KKN 110

By Elsabet09

114K 10.9K 4.2K

Sebenernya KKN itu apa sih? Kuliah Kerja Nyata? Kenalan Ketemuan Ngilang? Kisah Kasih Nyata? atau Kejebak Ken... More

0.0 UDARA⭐
1.1 Pengumuman
1.2 Kesan Pertama
1.3 Survei
1.4 KKN, is begin?
1.5 Kekuatan Doa
1.6 Hari Pertama Kerja
1.7 Traktiran Januar
1.8 Kedatangan Tamu
1.9 Cerita Malam
2.0 Posyandu
2.1 Free Day
2.1.1 Asing
2.2 Hari Sendu
2.2.1 Haidar dan Dhisti
2.3 FGD
2.4 Dejavu
2.4.1 Agenda Malam
2.5 Rukun Tetangga
2.6 Nervous
2.6.1 Sosialisasi
2.6.2 Who dis?
2.7 Hari Raya
2.8 TTS
2.9 Accident
2.9.1 Girls Talk
2.9.2 Rapat
3.0 Posbindu
3.1 Guest Star
3.2 Sakit
3.3 Minggu Kerja
3.4 Ada apa?
3.4.1 Makan Siang
3.4.2 The Truth Untold
3.5 Invisible
3.6 Yang Tak Terucap
3.7 Calon Mantu
3.8 Pasar Malam
3.9 K-Fest
4.0 Sepenggal Cerita Hari Ini
4.1 Diskusi & KRS
4.2 Grocery Shopping

3.1.1 Cilok or Cinlok

2.4K 227 71
By Elsabet09

Harusnya update tadi malem, tapi aku ketiduran. Sorry ya tidak sesuai jadwal🙏

***

Terjadi lonjakan antrian tes kesehatan diantara jam 9-10. Sehingga petugas yang bertugas juga harus lebih cepat dalam menanganinya.

Antrian donor darah juga masih lumayan banyak karena anak-anak BEM dan teman-teman Gauri yang masih disana.

Sedangkan teman Dhisti sudah selesai dan sedang beristirahat sebentar di bale bersama Nadhif yang sebelumnya di tempati anak-anak BEM saat baru datang. Memang setelah melakukan donor darah sebaiknya beristirahat di tempat dulu minimal 15 menit untuk mengantisipasi jika ada efek samping yang terjadi pada pendonor.

"Udah berapa persen proker kalian jalan?" tanya Nadhif yang sudah mulai akrab dengan Mahesa dan Felix, tapi memang dasarnya Nadhif orangnya easy going, jadi gampang kalau mencairkan obrolan.

"So far baru 60% sih" jawab Felix.

"Di kelompok lo bakal ada perpisahan gitu enggak sih nanti?" kini Mahesa yang bertanya sembari mencoba menusuk sedotan di susu kacang hijau yang diperoleh setelah donor darah.

"Ada sih pasti tapi belum dibahas bakal gimana acaranya. Kita mau fokus nyelesaiin proker individu dulu," terang Nadhif.

Dari jauh Dhisti berjalan menghampiri mereka yang tengah mengobrol.

"Nih buat kalian berdua," ucap Dhisti seraya menyerahkan dua snack box kepada Mahesa dan Felix.

"Lah bagian gue mana Dhis?" ujar Nadhif yang iri tidak dapat mendapatkan bagiannya.

"Lo kardusnya aja Na nanti" balas Dhisti.

"Kok kita dikasih lagi? Kita kan enggak ikut cek kesehatan?" tanya Mahesa heran karena setau dia yang mendapatkan snack yang diberikan Dhisti adalah orang yang mengikuti cek kesehatan.

Dhisti mengambil duduk di sebelah Felix, "Enggak papa, anggep aja itu dari gue. Makasih sekali lagi udah mau berpartisipasi di proker kelompok gue. Next time kalau kalian butuh bantuan gue jangan ragu buat hubungin gue ya!" ucap Dhisti sungguh-sungguh.

"Wah thanks ya Dhis."

Nadhif yang mendengarkan itu agak tergugu, "Dhisti kalo di kelas gimana deh Sa orangnya?"

Dhisti mendelik, "ngapain lo tanya-tanya? kepo banget."

"Baik kok, dia mahasiswa paling rajin nomor 2 dikelas. Enggak pelit kalo ditanya soal tugas. Tiap ada tugas dia paling gercep ngerjain disaat yang lain nunggu deadline dulu baru ngerjain," kata Mahesa seraya melirik Dhisti. Sedangkan Dhisti sudah tersipu malu.

"Nomor 1 nya siapa emang? Lo?" tanya Felix yang penasaran.

"Jelas bukan gue. Tapi temennya Dhisti, Caca."

"Gue tuh kebawa Caca juga sebenernya. Aslinya gue orangnya mager, tapi semenjak temenan sama Caca jadi ketularan rajinnya dia dan enggak mau nunda-nunda tugas."

"Bagus dong temen lo bawa perubahan positif buat lo. Cari temen emang harusnya yang kaya gitu" ucap Nadhif.

Dhisti mengangguk setuju, dia juga bersyukur mempunyai teman seperti temannya itu "Iya, alhamdulillah. Tapi kayaknya cuma Caca yang mau temenan sama gue sih, gue enggak ada temen lain selain dia di kelas yang paling deket."

Mereka lanjut mengobrol hal-hal random yang membuat gelak tawa di antara mereka berempat.

"Jangan cuma diliatin terus, samperin sana ikut gabung!" bisik Januar pada Haidar tepat di telinganya.

"Anjing lo, ngagetin aja" umpat Haidar memukul pelan bahu Januar. Sedangkan Januar hanya tertawa mengejek.

"Makanya, cepet gerak. Liat tuh dia ketawa-tawa sama cowok lain. Panas kan lo?"

"Bacot lo kanebo kering! Ngomong noh sama diri lo sendiri!" Haidar segera beranjak dari samping temannya itu.

Namun sebelum itu dia membisikan sesuatu juga "Tadi gue liat Satya ngobrol sama minta nomor Kirana pas di belakang" ucapnya.

