Hakim

Autorstwa ulagstn_

1.3M 76.7K 3.9K

[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesi... Więcej

1. Jayabaya 8-A
2. Lanjutan Kisah Kemarin
3. Kenapa Dipanggil Gus?
4. Di Belakang Asya
5. Kamu Siap?
6. Humaira-nya Saya
7. Asya Suka
8. Bandung dan Kembangnya
9. Rumah Kita
10. Pengering Rambut
11. Suami Asya
12. Wanita Terpantas
13. Satu Dua Hal Penggugur Dosa
14. Mas Hakim Nakal
15. Letupan Kecil
16. Riba Cinta
17. Kita, Bandung dan Hujan
18. Kerikil
19. Janji Hakim
20. Usaha Kita
21. Cemburu Secara Ugal-ugalan
22. Semua Milik Allah
23. Mencintai Kehilangan
24. Hadiah Saya
25. Gara-gara Si Bungsu
26. Karena Allah
27. Penyakit Apa?
28. Nikmat Allah
29. Porsi Ujian
30. Fufu
31. Panas Dingin
32. Baginda Ratu
33. Buka Puasa
34. Terima Kasih
35. Ombak
36. Anomali
37. Kembali Ke Pelabuhan
38. Sekali Lagi?
39. Surat Perjanjian
40. Merayu
41. Waktu Yang Berlanjut
42. Satu Tahun
43. Asya Di Sini
44. Baby Blues
45. Obrolan Dini Hari
46. Panas
47. To The Moon And Back
48. Bubu
50. Nanti Kita Seperti Ini
Vote Cover!!!

49. Terima Kasih, Ayah!

19.8K 1.3K 106
Autorstwa ulagstn_


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
"Mas Hasan siap?"

Hasan mengangguk, membenarkan jaket yang dia pakai.

"Dedek Husain siap?"

"SIAP BUN!"

Asya mengangguk, memegang tangan keduanya di sisi kanan dan kiri lalu menuntunnya keluar rumah. "Pilih yang mahal ya, kita habisin uang Ayah."

Husain tertawa riang, sedangkan Hasan hanya tersenyum simpul. Hari ini, Hakim menjanjikan untuk membelikan apa saja yang anak dan istrinya inginkan sebagai hadiah karena Hasan dan Husain sudah bisa belajar berpuasa. Awalnya hanya Hasan dan Husain, tapi tentu saja Asya langsung protes dan akhirnya dia juga diizinkan untuk membeli apa saja.

Ini adalah hari ketujuh bulan Ramadhan. Tahun ini Hasan sudah berumur lima tahun, dan Husain empat tahun.

Hakim baru pulang dari kantornya beberapa menit lalu, Asya, Hasan dan Husain sudah menunggunya dan bersiap dengan pakaian yang seragam. Asya langsung menyuruh Hakim untuk bersih-bersih dan memgganti baju, selagi menunggu Hakim, mereka memakai sepatu dan menunggu di luar.

"Ayo." Ucap Hakim keluar dari dalam rumah, mengunci pintu lalu berjalan ke mobil, membuka pintu dan membantu kedua anaknya untuk duduk dan memakai sabuk pengaman. Setelahnya barulah membuka pintu depan untuk Asya dan naik ke kursi kemudi.

"Mas Hasan setelah tarawih setoran surah pendek ya." Ucap Hakim,
"Iya Yah."

"Husain sudah hafal belum Al-Kafirun-nya?"
"Beum Yah."
"Loh kok belum? Ramadhan sudah satu minggu lho."
"Mutel mutel telus Ucen bingung."
"Pokoknya nanti harus setoran dulu, dicoba dulu, oke?"
"Besok ya Yah, boleh tidak?"
"Tidak Husain, sesuai jadwal."

Husain memanyunkan bibirnya. Semakin besar, sifat Hasan dan Husain semakin terlihat berbeda, Hasan lebih terlihat seperti Hakim, kalem, penurut, dan tidak banyak tingkah. Sedangkan Husain malah sebaliknya, cerewet, lebih aktif dan tingkah lainnya yang kadang membuat Asya angkat tangan.

