GAVIANO [hiatus]

By LalapanFlashback

67.9K 3.5K 2.8K

Tidak terlintas dibenak Gavi,jika ia akan tinggal satu rumah bersama seorang gadis. Banyak cara yang Gavi lak... More

-00:Tyhrgang
-01:Inti Tyhrgang
-02:Hukuman
-03:Pembalasan
-04:Siapa dia?
-05:Cinta itu?
-06:Sadvibes
-07:Presentasi Versi Tyhrgang
-08:Boncel darimana?
-09:Cewek Nyusahin?
-10:Ditinggalkan
-11:Rencana Gavi
-12:Penculikan
-13:Berpura-pura?
-14:Mencari dan Hilang?
-15:First Time
-16:Surat Izin untuk Alna
-17:Hanya berpura-pura?
-18:Drunk and Kiss
-19: Begitu cepat?
-20:IPC dari Rifan
-21:Algaza
-22:Maling Mangga
-23: Mengetahui dan Cerai?
-25: Ujian 🔞
-26: Kembali
-27: Gengsi Berarti Kurang Percaya Diri!
-28:Algaza Berulah
-29: Barbeque'an

-24: Rasa Bersalah Gavi

1.4K 71 3
By LalapanFlashback

Hii-!! Call me Lala-!!

Apa kabar kalian semua para pembaca?

Udah siap buat baca kelanjutan cerita GAVIANO? Udah penasaran? Langsung baca aja ya-!!

Usahain komen disetiap paragraf yaw! Buat next part harus antusias dong!!

"Dewasa dibumi yang sudah tua."—Kenzo.

Happy reading temen-temen-!! Enjoy ya,bacanya-!!

-24: Rasa Bersalah Gavi
.
.
Alna berlari sekencang mungkin, gadis itu menerobos masuk kedalam kelasnya. Merapikan semua barang bawaannya lalu memasukkannya kedalam tas, tanpa memperdulikan teman-temannya yang bertanya kepada dirinya.

Alna kembali berlari, tanpa menghiraukan teman-temannya yang memanggilnya. Gadis itu menerobos gerbang, tanpa sepengetahuan satpam karena sang satpam yang sedang asik berbincang dengan seorang guru.

Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri, gadis itu menyetop taksi yang kebetulan lewat. Dengan cepat gadis itu masuk kemudian menyuruh sang supir agar menjalankan mobilnya.

Tujuan gadis itu hanya satu yaitu pergi ke apartemen miliknya. Sebenarnya gadis itu mempunyai apartemen, tetapi kedua orangtuanya tidak mengizinkan Alna untuk tinggal disana, maka dari itu ia harus tinggal di rumah keluarga Bagaskara.

Kedua orangtuanya terlalu khawatir jika dirinya berada di apartemen sendirian, maka dari itu mereka tidak mengizinkan Alna. Tetapi, kini Alna tidak menghiraukan itu, yang ada dalam pikirannya kini hanya bagaimana cara dirinya agar tidak bertemu lagi dengan Gavi.

Sial, bagaimana bisa cowok itu melakukan ini padanya. Jujur saja rasa sesak ketika mendengar semua penuturan Gavi ketika bersama Lingga itu masih terngiang-ngiang dipikirannya.

Dia tidak menyangka jika Gavi bisa sejahat itu kepadanya, dia juga tidak menyangka jika dirinya sangat mudah dibodohi oleh cowok itu. Semua perkataan Gavi pada malam itu seolah-olah sangat serius, tanpa ada kebohongan didalamnya. Tetapi, hari ini semuanya terungkap hanya melalui sebuah rekaman suara yang diberikan oleh Algaza.

Flashback on

Bermula ketika Alna yang diajak Algaza menuju kantin. Gadis itu tidak bisa menolak, ia hanya pasrah dan mengikuti saja.

Hingga mereka sampai dikantin, dan terdapat teman-teman band Algaza disana yang sedang asik bercanda.

"Ehh Alna?" Scala terkejut melihat kedatangan ketuanya yang bersama seorang gadis.

"Sini-sini duduk bareng mas!" goda Virzha dengan menaik-turunkan alisnya.

"Kayak om-om pedofil lo, Zha!" celetuk Scala tertawa terbahak-bahak.

"Sialan lo!"

Algaza menyuruh Alna untuk duduk, kemudian Algaza ikut duduk disamping gadis itu. Ia menyuruh Virzha untuk memesan makanan untuk Alna dan dirinya.

