LDR

By teahmanis

1.3K 157 134

⚠18+⚠ Tidak mudah menjalani hubungan jarak jauh. Rindu dan prasangka senantiasa menjadi bumbu di setiap harin... More

Prolog
Putus
Kalung gembok cinta
Rindu🌼
Sweetie
Baby finger
LDR 2.
LDR 3.
LDR 4.
LDR 5.
LDR 6.
LDR 7.
LDR 8.
LDR 9.
LDR 10.
LDR 11.
LDR 12.
LDR 13.
LDR 14.
Fighting.
LDR 16.
LDR 17.
LDR 18.
LDR 19.
LDR 20.

LDR 15.

31 5 3
By teahmanis


15. LDR 15

Ariana kembali bekerja seperti biasa. Agendanya semakin padat bahkan lebih sibuk dari sebelumnya. Ia tidak menyerah dan bersikap seperti Ariana Go yang dulu, penuh ambisi.

Ia selalu menuruti perintah sang ayah dan mengikutinya ke berbagai pertemuan untuk membicarakan bisnis, bermain golf, makan siang dan makan malam ataupun sekadar memenuhi undangan jamuan minum kopi.

Ariana bersikap seolah baik-baik saja. Padahal sejatinya ia sangat rapuh dan kesepian.

Hubungannya dengan Jeong Jimin semakin memburuk. Terhitung hampir satu bulan dari pertikaiannya dengan sang ayah. Baik Ariana ataupun Jimin, keduanya tidak ada yang mau mengalah. Mereka sama-sama mempertahankan ego masing-masing yang setiap hari semakin membelenggu rindu.

"Nona, waktunya makan siang."

Seruan itu terdengar tak asing di telinganya. Ariana menghentikan aktivitasnya dari mengoreksi beberapa data yang tertera pada laporan harian yang telah disuguhkan di atas meja kerjanya. Ia tercengang melihat Jo Tae Yong yang mendadak sudah berada di ruangannya.

Ariana beranjak dari duduknya kemudian melangkah ke hadapannya.

"Tae Yong, mengapa kau ada di sini?"

"Karena aku ingin menemuimu," balas Tae Yong dengan nada setengah merayu.

Ariana menoleh ke sana dan ke kiri. "Bagaimana kabarmu? Apakah lukamu sudah sembuh?"

Tae Yong mengangguk disertai senyuman simpul. "Kau telah mengabaikanku, Nona Go."

Ariana menggeleng secara perlahan. "Maaf, aku tidak bermaksud mengabaikanmu. Aku hanya terlalu sibuk."

"Kau hanya sedang menyibukkan diri," sanggah Tae Yong menyela ucapan Ariana. "Aku sudah sembuh. Aku selalu ingin menemuimu, tapi kau selalu sibuk," tuturnya.

Ariana bungkam di hadapan.

"Kau menghilang." Jo Tae mendekat lebih rapat, menatapnya di kedalaman hingga membuat Ariana terdiam.

Apa yang harus dikatakan olehnya? Ia sendiri juga tidak tahu apa yang tengah berlangsung di dalam hidupnya saat ini.

"Tae Yong, ak- aku ...."

"Sttt." Telunjuk indah Jo Tae Yong membuat Ariana bungkam. Pria itu tersenyum dengan penuh ketulusan kemudian memeluknya tanpa keraguan. Ariana tertegun, tidak ingin berontak ataupun menghindar.

"Apa kau sudah makan?" Tae Yong melepas pelukan dan menatap Ariana dengan penuh kelembutan. Ariana menggeleng secara perlahan.

"Apa kau tidak keberatan kalau aku mengajakmu makan siang?" Ariana mengangguk menerima ajakan pria tersebut.

Tae Yong tersenyum kembali, bahkan senyumannya jauh lebih merekah dari sebelumnya. Ia memeluk Ariana lagi dan berterima kasih. "Gomawo."

Ariana terdiam dalam pelukan, terkenang masa-masa yang hangat ketika bersama dengan Jeong Jimin di masa lalu. Masih. Semua masih tentang Jeong Jimin yang memenuhi kepala Ariana. Bahkan ketika pria itu tak ada di sampingnya sekalipun.

"Ari," panggil Jeka seraya masuk ke dalam ruangan.

Seruan itu membuyarkan romansa antara Ariana dan Tae Yong hingga membuat keduanya seketika mengambil jarak.

Jeka tercengang melihat keduanya yang memberikan tatapan canggung padanya

"Oh, aku kira tidak ada orang lain di ruanganmu," ucap Jeka dengan kedua iris yang masih terkejut. "Ada apa? Kenapa kau ada di sini?" imbuh Jeka yang menatap pada Tae Yong.

"Ah, aku hanya ingin mengajak Ariana makan siang," jawab Tae Yong ringkas.

"Apakah itu benar, Ari?" tanya Jeka pada Ariana untuk memastikan.

Sedangkan Ariana mengangguk. "Itu benar." Ariana meraih salah satu lengan Jo Tae Yong. "Aku dan Tae Yong akan makan siang bersama."

