PANGERAN ATLANTIK (Segera Ter...

بواسطة Rcha_01

1.1M 49.3K 4.2K

(BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Warning! Mengandung unsur kata kasar! Harap bijak dalam memilih bacaan! Su... المزيد

00;PROLOG✓
Part 01;Dua garis?
Part 02;Aborsi adalah solusinya
Part 03;Bibirmu adalah korbannya
Part 04;Pil penggugur kehamilan
Part 05;Simpan atau hilangkan?
Part 06;Hujan dan luka
Part 07;Elara dan kesedihannya
Part 08;Kekecewaan
Part 09;Gadis yang rusak
Part 11;Pemenangnya adalah perpisahan
Part 12;Berbelanja di pasar
Part 13;Masalah mie instan
Part 14;Inviting him to run away
Part 15;Found out
Part 16;Escape
BAB 17✓
Part 18;Application?
Part 19;Need each other
Part 20;Lamar secara resmi
Part 21;Wedding day
Part 22;Bayi besar?
Part 23;Malam kita bersama
Part 24;Miscarriage?
Part 25;Unlimited solidarity
Part 26;Don't fall in love
Part 27;I'm not a psychopath
Part 28;Benci pada manusia
Part 29;Confess and sweet
Part 30;Dalam bahaya
Part 31;Complicated
Part 32;Sorry for the hurt later
Part 33;Sumber luka
Part 34;Faithfully waiting for him
Part 35;Sudut pandang Atlantik
Part 36;Selamat tinggal semesta
Part 37;Penyesalan
?!
Part 38;Hancur
Terkait update?
VOTE COVER!
Terkait PO!!
OPEN PO!
Spoiler!
Spoiler lagi?!
Last day!

Part 10;Dilecehkan

29.2K 1.2K 15
بواسطة Rcha_01

Warning!🔞 Dibawah ini mengandung unsur dewasa dikit🤏 yang mungkin membuat sebagian pembaca tidak nyaman.

Tidak suka? Bisa di skip!

10.Harassed

Kaki Atlantik berlari kecil menuju sebuah bangku yang terletak dipinggir lapangan diikuti oleh Sagara, Rajendra dan Yesa. Elara, berdiri ketika melihat mereka menghampirinya.

"Etdah, siang ini panas banget sumpah! Luntur nih cream mahal gua!" Seru Rajendra mengipasi wajahnya dengan jerseynya.

"Elah, merkuri kok bangga?!" Yesa menjulid.

"Heh-heh, tuh mulut sepertinya minta di timpuk seenak jidatnya ngatain skincare gue merkuri?! Cobain deh La bella, dijamin menghilangkan wajah!!"

Mendengar keluhan Rajendra, Elara menyodorkan satu botol minuman rasa jus apple yang kebetulan ia beli bersama dengan air mineral milik Atlantik mengakhiri perdebatan dua manusia absurd tersebut. "Jendra mau?"

Rajendra sumringah. Lancang mengacak-acak rambut Elara. "Ara-Ara! Lo bener-bener malaikat yang menjelma jadi manusia!! Thanks Ar--"

Sebelum Rajendra menyentuh pemberian Elara, Atlantik lebih dulu menyambarnya. Ekspresi Rajendra menggambarkan raut tak terima karena minuman itu direbut. "Lah-lah?! Ara kasih itu ke gue!"

"Iyakan Ra?! Lo kasih itu buat gue kan?!" Tanyanya menuntut pada Elara.

Menyapu-nyapu permukaan rambut Elara seolah menghilangkan bekas kotoran dari sana, selanjutnya Atlantik mengambil air mineral yang tergeletak bersama dengan handuk dibangku dan melemparnya pada Rajendra yang sigap menangkapnya. "Gue gak suka yang tawar."

"Bukannya Atla bilang gak suka yang rasa apel?" Elara memasang raut bingung. Pasalnya tadi sebelum membeli minuman, ia sempat bertanya pada Atlantik, katanya tidak suka minuman yang memiliki rasa, apel termasuk.

"Cerewet!"

Menyambar handuk, Atlantik kemudian duduk dan meletakkan handuk tersebut dikepalanya sebelum mendongak agar menatap Elara yang berdiri dihadapannya, "Lapin rambut gue."

Patuh, Elara membantu Atlantik mengeringkan rambutnya yang basah akan keringat. Kain tebal itu menyapu permukaan rambutnya dan menyerap keringat. "Setelah ini Atla ada kelas?"