Januar hanya menaikkan alisnya, "apa hubungannya sama gue?"

"Enggak ada. Cuma ngasih tau doang," lanjut Haidar dengan smirknya lalu benar-benar beranjak dari sana.

Sementara itu Mahesa dan Felix sudah berpamitan untuk pulang karena ada panggilan mendadak dari kelompoknya jadi terpaksa harus segera pergi.

Dhisti juga kembali ke area cek kesehatan. Tadi dia bergantian dengan ibu PKK yang lain. Karena bu Rima tadi menelpon kader PKK yang lain untuk membantu. Jadinya anak KKN bisa bebas dan hanya sesekali memantau karena tugasnya sudah tergantikan dengan ibu-ibu PKK.

"Mobil siapa lagi tuh?" seru Lita lagi saat melihat ada mobil avanza yang parkir di dekat mobil Sonia tadi.

"Kayak mobil temen gue, tapi masak iya sih?" monolog Kirana.

"Emang temen kamu enggak ada ngabarin kalau mau kesini juga?" tanya Naura. Mereka posisinya sekarang sedang berdiri memantau dari belakang antrian.

Kirana menggeleng karena memang temannya tidak ada menghubunginya kalau akan kesini.

Mata Kirana membulat saat benar-benar temannya yang datang, bukan cuma satu orang, tapi tiga orang yang memang paling dekat dengannya di kampus. Bisa dibilang itu sirkel Kirana saat di kelas maupun di kampus. Mereka sudah berteman sejak jaman Maba.

Sedikit cerita sirkel Kirana itu terdiri dari empat orang yaitu Yesha, Chaerani, Maya, dan Kirana sendiri. Sirkel Kirana bahkan sudah terkenal seantero jurusan Administrasi Negara, bahkan mungkin sudah dikenal se-Fisip dan se- UDARA karena isinya perempuan cantik semua yang menjadi idaman para mahasiswa laki-laki di Fisip.

Namun Kirana dan sirkelnya tidak pernah merasa seterkenal itu. Lagian mereka juga tidak berharap terkenal bahkan berharap dikenal banyak orang, itu terjadi karena awalnya mereka hanya sering masuk di instagram UDARA cantik, terlebih Kirana dan Maya.

"Kiran! Apa kabar lo? Makin cantik aja buset" seru Yesha. Yesha itu harusnya sudah menjadi kakak tingkat Kirana, namun dulu sempat gap year karena tidak lulus di universitas negeri impiannya. Walaupun akhirnya memang harus berakhir di universitas swasta seperti sekarang.

"Apa sih lo. Kok pada kesini enggak ngabarin dulu deh?" ucap Kirana malah mengalihkan pembicaraan.

"Salahin Yesha, dia yang ngide mau ngasih kejutan ke lo sampe rela jemput gue di posko pagi-pagi" jelas Maya lalu dia tersenyum kepada anak perempuan 110 yang masih di belakang Kirana memperhatikan interaksi mereka.

"Gue sampe enggak boleh bikin story apapun pas mau kesini asal lo tau Ran," tambah Chaerani yang biasa di sapa Chae.

"Terharu dah gue, thanks ya udah kesini. oh ya kenalin nih temen-temen gue disini" ujar Kirana seraya mengenalkan Gauri, Yeshika, Naura, Lita dan Dhisti satu persatu.

"Kalian mau ikut donor darah?" tanya Yeshika setelahnya.

"Gue sih enggak soalnya BB gue kurang, tapi Maya sama Yesha iya" jelas Chaerani.

"Tapi kayaknya masih rame ya?" ucap Yesha yang melirik bagian samping gereja tempat donor darah.

"Iya, ada anak-anak BEM temennya temen gue" jawab Kirana.

"Mending kalian nunggu di bale aja. Kalau udah agak sepi gue panggil entar" ujar Lita menunjuk bale di depan rumah bu Sisca.

Dari arah belakang Nadhif datang untuk memanggil Yeshika, "Yes lo dipanggil Sam buat ke belakang" kata Nadhif tanpa menoleh pada teman-teman Kirana. Sepertinya dia juga tidak engeh kalau ada teman-teman Kirana.

Kecuali saat ada suara dan panggilan yang familiar di telinganya, "Thala? Lo KKN disini juga?"

"Maya? Lo kok disini?" ucap Nadhif malah balik bertanya saat melihat eksistensi teman Kirana itu.

Maya mendecih, "orang ditanya kok malah nanya balik."

Sedangkan orang-orang yang disana hanya menyimak karena tidak mengerti dengan apa yang terjadi antara dua orang itu termasuk Kirana dan teman-temannya yang lain.

"Iya gue KKN disini. Lo apa kabar?" tanya Nadhif berubah antusias.

"Baik. Lo sendiri gimana?"

"Gue habis kecelakaan sih minggu lalu, tapi sekarang udah enggak papa." jelas Nadhif yang diakhiri dengan senyumannya.

"Ya ampun. Kok bisa sih?" ada raut kekhawatiran di wajah Maya setelah mendengar penuturan mantan kekasihnya itu.

Nadhif malah tersenyum manis, "bisa lah, kan udah kuasa Tuhan."

"Hati-hati makannya kalau naik motor. Kebiasaan banget suka ngebut" omel Maya.

Orang disekelilingnya bagaikan debu yang tak terlihat karena kedua insan itu malah mengobrol sendiri tanpa memperdulikan sekitar. Tapi mereka semua sedikit penasaran dengan keduanya. Ada hubungan apa mereka berdua sampai kelihatan akrab seperti ini.

Kirana berdehem terlebih dahulu untuk mencuri atensi kedua insan yang sepertinya sedang reuni itu, "kok kalian udah akrab? pernah kenal sebelumnya?" tanyanya mewakili rasa penasaran orang yang disana.

"Thala temen gue waktu SMA, Ran" jawab Maya menjelaskan.

"Temen doang?" goda Nadhif meminta jawaban lain.

"Iyaiya. Sama mantan pacar gue waktu SMA. Puas lo?" koreksi Maya setelahnya lalu melirik Nadhif.