"Bunda juga, juz dua lima-nya gimana?" Tanya Hakim menoleh ke kiri,
"Aman."
"Yakin? Kemarin juz dua enam juga bilangnya gitu tapi sampai ngulang selama dua bulan."
"Ya namanya juga belajar. Lagian kan Ayah bilang sedikit-sedikit aja dulu. Kok Ayah jadi marahin Bunda sih?"
"Ayah ga marah, Bunda. Ayah cuma tanya."
"Kalo tanya ga gitu nadanya."
"Iya maaf, sabar, kita sedang puasa."

Hakim hanya mengembuskan napas pelan, sensitif sekali ibu dua anak ini.

Sampai di mall, mereka langsung menuju toko mainan. Hasan langsung berjalan ke lorong yang memajang mobil-mobilan, dia sudah tahu akan membeli apa, sedangkan Husain berlari ke lorong lain. Hakim dan Asya membiarkan putranya memilih, dan tidak sampai lima menit mereka sudah selesai dan berjalan mendekati Hakim dan Asya yang menunggu di dekat kasir.

"Sudah?" Tanya Hakim,

Hasan dan Husain mengangguk, memberikan mainan yang mereka pilih kepada Hakim untuk dibayar.

"Hanya ini?" Tanya Hakim lagi, Hasan dan Husain hanya mengambil satu mainan.

"Kata Bunda tidak boleh bolos, tapi itu mahal Ayah." Ucap Husain,

Hakim terkekeh, lalu melihat label harga di belakang dus mainannya. Harganya sama saja dengan mainan mereka yang lainnya.

"Yakin hanya ini? Setelah keluar tidak boleh balik lagi ke sini lho?" Ucap Hakim ,
"Udah Ayah, langsung bayar aja, malah ditawarin lagi." Sahut Asya,
"Mereka udah sebulan ga jajan mainan." Ucap Hakim,

"Ya terus? Biarin mereka nikmatin apa yang mereka punya, bukannya terus terusan beli yang baru. Nanti mereka malah ga bisa bersyukur." Ucap Asya mengingatkan,

Hakim tersenyum lalu mengangguk, berjalan ke kasir lalu membayar mainan putranya.

"Pintarnya anak Bunda, jangan lupa bilang terima kasih sama Ayah ya." Bisik Asya kepada Hasan dan Husain dan diangguki keduanya.

"Bunda, Mas boleh beli buku tidak?" Tanya Hasan,
"Buku apa?"
"Buku cerita sahabat Rasulullah, waktu kemarin ngaji Mas lihat Bang Ibrahim punya buku itu, Mas juga mau baca."
"Nanti kita tanya Ayah dulu ya. Husain mau buku juga ga?"
"Engga." Jawab Husain singkat,
"Emang ga mau baca cerita baru atau beli buku mewarnai?" Tanya Asya,
"Engga Bunda, Ucen ga suka buku."
"Ya udah, kalo mau baca pinjam aja sama Mas Hasan ya."
"Hm."

"Ayo." Ajak Hakim membawa paper bag cukup besar.

"Terima kasih, Ayah!" Ucap Hasan dan Husain berbarengan,

Hakim tersenyum, mengangguk lalu mengusap kepala keduanya lalu mengajak mereka untuk keluar.

"Ayah simpan ini di mobil dulu ya? Bunda, Mas sama Husain mau tunggu di mana?" Ucap Hakim,
"Kita ke toko buku aja Ayah, Mas Hasan mau beli buku katanya." Jawab Asya,
"Boleh, ya sudah tunggu di sana, Ayah sebentar kok. Pakai ini." Hakim memberikan dompetnya kepada Asya,

Asya mengangguk, setelah mengucapkan salam, Mereka langsung berpisah.

Asya membawa kedua putranya turun ke lantai bawah dan berjalan ke toko buku. Langsung ke rak buku dan mencari buku yang Hasan maksud,

"Ini?" Tanya Asya menunjuk satu buku yang lumayan tebal,
"Bukan Bunda, warna biru." Jawab Hasan,

Asya melihat sekeliling, mencari buku berwarna biru. Tapi sejauh mata memandang, tidak ada buku cerita sahabat Rasulullah dengan cover berwarna biru. Asya mengajak untuk mencari ke rak lain, mungkin ada di rak buku sejarah. Mencari dari atas sampai bawah, tapi tetap tidak ada.

