Arya Pierre

By TitaRally

756 61 2

Raden Mas Arya Rajendra dan Pierre Andries Tendean, dua pemuda berbeda generasi dan dimensi waktu yang mengal... More

Identitas Novel
Kata Pengantar
Chapter 1: Kejadiaan Naas
Chapter 2: Secercah Cahaya
Chapter 3: Perubahan
Chapter 4: Perasaan Asing
Chapter 5: Harapan
Chapter 7: Akhir Perjalanan

Chapter 6: Jalan Keluar

31 7 0
By TitaRally

Sudah dua minggu masa pemulihan Arya berjalan, dan selama dua minggu ini ia sudah bisa menyesuaikan diri dengan dunia barunya. Namun, itu bukanlah sesuatu yang mengherankan, karena jiwa yang berada ditubuhnya adalah Pierre Tendean yang memang cerdas sejak berada dibangku sekolah.

"Raden saya sudah menyiapkan motor baru untuk Anda, karena motor lama Anda sudah rusak. Dan ini kunci motornya," ucap Suryo menyodorkan sebuah kunci dengan gantungan rantai berwarna silver.

"Tetapi aku tidak ingat jalan daerah sini," terang Arya.

"Eh, benar juga. Kan Raden lupa ingatan, kalau nyasar gimana?" ucap Suryo bermonolog.

"Yaudah kalau begitu Anda tidak perlu khawatir, hari ini biar saya antar sama supir, Raden," ucap Suryo langsung berlari setelah mendapatkan persetujuan dari Arya.

Di mobil, Arya menatap sekitar jalanan dari kaca dengan kagum. Matanya berkali-kali menangkap berbagai kendaraan yang berbeda-beda bentuknya, lalu beralih menatap banyaknya gedung bertingkat yang seolah tengah berlomba untuk menjadi yang tertinggi, dan kemudian menatap orang-orang yang kini tengah sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Ia kemudian melirik jam tangan hitam mahal yang bertengger elok di pergelangan tangan kirinya. Pukul 07.00 WIB, waktu jam sibuk di mana secara bersamaan orang-orang tengah memulai aktivitasnya.

Terlalu tenggelam dalam kekaguman membuat ia tak sadar jika mobil Bugatti La Voiture Noire itu telah memasuki pintu masuk universitas. Sebuah universitas nomor satu di Yogyakarta, yaitu Universitas Bumiputra. Konon katanya, universitas ini dibangun dari bekas markas TNI AD di zaman pasca kemerdekaan Republik Indonesia.

"Kita sudah sampai, Raden," ucap Suryo membukakan pintu mobil.

Arya beranjak keluar mobil, ia terdiam berdiri menatap sekitar kampusnya. Dengan setelan kaos putih polos dan celana kain hitam yang dipadukan dengan cardigan kotak-kotak berwarna hitam putih, ia berdiri dengan tampannya. Beberapa mahasiswi yang berlalu-lalang bahkan tak bisa mengalihkan pandangannya dari pria yang akhirnya kembali masuk ke kampus itu.

"Raden Arya tambah ganteng banget setelah kecelakaan," ucap seorang gadis pada kedua temannya.

"Iyaa, gue kira wajahnya rusak atau gimana gitu."

"Walaupun ada bekas luka, dia masih ganteng dimata gue. Jadi pengen nikahin," ucap salah satunya lantas membuat teman-temannya tertawa.

"Inget kasta! Dia darah biru, sedangkan lo darah rendah," ejek temannya langsung disambut tawa kembali oleh yang lainnya.

Mendengar hal itu Arya tampak acuh, ia lantas mulai berjalan menuju gedung jurusannya, karena sebentar lagi kelas akan dimulai.

Sama halnya dengan kejadiaan saat ia datang, hal yang sama terjadi saat ia memasuki kelasnya.

"Yo! Raden Mas Arya sudah kembali," celetuk seorang pria berhoodie hitam yang tengah duduk dimeja.

