welcome

Door binikangdaniel

66.2K 607 67

+21 Jeanna Biya Gerofano. Harapan hidup tenang pupus sudah setelah bertemu mereka. Meer

0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0.10
0.12
0.13
out of the story
0.14
0.15
0.16
0.17
0.18
0.19

0.11

2K 31 1
Door binikangdaniel




Jeanna tengah menyeruput ice cokelat-nya, gadis itu fokus mendengarkan Cio yang sedari tadi berbicara tanpa ampun.

"Dan lo tau gak? si Rika Rika itu dipecat!" seru Cio menggebu-gebu.

Renata tertawa puas, "Dipecat langsung hari itu juga?"

Cio mengangguk, "Didepan semua orang, siapa suruh godain suami Bu Manager, dia tuh jelek juga bjir. Kalau cantik sih okelah pantes suami Bu Manager khilaf, tapi iniii cuihhhhh!"

"Wah, gue kalau jadi Rika sih udah pindah kota, malu-nya to the bone," sahut Renata.
"Lo gimana Je?"

Jeanna melirik Renata yang tiba-tiba memanggil nama-nya, "Apa?"

"Kerjaan lo aman?" tanya Renata.

Jeanna mengangguk saja, "Begitulah,"

"Anak hotel kan sibuk Re, gak ada waktu buat temen-nya," sindir Cio.

Jeanna mencebikkan bibir saja.

"Kita mah sibuk, lo aja yang banyak waktu buat foya-foya," ucap Renata yang diangguki Jeanna.

"Jahat lo pada, gak ada waktu buat gue." imbuh Cio sembari memanyunkan bibir.

Renata terkekeh, "Sadar Cio, lo itu jantan-"

"Jeje?"

Jeanna dan kedua teman-nya reflek menoleh bersamaan, Jeanna berdecak dalam hati saat melihat seorang pemuda yang berdiri disisi kanan-nya sembari tersenyum senang.

Jeanna kemudian melirik Renata yang menggeleng pelan lalu menatap Cio yang cengengesan seolah mengatakan kalau dia yang memberitau Davian kalau Jeanna ada disini.

"Gue boleh gabung kan?" tanya Davin pada Renata dan Cio.

Cio mengangguk antusias, "Silahkan Dav, duduk aja ganteng..."

Renata tersenyum simpul, sesekali melirik wajah Jeanna yang sudah masam menahan kesal tapi berusaha untuk terlihat ramah.

Renata melirik sinis Cio sedangkan yang ditatap mengangkat bahu acuh.

Davian duduk disebelah Jeanna masih dengan senyum-nya, "Lo apa kabar Je? dua bulan lo ngilang dan gak bales chat gue sama sekali,"

"Gue baik," jawab Jeanna seadanya.

"Gue juga baik, lo kerja dihotel ya sekarang?"

"Tau dari mana?" tanya Jeanna heran. "Cio?"

"Enak aja!" kilah Cio.

"Oh gue gak sengaja nebak dari snapgram lo waktu itu," ucap Davin.

Jeanna mengangguk pelan.

"Eh lo udah pesen belum?" tanya Renata basa-basi.

"Udah kok Re," balas Davian, "Lo kenapa gak bales chat gue Je? gue ada salah kah atau gimana?" kekeh Davian.

Jeanna memaki dalam hati, "Enggak, gue jarang megang hp."

"Gak mungkin dong? gue sering liat lo online,"

"Dav, jangankan lo, kita aja jarang dibales chat-nya sama dia," sahut Renata.

"Sorry Re, gue gak nanya lo," Davian tampak sinis pada Renata, lalu beralih pada Jeanna, "Kenapa Je?"

Renata tercengang, dia melirik Cio yang tampak terdiam dan kini sadar dengan situasi yang ada, pemuda gemulai itu menjadi sedikit bersalah dengan Jeanna.

"Sorry Dav, emang chat lo sepenting itu?"

Davian terdiam, Renata dan Cio pun ikut terdiam. Jeanna tampak mengutak-atik ponsel-nya, sedangkan Davian mencoba untuk tetap tersenyum walaupun terlihat jelas dia mengepalkan kedua tangan-nya.

"Wah Je, lo bener ya kata orang-orang," seru Davian, "Sok jual mahal, lo pikir lo secantik apa?" nada-nya bercanda tapi sorot mata Davian seolah mengejek Jeanna.

"Kalau gue gak cantik, kenapa ngejar gue?"

