ZFC (Kita Semua Berhak Sembuh)

By Jelekdong

1.6M 80.9K 6.5K

SELESAI (SUDAH TERBIT+part masih lengkap) "Nek saumpomo awakdewe mati, awakdewe bakal mati pas negakke keadil... More

TITIK PERTAMA
꧋ꦱꦸꦮꦼꦭꦱꦿꦺꦴꦭꦱ꧀
꧋ꦥꦺꦚ꧀ꦕꦫꦶꦩꦪꦠ꧀ꦒꦿꦺꦴꦈꦥ꧀
꧋ꦥꦿꦺꦴꦠꦺꦱ꧀ꦆꦠꦸꦲꦫꦸꦱ꧀
꧋ꦧꦺꦂꦥꦶꦏꦶꦂꦏꦿꦶꦠꦶꦱ꧀
꧋ꦩꦸꦫꦶꦢ꧀ꦱ꧀ꦲ꧀ꦱ꧀
꧋ꦮꦪꦁꦏꦸꦭꦶꦠ꧀
꧋ꦈꦮꦺꦱ꧀ꦩꦠꦶ
꧋ꦗꦒꦭꦶꦱꦤ꧀
꧋ꦲꦫꦩ꧀ꦠꦺꦠꦥ꧀ꦲꦫꦩ꧀
ꦢꦶꦪꦱꦸꦢꦃꦩꦠꦶ
꧋ꦧꦺꦂꦠꦺꦩꦸꦩꦪꦠ꧀
ꦆꦧꦸ
꧋ꦏꦺꦱꦺꦲꦠꦤ꧀ꦩꦺꦤ꧀ꦠꦭ꧀
ꦧꦺꦢꦄꦒꦩ
ꦮꦺꦴꦁꦗꦺꦴꦮꦺꦴ
ꦱꦮ꦳ꦺꦥꦭꦺꦱ꧀ꦠꦶꦤ
ꦩꦠꦶ
ꦲꦲꦺꦱꦧꦺꦴꦕꦃꦤꦏꦭ꧀
ꦒꦸꦤꦤꦺꦏꦺꦴꦤ꧀ꦕꦺꦴ
ꦑꦸꦕꦶꦮꦺꦴ
ꦄꦒꦩꦲꦶꦠꦸꦲꦸꦠꦩ
ꦈꦫꦺꦥ꧀ꦲꦶꦲꦸꦫꦸꦥ꧀
ꦒꦺꦛꦸꦏ꧀ꦭꦶꦤ꧀ꦢꦿꦶ
ꦠꦺꦲꦺꦴꦫꦶꦠꦤꦃꦗꦮ
ꦱꦸꦱꦸꦏ꧀
ꦲꦸꦢꦤ꧀ꦏꦫꦺꦴꦲꦶꦮ꦳ꦺꦤ
ꦗ꦳ꦲꦶꦤꦸꦂ
ꦏꦸꦕꦶꦮꦺꦴ
ꦏꦸꦕꦶꦮꦺꦴ
ꦱ꧀ꦲꦺꦴꦭꦠ꧀
ꦱꦺꦭꦩꦠ꧀ꦗꦭꦤ꧀
COOMING SOON.
VOTE COVER
PREE ORDER

ꦱꦺꦩꦔꦠ꧀

27.1K 1.8K 181
By Jelekdong

"Bisa-bisanya aku khawatir, padahal aku tahu bahwa Rabbku sangatlah hebat dalam menentukan takdir."

-ZFC-

_____________


Tawa renyah, langsung terdengar menggema di XI-FIRSTCLASS, setelah seorang remaja laki-laki berlari tergopoh-gopoh keluar kelas sampai mengompol. Wig panjang hitam legam yang tadi dirinya pakai dilepas, membuat wajah manisnya kembali terlihat. Dia adalah Nataniel Isaiya.

Tadi, sewaktu semua temannya keluar kelas untuk melaksanakan sholat Dhuha, Nataniel memang ikut keluar. Namun, cowok itu tidak ke mushola, melainkan ke ruang seni, mengambil beberapa kostum yang bisa dia gunakan untuk menakut-nakuti Jimin. Cowok itu sadar, jika Jimin lebih memilih tidur di kelas daripada melaksanakan sholat Dhuha.