Nadhif puas mendengar jawaban dari Maya. Dari dulu menggoda perempuan itu sangat mengasyikan baginya.

Semua yang disana akhirnya mengangguk mengerti.

"Terus kok putus kenapa?" Rasanya Dhisti ingin menampol mulutnya sendiri bisa-bisa keceplosan pengen tahu tentang hubungan orang lain.

"Tuh ditanyain May, kenapa lo minta putus sama gue?"

"Ya abisnya lo orangnya ganjen, suka godain adek kelas sama kakak kelas juga. Males deh gue" beber Maya dengan muka sedikit kesal karena mengingat masa lalunya dengan Nadhif dulu.

"Padahal dulu gue cintanya sama lo doang May, gue ke cewek lain ya cuma friendly doang" ucap Nadhif membela diri.

"Friendly kok sampe bela-belain nganterin pulang orang lain sedangkan ceweknya sendiri di tinggalin" imbuh Maya lagi yang menguak masa lalu Nadhif.

"Aduh kayaknya lo masih dendam banget ya May sama gue, apa lo belum move on sampe inget banget jaman kita masih pacaran dulu?" ucap Nadhif yang malah menggoda Maya.

"Dih kepedean banget lo. Sorry ya gue udah lama move on dari lo. Dari tiga hari setelah putus pun gue udah bisa move on dari lo!" tandas Maya.

"Gue baru tau, tabiat ganjen lo emang udah dari dulu ya, Na" ucap Gauri membuka suara.

"Iya mbak, dia orangnya emang begitu dari dulu. Sekarang belum berubah ya dia?" tanya Maya.

"Belum. Gatau deh kapan tobatnya. Padahal udah punya cewek cantik masih aja ganjen sama cewek lain." ujar Gauri dengan nada menyindir.

Nadhif jadi mati kutu karena diserang dua arah begini. Yang dia lakukan hanya tersenyum menutupi rasa malunya.

"Oh masih sama adik kelas itu, Na?" tanya Maya sembari melipat tangannya di depan dada.

Nadhif mengangguk, "awet juga. Pasti lo pelet to bocah" tuduh Maya yang langsung mendapatkan gelengan keras dari Nadhif.

"Enak aja. Kagak pernah gue melet anak orang. Kalau ada yang mau sama gue berarti emang orangnya suka sama gue."

"Ini kenapa malah pada ribut? Kalau masih mau kangen-kangenan atau reuni sana deh di pinggir jalan. Jangan disini. Enggak enak diliat orang-orang" ucap Kirana menengahi.

Akhirnya mereka membubarkan diri, Kirana menuntun teman-temannya untuk menunggu di bale. Yeshika mengikuti Nadhif dimana katanya Samuel ingin berbicara dengannya. Sedangkan yang lain kembali mengawasi jalannya acara.

"Temen lo berdua enggak ada yang dateng?" tanya Gauri menunjuk Lita dan Naura.

Mereka berdua menggeleng, "gue cuma punya satu temen akrab doang di kelas, dia KKN nya jauh, ada kali 3 jam dari sini makanya enggak kesini," jelas Lita.

"Temen ku juga, rata-rata KKN nya jauh dari sini. Mereka juga lagi ada proker sendiri juga," tambah Naura.

"Pak Jinan katanya udah deket," ucap Dhisti setelah membuka ponselnya.

"Oh ya? Kira-kira hari ini beliau pake mobil apa ya?" ujar Lita mengajak main te🛁2an.

"Audi kali," ucap Gauri asal.

"Atau enggak Pajero," timpal Dhisti.

"Lo nebak apa Nau?" todong Lita.

"Pokoknya mobil yang rodanya 4" ucap Naura.

"Yee, kalo roda tiga mah bajaj" tukas Lita sedangkan Gauri dan Dhisti segera beranjak dari sana. Obrolannya tidak jelas soalnya.

Sekitar dua puluh menit menunggu, akhirnya anak-anak BEM, Yoga, dan Sonia selesai melakukan donor darah.

Sonia segera mencari Gauri untuk diajak bergosip seperti rutinitas mereka berdua.

Sedangkan Kirana segera mengajak teman-temannya minus Chaerani yang memilih bersantai di bale menikmati snack yang berikan Kirana untuk segera mengantri di bagian donor darah.

Dirinya juga akan mengikuti donor darah soalnya dengan Yeshika. Niatnya emang agak di akhir saja biar sepi.

"Loh Mayang kok sampe sini?" ucap Seno saat berpapasan dengan Kirana dan kawan-kawannya.

"Nama gue Maya bukan Mayang!" ketus Maya.

"Mayang kan artinya Maya Sayang, hahahay," celetuk Seno yang membuat malu teman-temannya. Satya sampai harus membekap mulut Seno.

"Maaf ya, Seno mulutnya rombeng banget," ucap Satria mewakili.

Maya hanya melengos, sudah biasa dengan mulut rombengnya Seno. Dia sebelumnya sudah beberapa kali bertemu Seno di kantin fakultas jadi itu sudah makanan sehari-harinya.

"Temen-temen lo mau donor darah juga, Ran?" tanya Haidar.

Kirana hanya mengangguk sebagai balasan.

"Udah pada mau balik?" tanya Kirana balik.

"Enggak Ran, mau istirahat bentar di bale tadi. Lima belas menit lagi baru kita balik" balas Satya dengan senyuman di akhir.

Teman-temannya yang mencium gelagat berbeda dari Presma itu malah menggoda dengan sok-sokan batuk dan keselek.

"Ehemm"

"Kiw kiw cukuruk"

"Pada mabok lo pada?" celetuk Yesha melihat tingkah aneh anak-anak BEM itu.

"Iya. Mabok gara-gara kecantikanmu" sahut Haris yang mendapatkan reaksi julid teman-temanya.

Yesha bergidik sendiri, "Ewh, freak banget."

"Malu-maluin banget deh Ris gombalan lo," tandas Eric yang malu sendiri melihat kelakuan temannya itu.

"Yaudah, pada istirahat aja disana. Tapi disana ada satu temen gue juga. Jangan di apa-apain ya!" ucap Kirana memberi pesan.