"Sial," Davian terkekeh lagi, "Gue kayaknya memperburuk suasana ya?"

Cio tertawa pelan, "Santai aja Dav,"

Davian mengangguk, dia kemudian berbincang dengan Renata dan Cio. Sebenarnya sebelum kejadian itu semua baik-baik saja, Davian itu teman yang baik, bahkan sebelum Jeanna mengenal Davian, Renata dan Cio jauh lebih dulu mengenal-nya.

Jeanna menghela nafas, merasa tidak lagi betah lebih baik dia pamit saja.

"Oh iya Je!" seru Renata, "Lo kan besok shift pagi, ini udah mau jam 11 ege,"

"Bener, lo pagi jam 6 Je, pulang gih, mau gue anterin gak?" tambah Cio.

Jeanna mengangguk lalu berdiri, "Gue cabut ya, bye guys!"

Renata dan Cio mengangguk mengiyakan, mereka berdua jelas tidak enak dengan Jeanna, tidak mungkin juga mereka mengusir Davian secara terang-terangan. Jeanna meraih tas-nya dan beranjak dari sana, keluar dari cafe yang masih sangat ramai.

Gadis itu menghela nafas, dia melirik jam dilayar ponsel yang menunjukkan pukul 10.21, sejujur-nya besok Jeanna shift siang tapi untung kedua teman-nya peka dan memberikan kesaksian palsu kalau dia masuk pagi agar pergi dari sana. Jeanna kini sudah benar-benar diluar Cafe, berjalan sedikit menjauh sembari hendak memesan ojol.

"Je," panggil seseorang.

Jeanna menoleh, dia melirik malas kearah Davian yang mendekat.

"Kenapa lagi?"

"Mau gue anter gak? kosan lo masih yang lama kan?"

Jeanna menggeleng, "Gak usah, gue pesen ojol-"

"Gue gak suka dibantah Jeanna."

Jeanna tertawa sakras, "Lo gila ya?"

Davian menggenggam lengan kiri Jeanna, "Bilang sama gue kenapa lo ngejauh dari gue? gue punya salah apa?"

Jeanna menarik tangan-nya tapi kekuatan Davian lebih kuat, "Lepas!"

"Bilang sama gue sialan!"

"Lepasin anjing!"

Davian terkekeh tiba-tiba, "Masalah 5 juta itu?"

Jeanna menggeram, "Lepas atau gue teriak,"

"Live musik didalam lebih kenceng dari pada teriakan lo," seru Davian, "Bener kan? perkara 5 juta itu? kenapa? 5 juta kurang?"

"Tutup mulut lo brengsek!" geram Jeanna.

"Lo gak usah bertingkah kalau lo itu cewek hard to get, gue tau cewek modelan kayak lo itu gimana, Jeanna."

"Lo juga gak usah bertingkah kayak cowok normal, lo itu sinting anjing!"

Davian tertawa tapi mengeratkan genggaman dilengan Jeanna, membuat gadis itu meringis pelan.

"10 juta deal? ah itu kayaknya kemahalan dari harga diri-"

"Bacot." potong Jeanna.

"Cewek gak tau-"

"Biya."

Jeanna menoleh pada Raka yang melangkah mendekat, Davian turut menoleh, genggaman dilengan Jeanna kendor membuat Jeanna langsung menarik tangan-nya kemudian melangkah mendekat kearah Raka dan bersembunyi dibalik badan kekar pria itu.

"Raka, tolong dulu..." lirih Jeanna, demi tuhan Jeanna bisa bernafas legah sekarang.

Padahal dia sebelum-nya hanya mengirim location pada Raka, tidak berharap banyak pada Raka untuk mendatangi-nya, yang jelas dia ingin meminta pertolongan pada pada seseorang.

Jika meminta pertolongan pada Cio dan Renata, yang ada kedua teman-nya itu hanya akan membuat keributan didalam Cafe.

"Lo siapa?" tanya Davian menantang, "Dia siapa Jeanna?!"

Raka menatap datar pemuda itu, "Watch ur limit,"

Davian menatap Raka remeh, "Pantes aja 10 juta gue kurang, pasti nih cowok ngasih lo lebih kan?"

"Stop talking nonsense, atau lo tau akibat-nya."