Arya tetap acuh dan langsung duduk disalah satu bangku yang ada.

"Waduh-waduh, makin sombong aja nih, Raden," ujarnya mendekati Arya yang mulai membuka bukunya.

"Lama banget kita nggak olahraga bareng, jadi gimana kalau setelah kelas ini kita tanding basket di lapangan?" ucap pria itu merangkul Arya dengan kasar.

"Lo jangan bercanda, kayak gak ingat kejadian terakhir aja. Cowok cupu yang berlindung atas nama keluarga ini mana bisa olahraga," ejek salah satu temannya.

"Ohh, yang pingsan karena kena bola basket itu?" tanyanya lantas tertawa dengan puas. Namun, Arya tetap acuh dan membaca materinya membuat mereka lantas berdecak. Saat hendak memaki, seorang pria paruh baya yang diduga adalah dosen sudah memasuki kelas dengan langkah tegasnya membuat mereka kembali duduk ke bangkunya masing-masing.

"Ku tunggu nanti di lapangan, jangan sampai kabur, Raden," bisiknya dengan nada mengejak kemudian beranjak pergi.

Jam seolah berjalan begitu cepatnya. Di lapangan sudah berkumpul 3 orang pria yang terlihat tengah menunggu seseorang, namun entah kapan batang hidungnya akan terlihat. Panasnya matahari bahkan semakin membuat suasana hati ketiganya memburuk.

"Ck! Mana sih Raden cupu itu," decaknya kesal.

"Udah gue bilang, Bos. Dia itu mana berani datang ke sini, orang megang bola aja gemeter," ucap salah satunya.

"Benar, dia kan- argh! Siapa yang berani lempar bola ke gue bangsat!" makinya marah saat ucapannya terpotong karena sebuah bola yang tiba-tiba mengenai kepalanya.

"Anak muda jangan terlalu banyak bicara," ujar Arya dengan wajah datar. Ya, dia adalah pelaku pelemparan bola itu.

"Wahh, berani juga ternyata," ujar pria yang dipanggil 'Bos' tadi.

"Tentu saja, pemuda harus berani mengambil resiko. Walaupun gagal, itu lebih baik daripada bersembunyi dibalik zona aman."

"Alah, banyak bacot lu. Sini 1vs1 lawan gue. Kita taruhan, kalo gue menang, lo harus nurutin semua perintah gue," ujar pria angkuh itu.

"1vs1? Kamu ngeremehin aku? Kalian bertiga dan aku sendiri aja udah cukup," jawab Arya menyeringai angkuh.

"Buset, songong amat Raden satu ini. Jangan deh, gue takutnya lo malu nanti. Di sini kan banyak fans lo," terang si bos dengan songong.

"Ya sudah, sini maju," celetuk Arya membuat mereka mengangguk.

Dengan langkah kakinya yang terkesan sok paling jago, sosok yang dipanggil bos besar itu berlari menuju lapangan basket menghampiri Pierre.

"Lu udah siap kalah?" ejeknya.

"Sepertinya itu yang harus ku tanyakan padamu anak muda," ucap Arya datar.

"Cih! Oke jadi peraturannya yang masukin 15 poin pertama, maka dia yang menang," jelasnya.

"Perhitungan poinnya seperti apa?"

"Seperti biasa, di dalem 2 poin, diluar 3 poin, kalo dari tengah lapangan 5 poin."

"Oke, deal."

Pertandingan dimulai dengan Arya yang menyerang terlebih dahulu. Suara sorakan dukungan terdengar dengan keras, mereka lebih banyak mendukung si bos karena ke-famousannya. Meskipun tidak ada yang mendukung Arya, dalam waktu kurang dari 1 menit, si bos besar terbantai 15-0 oleh Arya. Kejadian tersebut membuat penonton terkejut. Si bos pun memanggil dua temannya dan dimulainya lagi ronde dua, namun kali ini Arya akan melawan tiga orang sekaligus.

