "Pakai ini, Pak... Mau dicoba?"

"Enggak mau…" jawab Pak Setiawan lagi.

Tetapi, setelah aku dengan kecewa kembali mengocok kemaluanku lagi, kali ini dengan bantuan pelicin, Pak Setiawan tampak gelisah. Dia tampak sedang kepikiran sekali. Tidak ada angin tidak ada hujan, Pak Setiawan kembali mengajakku berbicara.

"Coba bentar aja deh, Dek…" katanya tidak berani memandang wajahku. "Kalau sakit, jangan dilanjutin lho, ya… Janji sama Bapak!"

ASYIKKKKK!!! Seperti menang lotre jutaan dollar di mesin casino di Las Vegas saja! Mimpi apa aku semalam sampai bisa ada kesempatan menembus pantat montok perawan hot daddy dengan empat anak dan seorang istri? Gila banget! Apalagi, pantat Pak Setiawan kan gede banget! Montok banget!

"Beneran, yah?" tanyaku kemudian. "Bapak yang minta, ya? Jangan hajar John lho nanti…”

"YA MANA MUNGKIN BAPAK HAJAR ADEK…" jawab Pak Setiawan tampak sedikit malu. "UDAH, LANGSUNG AJA DEH!"

"Jadi, gimana nih perjanjiannya?" tanyaku menegaskan. "John langsung coba entot Bapak aja?"

"Berhubung Bapak penasaran, Adek coba masukin kontol Adek ke dalam pantat Bapak aja deh, Dek," jawabnya lagi. "Tapi, kalau Bapak kesakitan, langsung berhenti, ya! Jangan paksa-paksa Bapak!"

Aku cuma mengangguk-angguk paham dan tidak mau banyak omong lagi. Takut juga kalau terlalu banyak omong, Pak Setiawan bisa mengurungkan niatnya. Jadi, aku diam saja dan langsung mengambil ancang-ancang untuk menembus pantat perawan pria straight di depanku.

Pak Setiawan langsung menungging di atas kasur. Dirinya bertumpu pada sandaran tangan dan lututnya. Pantatnya dia naikkan ke atas, berusaha mengarahkannya ke arahku. Persis dengan bintang-bintang bokep yang minta disodomi. Aku juga tidak mau berbasa-basi lagi. Kulumuri kontolku pake pelumas. Lalu, aku membungkuk dan menjilati lubang pantat sempit Pak Setiawan. Lidahku pun aku julurkan dan permainkan di pantatnya.

"LHO… LHO… DEK, ADEK APAIN LUBANG BAPAK?" ucapnya kebingungan. "AHHHH… OHHHH… AHHHHH…"

"Nikmati aja, Pak," ucapku di sela-sela permainanku ke lubang pantatnya. "Biar lubang Bapak rileks dan siap menerima kontol John nanti…"

Pak Setiawan yang mulai mengerti tujuannya cuma diam saja. Sambil satu tangan bertumpu di pipi pantat montok Pak Setiawan, mulutku terus menjilati lubang perawannya. Tanganku yang lain sibuk meratakan pelumas di kontolku sambil mengocok kontolku biar semakin tegang luar biasa. Pelan-pelan, kuarahkan kontolku yang sudah ngaceng ke bibir pantat perawannya.

Seperti dugaanku, susah sekali masuknya. Berkali-kali aku coba desak masuk kontolku, tetapi tetap tidak bisa masuk juga. Yang ada, Pak Setiawan terus mengerang kesakitan.

"Udah-udah, Dek…" katanya memohon untuk berhenti. "Sakit banget, Dek…"

Aku kasihan juga… Tetapi, ini kan kesempatan langka buatku. Aku pun segera mengarahkan tanganku ke puting Pak Setiawan, titik sensitif milik dia. Tanpa diduga, tubuh Pak Setiawan langsung bergetar seperti tersetrum listrik tegangan tinggi. Lalu, aku pun segera mendorong kontolku dalam-dalam sambil memainkan teteknya tadi. Pak Setiawan tiba-tiba mengerang keenakan.

"Ahhhh… Ohhhh…  Dek… Kok…"

Dengan sekali desakan mantap ke dalam bo'ol Pak Setiawan, aku dorong pantatku agar kontolku masuk mentok di dalam pantat perawan pria straight itu. 

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

"LHO! KENAPA BERHENTI, DEK?" tanyanya tidak senang. "KENAPA DILEPAS?"

"Bapak berbaring aja… John entot gaya missionary aja, ya," ucapku memerintah sambil kembali mengocok kemaluanku. "John pengen lihat wajah Bapak biar bisa ciumin bibir Bapak…"

"ENGGAK MAU, AH!" jawabnya tegas. "ENGGAK MAU KALAU PAKE CIUM-CIUM SEGALA!"