"Berapa lo ngasih cewek ini? 50 juta?" seru Davian, "Gak usah banyak-banyak, dia itu cuman cewek murah-"

BUGH

Jeanna menarik Raka saat pria itu kembali hendak melayangkan tinjuan, Davian sudah terduduk dibawah sana seraya memegangi mulut-nya.

"Banyak bicara." ucap Raka pelan, lalu menarik Jeanna pergi dari sana.

Jeanna menurut, kedua-nya masuk kedalam mobil Raka yang terparkir tidak jauh dari sana. Raka terdiam sejenak, sedangkan Jeanna kini merutuki kebodohan-nya karena kenapa harus Raka?!

Harus-nya Jeanna sebelum keluar Cafe sudah lebih dulu memesan ojol jadi dia tidak akan memiliki waktu untuk meladeni Davin.

Jeanna melirik Raka yang terlihat tenang, "Sorry Raka, gue bingung minta tolong sama siapa."

Raka membalas tatapan Jeanna, "Good choice."

Raka tersenyum manis, mengusap kepala Jeanna sejenak, "Dan maaf datang terlambat."



••••



Jeanna hendak turun dari mobil karena mereka sudah sampai didepan kos-nya, tapi tangan-nya tiba-tiba ditahan oleh Raka. Jeanna melirik pria itu yang menatap sesuatu didepan sana.

Jeanna ikut menatap arah pandang Raka, gadis itu kemudian sedikit tercengan karena melihat Davin yang duduk diatas motor yang terlihat memicing kearah mobil Raka.

"Dia siapa?"

Jeanna berdecak, "Temen."

"Temen?" Raka menoleh pada-nya, "Tapi tau tempat tinggal lo dimana?"

"Gue gak tau, mungkin dikasih tau Cio."

Raka menarik tangan-nya, "Pakai seatbelt-nya."

"Mau kemana?"

"Apartment gue."

Jeanna ingin sekali menolak, tapi melihat Davin yang menunggu-nya membuat Jeanna kesal setengah mati, berani sekali pria itu.

Setengah jam perjalanan, mereka sampai di Apartment Raka. Jeanna melirik jam dilayar ponsel yang menunjukkan pukul 11.30, pantas saja mata terasa berat sekali, sedari tadi dia menahan diri agar tidak tertidur.

Jeanna mengekor masuk kedalam, dia melirik Raka yang membuka hoodie hitam-nya dan menyisakan kaus putih polos.

"Tunggu sebentar."

Jeanna berdehem, dia duduk diatas sofa tanpa izin, gadis itu benar-benar lelah. Tidak lama Raka keluar dari kamar-nya, membawa sebuah kaos hitam dan menyerahkan pada Jeanna.

"Lo tau kan tidur dimana?" tanya Raka.

Jeanna berdiri, mengambil alih kaos, "Gue boleh numpang mandi?" cicit gadis itu.

"Anything," jawab Raka, "Are u hungry? gue pesen makan ya?"

"Enggak, tadi gue udah makan."

"Dicafe tadi?"

Jeanna mengangguk, Raka ikut mengangguk.

"Dikulkas ada cemilan, kalau ngantuk langsung tidur, jangan lupa minum air putih sebelum tidur."

Jeanna mengerjap.

"Kalau butuh apa-apa gue ada dikamar, jam segini gue belum tidur karena masih ada kerjaan."

"Raka."

"Hm?"

"Lo kenapa jadi banyak omong?"

Raka berpikir sejenak, "Gue juga bingung."

Jeanna terkekeh kecil, "Makasih, ini udah cukup kok,"

Raka mengangguk, dia mengusak rambut Jeanna sejenak sebelum masuk kedalam kamar-nya.

Jeanna terdiam ditempat, dia menepuk pipi-nya berkali-kali.

"Sadar Jeanna, dia itu brengsek, jangan baper jangan baper!" monolog gadis itu, kemudian bergegas masuk kedalam kamar mandi.

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

424K 16.9K 48
Vikram, a senior officer, prioritizes his duty above all else, much like his father, ACP Rajendra. He has three siblings: one is an officer, and the...
111K 5.7K 28
Hooked onto drugs, no family, no guidance or sanity until she met HIM. Cover Creds: @Triceynexttdoor ❤️ -BLICKY.
472K 29.6K 40
Let's see how different personalities mends with each other to form a beautifull bond together. Where the Eldest is calm and cold, Second is aggress...
249K 15.5K 46
The feeling of being abandoned by one's own family was not unknown to Aadhira. She hates her family for abandoning her when she was only a newborn, l...