GALANG

By PoppiPertiwi

287K 33.7K 46.4K

Tentang Galang Ganeswara More

1. GALANG GANESWARA
2. GHEA MONIKA
4. HE'S THE ONE
5. IN A WORLD OF BOYS, HE'S A GENTLEMAN
6. FOR HER
7. HUG FOR YOU
8. BOXING
9. CEMBURU
10. CONFESSION
11. MY GIRLFRIEND, GHEA
12. GREAT JOB TODAY
13. PROTECT HER
14. INNERCHILD
15. POSSESSIVE GALANG
16. NIGHT AND YOU
17. MAKE SURE YOU'll BE TREATED RIGHT
18. ADORE YOU

3. LEBIH DEKAT

19.1K 2.2K 2.4K
By PoppiPertiwi

Yuk gengs sebelum baca kasih🌷🌷🌷 di sini dulu yuk

Kasih juga komentar tiap paragrafnya juga supaya bisa dibaca yaa bestie~

🩷Happy Reading Semuanya Bahagia Selalu🩷

3. LEBIH DEKAT

"Kemarin lo ditolongin cewek kan? Gue tau dari temen gue, mana tuh cewek?" tanya Theo pada Galang.

"Bukan urusan lo," balas Galang dingin.

"Ngapain juga lo nolongin tuh ibu-ibu kemarin. Dia itu bekas orang di rumah gue dan emang harus digituin supaya gak ngelunjak!" kata Theo.

"Enggak," balas Galang. "Gak ada orang apalagi perempuan yang boleh lo perlakuin semena-mena kaya gitu."

Perempuan? Semena-mena? Jadi Galang kemarin bukan berantem tapi nolongin orang? batin Ghea.

Seketika Ghea merasa bersalah karena mendengarnya.

Di sisi lain, Galang tak akan memberitahukannya. Bahkan sampai kapan pun Galang tak akan pernah mengatakannya. Mulutnya akan tetap terkunci rapat-rapat ketika Theo bertanya siapa yang menolongnya saat itu.

Lagipula, Ghea tak ada sangkut pautnya dengan ini.

Kali ini Galang akan hadapi sendiri dengan berani. Karena bagi Galang saat ini mereka fair tak menggunakan senjata apa pun. Hanya kepalan tangan yang sudah siap.

"Excuse me, ada apa rame-rame begini?" Bu Yuri—guru bhs inggris di SMA Ganesha bertanya pada mereka.

"Siapa yang nyuruh kalian kumpul di sini? Bubar! Bubar!" Bu Yuri mengusir mereka.

"Awas lo ya, gue masih belum selesai sama lo," Theo menunjuk Galang namun Galang hanya menatapnya dengan dagu terangkat dan tatapan tajam—seolah menunjukan kalau ia tak pernah takut dengan ancaman tersebut.

"Kalian ngapain di sini? Masuk kelas!" Bu Yuri menyuruh Galang, Jeremy, Zidan, Ronald dan Bedul masuk kelas.

"Ayo tunggu apalagi?!"

"Ibu lama-lama kaya Bu Dayu sama Pak Dandang marah-marah mulu," kata Jeremy.

"Au ya Bu Yur makin ke sini makin kaya Bu Dayu," kata Ronald.

"Apa Bu Dayu? Bu Dayu?" Bu Dayu datang tepat berdiri di samping Ronald membuat jantung Ronald hampir mencelos karena saking kagetnya.

"Astaga Ibu bikin kaget aja udah kaya hantu di siang bolong. Tiba-tiba dateng. Tiba-tiba pergi. Tiba-tiba sendiri," kata Jeremy.

"Berisik kamu Jeremy! Siapa yang ngajarin kamu ngomong kaya gitu? Ibu sama Pak Nurdin."

"Ciah si ibu. Pacaran ni yee. Cie cie," ledek Bedul.

"Kerja! Pacaran-pacaran. Ibu di sekolah ini jadi guru bukan pacaran." Bu Dayu memberitahu tak terima.

"Yaelah Bu dari muka juga udah keliatan banget sukanya. Udah confess belum Bu?" tanya Jeremy.

"Masuk kelas kalian! Ini udah bel!" Bu Dayu menyuruhnya membuat kelimanya masuk kelas.