"Kami permisi." Tae Yong berpamitan pada Jeka dengan raut yang berseri-seri.

Jeon Jeka berpaling muka dan merasa tidak percaya menyaksikan keduanya.

***

Makan siang itu tidak berlangsung lama karena Ariana harus kembali bekerja.

"Terima kasih, makanannya sangat lezat." Ariana memuji pada beberapa pelayan yang ada di restoran tersebut.

"Bukankah ini terlalu singkat?" tanya Tae Yong yang berdiri di hadapan Ariana.

"Aku harus kembali ke kantor," ucap Ariana.

"Baiklah, jadi kapan kita bisa bertemu lagi? Bagaimana dengan makan malam?" tanya Tae Yong masih berusaha.

"Malam ini aku harus ikut bersama ayahku untuk menghadiri makan malam bersama partner kami," ujar Ariana.

"Wow, sepertinya kalian akan membicarakan masalah bisnis, ya?" Ariana tampak mengiyakan.

"Kau tahu? Aku selalu menghindari ayahku apabila mengajaku untuk membicarakan tentang bisnis karena menurutku itu sangat membosankan. Dan satu hal yang mudah ditebak, apa kau tahu itu?"

"Apa?"

"Para orang tua pasti akan membuat kesepakatan untuk menjodohkan anak-anaknya agar kerja sama mereka selalu terjalin."

Ucapan Tae Yong membuat Ariana mengernyit. Itu terdengar klise.

"Apakah kau bersedia jika orang tuamu menjodohkanmu dengan seseorang?"

Ariana terpaku mendengar pertanyaan tersebut.

"Aku tahu jawabmu," ucap Jo Tae Yong hingga Ariana menatapnya. "Kau akan menolak, karena kau mencintai Jeong Jimin. Benar, bukan?"

"Ayo kita pergi," tukas Ariana.

Tae Yong ber-smirk mengikuti ke mana arahnya pergi. Ariana menghentikan langkah ketika melihat Jeong Jimin beserta rombongannya. Mereka juga baru saja selesai makan siang.

"Jeong," gumam Ariana.

Jeong Jimin mendekat ke hadapan tanpa berucap sedikit pun. Ariana merasa sesak karena tatapan Jimin bak sembilu yang menikam.

"Jim, bagaimana kabarmu?" tanya Tae Yong. Jimin menoleh padanya disertai anggukan. "Emh, aku dan Ariana ... kami hanya makan siang bersama." Tae Yong menuturkan.

Jimin memandang Ariana seakan tidak peduli oleh penjelasan Tae Yong.

"Aku sangat sibuk. Semoga hari kalian menyenangkan," pungkasnya, kemudian berlalu dari hadapan Ariana.

Jo Tae Yong mendekat ke samping Ariana dan memperhatikan raut wajahnya yang tampak murung.

"Apa kalian sedang bertengkar?"

"Kami sudah lama tidak saling bicara," pungkas Ariana, kemudian bergegas pergi.

Tae Yong tertegun. Baginya situasi itu memberinya sebuah peluang untuk dapat lebih dekat dengan Ariana.

***

Sesuai agendanya. Ariana akan mengikuti makan malam bersama sang ayah berserta kakaknya, Go Hyung Jun. Tuan muda itu masih setia mengenakan kursi roda yang didorong oleh Nona Lee, perawat pribadinya.

"Kau tampak cantik, adikku." Hyung Jun memberi pujian pada Ariana. "Gaun itu cocok untukmu," tuturnya disertai senyuman simpul. Namun, Ariana berlalu pergi dan tidak peduli terhadapnya.

"Kau lihat itu? Dia masih marah padaku." Hyung Jun mengeluh pada Nona Lee.

"Kau harus bersabar, Tuan Muda," tukas Nona Lee memberi ketenangan.

Dari dulu Ariana memang kerap bersikap dingin pada Hyung Jun karena ia selalu merasa dinomor duakan oleh keluarga.

Makan malam itu dihadiri tuan Jo dan diikuti serta oleh Jo Tae Yong selaku putra tunggal dari keluarga Jo.

Ariana dan Jo Tae Yong saling tertegun. Keduanya mengira kalau makan malam itu hanya makan malam seperti biasa yang sekadar membicarakan soal bisnis. Namun, kedua orang tuanya telah membuat kesepakatan bahwa Ariana dan Jo Tae Yong akan dijodohkan.

Semuanya bertepuk tangan untuk memberi selamat. Tuan Go dan Tuan Jo saling berpelukan. Tuan Jo kemudian memeluk Jo Tae Yong dan menepuk pundaknya yang kekar. "Apakah kau menerima keputusan ayah? Ayah minta maaf karena tidak membicarakan hal ini sebelumnya denganmu, tapi ibumu bilang pada ayah bahwa ia menyetujui perjodohan ini. Ibumu bilang bahwa kau dan Nona Go sudah saling mengenal?" ujarnya.