"Mba, ada buku sahabat Rasulullah yang cover warna biru ga ya?" Tanya Asya saat melihat pegawai toko buku,
"Penulisnya siapa ya Bu?"
"Aduh saya kurang tau Mba, tapi katanya covernya warna biru."
"Coba cari di sebelah sana." Pegawai itu menunjuk rak yang tadi sudah Asya periksa.

"Mas Hacan lama, Ucen pegel." Keluh Husain,
"Sabar Dek, kita cari sambil tunggu Ayah." Ucap Asya,
"Ya udah kita keluar aja, Bun. Nanti Mas pinjem punya Bang Ibrahim." Sahut Hasan,

Asya berpikir sebentar, Hasan jarang meminta sesuatu seperti sekarang, terlebih anak itu sering mengalah untuk banyak hal. Asya juga sempat khawatir dengan sifat Hasan yang seperti ini, Hakim dan Asya juga membawa Hasan ke dokter spesialis, takut jika ada yang salah dengan Hasan, tapi ternyata tidak. Mungkin hanya karena Hasan berpikir jika dia adalah kakak, karena itu dia harus mengalah, padahal Asya dan Hakim tidak mengajarkan seperti itu.

"Ya udah, nanti Bunda suruh Ayah buat tanya sama Ibrahim. Mas beli buku yang lain aja." Ucap Asya,
"Ga usah Bun. Ayo keluar aja."
"Pilih satu buku dulu, baru keluar."

Hasan mengangguk, mengambil asal buku cerita lalu memberikannya kepada Asya.

"Ayo, kita bayar dulu." Ajak Asya menuntun Hasan dan Husain ke depan kasir. Saat di depan kasih, Hakim terlihat berjalan masuk mendekati mereka.

"Sudah?" Tanya Hakim,

Asya mengangguk, membayar buku yang Hasan pilih lalu berjalan keluar.

"Ayah, Mas Hasan mau buku cerita sahabat Rasulullah, tapi di sini ga ada, nanti tolong tanya Ibrahim ya, katanya Mas Hasan liat dari Ibrahim." Ucap Asya saat mereka berjalan keluar.
"Iya."

"Sekarang mau kemana?" Tanya Hakim,
"Bunda mau beli skincare dulu sebentar, setelah itu kita jajan di bazar aja. Mau ga?" Tanya Asya melihat kedua putranya, Hasan dan Husain hanya mengangguk.

"Ya sudah ayo." Ajak Hakim menuntun Husain, sedangkan Asya menuntun Hasan.

Mereka kembali naik ke lantai atas. Asya masuk sendiri ke toko skincare dan kosmetik, memilih beberapa barang dengan cepat dan langsung membayarnya.

"Mas Hasan kalau mau sesuatu langsung bilang ya." Ucap Hakim menatap Hasan, Hasan hanya mengangguk.

"Kalo Ucen?" Tanya Husain,

"Kalau Husain ga disuruh juga pasti langsung minta." Jawab Hakim terkekeh,

Setelah Asya selesai, mereka langsung meninggalkan mall dan memilih untuk membeli makanan di bazar agar mereka bisa berbuka di rumah saja.
Jalanan cukup macet sore ini, bazar juga terlihat penuh. Mereka bergantian membeli makanan yang diinginkan.

"Adek jajannya cuma satu ya, karena puasanya setengah hari." Ucap Asya,
"Bundaaaa." Rengek Husain,
"Ya sudah beli saja apa yang Husain mau tapi besok jam puasanya harus nambah ya?" Ucap Hakim diangguki Husain,

"Mas Hasan mau beli apa?" Tanya Asya,
"Beli es boleh?" Tanyanya,
"Boleh, sekali ini aja ya."

Hasan mengangguk sambil tersenyum dan berterima kasih.

Setelah membeli makanan dan minuman untuk mereka semua, keluarga kecil itu langsung kembali ke parkiran mobil dan pulang. Maghrib tinggal setengah jam lagi.

Sampai di rumah, Asya memandikan Hasan dan Husain bergantian, sedangkan Hakim membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, setelah itu turun ke dapur untuk menyiapkan makanan buka mereka. Setelah Hasan dan Husain mandi, dua bocah itu menghampiri Hakim dan duduk menonton televisi sambil menunggu waktu berbuka.