Baik Jeremy memegang pundak Zidan dan berlari ke depan sementara Bedul dan Ronald loncat-loncat supaya tak bisa dijangkau oleh Bu Dayu. Sementara Bu Yuri—guru wali kelasnya ikut geleng-geleng kepala karenanya. Hari ini mereka ada mapel bhs inggris dan yang mengajar Bu Yuri sendiri.

"Galang," panggil Bu Yuri membuat Galang menoleh.

"Iya Bu?"

"Jangan buat keributan kaya tadi lagi. Apapun yang terjadi. Kamu gak boleh sampe dikeluarin dari sekolah ini," Bu Yuri mengingatkannya.

"Ibu gak bisa jamin di sekolah mana kamu bisa diterima lagi kalau dikeluarin dari sekolah ini," tambah Bu Yuri lagi.

"Kamu bisa kan menjaga kepercayaan Ibu sebagai wali kelas kamu?" tanya Bu Yuri.

Galang hanya diam saja. Selalu saja begitu kata-kata andalan orang-orang di sini.

Tidak bisakah mereka bertanya apa yang sebenarnya terjadi?

Atau tidak bisakah mereka bertanya siapa yang memulai keributan tadi untuk pertama kali?

"Baik Bu," balas Galang dingin lalu berjalan menuju ke arah kelasnya dalam diam.

Kedatangan Galang mengundang kelas yang ramai orang namun tampak hening itu memperhatikannya karena hanya Galang yang siswa terakhir yang masuk kelas. Itu sebabnya juga nama Galang selalu dikenal di sekolah ini. Selain dia adalah anak pindahan setahun yang lalu.

Sementara Bu Yuri memperhatikan Galang. Lalu menggelengkan kepalanya dan masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran.

Sementara Ghea yang sudah masuk kelas pun terdiam. Benar-benar kepikiran. Tidak pernah mengira Galang akan melakukan itu untuk seseorang yang tak ia kenal.

Menolongnya. Sesuatu yang membuat Ghea langsung tiba-tiba tersentuh.

****

Galang berdiri sendirian di atas gedung SMA Ganesha menikmati angin yang menerpa kulit wajahnya. Kedua tangannya terulur lurus memegang pembatas.

Ia lalu memperhatikan seorang perempuan yang baru saja berjalan keluar menuju ke kantin, sendirian.

"Suka?" tanya Jeremy berdiri di sampingnya membuat Galang kaget.

Jeremy memberikan Galang jamnya. "Gue mau kembaliin ini. Gue cari lo di kelas. Pas lo gak ada di kelas gue jadi berpikir kalau lo pasti di sini," Jeremy—temannya ini seolah tahu benar kebiasaan Galang.

"Maksud lo yang tadi?" tanya Galang.

"Iya itu, lo suka cewek itu?" tanya Jeremy.

"Pas lo cerita tentang cewek florist itu gue jadi tau siapa dia. Dia pasti Ghea Monika kan?" tebak Jeremy.

Galang hanya diam saja tak menjawabnya.

"Gue perhatiin dari tadi lo merhatiin dia. Makanya gue nebak kaya gitu," jelas Jeremy.

Galang mengambil jam tersebut dan memakainya. "Kira-kira dia masih marah gak ya sama gue?"

"Iya lo tanya dong kenapa nanya ke gue?" Jeremy menggoda Galang.

"Gue bukan emaknya."

"Gue gak tau harus gimana nanyanya." Galang memperhatikan Ghea dari atas sini.

"Lo mau nomornya? Gue ada." Jeremy menunjukan ponselnya.

Galang menggeleng setelahnya. "Enggak usah. Nanti gue cari caranya sendiri."

"EH WOI! Gue cariin juga dari ujung ke ujung gedung sekolah ternyata di sini ngumpet berdua. Ngapain lo berdua?" tanya Ronald.

"Gibahin lo," balas Jeremy.

"Bangke," Ronald pura-pura terkejut sambil memegang dadanya.

"Pantesan alis gue kejut-kejut. Ternyata lo berdua yang ngomongin gue?"

"Teori dari mana coba," susul Zidan begitu mendengarnya.

"Ngada-ngada aja emang. Udah gak usah didengerin. Lagi mabuk jadi suka ngeracau," Bedul berbicara.