"Tenang, kita mah orang-orang baik enggak mungkin macem-macem. Tapi gatau kalau Seno" ucap Yazid yang mendapatkan pukulan di belakang kepalanya oleh Seno.

"Yaudah lo buruan sana deh Ran bawa temen-temen lo. Bahaya disini banyak buaya lepas soalnya."

"Haidar ki lambene jaluk di plester kok ancene (Haidar nih mulutnya minta diplester emang)" ujar Seno dengan bahasa jawanya.

Satya segera menyudahi obrolan unfaedah teman-temannya itu dan menggiring mereka untuk segera pergi dari sana.

"Duluan ya, Ran" ucap Satya berpamitan. Kirana hanya membalas dengan seulas senyuman saja.

"Kayaknya si presma demen sama lo deh, Ran" kata Yesha setelah duduk di antrian.

Maya mengangguk setuju, "Diliat dari tingkah temennya sih iya Ran"

"Apaan deh, ngaco lo pada. Gue aja enggak kenal sama dia. Baru aja tahu dia hari ini" ucap Kirana menepis prasangka teman-temannya itu.

"Tapi kalo dia naksir beneran sama lo gimana?" tanya Maya penasaran.

"Ya enggak gimana-mana. Perasaan orang kan gabisa diatur" ujar Kirana santai.

Tapi memang benar kan perasaan manusia itu tidak bisa diatur oleh orang lain?

***

Sebuah mobil putih yang namanya mirip merek minyak goreng berhenti tepat di belakang mobil avanza silver milik Yesha.

Seorang lelaki dan perempuan turun dari mobil itu. Bagi anak-anak KKN 110, lelaki tersebut tidak asing karena merupakan sang DPL tercinta, Jinan. Namun perempuan yang di sebelah pak DPL sama sekali belum pernah mereka temui.

Wajahnya mirip sekali dengan Jinan, dari bentuk wajah sampai bibir pun mirip.

"DPL lo sama siapa, Dar?" tanya Yazid tanpa mengalihkan pandangan kepada Jinan dan perempuan di sebelahnya penasaran.

Haidar menggeleng clueless, "Kagak tau gue, gue juga baru liat."

"Bening banget buset," ujar Seno saat melihat ke arah perempuan disamping Jinan.

Jinan berjalan ke arah bale terlebih dahulu karena melihat di bagian cek kesehatan sedang ramai.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam" jawab para mahasiswa yang bale serempak sambil menyalami satu-satu pak DPL.

Jinan bukan hanya di kenal sebagai dosen FEB, tapi dia juga dikenal sebagai dosen muda berprestasi di UDARA. Jadi tak ayal banyak mahasiswa di luar fakultas FEB yang mengenalnya.

Selain tampan, dosen tersebut beberapa tahun terakhir sering mendapat atensi warga kampus karena prestasinya yang membanggakan UDARA sampai bisa di undang bertemu dengan presiden korea selatan ke blue house dua tahun lalu.

Jangan tanya prestasi apa, soalnya banyak banget. Tidak bisa disebutkan satu-satu.

"Wah, rame sekali nih. Anak KKN juga?" tanya pak Jinan.

"Iya pak, kebetulan kami kesini ingin ikut donor darah yang diadakan kelompok 110 pak" balas Satya sopan.

"Silahkan duduk disini pak" Haidar memberikan space untuk pak Jinan dan perempuan di sebelahnya duduk.

Tanpa ragu Jinan mengambil alih tempat duduk Haidar dan Seno sebelumnya, "Makasih"

"Mas, aku mau ke toilet dong" bisik wanita di sebelah pak Jinan.

Jinan mengangguk, "Dar, toilet dimana ya?"

"Di belakang gereja pak. Bapak mau ke toilet?" ujar Haidar.

"Bukan saya, nih orang yang disebelah saya" jawab Jinan.

"Mau saya antar?" ucap Chaerani mengusulkan diri. Dia dari tadi sedikit tak nyaman karena hanya dia lah satu-satunya perempuan disana.

Perempuan itu mengangguk, "boleh."

Keduanya berjalan meninggalkan para lelaki yang duduk di bale.

"Dari desa mana saja ini?" tanya Jinan kepada anak-anak KKN itu.

"Saya dari desa Tolakmiskin pak," ucap Seno terlebih dahulu.

"Berati isinya orang kaya semua dong disana?" tanya Jinan.

Seno menggeleng, "Enggak juga sih pak. Malah banyak yang miskin"

"Kalo saya dan dia di desa Baukencur," lanjut Satria seraya mengarahkan dagunya ke Yazid. Mereka KKNnya satu desa sama seperti kelompok 110 dan kelompoknya Yoga yang cuma beda kelompok saja.

"Saya di desa Sidorabi pak" lanjut Satya.

"Kebetulan saya di desa Bulakgatel pak," sambung Haris.

"Saya dari desa sebelah pak," sambung Yoga juga.

"Kalau saya di desa Sukadrama pak" balas Eric.

"Drama genre apa? Kolosal, action, romantis, comedy?" tanya Jinan penasaran.

"Romusha pak" jawab Eric asal yang malah membuat Jinan tertawa. Dasar receh.

"Rame juga ya ternyata. Keren temen mu Dar bisa bikin acara seperti ini," puji Jinan tulus seraya memperhatikan sekitar.

"Iya alhamdulillah pak, antusias warganya juga bagus" balas Samuel.

"Ngomong-ngomong perempuan yang sama bapak tadi siapa?" tanya Nadhif mewakili rasa penasaran para cucu nabi Adam disana.

"Hayo tebak siapa?" tanya Jinan balik.

"Adik bapak?" sahut Seno dengan nada menggantung.

"Semirip itu ya saya sama dia?" tanya Jinan dan semuanya mengangguk.

"Dia calon istri saya" lanjut Jinan yang membuat para lelaki disana terkejut, apalagi anak KKN 110.

"What? Tapi kok mirip bapak banget?" tanya Raihan tak yakin. Karena jujur mukanya mirip banget kaya pak Jinan. Ya kayak Yeshika dan Haris gitu, mirip pokoknya kayaknya anak kembar tapi beda jenis kelamin.