"Yasin, ayat kursi, Yasin, ayat kursi," ucap Nataniel sambil tertawa, menirukan ucapan Jimin saat ketakutan tadi.

Deringan ponsel di sakunya yang tiba-tiba berbunyi, membuat tawa cowok itu terpaksa terhenti. Sebuah nama yang sangat dirinya tak sukai, tertera dipanggilan itu. Membuatnya mendengkus kesal.

"Lapo seh," decaknya, langsung menolak panggilan itu. (Ngapain sih,) Mood yang tadinya baik, kini kembali memburuk. Suasana hatinya kembali memanas. Sungguh, Nataniel benci situasi ini.

Nataniel mendorong kursi Lalisa yang tadi dirinya duduki, kemudian berjalan ke arah jendela. Cowok itu baru sadar, ternyata kelasnya ini memiliki suasana yang cukup sejuk jika tidak ada siapapun. Ralat, mungkin lebih tepatnya karena tidak ada Jimin.

Jendela yang tadinya tertutup rapat, Nataniel buka. Menampilkan pemandangan di pagi hari yang sangat menenangkan hati.

Kerutan kecil di dahinya mendadak muncul, setelah melihat seorang gadis yang sangat tidak asing baginya, duduk di bawah pohon rindang di bawah sana.

"Opo dekne gak Dhuha?" Batinnya bertanya-tanya. (Apa dia tidak sholat Dhuha?)

Namun tak berselang lama, cowok itu kemudian mengangguk-anggukan kepala paham. Nataniel baru ingat, perempuan memang ada waktu dimana dirinya tidak diperbolehkan untuk sholat, tidak seperti laki-laki yang memang harus sholat setiap hari.

Dari lantai dua ini, Nataniel bisa melihat, bahwa gadis itu sepertinya tengah murung. Berkali-kali gadis itu membaca pesan di ponselnya, kemudian menghembuskan napas kasar.

Tak ingin mati penasaran, Nataniel pun akhirnya mencoba meng zoom isi chat di ponsel gadis itu lewat ponselnya.

Hp Nataniel adalah Samsung S23 ultra 5G. Kemampuan zoom Samsung Galaxy S23 Series 5G menjadi yang paling tinggi di kelasnya, khususnya pada Galaxy S23 Ultra 5G yang bisa diperbesar sampai 100x zoom.

Banyak pengguna yang memaksimalkan kemampuan zoom ini untuk mengambil gambar jarak jauh yang tak bisa diambil oleh smartphone lain dengan persisi sama, misalnya untuk mengambil keindahan bulan.

Cowok itu tersenyum kecil, setelah membaca isi chat di ponsel gadis yang tengah murung di bawah sana. Rupanya, gadis itu tengah bersedih karena naskahnya di tolak oleh penerbit. Kegagalan memang sesuatu yang menyakitkan. Namun percayalah, kegagalan adalah awal dari keberhasilan yang sebenarnya.

Jujur saja, di situasi seperti ini sebenarnya Nataniel ingin sekali menghampiri gadis itu. Memberinya kata semangat atau mungkin memberi hadiah kecil agar senyum manis gadis itu kembali lagi.

Namun apalah daya, gadis itu tak mau berbicara dengannya sama sekali. Malah Nataniel rasa, gadis itu semakin hari justru semakin membuat jarak dengannya.

Terbesit sebuah ide, cowok itu kemudian berlari ke bangkunya. Di sobeknya satu lembar kertas dari bukunya. Dengan perasaan penuh kasih sayang, cowok itu menulis kemudian menulis kata demi kata yang ingin terucap namun tak bisa diucapkan secara langsung.

"Tidak apa Na..tidak semua mimpi memang harus berhasil dengan cepat. Adakalanya mimpi itu harus gagal, agar kita bisa mengenal proses.... never give up Na..."

Setelah selesai menulis, cowok itu kemudian melipat kertasnya membentuk pesawat kertas, dan langsung menerbangkan kertas itu ke arah Ivena.

Selain ingin menjadi ahli psikolog, Nataniel sebenarnya juga ingin menjadi seperti sosok B.J Habibie.

Nataniel ingin sekali, mencintai wanita setulus B.J Habibie mencintai istrinya.

Tak berselang lama, pesawat kertas yang tadi dirinya terbangkan pun berhasil mendarat sempurna, tepat di atas ponsel Ivena. Membuat sang empunya terkejut.