"Mabuk apaan lo?" tanya Jeremy.

"Marimas anjir. Gue dibeliin satu renteng sama Bedul. Harus habis. Orang gila emang." Ronald menjelaskan.

"Nanti gue beliin dua renteng lagi buat lo dan harus habis," kata Jeremy membuat Ronald mendadak mual membayangkannya.

"GAK! Gak usah! Gue mau— anjir," Ronald menutup mulutnya sendiri.

"Lagian siang-siang mabuk marimas," kata Jeremy.

"Minum air sana lo Nald," kata Galang, peduli.

"Nahkan cuman Galang aja emang yang peduli sama gue. Lo semua mana? Adanya nambah-nambahin doang. Gue aduin Bapak gue lo semua. Lo gak tau siapa Bapak gue? Bapak Roger XL," kata Ronald pada Jeremy dan Bedul.

"Mana Bapak lo? Masih jadi tentara?"

"Masih," Ronald mengangguk. "Jadi tentara galau karena ditinggal istrinya ke Belanda."

"Cari suami baru itu Mak lo di Belanda kata gue," goda Jeremy.

"Anjing," ceplos Ronald. "Gue belum siap punya Bapak Tiri."

"Bukan Bapak Tiri doang. Mak lo tuh ke Belanda mau ganti anak kayanya. Soalnya anaknya modelan kaya lo," balas Bedul.

"Berengsek lo berdua ya anjing," kata Ronald tak terima dan mendadak kepikiran.

"Untung tadi gak dimarahin Bu Yur," ujar Zidan tiba-tiba membuat Galang menoleh.

"Segalak-galaknya Bu Yuri," Ronald menjeda. "Lebih galak Bu Dayu."

"Gue kira lo mau muji Bu Yuri karena jarang ngehukum kita."

"Iya itu juga sih Dul."

"Bu Yuri gak tegaan orangnya. Makanya kadang gue sebisa mungkin gak begitu di depan dia. Kalau gue begitu berarti gue di depan Bu Dayu," kekeh Jeremy.

"Apaan dah," tawa Bedul. "Anak didik gak tau diuntung," lanjutnya lagi sambil tertawa.

Galang tak ikut dalam perbincangan. Isi kepalanya larut memikirkan sesuatu. Sesuatu yang menganggu pikirannya sejak Galang pergi dari toko untuk membenarkan kacanya yang pecah.

Mungkin sekali lagi, Galang harus mencoba untuk berbicara padanya. Pada cewek itu, Ghea.

****

Ghea sedang bersama teman-temannya. Alexa dan Freya. Keduanya sedang mengobrol sementara Ghea sedang duduk memperhatikan ponselnya.

Ghe Papa gak bisa nemenin kamu ke rs hari ini
Hari ini Papa ada janji nemenin Niken ke rumah temennya
Tempatnya juga jauh
Kamu sendiri aja ya? Jemput adik kamu Cia.

Ghea menatap layar ponselnya dengan kosong. Tak begitu berminat juga. Ghea lalu mematikannya dan memasukannya ke kantong rok sekolahnya.

Teringat dengan jelas bagaimana Papanya itu lebih mementingkan Niken anak dari istrinya yang sekarang daripada Ghea dan Cia, anak kandungnya sendiri.

Ghe Papa gak bisa ada acara mendadak sama Niken
Ghe Papa nemenin Niken belanja baju keperluan sekolahnya buat besok
Ghe Papa gak bisa Papa sibuk meeting
Ghe Papa gak bisa Niken tiba tiba nyuruh Papa dateng ke lombanya

Niken, Niken, Niken. Itulah isi pikiran Papanya.

Dulu Ghea sangat berharap bahwa Papanya bisa sedikit saja meluangkan waktu untuk adiknya Cia.

Sekedar menjemputnya atau memeluknya karena baru saja habis pengobatan karena Cia sangat menyayangin Papanya. Namun di tahun ini Ghea berhenti berharap lagi. Bahkan yang dulunya terasa sedih kini berganti jadi rasa tak ingin tahu lagi.

Harapan-harapan Ghea yang terkumpul jadi satu namun berubah jadi semu, oleh Papanya sendiri.

"Gheee! Kenapa masih di situ? Sini!" panggil Freya.