Menganggukkan kepala, Atlantik menanggapi. Tak hanya surai, menyeka keringat yang bercucuran dipelipis Atlantik tak luput Elara lakukan. "Hari ini Helen pulang bareng gue, lo duluan aja."

Elara membulatkan mulutnya membentuk O. Selesai mengelap keringat Atlantik, lelaki itu menitahkan. "Duduk."

Melirik samping kanan dan kiri Atlantik, ada Yesa dan Rajendra yang duduk di sana. Tak ada lagi space yang kosong. "Dimana?"

Atlantik menepuk-nepuk pahanya, menyuruh Elara duduk di pangkuannya. Membelalak Elara melihat kode tersebut, sepertinya Atlantik sudah gila?! Haruskah ia menurut dan duduk di pangkuannya?! Yang benar saja!

Ingatkan pada Atlantik bahwa di sini masih ada Sagara, Yesa dan Rajendra! Mereka bukanlah makhluk transparan! Pada akhirnya Elara melambai-lambai tangannya menolak. "Gak, gak, gak! Ara berdir--eh?!"

Elara terduduk dipangkuan Atlantik saat dirinya ditarik oleh Atlantik secara paksa. Besar keinginan Elara untuk bangkit kembali, namun Atlantik mengalunkan erat sebelah lengannya dipingging rampingnya.

"Lepas, Atla.. Malu, diliatin Gara, Yesa sama Jendra.." Elara mencoba menyingkirkan tangan Atlantik yang keras.

"Abaikan saja mereka. Anggap saja bukan makhluk hidup."

"Buset, bestaianjing lu!!" Umpat Rajendra yang mendengar perkataannya.

"Anak lo gak nyusahin kan?" Atlantik mendesis rendah agar tidak terdengar orang lain. Tangan kekarnya mengusap kecil diperutnya.

"G-gak. Dia gak rewel. Sejauh ini, dia enteng-enteng aja."

"Anak pinter. Awas aja lu bong ngerepotin Ara, habis lu sama gue." Atlantik mengacungkan kepalan tangannya di sisi perut Elara, menggertak benihnya yang sedang berkembang dalam rahim Elara.

"Helen menangis melihat ini." Gumam Yesa merasa iba. Ia sudah menduga dari awal, bahwa ada sesuatu diantara Atlantik dan Elara. Kontak fisik mereka sekarang buktinya lebih akurat.

"Yes? Kira-kira harga tiket ke mars berapa? Gue pengen imigrasi, di bumi bukan tempatnya kaum ZZZ. Hati mungiel gue gak mampu harus liat pemandangan uwuw kek gini."

"ZZZ apaan dah?"

"Zomblo Zejak Zigot!"

"Semalang-malangnya nasib kita, lebih malang lagi tuh anak." Dagu Yesa berkedik, menunjuk Sagara yang sedang duduk tanpa alas ditepi lapangan, menekukkan satu kakinya sambil memandangi langit cerah siang ini.

Bugh!

Terkesiap, Sagara mengalihkan atensi mendapat lemparan botol kosong dari Rajendra. Ia menarik satu alisnya dengan tatapan dingin nan tajamnya. "Why?!"

"Betah banget liat langit, ada apa sih diatas sana?" Mata Rajendra memicing ketika menengadah melihat langit biru. "Gak ada yang istimewa perasaan, silau yang ada."

"There is someone."

"Gamon kok ama mayat?!" Ledek Yesa dihunusi oleh Sagara dengan sorot mematikan. Alhasil, Yesa mengacungkan dua jarinya membentuk V sambil cengengesan tak jelas. "Bercyandaa~Bercyandaa~"

"Yes? Lo tahu gak kenapa langit warnanya biru?"

"Yah mana tahu kok nanya ama saya?!"

"Karena yang item itu lu, anjing! bwahaha!"

"Bwangke! Putih separuh aja bangga, janji gak tahi cecak?!" Yesa mengangkat jari tengah.

"Oy klean berdua! Bisa gak ngomongnya jangan kasar? bangsat!" Sela Atlantik turut naik pitam.

"ATLANTIK?!"

"Bentar, gue mendengar suara keramat."

"Aura ghoib mendekat."

"Kabur Ra!"

"Hah?!"

Tanpa membuang-buang waktu Atlantik langsung menarik pergelangan tangan Elara untuk dibawanya melarikan diri dari Helen bersama dirinya.