"Lo udah kasih tau?" tanya Alkhan tiba-tiba membuat mereka yang berada disana bingung.

Algaza menggeleng. "Belum."

"Kasih tau cepet! Sebelum dia bertindak!"

Mendengar kata-kata yang terlontar dari bibir Alkhan membuat Scala yang dari tadi menyimak tambah kepo, langsung saja cowok itu menanyakan maksud dari Alkhan itu apa.

"Maksud lo apa?" tanya Scala bingung.

"Nanti juga lo tau." jawab Alkhan cuek.

Scala mengumpat kesal mendengarnya. "Babhi!"

Algaza dengan takut-takut memberikan ponselnya kepada Alna. Sebenarnya, Algaza merasa kasihan dengan Alna jika gadis itu tau sudah pasti Alna akan sedih, tetapi jika tidak mungkin saja sesuatu yang tidak diinginkan bisa terjadi nantinya.

"Apa ini?" tanya Alna bingung.

"Coba puter, liat!" perintah Algaza yang dituruti oleh Alna.

Alna mendengarkan dengan seksama, semuanya terdengar dengan jelas dimana Lingga yang memuji Gavi jika cowok itu pandai bermain peran, kemudian suara Gavi yang ingin membuat Alna terbang tinggi dan jika sudah berada diketinggian Gavi akan menjatuhkannya, hingga sebuah suara dimana Lingga yang melarang Gavi untuk menghamili Alna agar jika mereka bercerai tidak ada hambatan dan Gavi tidak perlu tanggung jawab.

Betapa sesaknya hati gadis itu begitu mendengar rekaman suara tersebut, bahkan teman-teman Algaza terkejut mendengarnya kecuali Alkhan yang sudah diberitau oleh Algaza sebelumnya.

Alna bangkit dari duduknya, gadis itu berlari keluar kantin. Membuat Algaza khawatir, cowok itu ingin mengejar Alna tetapi ditahan oleh Alkhan.

"Biarin dia tenangin dirinya!"

Flashback off

Alna turun dari taksi yang ia tumpangi, gadis itu menyerahkan uangnya. Tanpa memperdulikan sang supir yang berteriak karena uangnya yang lebih, Alna langsung saja masuk kedalam.

Menekan tombol lift, gadis itu naik kelantai lima tepat dimana kamarnya berada. Gadis itu berjalan keluar begitu pintu lift terbuka, ia memasukkan sandi agar pintu apartemennya terbuka. Dan untung saja daddynya tidak menggantinya.

Alna masuk kedalam, apartemen miliknya tampak luas dan bersih. Gadis itu langsung berlari menuju kamarnya, ia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur. Menangis sejadi-jadinya mencoba menenangkan dirinya, dengan cara menangis.

"Kak Ano kenapa tega sama Ala?" tanya gadis itu entah pada siapa.

Alana menangis tersedu-sedu, hingga gadis itu tertidur. Akibat kelelahan menangis, membuat Alna tertidur lelap.

—tyhrgang—

Ditempat lain, kini Gavi sedang mengamuk seperti orang kerasukan setan. Markas Tyhrgang yang tadinya rapi kini sudah seperti kapal pecah, serpihan kaca berserakan dimana-mana, meja yang tadinya rapi kini sudah tergeletak dilantai.

"PAKETU LO KENAPA?!?" tanya Kenzo memekik heboh.

Inti Tyhrgang langsung pergi kemarkas begitu mendapat kabar dari Adlan jika Gavi mengamuk disana. Mereka tau jika ketuanya itu kini sedang frustasi, tetapi mereka tidak tau akan seperti ini.

Melihat Gavi yang tiba-tiba mengambil pisau, kemudian ingin mengarahkan pisau tersebut ke tangannya membuat Lingga dengan cepat menghampiri cowok itu, lalu merebut piasu tersebut.

"LO MAU NGELAKUIN HAL BODOH ITU, GAV?" bentak Lingga merasa kesal dengan perlakuan Gavi.

"SADAR BODOH, DENGAN CARA LO YANG KAYAK GINI BUKANNYA BIKIN MASALAH LO SELESAI! LO NYAKITIN DIRI LO SENDIR BANGSAT!" ujar Lingga mencengkram bahu temannya itu.

"Rasa sakit gue juga nggak sebanding sama rasa sakit Alna yang udah gue sakitin berkali-kali!" ucap Gavi menunduk.

Gavi benar-benar kacau sekarang, mendengar semua penuturan Alna tadi disekolah membuat dirinya sadar. Tetapi semuanya sudah terlambat menurut Gavi, jika dirinya mengejar Alna pun ia merasa dirinya tidak pantas mengingat ia yang sangat kejam kepada gadis itu.