"Iya Ghe sini! Ayo," ajak Alexa.

Ghea menganggukan kepalanya. Ia lalu berjalan ke depan. Tiba-tiba Niken juga berjalan berlawanan arah dengannya. Namun keduanya tidak saling sapa. Bahkan tak saling tatap juga.

Mereka seperti orang asing. Namun bukankah mereka memang orang asing sejak awal?

Mereka hanya dipaksa satu keluarga padahal bukan keluarga sama sekali.

Teringat jelas bagaimana Ghea disambut dengan baik oleh Niken dan Mamanya. Awalnya Ghea mengira mereka adalah orang yang baik. Namun belum sempat beberapa hari. Ghea tahu kalau ia hanya dimanfaatkan. Bahwa mereka hanya bersikap baik di depan. Tak begitu di belakang.

Pernah suatu ketika Ghea diajak keluar ke sebuah mall. Ghea senang tentu saja. Namun Ghea tak tahu kalau mereka akan memanfaatkan Ghea membawa belanjaannya bahkan menyalahkannya terus. Seolah hanya Ghea yang salah. Seolah hanya Ghea yang membuat kesalahan itu.

Padahal Ghea hanya diam saja.

"Kamu harusnya ngerti dong Ghea caranya bawa gimana sih?"
"Makanya kamu harus sering dateng dong biar Papa kamu gak nyalahin kita aja terus."
"Harusnya kamu ngerti dong Ghea mesen makanan. Kamu aja yang ngatri di waiting list gimana?"
"Masa gitu aja gak ngerti sih?"

Dan masih banyak lagi.

Habis kesabaran, begitu sampai di mobil. Ghea membuang tas belanjaan itu tepat di depan muka mereka.

"Ambil belanjaannya. Punya tangan kan? Pake," kata Ghea.

"Ngerepotin orang aja," balas Ghea.

Ia lalu pergi begitu saja. Lebih baik pulang jalan kaki dan naik mrt daripada harus diperlakukan seperti itu.

****

Sepulang sekolah Ghea ke sebuah rumah sakit menjemput adiknya Cia yang baru saja sembuh dan mengajaknya pulang. Di rumah Ghea menitipkannya pada Neneknya. Kebetulan hari ini Ghea yang akan ke florist.

"Nenek Ghea berangkat dulu," balas Ghea.

Neneknya mengangguk dan mengelus rambut cucunya, Ghea.

"Kamu udah besar sekarang, Nenek percaya sama kamu," begitulah kata Neneknya.

"Mama kamu juga pasti percaya sama kamu," balas Neneknya.

Ghea tersenyum. "Kalau gitu Ghea berangkat dulu ya Nek."

"Iya, biar Cia. Nenek yang urus," balas Neneknya.

"Cia, Kak Ghea berangkat dulu. Di rumah jangan makan es. Jangan bandel apalagi sampe kecapekan, ya?"

"Siappp!!" balas Cia.

Ghea lalu keluar rumah dan bergegas untuk pergi. Karena di sana ada karyawan juga yang sudah membukanya.

****

Keadaan Florist siang ini.

Ghea merakit beberapa bunga di sebuah kotak bundar dan kotak. Beberapa pesanan ini untuk sebuah acara yang akan diantar nanti malam. Ghea lalu menggunting setengah tangkainya dan menyelesaikannya. Satu tangkai bunga terakhir ia masukan untuk menggenapi kotak bunga itu.

Ghea tersenyum karena hasilnya terlihat sangat bagus.

Suara pintu terbuka berikut denting membuat Ghea menyambutnya karena ada seseorang yang datang.

Langkah kaki tegap itu membawa cowok itu datang. Berikut dengan stelan kemeja navy yang digulung dan celana kain hitam. Ia memiliki aura yang kuat dan berkharisma.

"Selamat datang, silahkan," Ghea lalu membawa kotak bunga yang begitu besar itu di meja depannya—menutupi orang yang ada di depannya.

"Mau pesen bunga atau bucket bunga yang seperti apa? Ini ada katalognya boleh dipilih dulu," Ghea memberikan katalognya.

Namun orang itu hanya diam saja.

Ghea yang tak mendengar suaranya lalu menatapnya dan terkejut melihat Galang ada di depannya.

Lalu Ghea merubah air mukanya jadi biasa saja. "Mau apa ke sini?"