"Ih Atlantik! Kamu mau kemana?!" Helen yang baru saja sampai di sana menghentak-hentakkan kakinya kesal.

"Kiw-kiw! Bebep Helen.. Sini-sini, jangan ragu, jangan bimbang! Sama Akang Jendra, sudah pasti disayang!!" Menyugar rambutnya kebelakang Rajendra mengimbuhi dengan kerlingan genit. Yang membuat Helen mendelik jijik.

"Najis!!" Cetusnya. Ia sedikit melirik Yesa yang tak bergeming kemudian melengos, memutuskan berlalu dari sana.

•••

BRAKKK!!

"Fuck! Berani lo sentuh dia, mati!"

Sesaat Atlantik berhasil mendobrak pintu toilet, hawa disana menjadi mencekam bersamaan dengan aura membunuh Atlantik yang menguar.

Amarahnya meluap mendapati Elara yang beringsut memilih meringkuk di sudut toilet dengan memeluk lututnya, pakaiannya yang kacau balau, blouse yang ia kenakan robek sebagian. Paras cantik itu banjir akan cairan bening kristal.

Pembulu darah Atlantik menegang, wajahnya memerah padam, membawa bongkahan tangan dan rahang yang mengeras, ia langsung menyerang Kai yang baru saja melakukan hal tak senonoh dengan Elara, memukulnya secara membabi buta. "Brengsek! Punya nyawa berapa lo berani menyentuh dia hah?!"

"Uhhuk! Uhhuk! Hentikan sialan!" Cairan darah segar terciprat dari mulut Kai. Babak belur menghiasi wajahnya. Tapi, Atlantik belum ada niat untuk menghentikan aksinya. "Ara itu bekas! Apa salahnya gue mencicipi dia juga hah?! Perempuan yang udah gak perawan itu derajatnya sama dengan jalang--Uhhuk-uhhuk!"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Puas memberikan pelajaran pada sang pelaku, barulah Atlantik menyudahi pukulannya. Kini Kai telah terkapar tak berdaya dilantai. Meninggikan badannya, sebelah kaki Atlantik menginjak kuat tangan Kai dan meludahinya.

"Gak ada cewek yang bekas! Pelacur sekalipun akan lebih berharga dari berlian kalo mau berubah dengan sungguh-sungguh. Yang ada cowok bajingan minus attitude seperti lo seharusnya dibasmi dari muka bumi!" Tekannya dalam.

Selesai menyalurkan emosi, Atlantik lantas menghampiri Elara membiarkan Kai terkulai lemas di sana, meregang nyawa sekali pun, Atlantik tak peduli!

Melepas jaketnya dan berjongkok melihat Elara. Tampak bahunya bergetar hebat menangis dalam diam. Pandangan Elara terangkat begitu merasakan sebuah kehangatan menyelimuti bahunya. Tangisnya pecah ketika itu juga. "Hikss.. Ara takut..Ara takut, Atla... Kai berbeda.. Kai kasarin Ara..hampir perkos--"

"Ssst.. udah, jangan ngomong lagi kalo gak kuat.." Atlantik mendorong belakang kepala Elara untuk bersandar di dada bidangnya. Ragu-ragu tangannya untuk menyentuh punggungnya, namun perlahan ia pun memberanikan diri mengusap punggung kecil Elara.

Satu hal yang mengganjal dalam benaknya, Kai tahu dari mana mengenai kondisi Elara? "Gue di sini, jangan takut. Diem, jangan nangis terus, sialan! Gue benci liat lo nangis kaya gini!"

"Ara--" Tenggorokan Elara tercekat, kedua tangannya meremas baju Atlantik dibagian dada, keluh lidahnya memaksa untuk berbicara. Suaranya teredam dibalik dada kokohnya. "Ara sekotor itu yah..? Benar kata Kai, cewek yang udah rusak sama murahnya dengan jalang. Ini semua salah Ara yang gak bisa melindungi diri sendiri!!"

"Ssst.." Mengurai dekapan hangatnya, perlahan Atlantik menghapus embun di pipi chubby Elara. "No, Ara. Jangan menyalahkan diri sendiri. Gue yang udah rusak lo. Seandainya gue bisa mengontrol diri malam itu--Insiden naas itu gak akan terjadi. Gue yang paling salah di sini."