"3 lawan 1? Sini maju!"

"Gak usah sombong lo," desis bos tadi merasa kesal.

Pertandingan dimulai kembali dengan 3 orang menyerang terlebih dahulu. Hingga membuat Arya sedikit terpressure. Si bos hendak memasukkan bola dengan teknik lay up miliknya. Arya langsung melompat untuk menghalau serangan si bos, block pun berhasil dilakukan.

"Segitu saja?" tanya Arya menatap remeh.

Kini giliran Arya untuk melakukan serangan. Namun, bukannya maju kedepan, ia justru mendribble bola kebelakang mendekati garis tengah lapangan. Dan boom!! Arya berhasil mencetak 5 poin dengan shoot dari tengah lapangan. Hal itu membuat 3 orang yang melawannya bengong seolah tidak percaya apa yang terjadi.

"Cih! bangsat hoki banget lu," makinya tak terima dengan apa yang barusan ia lihat.

"Hah? Hoki? Nih liat lagi."

Arya langsung menembaknya lagi dari tengah lapangan hingga membuat kedudukan berubah menjadi 10-0. Tiga orang yang menantang Arya pun sedikit panik. Dua orang dari mereka mulai menjaga Arya dari tegah lapangan. Dengan dribble cepatnya berhasil melewati dua orang yang menjaganya. Dia pun sekarang 1 lawan 1 melawan si bos. Tidak disangka tiba-tiba Arya melompat seolah hendak melakukan dunk keren. Si bos yang berusaha mengeblok pun langsung terpousturize. Yap! Arya berhasil melakukan dunk epic hingga membuat orang-orang yang berada di lapangan bertepuk tangan bangga.

Skor ditutup dengan three point yang tak kalah kerennya dari Arya. Semua orang terkejut, seorang Arya yang bahkan hampir tidak pernah melakukan olahraga berhasil melakukan berbagai hal keren yang tidak bisa dilakukan orang biasa.

"Segitu saja skill basket kalian? Lemah!" ejek Arya memberikan dislike.

"Gausah sok jago lu anjing! Lu menang hoki doing ya bangsat!" sentaknya tak terima kekalahan.

"30-0 hoki? Ngomong-ngomong perjanjian yang tadi kamu masih inget, kan?" tanya Arya terkekeh puas.

"Apaan? Gue lupa!" bantahnya berpura-pura tak tahu apa-apa.

"Kamu harus nurut apa yang saya katakan dan saya perintahkan," jelas Arya membuat wajah mereka memerah, entah karena marah atau malu atas kekalahannya.

"Dih! ogah, ngapain gua mau nurut elu dasar cupu!" teriaknya sembari mendorong Arya hingga tersungkur membuat situasi kian memanas.

"Cih, dasar ingkar janji. Potong aja itu kemaluan kamu. Kamu tidak pantas menjadi lelaki," sarkas Arya yang kemudian bangkit.

"Maksud lo ngomong gitu apa?? Lu mau berantem ama gua?" ujarnya sambil memukul Arya tepat mengenai pipi nya.

Kejadian itu sontak membuat penonton saat itu berteriak memanas-manasi agar mereka semakin bertengkar. Hingga tiba-tiba seorang perempuan cantik mendatangi mereka dan mendorong si bos.

"Hentikan semua ini! Apaan banget kalian, udah kalah lawan 1 orang masih mau berantem juga lagi, emang kalian pikir itu keren? Gak punya malu banget," maki gadis asing yang berdiri seolah tengah melindungi Arya itu.
"Bacot banget, dasar cewe gila! Awas lu Arya, gua tandain!"

"Woi dasar banci! Janjinya belum ditepatin!" maki gadis yang Arya kenal di rumah sakit kala itu.

Ya, dia adalah Kaylee Oliver, gadis yang menghentikan pertikaian barusan.