Jinan tersenyum "kamu orang ke 1003 yang bilang itu ke saya."

"Ric, ayo balik" ucap Sonia tiba-tiba yang baru datang.

"Buru-buru amat deh, Son. Santai dulu napa?" bukan Eric yang menjawab melainkan Seno.

Haidar memperhatikan gadis berambut coklat itu, "Iya duduk dulu napa, tuh salim dulu sama DPL gue" sahut Haidar.

Tak usah heran kalau anak-anak BEM akrab dengan Sonia, sudah dibilang kan kalau Sonia ini social butterfly. Teman-temannya ada dimana-mana. Walaupun tidak ikut organisasi kampus Sonia bisa dikenal banyak mahasiswa karena anak itu memang suka berteman dengan siapapun. Tukang parkir, tukang cilok depan kampus, tukang galon semua bisa jadi temannya.

Sonia mengarahkan pandangannya ke lelaki yang lebih tua beberapa tahun dari para mahasiswa disana, "eh ada pak DPL? Ini bapak Tuna kan? Eh maksud saya bapak yang viral gara-gara video jogetnya sama ikan tuna pas mancing?" tanya Sonia tak takut sama sekali.

Jinan hanya menghela napas malas, "kenapa dari semua yang membuat saya viral kamu ingetnya yang itu ya? Nama kamu siapa btw?" tanya Jinan.

"Sonia pak, anak Sasing. Mulutnya kalo ngomong kaya rem blong pak emang, marahin aja pak" sahut Seno cepat mengompor-ngompori.

"Bacot lo Sendok!" umpat Sonia tak sadar.

Raihan yang di dekatnya langsung menyikut Sonia, "adaw...eh aduh maaf pak kelepasan" ucap Sonia setelah sadar bahwa dia mengumpat di depan dosen.

Jinan hanya tersenyum melihat itu, sudah biasa sebenarnya melihat anak muda berkata kasar, soalnya dulu dia juga sering waktu jaman masih sekolah atupun kuliah.

"Mau pulang sekarang?" tanya Eric akhirnya.

Sonia mengangguk, "Iya. Ketua lo nih bacot banget nelponin gue mulu. Gabisa banget kerja tanpa gue."

"Ketua lo siapa?" tanya Satya.

"Reza. Anak Teknik Mesin" balas Sonia.

"Yang ketua organisasi ekstra itu?" tanya Haris.

Eric mengangguk, "iya. Yaudah yuk kita pulang."

"Eh sekalian kita juga pulang yuk" ucap Satria mengajak yang lain.

Dan syukurnya Satya juga setuju dan langsung berdiri, "ayo dah."

"Lah pada ikutan pulang juga lo pada?" tanya Nadhif.

"Iya Na. Mumpung masih belum terlalu panas ini." jawab Satya. "Pamit dulu ya pak," lanjutnya seraya menyalami Jinan dan di ikuti yang lain.

Haidar melakukan tos dengan teman-temannya "Makasih ya cuy udah bantu ngramein" katanya tulus.

"Sama-sama, salamin ke temen kalian yang lain juga ya" ujar Satya setelahnya.

"Bye semua," ucap Sonia terakhir sebelum masuk mobil.

Dan satu persatu para mahasiswa itu meninggalkan area gereja. Kini tinggal Jinan, Haidar, Samuel, Nadhif, dan Raihan yang duduk di bale.

"Kok kalian duduk disini? Enggak bantu disana?" tanya Jinan heran melihat anak-anak didiknya itu malah leha-leha sedangkan yang lain sedang bekerja.

"Udah tadi pak, ini lagi istirahat. Soalnya tadi habis donor darah juga" balas Samuel dan Jinan mengangguk mengerti.

Sepertinya para perempuan kelompok 110 belum menyadari kedatangan Jinan. Karena kebetulan pas Jinan datang antrian cek kesehatan sedang ramai-ramainya jadi mungkin mereka tidak engeh bahwa Jinan sudah sampai.

"Saya kesana dulu ya, mau lihat-lihat" kata Jinan bangkit dari duduknya.

"Enggak usah saya antar kan pak?" tanya Haidar memastikan.

Jinan menepuk-nepuk pantat belakangnya seperti sedang membersihkan debu di celana bagian belakangnya, "enggak usah, saya tahu jalannya kok. Nanti kalau calon istri saya nyari bilang aja lagi kesana," katanya menunjuk pos cek kesehatan.

"Baik pak."

Pukul 11.15 sudah tidak nampak warga berdatangan lagi, sehingga mereka memutuskan untuk mengakhiri kegiatan dan kembali ke posko bersama sang DPL.

Menurut mereka akan lebih nyaman apabila mengobrol santai dengan sang DPL di posko saja. Lebih bebas dan leluasa katanya.

Sesampainya di posko mereka memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu karena Jinan membawakan nasi box untuk mereka. Alhamdulillah tidak nasi padang lagi, Dhisti bisa makan dengan lahap jadinya.

Nasi box bukan sembarang nasi box biasa karena di dalamnya ada daging ayam dan sapi premium. Tidak usah heran karena Jinan memesannya dari restoran kakaknya langsung. Sudah enak, harga keluarga pula.

Setelah makan siang dilanjut dengan sholat dhuhur berjamaah yang diimami langsung oleh pak Joko.

"Jadi tinggal proker Aji aja nih yang belum terlaksana?" tanya Jinan. Mereka sekarang berada di ruang tamu. Yang tidak muat di kursi ya duduk lesehan di atas karpet.

Aji mengangguk, "iya pak, rencana minggu ini juga tapi."

"Berati mulai minggu kelima kalian udah mulai free ya? Keren, gercep juga kalian" puji Jinan pada anak didiknya.

"Kami memang sudah planning pak dari awal, sebisa mungkin proker individu selesai di minggu keempat. Supaya di minggu kelima dan seterusnya kita bisa fokus membantu warga atau mengikuti kegiatan dukuh sini saja. Sekalian mempersiapkan perpisahan" jelas Yeshika.