Membawa tangan mungil Elara untuk singgah di wajahnya sebelum pada akhirnya ia menitahkan, "Pukul. Pukul gue Ara.. Gue tahu ini gak bisa menebus kesalahan gue, tapi seenggaknya lo bisa melampiaskan sedikit kebencian lo ke cowok yang dengan kurang ajarnya udah merenggut kehormatan lo.."

Bukannya melesatkan tamparan, Elara justru membelai lembut pipi Atlantik. "Bagaimana bisa Ara memukul cowok rapuh berkedok monster ini..?"

"Gue udah menodai lo, Ara. Gue lebih brengsek dari pada Kai."

Elara mengangguk pelan. "Iya, Atla yang udah rusak Ara, tapi semuanya sudah terlanjur terjadi. Percuma juga memukul Atla, sekalipun Ara membunuh Atla, apakah mahkota Ara bisa balik lagi? Enggak kan?"

Kembali, Atlantik menarik Elara kedalam rengkuhannya beberapa detik membantu menenangkan Elara yang masih sesenggukan, "Jangan terlalu baik, orang-orang bisa seenaknya sama lo." Pesannya berbisik.

Merasa Elara sudah lebih tenang, Atlantik pun melepas pelukan kemudian Atlantik berdiri mengulurkan tangannya. "Pulang bareng gue."

•••

"Ara gak nyangka, Kai seperti itu.. Padahal selama ini, Kai selalu baik ke Ara, tapi hari ini, Ara menemukan kepribadian lain dari Kai.. Dia, benar-benar menyeramkan..Ara takut.."

Tatapan kosong Elara menerawang kedepan, netranya membengkak dan sembab. Masih tak percaya rasanya, Kai melakukan hal tercela itu padanya.

"Dia sentuh lo di mana aja?" Atlantik bertanya ditemani intonasi rendah dan dingin. Ia ingin membakar Kai hidup-hidup mengingat kejadian sebelumnya!

"D-dia--cium Ara dibibir sama--lehe--"

Ckitttt!

Bukhh!

Dahi Elara menabrak bagian depan mobil saat Atlantik menginjak kencang pedal rem secara mendadak. "Atla?! Atla kenapa sih?! Seharusnya aba-aba dulu kalo memang mau berhenti!!"

Mengarahkan wajahnya, Elara menunjuk dahinya yang memerah keunguan. "Nih lihat! Dahi Ara hampir benjol gara-gara ulah Atla!"

Kala ia hendak menarik wajahnya, Atlantik mencengkeram dagunya hingga Elara tak bisa bergerak. Atlantik mengamati bibir ranum Elara lekat, kesal ia mengingat benda kenyal tersebut pernah dihinggapi serangga menjijikan.

"A-atla.. lepasin Ara.." Elara berupaya melepaskan diri dari Atlantik, tetapi ia tidak berhasil. Energi mereka jauh berbeda, cengkeramannya sangat kuat.

Tatapannya bergulir kebawah--DAMN! Atlantik mengumpat dalam hati melihat beberapa tanda kiss mark di area lehernya. Atlantik tidak suka! Bisakah ia mengupas kulit Elara yang terdapat bekas bajingan lain?!

"Gue bantu lo menghilangkan jejak Kai dari lo, mau?"

"Gimana caranya?"

"Tutup mata lo."

"Hah? Kenapa harus tutup mata?"

"Nurut, gak usah banyak tanya, bisa?"

"Tapi--"

"Ck." Berdecak gemas, Atlantik sontak menutupi mata Elara dengan tangan besarnya hingga penglihatan Elara menghitam. Dan detik berikutnya--

Cup!

Dapat Elara rasakan benda lembut dan dingin tersebut mendarat dipermukaan bibirnya. "Hmphh!!"

Risih akan pemberontakan yang dilakukan oleh Elara, Atlantik mengunci pergerakannya dengan masing-masing tangannya menahan tangan Elara.

Awalnya, Elara menolak pagutan dalam itu, tapi lambat laun, Elara mulai pasif dan perlahan terbuai akan kelembutan cara Atlantik dalam melahap bibirnya, persis seperti malam itu hingga Elara pun jadi enggan untuk menolak dan pada akhirnya terbawa suasana. Kelopak matanya pun telah terpejam menikmati sekarang.

Merasakan ada respon dari Elara, senyum miring Atlantik terbit, menjauhkan wajahnya saat Elara menepuk-nepuk dadanya isyarat minta berhenti.