"Kalau gaya missionary enggak sakit, Pak!" jawabku sambil berargumentasi. "Selain itu, kalau sambil diciumin, Bapak nanti lebih rileks… Jadi, pantat Bapak lebih lentur dan jauh tidak sakit…"

"Tapi Bapak bukan homo!" jawabnya tidak mau kalah. "Bapak enggak mau dicipok!"

"Emang John jelek banget ya, Pak?"

"Bukan begitu, Dek…"

"Emang John bau?" tanyaku bersikeras.

"Bukan begitu,  Dek… Bukan begitu," jawabnya lagi. "Tetapi, Bapak tidak pernah main sama cowok… Bapak enggak mau intim-intiman…"

Ilustrasi: Pak Setiawan  

Tidak mau mendengarkan argumen Pak Setiawan lagi, aku segera mengecup bibirnya. Awalnya lembut. Lama-lama, aku masukkan lidahku ke dalam sana, berharap memperkenalkan lidahku agar bisa dia terima keberadaannya. Awalnya, Pak Setiawan berusaha menolak ciumanku. Dia ingin mendorong tubuhku. Namun, pelan-pelan, kurasakan Pak Setiawan menerima ciumanku. Lidahnya pun dijulurkan dan bermain-main dengan lidahku. Kami terlibat dalam sebuah percumbuan yang sangat hebat saat itu. Mulut kami berpagutan dan lidah kami menari-nari. Air liur kami bercampur di dalam mulut kami masing-masing.

"Pak, nanti kita lupakan hari ini," ucapku ketika berhenti sejenak mengecupi bibirnya. "Kita tidak usah bicarakan lagi soal ini…"

Tiba-tiba, seperti terhipnotis, Pak Setiawan mengangguk dan kembali meraih wajahku. Dengan tegas dan kebapakan, dia kembali memagut bibirku penuh nafsu. Aku diperlakukan seperti seorang kekasih sekarang. Kami berciuman dengan penuh gairah. Bahkan, Pak Setiawan tiba-tiba meraih wajahku, membuka mulutku dengan paksa, lalu meludahinya. Aku terima curahan air liur Pak Setiawan yang seksi itu. Kini, aku benar-benar dimakan nafsu… Aku telan setiap curahan ludah Pak Setiawan.

"Sudah, Pak..." ucapku dengan nafsu terpendam yang ingin ditumpahkan. "John mau entot Bapak lagi sekarang… John sudah tidak tahan…"

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]

PANDUAN MEMBACA VERSI LENGKAP:

Salam Pembaca yang Budiman,

Jeremy Murakami datang dengan sebuah cerita baru nih. Kalian punya 3 opsi untuk membaca karya ini:

1. Melalui What'sApp ke 0813-3838-3995
Silakan mengirim pesan ke What'sApp tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin. File PDF akan dikirimkan melalui e-mail atau langsung via What'sApp, tergantung permintaan pembaca.

2. Melalui Telegram ke @reading4healing / https://t.me/reading4healing
Silakan mengirim pesan ke Telegram tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin.

3. Melalui KaryaKarsa
Nanti akan ada versi pdf yang wajib kalian download setelah melakukan dukungan, ya. Tolong langsung di-download karena menghindari ketidaknyaman di masa mendatang. Setelah di-download, file PDF itu sudah ada di ponsel Anda dan bisa dibaca kapan pun juga.
Pembaca bisa search di laman pencarian dengan ID: reading4healing.
Kalau pencarian dari aplikasi tidak bisa muncul, kalian harus membuka via web seperti Google Chrome atau Safari, lalu ketik karyakarsa.com/reading4healing dan follow terlebih dahulu. Setelah itu, kalian bisa membuka di aplikasi di bagian orang yang kalian follow.

Nama file di KaryaKarsa adalah: MDKB_JM

Maaf apabila nama file dibuat singkatan. Ini agar menghindari pemblokiran akun KaryaKarsa terhadap cerita bertema dewasa.
 

Bila ada pertanyaan, bisa hubungi via What'sApp ke admin Reading4Healing di: 0813-3838-3995
 

Terima kasih atas dukungan & antusiasme pembaca sekalian dengan karya-karya saya selama ini.
Semoga pembaca sekalian mendapatkan kesehatan dan kelimpahan rezeki dari Tuhan yang melimpah.
 

Salam sayang semuanya,
Jeremy Murakami

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

580K 19.5K 27
Why were all the so-called normal guys, a**holes? Why couldn't she find a decent guy. Was something wrong with her? She knew her days of youthfulness...
20.9K 2.5K 27
Lily Autumns has watched Allie Winters blow up her boss's, life three times. Once when Allie destroyed his company, and bought it for scraps, once wh...
6K 163 13
(YES IT IS ANOTHER ONE) Shadow: Broken.. Crying... Hurt.. What do i mean? Well... Möbius's hero, Sonic The Hedgehog, is dead.. There was a sudden f...
26.1K 1.1K 27
Hyunjin is a well known boy at his school. From his looks to his kind personality to his great grades. He was the schools "it" boy. The perfect boy n...