Rasanya tidak pantas jika dirinya bersama Alna, kesadaran dirinya sudah terlambat. Semuanya sudah berubah, Alna sudah tidak lagi bersamanya. Gadis itu sangat kecewa dengannya, dilihat dari semua perkataan Alna dapat Gavi simpulkan bahwa gadis itu sangat-sangat kecewa, bahkan kata maaf pun tidak bisa menebus kesalahannya.

"Sekarang lo diem aja? Bodoh lo Gav! Bahkan anak kecil tau caranya mengejar, tapi lo? Lo diem dan malah ngelukain diri lo sendiri? Semua itu nggak bakalan bikin masalah kelar Gavi!" ucap Lingga mengacak-acak rambutnya.

"Sekarang kejar Alna, cari dia sampai dapet jangan biarin dia keluyuran malem-malem begini, cari dia dirumah lo kalo nggak ada coba tanyain kedua orangtua lo!"

"Udah terlambat, Ngga! Dia udah kecewa sama gue, bahkan kata maaf nggak bisa bikin dia balik sama gue!" sahut Gavi tanpa sadar air mata jatuh dari kelopak matanya.

Kenzo, Rifan, Rafin, dan juga Lingga terkejut melihat itu, baru kali ini mereka melihat Gavi menangis. Biasanya cowok itu selalu kuat dalam hal apapun, ketika dirinya sedih pun Gavi tidak menampakkan kesedihannya itu kepada teman-temannya. Tetapi, sekarang karena seorang gadis Gavi menangis.

"Nggak ada kata terlambat sebelum mencoba, Gav! Kejar dia sekarang, jangan lemah kayak gini bodoh!" tekan Lingga menarik Gavi agar bangkit dari duduknya.

"Cepet!"

—tyhrgang—

Gavi mencari-cari Alna disetiap sudut rumahnya, tetapi tetap tidak ada. Kekhawatiran cowok itu bertambah besar didominasi dengan rasa bersalah yang kian menyelimutinya cowok itu kembali terisak.

"Ala? Lo kecewa banget sama gue ya? Maafin gue La! Gue salah, gue sadar sekarang kalo gue cinta sama lo! Tapi, inget semua kelakuan jahat gue sama lo, gue ngerasa nggak pantes buat lo. Kata maaf juga nggak bisa ngilangin kesedihan lo nggak sih?" Gavi terkekeh hambar dengan air mata yang kembali berjatuhan, matanya menatap wajah cantik sang istri yang berada difoto pernikahan mereka.

"Setelah ini gimana La? Apa lo mau nerima gue lagi? Kayaknya enggak ya? Gue kan jahat sama lo, gue brengsek banget ya? Nggak pantes dapet cewek sebaik dan seperhatian lo!"

"Tapi, gue bakalan cari lo sampai ketemu La! Gue bakalan minta maaf, walaupun lo nggak bakalan maafin gue setidaknya gue bakalan nebus kesalahan lo!"

Gavi berjalan dengan tergesa-gesa cowok itu pergi dari rumahnya. Berniat untuk pergi kerumah kedua orangtuanya, dan menanyakan apakah Alna berada disana atau tidak.

Mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, cowok itu akhirnya sampai didepan rumah orangtuanya. Tanpa memperdulikan sapaan pak Heru cowok itu langsung menerobos masuk kedalam rumahnya.

Cowok itu langsung memeluk sang bunda yang tengah berada diruang tamu bersama ayahnya. Hal itu membuat Sherly terkejut, kemudian membalas pelukan putranya.

"Sayang kenapa?" tanya Sherly terkejut ketika melihat Gavi yang menangis.

Shaka yang mendengar penuturan istrinya, mengalihkan pandanganya dari laptop miliknya. Ia mendongak menatap putranya yang kini tengah memeluk bundanya dengan bahu yang naik-turun seperti seseorang yang tengah menangis.

"Calon mantu Ayah dimana?" tanya Shaka saat melihat Gavi datang seorang diri.

"Maafin Gavi Nda, Yah" ujar Gavi.

Mendengar kata maaf dari Gavi membuat kedua orangtuanya semakin bingung, mereka saling tatap hingga Sherly memutuskan untuk bertanya.

"Kenapa kok tiba-tiba minta maaf? Gavi ada salah? Coba cerita sama Bunda!" pinta Sherly dengan lembut, sambil mengusap rambut Gavi dengan sayang.