Jo Tae Yong terenyuh hatinya tidak dapat menyembunyikan kebahagiaan, fakta bahwa ia pun menyetujui keputusan sang ayah. Ia kemudian menoleh memperhatikan Ariana yang sedari tadi bungkam.

Hyung Jun mendekat ke samping Ariana dan menyentuh salah satu lengannya.

"Anna, kuucapkan selamat karena sebentar lagi kau akan menikah." Hyung Jun selalu memanggil Ariana dengan sebutan Anna.

Ariana sontak menatap dengan tatapan nanar kemudian beranjak meninggalkan ruang makan. Hyung Jun tertegun atas apa yang dilihatnya. Ia tahu satu hal bahwa adiknya tidak merasa bahagia oleh perjodohan itu.

Jo Tae Yong meminta izin pada Tuan Go untuk menemani Ariana.

"Haha, biarkan saja. Namanya juga anak muda. Putriku Ariana pasti merasa terkejut oleh perjodohan ini," ucap Tuan Go di hadapan Tuan Jo dan mereka kembali berpelukan.

Ariana berlari dan berdiam diri di tepian jalan yang sepi, kemudian duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu.

Jo Tae Yong yang sedari tadi mengikutinya sedikit kebingungan mencari di mana keberadaan Ariana. Menoleh ke sana dan ke mari. Setelah melihatnya, ia pun ikut duduk di samping Ariana. Tae Yong membuka jasnya dan memakaikannya pada Ariana agar terlindung dari angin malam.

"Apakah kau akan memaksaku lagi seperti malam itu?" Ariana terdengar lirih. Tae Yong memperhatikan raut wajah manisnya yang kini dihiasi air mata. Ia cukup menggeleng secara perlahan dan menyeka air mata itu.

"Mulai sekarang aku tidak akan memaksamu. Aku akan belajar bagaimana cara bersikap agar kau merasa nyaman di dekatku."

Ariana terdiam. Tatapannya begitu sendu. Jo Tae Yong mendekatkan diri dan merangkulnya ke dalam dekapan.

"Apakah kau menerima hubungan ini?" Ariana menatapnya.

Jo Tae Yong tersenyum simpul. Baginya tidak ada alasan untuk menutupi apa pun. Ia ingin berterus terang bahwa dirinya sangat bahagia oleh hubungan itu.

"Apakah kau sudah merencanakan semua ini sebelumnya?" Ariana menunggu jawaban.

"Ini semua di luar kendaliku."

"Lalu apa jawabanmu untuk perjodohan ini? Kau tahu aku tidak bisa menerimanya?"

"Aku tahu itu," pungkas Jo Tae Yong. Ariana terisak.

"Aku tahu kau tidak akan menerima perjodohan ini. Aku pun tidak akan menerimanya jika wanita itu bukan dirimu, Ari," ujar Jo Tae Yong.

Ariana tercengang. "Jangan memanggilku seperti itu!"

"Wae?" Tae Yong menginginkan penjelasan. "Apa kau sedang merindukannya?"

"Tae Yong!"

Jo Tae Yong mengerti atas sikap Ariana malam itu. "Kau menginginkannya ada di sampingmu saat ini?"

Ariana berlinang air mata. "Kau dan aku tidak saling mencintai. Lalu bagaimana mungkin kita bisa menikah?"

"Kita bisa mencoba hubungan ini. Aku berjanji padamu, aku akan berusaha menjadi orang yang bisa memahamimu, Ari."

Ariana kembali terdiam, kemudian berpaling muka. "Tidak semudah itu, Tae Yong."

Jo Tae Yong merapatkan diri pada Ariana dan mendekapnya dari belakang. "Beri aku kesempatan. Izinkan aku untuk mengisi kekosongan di hatimu, Ari."

Ariana tidak kuasa bila harus mendengar sebutan namanya di akhir kalimat. Hal itu selalu mampu membuatnya teringat pada Jeong Jimin. Ia menghadap pada Tae Yong dan menatapnya di keheningan. Tae Yong mendekatkan wajahnya yang langsung disambut hangat oleh Ariana. Menyentuhnya secara perlahan dengan penuh kelembutan. Jo Tae Yong tidak kuasa menahan dahaga dari debaran cintanya. Ia tidak keliru bahwa perasaan itu benar-benar nyata adanya pada Ariana. Bibirnya terpaut, mencium mesra dan membawa berbagai rasa ke dalam dekapan yang semakin erat.



Tae Yong : Assiikk... tunangan euuuyy...

Continue Reading

You'll Also Like

179K 28.1K 51
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
661K 31.9K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
6.2M 604K 96
Yang Haechan tahu dia dijodohkan dengan laki-laki lugu yang bernama Mark Jung, tapi siapa sangka ternyata dibalik cover seorang Mark lugu Jung terdap...
5.6M 331K 17
"Ayang pelukkk" "Yang kenceng meluknya" "Ayang mau makannn" "Ayangg ciummm" "Ayanggg ikutt" "Ayanggggg" Pertamanya sok-sok an nolak.. Ujung-ujun...