"Kamu lagi? Mengapa kamu ikut-ikut masalahku?" tanya Arya menunduk menatap Kaylee yang jauh lebih pendek darinya itu.

Tanpa menjawab, ia justru menarik Arya ke pinggir lapangan dan segera mengobati luka-luka yang berada diwajah Arya.

"Hei! Apa yang kamu lakukan?" tanya Arya terkejut. Karena sungguh, tak pernah ia sedekat ini dengan perempuan selain Rukmini, kekasihnya di dunia aslinya.

"Aku hanya ingin mengobati lukamu, diam dan tenang saja," ucapnya lembut seketika membuat Arya terdiam.

Setelah selesai mengobati luka-luka Arya, Kaylee langsung berlari meninggalkan Arya tanpa mengucap sepatah katapun.

"Heii!! Buru-buru sekali. Ngomong-ngomong terima kasih ya sudah mengobatiku!" teriak Arya menatap punggung gadis yang mulai menjauh itu.

"Sama-sama," ucap Kylee menoleh dengan senyum tipis yang sangat manis.

Matahari mulai tenggelam, Arya yang sadar bahwa ia sudah terlalu lama berada di kampus pun segera bergegas untuk pulang. Setibanya di rumah, ia heran karena ada beberapa mobil asing yang terparkir di halaman rumahnya. Terlebih lagi ia terkejut saat mendapati Kaylee tengah duduk di ruang tamu bersama dengan orang tuanya dan dua orang pasutri yang tampak asing.

"Putraku, selamat datang. Kenapa hari ini pulang terlambat? Dan kenapa kamu terluka? Apakah ada masalah?" tanya sang Ibunda dengan khawatir.

"Tidak apa-apa, ini hanya luka kecil, Ibu tidak perlu khawatir," jelas Arya menenangkan.

"Hari ini kita ada makan malam bersama dengan keluarga Oliver, sekaligus membahas tentang perjodohan kalian," jelas sang Romo yang seolah tahu dari wajah bingung putranya. Mendengar hal itu Arya lantas mengeluarkan eskpresi terkejutnya.

"Ada apa, Nak Arya? Apakah kamu tidak setuju menikah dengan anak tante?" tanya wanita paruh baya yang terlihat seumuran dengan Ibundanya itu.

"B-Bukan begitu, Tante," jawab Arya kikuk. Jujur ia bingung bagaimana harus menyikapi keadaan ini. Apakah ia harus setuju? Tetapi ia merasa tak memiliki hak, karena ini bukanlah tubuhnya. Namun, jika menolak pun ia tak bisa. Ia selalu menyayangi orang tuanya, jadi ia juga tak ingin orang tua dari pemilik tubuh ini merasa kecewa dengan keputusannya.

"Oh, Iya. Perkenalkan dia adalah anak sulung keluarga Oliver, namanya Kaylee. Dia satu universitas denganmu, apakah kalian pernah bertemu?" tanya Ibunda Arya.

"Iya, Tante. Kami sudah pernah bertemu," jawab Kaylee jujur.

"Oh, syukurlah. Itu artinya kita bisa dengan mudah mengatur pernikahan ini, bukankah begitu, Tuan Oliver?" ujar sang Romo tertawa.

"Tentu saja, Sultan Narendro, saya sangat senang mendengar kabar ini," jawab pria paruh baya bernama Tuan Oliver tersebut.

"Arya, apakah kamu mau menerima perjodohan ini? Sungguh ibu tak ingin memaksamu, tetapi ibu juga berharap kamu mau, Nak," ujar sang Ibunda menatap Arya penuh harap. Demi apa pun, tatapan ini seketika mengingatkan Pierre pada ibunya, ia menjadi merindukan wanita itu.

"Apa pun yang membuat Ibu senang, Arya akan berusaha menurutinya," putus Arya akhirnya membuat mereka semua tersenyum dengan bahagia, terutama sang Ibunda yang langsung memeluk putranya dengan senyum haru.