"Gavi udah bikin Ala kecewa Bunda!" Disela-sela tangisannya Gavi mulai bercerita.

"Kecewa?" Sherly mengernyit bingung.

Hingga Gavi menceritakan semuanya, dari awal rencana dirinya yang akan membuat Alna terpuruk, hingga Alna mengetahui rencananya itu. Semua itu didengarkan oleh Sherly dan Shaka, tentu mereka berdua terkejut mendengar cerita Gavi.

"Gavi belum jalanin rencana itu, soalnya Gavi keburu sadar kalo yang Gavi lakuin salah. Tapi, Ala udah tau, dia kecewa sama Gavi dia udah nggak mau lagi sama Gavi, Nda!" ujar Gavi masih menangis tersedu-sedu.

Sherly mencoba untuk mengerti, jujur ia marah dengan kelakuan sang anak. Tetapi, ia berusaha memakluminya karena tidak sepenuhnya salah Gavi melainkan salah Shaka dan Sherly juga yang tetap ingin menjodohkan Gavi dengan Alna.

"Siapa bilang dia gak mau hm?" tanya Sherly.

"Gavi." jawab cowok itu membuat kedua orangtuanya terkekeh.

"Gavi tau nggak yang Gavi lakuin itu salah?" Sherly menatap Gavi.

Gavi menatap takut-takut kearah Bundanya, dirinya tau jika Sherly kini tengah marah. Gavi sudah menduganya, orangtua mana yang tidak akan marah ketika melihat anaknya sejahat itu kepada istrinya sendiri?

"Maafin Gavi Bunda!" Gavi mengangguk.

"Alna itu perempuan sama kayak Bunda, kalo kamu nyakitin dia berarti kamu nyakitin Bunda juga. Jangan ulangi lagi ya? Kamu sayang kan sama Bunda? Kamu juga sayang kan sama Alna? Kamu tau harus ngapain sekarang?" tanya sang Bunda mengusap punggung Gavi.

"Kalo nggak mau kehilangan kejar dong!" celetuk Shaka sambil duduk disamping Gavi yang kini duduk ditengah-tengah kedua orangtuanya.

"Emangnya Ala mau balik sama Gavi, Yah?" tanya Gavi menatap Ayahnya itu.

"Kemungkinannya dia mau, dan dia nggak mau." jawab Shaka.

"Kalo nggak mau gimana?" tanya Gavi sambil mengusap jejak air matanya.

"Derita kamu!" jawab Shaka tertawa mengejek.

"Ayah!" tegur Sherly membuat Shaka menghentikan tawanya.

"Oh ya, Nda!" panggil Gavi sambil menatap Bundanya.

"Kalo Ala nelpon Bunda terus dia bilang minta cerai sama Gavi, jangan dibolehin ya?" pinta Gavi memelas.

"Kenapa begitu?" tanya Sherly.

"Pokoknya jangan, Nda! Gavi nggak mau cerai sama Ala nanti yang jagain Gavi pas sakit siapa? Nggak pokoknya Nggak mau, Nda!" rengek Gavi malah menangis lagi.

"Kok jadi cengeng gini sih?" tanya Sherly tertawa lucu melihat putranya.

"Badan kekar tapi cengeng!" ejek Shaka kepada putranya.

"Bunda jangan mau tidur sama Ayah ya! Jangan bolehin Ayah tidur dikamar!" pinta cowok itu dengan nada kesal.

Mendengar penuturan anak pertamanya, Shaka melebarkan bola matanya. "Heh enak aja! Itu istri Ayah!"

"Tapi ini Bunda Gavi!" sahut Gavi tak mau kalah kemudian memeluk Bundanya erat, membuat Sherly tertawa mendengar pertengkaran kecil Ayah dan anak itu.

—tbc—

Hi Reyala!!

Full kedua pasutri nangis!

Mau mereka ketemu atau gimana nih?

Kayaknya Gavi beneran merasa bersalah deh, liat aja sampe nangis gitu wkwk.

Sabar ya anakkuu wkwkwk, Lala juga yang bikin dia tersiksa yak?😭

Maaf²

See you gengs!!!

Continue Reading

You'll Also Like

446K 34.6K 16
[SEBAGIAN DI PRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU BARU BACA] Dilarang ada hubungan antara senior dan peserta OSPEK, Galen, sebagai Ketua Komisi Disiplin terpa...
1.2M 77.4K 35
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
8.7M 107K 43
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
496K 25.4K 45
Bagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.