Setelah selesai mandi, Asya juga turun ke bawah dan bergabung dengan kedua putranya.

"Nanti inget kan harus bilang apa?" Tanya Asya berbisik kepada kedua putranya. Hasan dan Husain mengangguk kompak.

"Ada apa sih? Kok bisik-bisik?" Tanya Hakim ikut duduk di sebelah Asya,

"Rahasia." Jawab Asya terkekeh,

"Masa main rahasia rahasiaan, cuma Ayah nih yang ga tahu?" Tanya Hakim,
"Nanti juga Ayah tau." Sahut Husain,
"Sekarang aja." Pinta Hakim,

Husain menggeleng,

"Rahasia apa sih, Mas? Kasih tahu Ayah dong." Tanya Hakim kepada Hasan,
"Rahasia, Ayah. Nanti Bunda marah kalo kita kasih tahu Ayah."

Hakim menyilangkan tangannya, pura-pura marah. Asya malah tertawa melihatnya.

"Rahasia apa sih, Bun? Jangan bikin Ayah penasaran deh." Desak Hakim kepada Asya,

"Kalo dikasih tau bukan rahasia dong, gimana sih." Jawab Asya,

Adzan menghentikan obrolan mereka, Asya langsung berdiri dan mengambil minuman juga kurma untuk mereka berempat, walaupun Husain sudah tidak berpuasa.

"Berdoa dulu, setelah itu kita sholat maghrib baru makan." Ucap Hakim diangguki putranya.

Selesai dengan minuman juga kurma, mereka langsung naik ke lantai dua untuk wudu dan sholat. Setelah sholat, mereka kembali turun dan makan bersama sebelum nanti mereka ke masjid untuk sholat tarawih, hari ini adalah jadwal Hakim menjadi imam.

"Ingat, tidak boleh berisik, kalau mau istirahat duduk saja tapi jangan keluar." Ucap Hakim mengingatkan Hasan dan Husain, mereka sudah berada di depan masjid. Hakim menyimpan sandalnya juga sandal kedua putranya di tempat yang aman. Sedangkan Asya membiarkan begitu saja sandalnya lalu masuk ke dalam tanpa menunggu ketiga laki-laki itu.

"Ucen mau sama Bunda." Ucap Husain,
"Husain kan laki-laki, sholat di shaf depan." Sahut Hakim,
"Tapi-"
"Sudah, ayo masuk. Sudah adzan."

Hasan menarik Husain pelan, walaupun engga, tapi akhirnya Husain menurut. Sepanjang sholat tarawih, Husain hanya sholat di dua rakaat pertama, sisanya dia duduk, tidur dan mengganggu Hasan.

"Mas, Ucen mau pipis." Ucap Husain saat Hasan sedang sujud,

"Ya udah Ucen pelgi sendili." Lanjutnya lalu berjalan keluar melewati bapak-bapak yang juga sedang sholat.

Setelah salam, Hasan melihat ke belakang, Husain belum juga kembali. Dia kembali sholat, tapi setelah beberapa rakaat, Husain tetap belum kembali juga. Hasan jadi takut, akhirnya dia berdiri dan tidak melanjutkan sholatnya, menyusul Husain yang katanya sedang pipis.

"Husain!" Panggil Hasan,

Husain malah tertawa, bajunya sudah basah semua.

"Mas sini Mas, liat peci Ucen jadi pelahu." Panggil Husain,

Hasan mendekat lalu menarik Husain, "ayo, nanti Ayah marah." Ajak Hasan,

"Ga mau! Sana pelgi aja kalo ga mau ikutan."
"Ayo Husain!"
"Ga mau Hacan!"

"Astagfirullahalazim." Ucap Hakim melihat kelakuan putra bungsunya. Tarawih telah selesai, Hakim langsung keluar saat tidak menemukan kedua putranya.

"Ayah, tadi Ucen pipis." Ucap Husain terlebih dahulu sebelum Hakim melanjutkan ucapannya.

"Mana ada pipis sampai basah semua gini bajunya? Kamu ngapain sih?" Tanya Hakim menarik pelan Husain dan Hasan,

"Ucen pipis Ayah."