"Maafkan aku Arya karena aku dengan tidak sopannya mengambil keputusan ini. Tetapi aku tahu, keputusan yang telah diatur orang tuamu adalah yang terbaik," batin Pierre tertujukan pada Arya asli. Walaupun ia tidak tahu apakah ucapannya ini benar-benar bisa tersampaikan atau tidak.

Akhirnya perjamuan makan malam berjalan dengan sesuai rencana. Tawa bahagia terukir jelas diwajah ke empat orang tua itu. Arya kemudian mengalihkan pandangannya pada Kaylee yang tersenyum lembut dan menatapnya dengan begitu tulus. Arya seolah bisa merasakan bahwa gadis itu sebenarnya juga hanya menuruti permintaan orang tuanya, tetapi ia begitu ikhlas dan menerima keputusannya.

"Aku semakin yakin jika di saat kamu kembali ke tubuhmu, kamu tidak akan menyalahkanku atas keputusanku ini, Arya," batin Pierre lagi.

Jamuan makan malam akhirnya selesai. Keluarga Oliver kemudian berpamitan setelah membicarakan tentang rencana pernikahan ini. Dan kini, Arya beserta keluarganya tengah mengantar keluarga tersebut di depan.

"Nak Arya, setahu tante besok kampusnya libur, ya?" tanya Nyonya Oliver yang kemudian dibalas anggukan oleh Arya.

"Bagus! Kalau begitu besok main ke rumah tante, ya?" ujarnya lagi-lagi hanya dibalas jawaban singkat oleh Arya. Namun, hal itu cukup membuat semuanya bahagia karena Arya sama sekali tak menolaknya.

***


Keesokan harinya, Arya menepati janjinya kemarin. Mobil Bugatti La Voiture Noire kesayangannya tersebut telah memasuki pekarangan mansion keluarga Oliver yang terkesan lebih modern dari kediamannya.

Begitu sampai, ia sudah disambut dengan ramah oleh Kaylee yang berdiri dengan dress hitam bunga-bunga yang terlihat cocok ditubuh rampingnya.

"Selamat datang di kediaman Oliver, Raden Mas Arya Rajendra," sambut Kaylee justru membuat Arya mendegus.

"Tidak perlu berlebihan, aku bukan Raja," ujar Arya membuat Kaylee tertawa.

"Tetapi, kamu akan jadi Raja di masa depan nanti."

"Jangan mengingatkanku sekarang, aku menjadi merasa terbebani," ujar Arya dengan wajah pias sungguh membuat Kaylee kembali tertawa.

Keduanya kemudian mulai memasuki kediaman Oliver yang tampak megah layaknya istana modern. Kaylee kemudian mengajak Arya untuk berkeliling rumahnya terlebih dahulu sekaligus berbincang-bincang kecil.

"Ini adalah rumah turun-temurun dari tahun 1960, tetapi sudah mengalami beberapa kali renovasi hingga berubah menjadi seperti sekarang," jelas Kaylee sembari menunjukkan bingkai-bingkai yang berisi foto-foto rumah sejak tahun 1960 seperti yang Kaylee jelaskan.

Arya mengamati foto-foto itu dengan seksama, hingga di foto tahun 1965, sebuah foto bangunan yang tak asing terlihat terbingkai begitu terjaga. Ia terdiam menatap tiap detail dari foto itu.

"Ini... Rumah keluarga Chamim?" tanya Arya lirih namun masih terdengar.

"Iya, benar. Chamim juga margaku, Kaylee Chamim Oliver. Katanya itu marga dari keluarga nenek," jelas Kaylee.

Mendengar penuturan itu, Arya yang terkejut lantas refleks menatap Kaylee yang berdiri di sebelahnya. Matanya kemudian tak sengaja menatap sebuah cincin berlian berwarna silver dengan desain sederhana yang terkesan kuno melingkar indah di jari lentiknya.