"Pesen bunga," balas Galang menatap Ghea.

Ghea menganggukan kepalanya. "Boleh di pilih. Mau yang mana?"

"Yang ini aja," Galang menunjuk bucket bunga berjudul Flowerthree.

"Mau warna apa aja?"

"Yang sama kaya di gambar aja," balas Galang.

Ghea lalu mengambil beberapa bunga untuk ia rakit menjadi bucket. Galang terus memperhatikannya. Ia bahkan tak melihat berapa harga yang ada di katalog. Yang penting ia bisa bertemu dengan Ghea hari ini.

"Kira-kira ini bisa buat orang tersayang?" tanya Galang membuat Ghea mengangkat wajahnya ketika memastikan bucket itu terekat oleh plastik.

"Bisa," jawab Ghea. "Bunga kan emang dikasih buat orang yang tersayang."

Galang lalu bergumam dan mengangguk mengerti.

"Kira-kira Mama gue bakal seneng gak?" tanya Galang, menjelaskan untuk siapa bunga itu.

Sementara Ghea tadi sudah berpikir saja kalau bunga itu untuk seseorang yang ingin Galang dekati. Bisa jadi perempuan kan? Namun Galang langsung dengan cepat menjelaskannya.

"Pasti seneng, selama lo kasih hadiah." Ghea membalasnya lagi.

Ghea lalu menyelesaikannya dan memberikan struck untuk Galang sementara Galang dengan cepat memberikan kartu debit untuk Ghea.

"Lo masih marah soal yang kemarin Ghe?" tanya Galang dengan nada berat.

Ghea menggeleng. "Enggak, gue gak ada waktu buat mikirin itu."

"Gue tau lo sibuk. Tapi jangan terlalu maksain diri lo," kata Galang pada Ghea membuat Ghea terus memperhatikannya. Tercenung.

"Kenapa lo gak bilang kalau pas itu lo lagi nolongin orang?" tanya Ghea membuat Galang terkejut karena Ghea mengetahuinya.

"Percuma, gue jelasin pun lo tetep bakal mikir gue habis berantem. Iya kan?" tanya Galang.

Mendengarnya membuat Ghea jadi merasa semakin merasa bersalah karena Galang memang benar.

Karena waktu itu situasi dan keadaan Galang juga mendukung spekulasi yang Ghea pikirkan.

"Maaf karena gue sempet mikir kaya gitu tentang lo. Andai lo bilang. Gue pasti bakal bantu," balas Ghea.

"Gak pa-pa, berarti clear ya di antara kita?"

Mendengarnya membuat Ghea tertawa. "Gue gak pernah marah sama lo. Agak sih di awal karena kaca di tempat gue pecah. Tapi itu juga bukan lo kan pelakunya. Jadi gue udah gak marah lagi kalau itu yang lo pikirin," balas Ghea.

Mendengarnya membuat Galang menatap Ghea lalu tersenyum tipis.

"Thanks ya bunganya Ghe. Kalau gue ke sini lagi, boleh kan?" tanya Galang membuat Ghea tersenyum.

*****

AN: YEY UPDATE LAGI GIMANA PART INI?🤩💓💓

— KOMEN ❤️ 2000 UNTUK LANJUT

Di part ini udah mulai kenal keluarga Ghea, Cia Galang, Theo, Niken, Alexa dan masih banyaaak lagi! Semoga menjawab rasa pensaran kalian karena banyak tokoh/bintang yang fokus untuk cerita ini. Tetep tungguin yaa kelanjutannya?

Oh iya temen-temen cerita ini romance adult yaa. Feel-nya akan dapet di part selanjutnya. Setelah ini bakal dijelasin lebih detail tentang Galang dan teman-temannya. Ada juga banyak scene actionnya

Di jam berapa kalian
selesai baca part ini?😸🤏🏻

Penasaran sama kelanjutannya?

Follow Instagram: PoppiPertiwi, Writerpi, GalangGaneswara & GheaAndromeda🌷💓💓

Sampe ketemu dipart selanjutnya buat ceweknya Galang. Bahagia selalu kalian, PoppiPertiwi🌸

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 171K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1.2M 57.1K 67
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
350K 38.2K 22
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
1.5M 74K 52
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...