"Adik kamu ngapain, Mas?" Tanya Hakim kepada Hasan,
"Katanya pipis, Ayah. Tapi lanjut main air, pecinya dimasukin ember jadi perahu."

Hakim mengembuskan napas pelan,

"Ayo pulang, nanti kamu masuk angin." Ajak Hakim,

Mereka berjalan ke depan, Asya sudah menunggu dengan wajah garang.

"Maaf Bunda, Ucen tadi pipis." Ucap Husain, "sama main pelahu," lanjutnya pelan,

"Ayo pulang."

Mereka langsung pulang. Husain memegang tangan Hasan erat, takut jika orang tuanya akan marah.

"Jangan gitu lagi, nanti Ayah sama Bunda marah beneran." Ucap Hasan, kali ini Husain langsung mengangguk.

Sampai di rumah, Hasan dan Husain langsung naik ke kamarnya, mengganti baju dibantu Asya.

"Bunda kan udah sering kasih tau, main itu boleh, main air, main tanah, main hujan, boleh. Tapi ada tempatnya Dek." Ucap Asya mengingatkan,

"Maaf Bunda," cicit Husain,
"Minta maaf sama Mas dan Ayah juga,"
"Maaf ya Mas Hacan." Ucap Husain,
"Iya." Jawab Hasan,

"Sudah, ayo ke bawah. Kita kasih kejutan buat Ayah dulu sebelum setoran hafalan." Ucap Asya diangguki kedua putranya.

Hasan dan Husain mengambil kado yang sudah mereka siapakan lalu turun ke ruang keluarga. Hakim masih di luar, tadi ada tamu yang bertanya tentang jadwal kajian.

Asya mengambil kue yang sudah dia siapkan sejak kemarin.

Begitu Hakim masuk, Asya langsung memberikan kue itu kepada Hakim, Hakim menaikkan sebelah alisnya.

Acara apa ini? Apa ada sesuatu yang dia lewatkan? Hakim mencoba mengingat, sepertinya tidak ada.

"Satu, dua, tiga." Bisik Asya pelan,

"Terima kasih, Ayah!" Ucap Asya, Hasan dan Husain berbarengan membuat Hakim membulatkan matanya.

"Terima kasih udah jadi suami dan Ayah yang hebat buat kita." Ucap Asya lalu memberikan kue yang dia buat.

"Terima kasih Ayah sudah ajarin Hasan mengaji." Ucap Hasan memberikan gambar yang dia buat kemarin, potret keluarga mereka.

"Telima kasih Ayah sudah kasih Ucen jajan. Maaf juga tadi Ucen nakal, Ucen janji ga main ail di masjid lagi." Ucap Husain, memberikan permen yang dia punya.

Hakim tertegun lalu tersenyum. Melihat gambar yang Hasan buat dan terkekeh, menatap ketiga bergantian. Hakim menyimpan barang yang dia dapat lalu menarik ketiganya ke dalam pelukannya.

"Terima kasih juga sudah hadir di hidup Ayah." Balas Hakim pelan,

"Ayah tidak malah kan?" Tanya Husain,
"Tidak, sayang. Tapi jangan diulang ya." Jawab Hakim diangguki Husain,

Hakim bergantian mengecup pipi mereka bertiga, "jadi ini rahasianya?" Tanya Hakim,

Mereka bertiga mengangguk kompak, Hakim terkekeh.

"Dalam rangka apa?" Tanya Hakim, setelah membiarkan mereka duduk.

"Ga ada rangka apa-apa. Kita cuma pengen berterima kasih aja Ayah." Jawab Asya,

Hakim kembali terkekeh, matanya berkaca-kaca. "Terima kasih, Ayah sayang kalian bertiga."

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Selesai setoran hafalan, Hasan Husain langsung masuk ke kamar mereka, kedua anak itu memang masih satu kamar. Hakim dan Asya juga langsung masuk ke kamar untuk beristirahat.

Hakim dan Asya sudah merebahkan tubuh mereka berpelukan. Mereka belum tertidur, tapi sama-sama diam.

"Mas, masalah kita-"
"Kenapa?" Potong Hakim langsung mengangkat wajahnya menatap Asya,

"Santai kali Pak," ucap Asya,
"Masalah kita kenapa? Kita ada masalah?" Tanya Hakim,
"Engga, bukan gitu. Asya cuma keinget masalah kita waktu itu, bunda tau dari mana kita ada masalah?"
"Oh itu ..."