"Sejak kapan kamu memakai cincin itu?" celetuk Arya membuat Kaylee mengerutkan keningnya kemudian beralih menatap cincin silver dijarinya.

"Oh, ini? Aku selalu memakainya, karena ini cincin turun-temurun yang katanya didesain langsung oleh seseorang. Ini cincin berharga keluarga yang selalu diberikan pada putri sulung dari tiap generasi," jelas Kaylee sembari mengusap cincin itu dengan penuh kasih sayang.

Jantung Arya seketika berpacu dengan cepatnya, perasaan sedih bercampur rindu tiba-tiba menjalar dalam hatinya. Ia sungguh ingin menangis saat ini. Tanpa diduga ia bertemu dengan seorang gadis keturunan Rukmini, kekasih tersayangnya. Namun, siapa suami Rukmini? Apakah itu dirinya? Jika iya, apakah Kaylee adalah keturunannya juga? Entahlah, berbagai pertanyaan terus berkeliaran dalam otaknya, namun bibirnya terasa kelu untuk menanyakannya pada Kaylee.

"Kaylee, Maaf. Sepertinya aku harus pergi sekarang, aku lupa masih ada janji dengan temanku," ujar Arya beralibi. Padahal nyatanya, jiwa Pierre yang berada ditubuh Arya kini tengah membutuhkan waktu sendiri untuk mencerna semua hal yang terjadi, terlebih lagi setelah melihat cincin pertunangan yang ia buat sendiri untuk Rukmini kini menjadi barang turun-temurun yang berharga.

"Ohh, baiklah. Tidak apa-apa, aku senang kamu berkunjung," ucap Kaylee tersenyum dengan begitu tulus.

Setelah berpamitan, Arya segera melajukan mobilnya tanpa tujuan. Pikirannya terasa kalut, perasaannya benar-benar tak karuan. 30 menit terus berkendara tanpa tau arah dan tujuan, mobil kesayangannya itu akhirnya berhenti disebuah danau yang asri di kota Yogyakarta. Melangkahkan kaki menuju pinggiran danau, ia kemudian duduk bersandar dipohon.

Sungguh, walaupun ia merasa nyaman dengan kehidupannya yang sekarang ia tetap merindukan dunia asalnya. Walaupun di dunia itu tak sesantai dunia ini, ia tetap ingin kembali. Ia merindukan keluarganya, merindukan kekasihnya, teman-temannya, bahkan pekerjaannya.

"Takdir yang bermaktub membawaku kemari, dengan atma yang berbeda, dengan aksara di nabastala yang tak sama," gumamnya sembari menatap langit biru yang membentang luas.

Pierre yang berada ditubuh Arya lantas menghela napasnya dan berdoa, "Tuhan, walaupun aku merasa nyaman di sini, aku tetap ingin kembali. Aku tetap ingin menjadi diriku sendiri, menerima takdirku sendiri, dan menjalaninya walaupun aku sering kali ingin menyerah kala semesta terus mengujiku. Jadi tolong, kembalikanlah kami di jalan takdir kami masing-masing."

to be continue~

Continue Reading

You'll Also Like

68.2K 1.6K 20
Sequel to Avengers of Olympus After hearing that Tartarus had taken Percy, all the demigods had tried to find a way to get him back.They knew he had...
Trap in a Book By Song_smile

Historical Fiction

339K 9.3K 84
Her busy life soon comes to the end once she enters a small bookstore and finds her all-time favorite book. On the night she purchase the book, she p...
1.9M 68.2K 53
Woke up in the ancient era frightened the hell out of her. But she has to make a choice : Let the real plot take place or try to change it. ••• His p...
129K 6.5K 43
Lika liku kisah cinta Raisya yang rumit, membuatnya bingung harus bagaimana. Gadis cantik yang berusia 16 tahun jatuh cinta pada seorang tentara bern...