Ivena menoleh kesana-kemari, mencari siapa pemilik pesawat kertas itu. Namun anehnya, tidak ada siapapun di sekitarnya. Gadis itu kemudian mendongak. Seketika itu pula, netranya langsung bertatapan dengan netra milik Nataniel yang saat ini tersenyum manis ke arahnya.

"Halo Mbak author jelekdong!" Teriak Nataniel dari atas sana menyapa Ivena, sambil melambaikan tangan.

Mengernyitkan dahinya bingung, mendengar Nataniel yang memanggilnya dengan nama penanya, gadis itu kemudian dengan segera menundukan kepalanya.

Tangannya perlahan meraih pesawat kertas yang Nataniel terbangkan untuknya. Dibukanya kertas penuh tulisan itu secara perlahan.

Tak berselang lama, air mata gadis itu malah tiba-tiba saja menetes. Membuatnya dengan segera menghapus air mata itu. Ivena berharap, semoga Nataniel tidak melihatnya.

"Mboten pareng nanges, cah ayu!" Nataniel kembali berteriak. Teriakan yang sangat tidak ingin Ivena dengar. (Tidak boleh menangis, anak cantik!)

Gadis itu langsung menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya. Tidak ingin mendengar suara Nataniel. Mulutnya pun juga tak berhenti beristighfar, meminta ampunan kepada Allah, atas semua dosa-dosanya.

Nataniel dari atas yang melihat itu justru tertawa. Bukannya berhenti, cowok itu malah kembali berteriak. "Ceritone author jelekdong apik kok. Nataniel yakin, pasti sok emben ceritone bakal terbit, bakal best seller," (ceritanya author jelekdong bagus kok. Nataniel yakin, pasti nanti ceritanya bakal terbit, bakal best seller,)

"Saiki mungkin author jelekdong durung berhasil ndadekke tulisane versi cetak, tapi author jelekdong wis berhasil ndadekke tulisane di cintai wong akeh," (saat ini mungkin author jelekdong belum berhasil menjadikan tulisannya versi cetak, tapi author jelekdong sudah berhasil menjadikan tulisannya di cintai banyak orang,)

"Nataniel janji, nek ceritone terbit. Nataniel uwong pertama sing bakal tumbas novele. Ora mung siji, Nataniel bakal tumbas 500 novel, ben novele langsung terpanjang ning Gramedia!" Teriak Nataniel menggema seantero sekolah. Bodo amat di hukum, yang penting Ivena tersenyum. (Nataniel janji, kalau ceritanya sudah terbit. Nataniel orang pertama yang bakal beli novel ya. Tidak cuma satu, Nataniel bakal beli 500 novel, biar novelnya langsung terpanjang di Gramedia!)

Namun baru saja Nataniel merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Tabokan pantat dari belakangnya, membuat cowok itu langsung terlonjak kaget.

"Loro cok!" Kesalnya, kemudian menoleh sambil mengusap pantatnya yang terasa perih. (Sakit!)

Pak Gundul beserta semua anak kelas XI-FIRSTCLASS, kini sudah berada di belakang Nataniel. Mereka semua menatap Nataniel dengan tatapan cengo.

"Emang boleh sebrutal kui Nat?" Tanya Haesa, seperti tak percaya bahwa orang yang berteriak tadi Nataniel.

"The real mencintai dengan ugal-ugalan," sahut Jimin sambil geleng-geleng kepala. Cowok itu saat ini memakai sarung, karena semua celananya masih di laundry.

Ekspresi Nataniel yang tadinya sumringah langsung berubah datar. Cowok itu menatap satu-persatu teman-temannya. "Opo ndelok-ndelok?" ketusnya. (Apa lihat-lihat?)

Cowok itu kemudian duduk di bangkunya. Namun sebelum itu, Nataniel lebih dulu menyalami Pak Gundul. "Ngapuntene Pak," ucapnya, kemudian bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. (Maaf Pak,)

Hal itu tentu saja membuat mereka semua tercengang, begitu juga dengan Pak Gundul yang saat ini masih melongo syok di tempatnya. Memang, Nataniel agak laen.