"Oh ya, soal proker kelompok saya sudah pernah bilang belum ya? Kalau kampus mewajibkan untuk ada proker gabungan dengan kelompok lain yaitu kelompok yang satu desa dengan kalian?" sambung Jinan.

"Loh pak bukannya di buku panduan itu tidak wajib ya?" seru Haidar sedikit kaget.

"Memang, Dar. Tapi dari pihak kampus mengharuskan ada proker gabungan. Mungkin ada kesalahan penulisan dari pihak LPPM atau bagaimana saya juga tidak tahu, tapi keputusan hasil rapat kemarin memang begitu."

"Enggak jelas banget deh LPPM" sahut Gauri kesal. Tidak pihak kampus tidak LPPM suka tidak jelas semua.

Jinan mengerti akan kekesalan para mahasiswanya itu. Karena pihak kampus sering membagikan informasi secara mendadak dan terkesan kurang profesional. Dan yang akan menjadi korban juga mahasiswanya lagi.

"Coba kalian nanti obrolin dulu sama kelompok sebelah. Rembukan aja enaknya mau gimana" usul Jinan.

"Baik pak, kami akan segera menghubungi kelompok sebelah" balas Samuel.

"Untuk meringankan beban kalian, nanti setelah KKN selesai saya tidak akan mengadakan ujian akhir deh" kata Jinan memberikan peruntungan yang menggiurkan.

Semua mahasiswa disana kaget, karena memang biasanya setelah KKN usai akan ada ujian akhir KKN untuk menggali dan mengetahui apa saja yang dilakukan oleh mahasiswa KKN di desa tempat mereka mengabdi, dan mengukur sejauh mana para mahasiswa itu bisa menerapkan ilmunya selama bangku perkuliahan kepada desa dan masyarakat tempat mereka mengabdi.

Namanya saja Kuliah Kerja Nyata, jadi pihak kampus juga ingin mengetahui kontribusi nyata apa saja yang diberikan mahasiswa selama menjalani KKN 45 hari.

"Loh emang boleh pak? Bukannya ujiannya dari pihak LPPM langsung?" tanya Raihan yang kurang yakin dengan penuturan Jinan tadi.

Jinan mengambil sepotong pizza yang dibeli Jihan, calon istrinya tadi sebelum kesana, "Enggak, semuanya diserahkan ke DPL mau ujian atau enggak" jawabnya sebelum mengigit sepotong pizza di tangannya.

Semuanya bersorak senang, syukur sekali tidak harus menghadapi yang namanya ujian akhir KKN. Ujian hidup mereka sudah berat soalnya.

"Tapi dengan syarat, kalian harus mengerjakan semua jenis laporan KKN yang diperintahkan kampus" sambung Jinan yang membuat mahasiswanya diam seketika.

"Loh pak, berati kita bikin 6 jenis laporan KKN gitu jadinya?" sahut Lita sedikit tidak selow.

"Iya betul sekali."

"Yah sama aja bohong dong pak," keluh Gauri yang diangguki yang lain.

Naura mengangkat tangannya tanda ingin bertanya, "Maaf izin tanya pak, itu 6 jenis laporan setiap mahasiswa membuat semua atau dibagi?"

Jinan mengambil tisu untuk mengelap bibirnya yang berminyak, "Itu terserah kalian mau gimana. Yang penting di setiap kelompok 6 jenis laporan itu harus ada semua. Silahkan kalau mau dibagi. Misal Dhisti, Samuel dan Raihan yang membuat Essay, terus Kirana dan Naura yang membuat artikel, pokoknya sesuka kalian enaknya gimana" jelas Jinan.

"Oh berati misalnya yang sudah bikin essay tidak harus membuat artikel begitu ya pak?" tanya Yeshika mengonfirmasi.

"Iya. Nanti untuk laporan kelompok bisa menggunakan yang setiap hari kalian laporkan ke saya tiap malam itu. Nanti tinggal di tambahin atau revisi saja. Jadi tetep ada laporan individu yang diambil dari jurnal harian yang kalian isi di web itu sama yang membuat 5 jenis laporan ini. Serta laporan kelompok yang saya bilang tadi" lanjut Jinan yang membuat 12 mahasiswa disana mengangguk mengerti.

Laporan yang dimaksud Jinan itu itu terdiri dari membuat artikel, essay, laporan naratif, membuat video yang nantinya harus di upload di youtube, laporan harian para mahasiswa yang mereka isi di web KKN, serta satu laporan kelompok.

"Ehem, itu donat sama pizzanya sambil dimakan. Keburu dimakan Jinan semua nanti" ucap Jihan yang dari tadi hanya menyimak obrolan antara dosen dan mahasiswa itu.

Sebenarnya bukan mau niat mengacangi, tapi memang ada hal yang perlu dibahas antara DPL dan mahasiswa itu.

Sebelumnya tadi anak-anak KKN juga sudah mengobrol dengan Jihan. Jujur mereka kaget saat mengetahui fakta bahwa ternyata Jihan adalah calon istri Jinan, terutama para perempuan especially Gauri yang ngefans berat sama Jinan.

Awalnya mereka kaget dan tak percaya bahwa wanita cantik yang di bawa Jinan itu calon istrinya. Soalnya sebelumnya tidak ada desas-desus atau kabar Jinan sedang menjalin hubungan dengan seseorang, bahkan mengupload di social media tentang Jihan pun tidak pernah. eh tiba-tiba datang membawa kabar bahwa sudah tunangan. Kan aigo kamchagiya.

Para mahasiswa itu percaya setelah Jihan menunjukkan foto selama prosesi lamaran mereka berdua beberapa minggu yang lalu. Memang hubungan serta acara mereka dibuat seprivat mungkin. Biar orang-orang terdekat saja yang tahu.

Pasti anak-anak FEB terutama mahasiswa perempuan jika tahu tentang hal ini bakal patah hati berjamaah. Apalagi nanti kalau Jinan menikah, pasti akan menjadi Hari Patah Hati se-FEB.

Ngomong-ngomong Jihan itu seorang dokter gigi yang sekarang sedang mengambil pendidikan spesialis othodontia. Selain bekerja di rumah sakit, dia juga sudah membuka praktik sendiri di dekat rumahnya.