Hakim diam sebentar, "ada deh," ucapnya,

"Ih Mas, Asya penasaran."

Hakim terkekeh, "olahraga dulu ya, baru saya kasih tahu."

Hakim langsung mengubah posisi mereka, mengungkung Asya di bawah, mengecupi wajah Asya gemas.

"Ga mau ah, males mandi. Awas."
"Dosa lho nolak suami."
"Masss!"

Hakim terkekeh, tidak mendengar rengengak Asya. Baru saja dia akan beraksi, terdengar ketukan pintu.

"Ayah hiks.."

Hakim menoleh ke arah pintu yang masih tertutup, lalu menghela napas dan menjatuhkan kepalanya di bahu Asya. Asya terkekeh.

"Lanjut nanti malem," ucap Hakim sambil mencuri kecupan di bibir Asya lalu turun dan membuka pintu.

"Kenapa?" Tanya Hakim melihat Husain menangis dan Hasan berdiri di belakangnya.

"Mas Hacan cerita nelaka, Ucen takut hiks..." Ucap Husain,
"Husain yang tanya, Ayah. Mas cuma jawab."

Hakim menghela napas lagi, membuka pintu lebih besar.

"Ayo masuk." Ucap Hakim,

Husain langsung masuk dan naik ke kasur. Sedangkan Hasan berbalik hendak kembali ke kamarnya.

"Loh Mas mau kemana?" Tanya Hakim,
"Bobo, Ayah." Jawabnya singkat,
"Emang ga mau bobo sama Ayah Bunda juga?"
"Boleh?"
"Boleh, sini. Kita tidur berempat."

Hasan tersenyum masuk ke kamar orang tuanya lalu ikut naik ke kasur. Husain sudah mengambil posisi di dekat Hakim, Hasan tidur di dekat Asya.

"Oh iya, sebelum kita tidur. Sebenarnya Ayah juga ada hadiah buat kita semua." Ucap Hakim,

Asya, Hasan dan Husain menatap Hakim yang berbaring di ujung kiri, menunggu Hakim melanjutkan ucapannya.

"Tahun depan, sebelum Mas Hasan masuk pesantren, kita umroh." Ucap Hakim,

Asya membuka mulutnya tidak percaya.

"Umloh itu ketemu Allah ya Yah?" Tanya Husain,
"Iya, berkunjung ke rumah Allah."

Hasan tersenyum, dia senang.

"Ye ye ye kita ke lumah Allah. Yeeee!" Pekik Husain senang,

"Serius?" Tanya Asya,
"Serius, sayang. Ayah sudah kosongkan jadwal, pokoknya sudah siapkan semuanya." Jawab Hakim,

"Terima kasih, Ayah." Ucap Asya hendak menangis,

Hakim terkekeh, mengusap kepala Asya pelan.

"Sudah, sekarang ayo kita tidur. Besok harus sahur. Jangan lupa berdoa." Ucap Hakim diangguki semuanya.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

(Pasti tau kan mana Hasan mana Husain 😅)

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Halo, terima kasih udah baca sampe akhir. Jangan lupa sholat dan Al-Kahfi.

Sampai jumpa di part terakhir 🧚🏻‍♀️

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
14 Desember 2023

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

158K 26.7K 30
kisah dua orang yang saling bertolak belakang yang terikat dalam hubungan pernikahan. ••• Adam Haidar Arizki, lelaki yang mempunyai sifat sholeh, men...
15.1K 3.5K 32
Apa kalian pernah mendengar cerita tentang seorang abang yang melamar adik perempuannya? Mustahil bukan? Tapi hal tersebut terjadi pada Clara Hafizah...
7.4K 1.7K 23
®True story® [GENRE : RELIGI - ROMANCE] [UPDATE DUA HARI SEKALI] [FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA, DAN TINGGALKAN JEJAK SESUDAH MEMBACA] [Highest...
19.8K 1.8K 43
⚠️ Dimohon untuk follow terlebih dahulu sebelum baca ⚠️ blurb: Napriani6 x Denis Reni Agustin kisah ini bermula dari Yudha seorang mahasiswa yang sed...