__________

Di setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Mungkin, hari kemarin dan hari ini, Aldian memang kehilangan banyak hal. Namun Aldian yakin, suatu saat nanti, Aldian akan mendapatkan yang jauh lebih baik. Semua yang diserahkan pada sang pencipta pasti akan selalu berakhir dengan baik bukan?

Setelah beberapa hari tidak masuk sekolah, akhirnya cowok itu hari ini kembali ke sekolahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB, yang artinya semua murid SHS sudah kembali ke asrama mereka masing-masing.

Aldian memang sengaja memilih waktu pulang sekolah. Cowok itu tidak ingin menjadi bahan omongan di sekolah ini. Bagi Aldian, pergi tanpa adanya kata pamit sudah cukup. Toh, Aldian juga tidak pernah dianggap di sekolah ini.

Pintu ruang guru diketuk pelan oleh Aldian. Membuat semua penghuni langsung menoleh ke sumber suara.

"Permisi Pak, selamat Sore."

Pak Tambita yang melihat Aldian berdiri di ambang pintu, tersenyum hangat. Guru itu mempersilahkan Aldian untuk masuk.

Senyum kikuk Aldian perlihatkan, kepada tiga pria paruh baya yang kini duduk di dekat Pak Tambita.

"Bagaimana kondisimu, Aldian?" Tanya Pak Tambita.

"Jangan sedih berlarut-larut. Kamu harus percaya bahwa Ibumu pasti bahagia di sana,"

"Ibu saya jarang sholat, Pak. Apa mungkin Allah ridho pada Ibu saya?" Tanya Aldian berterus terang.

Beberapa hari ini, Aldian memang sering memikirkan itu. Semasa hidup, Ibunya sering meninggalkan sholat. Wanita paruh baya itu lebih mengutamakan bekerja dan memikirkan mantan suaminya yang sudah menikah lagi. Bahkan, wanita paruh baya itu juga mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Setahu Aldian, bunuh diri adalah sesuatu yang sangat di larang dalam Islam.

Bunuh diri dalam Islam merupakan perbuatan terlarang dengan alasan apapun. Dalam Islam, bunuh diri termasuk kegiatan pembunuhan atas diri sendiri. Larangan bunuh diri terdapat dalam Surah An-Nisa' ayat 29-30. Hukuman bagi pelaku bunuh diri adalah dimasukkan ke dalam neraka.

Pak Tambita yang mendengar itu tersenyum. Begitu juga dengan tiga pria paruh yang saat ini juga mendengar penjelasan Aldian. Remaja laki-laki ini sebenarnya baik. Hanya saja, keadaan lah yang membuatnya jadi seperti sekarang.

"Kamu tau alasan kamu masih di hidupkan sampai sekarang, nak?" Tanya Pria paruh baya yang memakai pakaian dokter.

Aldian menggeleng.

"Allah ingin kamu berubah, nak. Allah ingin mendengar semua do'amu untuk dirimu sendiri dan juga Ibumu,"

"Semua orang pasti punya salah, Aldian. Tapi kita juga harus ingat, bahwa Allah Maha Pemaaf," jelas pria paruh baya itu.

Aldian yang mendengar itu terenyuh. Entah mengapa, hati yang beberapa hari ini seakan membeku itu langsung mencair, setelah mendengar penjelasan pria paruh baya ini.

"Terimakasih, atas nasehatnya, Om. Saya akan menjadi manusia yang lebih baik, agar Allah mendengar do'a saya. Agar Allah meridhoi Ibu saya," jelas cowok itu tersenyum.

Pak Tambita yang mendengar itu juga ikut tersenyum. Pria paruh baya itu kemudian menepuk pelan pundak Aldian.

"Istirahat di kamarmu. Besok sekolah!" Tintah pria itu.

Menoleh ke arah Pak Tambita, Aldian kemudian berbicara, "maaf Pak. Tapi, kedatangan saya kemari berniat untuk meminta izin kepada Pak Tambita. Saya izin buat keluar dari SHS, Pak,"

"Ekonomi keluarga saya memburuk setelah kematian Ibu. Untuk makan sehari-hari saja saya susah, Pak. Saya tidak bisa lagi membayar biaya sekolah ini," ujar cowok itu apa adanya.

"Saya yang akan membayar semua biaya sekolah kamu, Aldian." Pria paruh baya berpakaian dokter tadi menyahut. Membuat Aldian langsung menoleh ke arah pria itu, lagi.