Meraup udara mereka setelahnya, kemudian Atlantik kembali menipiskan jarak wajah mereka setelah dirasanya oksigen sudah mulai stabil. Disaat dirinya memiringkan kepala, ia berkata. "Buka mulut lo."

"B-buat apa?"

"Buka aja, gue udah bilang tadi jangan banyak tanya."

Dan kalian tahu? Dengan polosnya, Elara membuka mulutnya seperti perintah. Memudahkan bagi Atlantik menerobos masuk, tak lupa menahan tengkuk Elara untuk semakin memperdalam ciuman.

Elara yang semulanya kaku kini mulai bisa mengimbangi. Udara menguap antah berantah, atmosfer di sekeliling mereka berangsur-angsur memanas, bunyi decapan khas mengisi mobil tersebut. Wajah Atlantik kadang miring ke kanan kadang kala ke kiri.

Terhanyut dalam permainan, Elara mengalunkan lengannya dileher Atlantik. Teknik lembut yang kembali terulang, seperti inilah yang dilakukan oleh Atlantik malam itu hingga Elara jadi tak bisa menolak segala sentuhan lembutnya dan terjadilah insiden naas itu.

Perihal itu, Elara tak bisa menyalahkan Atlantik sepenuhnya, karena kalau Elara mau, ia bisa melakukan segala cara untuk lolos darinya. Namun, sentuhan demi sentuhan lembut Atlantik membuatnya mabuk dan tidak bisa menolak.

Bugh!

Punggung Elara mendarat di kursi mobil. Tanpa mereka sadari, Elara sudah terbaring disana dengan Atlantik menindih tubuhnya. Itu, tak mengusik sama sekali. Malah belitan tidak terputus.

Disela ciuman berlangsung, perlahan tapi pasti sebelah tangan Atlantik menjalar ke lengan hingga tangan Elara, menyelipkan jemarinya disela jari-jari mungil Elara hingga tangan mereka saling bertaut.

Deru napas mereka tak beraturan setelah terlepasnya lumatan yang membara, wajah Elara memerah padam ditatap dalam oleh Atlantik. Diusapnya bibir pink alami yang bengkak serta basah akan salivanya. "What flavor of lipstick do you use?" Tanya Atlantik dengan suara berat.

"Lipstik? A-ara--gak pake lipstik." Berdandan saja, Elara malas. Jangankan membeli pewarna bibir, biaya makan sehari-hari pun, Elara pas-pasan. Perawatan wajah saja, hanya ada ada bedak my baby yang ia punya.

"Natural? But why is it addictive?" Elara mengerjapkan matanya lugu. Apa tadi?

"Gak ada lain kali. Seterusnya, jangan pernah sekalipun lo biarin cowok lain cium lo selain gue, paham?" Imbuh Atlantik memperingati penuh penekanan.

"Kenapa?"

"Ck. Tanya mulu lo kek dora." Membasahi bibir bawahnya, Atlantik merendahkan wajah, spontan terpejam erat mata Elara merasakan geli dan perih di area lehernya, bibirnya ia gigit, tangannya meremas rambut Atlantik guna melampiaskan sensasi aneh tersebut.

Menjauhkan kepalanya, senyum puas terlukis di wajah rupawan tersebut melihat lebih banyak tanda yang ia buat dari pada Kai. Bahkan tidak tahu yang mana tanda milik Kai. Ditutupi oleh jejak miliknya. "Clear. Jejak hama udah hilang.

TBC..

Atlantik brutal bgt🚩

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

41.7K 3.5K 20
Jangan lupa follow IG author ya @hayatulhusnii_05 . Menikah muda di usia 18 tahun? Ah, entah ini nasib buruk atau nasib baik untuk Viara. Namun, satu...
3.5M 184K 46
[ WAJIB FOLLOW DAN VOTE YA❤️] TERSEDIA DI : 1. Penerbitnya, yaitu Takis Publishing - takis.publishing ( Instagram ) - 085655758108 ( WhatsApp ) - t...
My First Love بواسطة lalala

قصص المراهقين

86.4K 2.7K 10
Kakak Tingkat > my first love Start : 01 Okt 22 Pub : 09 Des 22 End : ?
502K 5.8K 7
Part yang ada hanya 1 sampai 4 dan juga 18. Cerita ini sudah pindah lapak ke Fizzo novel dengan judul Hey! Paman. Terima kasih BRUGH "Maaf pak, saya...