Di usia yang baru menginjak 27 Tahun, dia juga mempunyai bisnis fashion yang sudah dia bangun sejak kuliah yang customernya biasanya para sosialita. Keluarganya juga merupakan orang terpandang yang memiliki puluhan bisnis di berbagai bidang. Seperti restoran, toko perhiasan, dan properti.

Jadi yang naksir pak Jinan harap mundur teratur.

Gauri saja setelah mengetahui tentang Jihan jadi sesak napas. Dirinya bagaikan serbuk marimas di pinggir gelas, beda jauh dengan Jihan yang seperti serbuk berlian.

"Hehe iya bu, kami makan ya" ucap Dhisti yang kemudian mengambil satu donat di dekatnya. Sebenarnya dia mau makan pizza, tapi letaknya jauh yaitu di dekat sang DPL. Dia sungkan mau mengambil jadinya.

"Ngomong-ngomong udah ada yang cinlok belum?" tanya Jihan tanpa aba-aba yang membuat Dhisti dan Kirana keselek donat.

Uhuk uhuk uhuk

Semua mata tertuju kepada dua perempuan itu.

"Eh-eh, minum dulu" Naura segera mengambil air putih di depannya untuk Dhisti dan Kirana.

"Wah Dhisti, Kirana kalian cinlok ya? Sama siapa tuh?" tanya Jinan meledek.

Dhisti membulatkan matanya sempurna, "hah, enggak pak" sanggah Dhisti.

"Ah masak? Kok tiba-tiba keselek pas bu Jihan tanya soal cinlok?" kata Nadhif ikut mengompori.

"Gue bukan keselek, tapi kelolodan donat. Gara-gara gue nelen donat sebiji utuh langsung. Lagipula gue taunya cilok bukan cinlok" ungkap Dhisti jujur.

"Lagian siapa suruh donat segede kelapa lo telen bulet-bulet," ucap Haidar tak habis pikir.

"Oh berati Kirana nih yang cinlok?" ucap Jinan mengarahkan pandangannya kepada Kirana.

Kirana mengibaskan kedua tangannya, "enggak pak, saya kaget aja tadi" ujar Kirana mengelak.

"Emang udah pada punya pacar ya makanya enggak ada yang cinlok?" tanya Jihan penasaran lagi.

"Enggak kok bu, masih banyak yang jomblo" ujar Lita mewakili.

"Padahal cinlok pas KKN tuh seru tau" kata Jihan yang sepertinya sudah pengalaman.

"Oh dulu kamu cinlok juga pas KKN?" tanya Jinan yang sepertinya baru tahu akan fakta itu.

Jihan mengangguk tanpa ragu, "ya gimana ya, kita serumah 45 hari, bangun tidur sampai mau tidur lagi juga liatnya orang yang sama lagi, setiap hari bareng, kemana-mana juga bareng, jadi agak mustahil kalau enggak timbul benih-benih cinta. Kalo kata pepetah jawa 'witing tresno jalaran soko kulino'" ucapnya blak-blakan.

"Tapi buktinya aku enggak?" sanggah Jinan yang malah berkebalikan dengan calon istrinya itu.

"Ya itu karena kamu enggak laku aja" hardik Jihan tanpa ragu.

"Enak aja. Di kelompokku dulu yang paling ganteng aku ya. Emang aku terlalu keren aja jadi pada segan sama aku" kata Jinan dengan percaya diri.

"Emang eak??" ucap Jihan meledek.

"Harusnya kamu bersyukur, dapet calon suami seganteng dan sekeren aku. Diluar sana banyak yang iri dan pengen di posisi kamu tau" balas Jinan yang mungkin sepenuhnya benar.

Sementara DPL dan calon istrinya itu berdebat, para mahasiswa disana hanya menyimak. Mumpung ada tontonan gratis.

Raihan dan Januar bahkan sudah berbagi setoples kripik bersama.

Jihan itu semakin lama dikenal jadi mirip Jinan kepribadiannya, pantas saja mereka jodoh. Tidak hanya wajah yang mirip, namun kepribadiannya juga. Supel, easy going, dan gampang berbaur.

Tak heran dulu ada pepatah yang mengatakan 'jodohmu adalah cerminan dari dirimu sendiri'

"Anjay, drama percintaan ABG umur berapa nih yang gue tonton?" bisik Aji pada Januar.

"Joko Wulan kayaknya lewat sama mereka" balas Januar yang dari tadi hanya memperhatikan.

"Sejauh ini ada masalah enggak di kelompok ini? Mungkin ada yang pernah berantem atau gimana gitu?" tanya Jinan setelah menyudahi perdebatan dengan Jihan.

"Aji sama Gauri pak" ucap Haidar lemes.

Aji dan Gauri yang namanya disebut Haidar nampak terkejut.

"Bener begitu?" tanya Jinan mengonfirmasi.

"Heh kutil badak, enggak usah ngada-ngada ya!" seru Gauri tajam.

"Enggak usah percaya sama Haidar pak, dia sukanya ngibul soalnya" imbuh Aji.

"Dih gue ngomongin sesuai penglihatan gue ya" kata Haidar tak mau kalah.

"Lo lihat apa hah? Mata lo aja itu yang siwer" balas Gauri.

"Tapi gue sepemikiran sama Haidar" tambah Raihan yang semakin memanaskan situasi.

"Kagak ya kagak. Gue sama dia baik-baik aja" balas Gauri yang tak mau menatap Aji sama sekali.

"Coba lo ngomongnya sambil tatap-tatapan sama Aji, Gau" usul Januar yang langsung di tolak mentah-mentah sama Gauri.

"Tatap-tatapan sama lo aja gimana?" tanya Gauri balik berusaha mengalihkan pembicaraan.

Lita menempeleng kepala Gauri, "yee malah kesempatan lo" katanya nyinyir.

"Gauri masih godain Januar aja ya sampe sekarang. Masih belum kamu notice juga, Nu?" ucap Jinan yang sepertinya masih hapal dengan tabiat Gauri di awal KKN.