"Saya bayar semua biaya sekolah kamu, tapi kamu harus bisa berjanji pada saya. Jadi manusia yang lebih baik lagi," jelas pria itu.

Namun bukannya menjawab, Aldian justru terlihat kebingungan mendengar penuturan dokter itu.

"Namanya Pak Sumarno. Beliau pemilik rumah sakit sekaligus salah satu donatur terbesar di sekolah ini, Aldian," Pak Tambita menjelaskan.

Aldian yang mendengar itu sempat terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya kembali berbicara, "maaf, Pak. Saya tidak punya prestasi apapun, saya hanya siswa bodoh yang tidak sepantasnya sekolah di sini, terlebih lagi masuk ke XI-FIRSTCLASS,"

Semua ucapan Aldian benar. Jika dibandingkan dengan murid lain, Aldian memang tidak ada apa-apanya.

"Saya membiayaimu bukan karena prestasi, tapi karena kamu memang layak mendapatkan itu. Kamu anak baik, pekerja keras, dan mau berusaha,"

"Bersekolah lah dengan baik, wujudkan cita-citamu!"

Pecah sudah tangis Aldian. Remaja laki-laki yang sejak tadi berusaha menahan air matanya itu, kini menangis sampai sesegukan. Semua ucapan dari Pak Sumarno benar-benar menyentuh hatinya.

"Gak usah nanges, Le. Sekolah'o sing nggenah ben dadi wong sukses. Awakmu iki ganteng, pasti akeh lowongan sing gelem nrimo awakmu sok emben," sahut Pak Suwitji. Pria paruh baya berpakaian tentara itu tersenyum manis ke arah Aldian. (Enggak usah menangis, Nak. Sekolah yang benar biar jadi orang sukses. Kamu ini ganteng, pasti banyak lowongan kerja yang mau menerima kamu nantinya,)

"Matursuwun sanget, Pak." Remaja laki-laki itu langsung menyalami empat pria paruh baya yang berada di ruang guru. (Terimakasih banyak, Pak.)

Sesampainya di Pak Sumarno, Aldian bertanya, "boleh saya memeluk Bapak?"

Terkekeh pelan, melirik ke tiga temannya yang kini juga ikut terkekeh. Pria paruh baya itu kemudian merentangkan tangannya. "Anakku lanang," ucapnya sambil memeluk Aldian erat. (Anak laki-lakiku,)

Hidup tanpa peran orangtua memang tidak mudah. Seorang anak yang kehilangan peran orangtuanya sakitnya tak akan pernah sembuh. Bahkan semakin dewasa anak itu, lukanya juga semakin ikut membesar.

Aldian tumbuh dengan banyaknya masalah. Tentang hancurnya keluarga, hilangnya peran Ayah, dan tidak adanya ruang untuk bercerita. Untuk itu, kita sebagai manusia harus bisa saling menguatkan. Hidup itu berputar, teruslah berbuat baik pada orang lain. Kita tidak tau kapan kita ada di posisi terpuruk. Namun jika kita menanam kebaikan, maka kita pasti akan mengunduh kebaikan itu di masa depan.

___________

"Memang ada kalanya manusia perlu menjadi miskin, menjadi sakit, menjadi terbuang, agar sifat sombongnya bisa terkikis. Karena lumrah manusia apabila punya segalanya, dia mudah lupa asal-usulnya."
-ZFC-


End??

Continue Reading

You'll Also Like

23.6K 2.3K 29
Semalam yang membekas di ingatan😋 #POOHPAVEL ONLY OKE💋
8.7K 477 24
Sejauh jauhnya jarak bisa di tempuh, setingginya gunung bisa di daki, sedalamnya laut bisa di selami. Akan tetapi cinta berbeda keyakinan dapatkah be...
1M 63.3K 64
[WAJIB FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] ~ADA INFO TAMBAHAN NIH. KALAU KALIAN NGERASA SEPANJANG CERITA ADA YANG BERANTAKAN, WAJAR AJA YA. KAREN...
1.8K 970 24
‼️Dilarang plagiat dalam bentuk apapun. Hidup seorang gadis, yang penuh dengan sejuta rahasia, Arasha Kania Putri. Memiliki berbagai permasalahan di...