"Tau tuh pak, Januar orangnya cuek banget heran. Mau saya godain model gimana dia tetep gak ngelirik saya" ucap Gauri dramatis.

"Januar mana mau sama wanita penggoda kaya lo" sahut Raihan nyinyir.

Jinan malah tertawa, padahal tidak lucu "Jadi wanita seperti apa idaman kamu, Nu?"

"Yang kaya bu Jihan" tukas Januar cepat.

Jinan langsung terdiam dan memasang raut poker face. Jihan yang namanya disebut jadi kaget sendiri.

"Wah, selera kamu bagus juga" kata Jihan yang memuji Januar, sebenarnya memuji diri dia sendiri juga sih.

"Mau nikung saya kamu, Nu?" Jinan menatap Januar serius.

Januar menggeleng tak minat, padahal tadi mereka membahas soal Gauri dan Aji, kenapa malah dia sekarang yang jadi terpojokkan.

"Jangan sama Jihan, Nu. Dia kalo tidur suka mangap, terus hobi kentut juga" ujar Jinan seraya melirik Jihan.

Jihan melotot, "Mas ih! Enggak usah buka kartu deh!" kesalnya.

"Tapi kok pak Jinan juga mau sama bu Jihan?" tanya Haidar.

"Ya biarin. Biar saya saja yang melihat kebiasaan jelek dia, yang lainnya tidak usah dan tidak boleh!" kata Jinan yang membuat Jihan tersipu malu. Menurutnya itu seperti deklarasi Jinan cinta mati sama dia.

Haduh love bird ABG tua begitu amat ya.

"Dasar bucin" mulutnya Raihan tuh juara banget kalau ngatain orang.

"Nanti kalian datang ya ke nikahan saya" ujar Jinan.

"Emang kapan pak acaranya?" tanya Kirana.

"Tanggal 4 Desember"

"Yaelah masih lama pak, keburu lupa kita" ucap Haidar.

"Ya saya ngasih tau dulu, nanti undangannya menyusul. Jangan lupa bawa pasangan ya" kata Jinan santai

"Ya deh pak, nanti saya nyari dulu di Tinder. Ada enggak yang mau sama saya" kata Dhisti yang memang hopeless romantis.

"Enggak usah jauh-jauh Dhis, sama gue aja entar" kata Nadhif sambil menaik turunkan alisnya.

Dhisti mendengus, "Dih ogah,"

"Oh mau sama Haidar berati?" lanjut Nadhif.

Haidar menjengit, "Kok gue nyet?"

"Emang lo kagak mau ke pesta nikahan pak Jinan sama Dhisti? Wah parah lo, gausah temenan sama Haidar lagi Dhis. Jahat orangnya" kata Nadhif yang sangat dramatis.

"Saya request sama adiknya bapak aja gimana? Masih available enggak orangnya?"

"Ian maksud kamu?" tanya Jinan, dan Dhisti mengangguk.

"Ya enggak papa kalo kamu mau jadi yang kedua. Tapi saya enggak tanggung jawab misal kamu dicakar dan dijambak pacar pertamanya Ian" ucap Jinan sambil menyandarkan kepalanya di kursi.

Dhisti bergidik ngeri, "Gak jadi deh pak, gamau jadi pelakor saya" membayangkannya saja tidak mampu.

Gauri berbisik pada Dhisti, "Adik pak Jinan ganteng?" dan diangguki oleh Dhisti.

"Bagi IG nya, mau gue stalking."

"Iya nanti."

"Tuh Dhis, sama gue aja udah" kata Nadhif lagi.

"Sama aja kalau sama lo, cewek lo entar DM gue lagi" ucap Dhisti yang membuat Nadhif, Gauri, dan Kirana sedikit tersentak. Sedangkan yang tidak tahu hanya menampilkan ekspresi biasa.

"Nanti kalo masih enggak punya, rental bf aja Dhis sama gue" ucap Kirana memberi saran.

"Boljug ide lo, gue juga mau kalau gitu," timpal Lita.

"Ini beneran diantara kalian enggak ada yang cinlok? Atau emang belum sadar sama perasaan sendiri?" kata Jihan seraya menatap aneh para mahasiswa itu.

Kembali semua diam, tidak ada yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan Jihan.

Menurut Jihan, yakali di satu kelompok tidak ada yang baper satu sama lain. Itu agak mustahil. Kelompoknya dulu saja yang cinlok 3 pasangan. Masak disini satupun tidak ada. Normal kah mereka?

Atau memang seperti opsi kedua, mereka belum sadar dengan perasaan masing-masing atau bahkan mereka mencoba denial dan menampik rasa yang mereka miliki satu sama lain karena takut terjebak dengan perasaan sementara yang timbul hanya karena terbiasa bersama selama 45 hari? No one knows.

Kecuali saya.
****

Kayaknya book ini bakal tamat di part 4. - 5. deh, soalnya KKN juga udah mau kelar jadi otomatis cerita ini juga bakal selesai.

Oke lanjut. Mari berkenalan dengan para cameo di part ini.

drg. Soraya Jihan Larasati

Dr. Jinan Abyasa Madaharsa, S.E., M.M

Nama pak Jinan panjang banget ya ternyata, sepanjang jalan kenangan aku dan someone.

Continue Reading

You'll Also Like

64.4K 8.5K 38
KKN, Kuliah Kerja Nyantai? Kuliah Kerja Nangis? Kuliah Kerja Ngebaper? Semuanya salah, karna sejatinya KKN yang dimaksud di sini adalah Kuliah Kerja...
1.5M 105K 45
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
LAKUNA. By Aksata_

Teen Fiction

4.5K 1.1K 26
"Yang ku abadikan dalam cerita ini. Untuk mu, sebuah rindu yang tak pernah mampu meminta temu. Dalam uluran sang waktu. " • • • • • Rafanendra Arsa...
CROSSROAD By Nish

Fanfiction

763 109 20
(On-going/slow update) Local Fanfiction Cast : Hoshyer & Eungyu Romance | Love Triangle | Teen-age CROSSROAD Tentang mereka berempat yang dihadapka...