Lolipop Cinta (HyuckIl)

By OrenjieNa

1.5K 214 72

Semua berawal dari sebuah permen lolipop yang jatuh di dekat kaki. Warning ⚠️ Boyslove or gaylove Lee Haechan... More

Prolog
Chapter 1

Chapter 2

331 62 26
By OrenjieNa

.
.
.

Haechan terbangun setelah mendengar suara berisik dari arah luar yang entah apa. Pemuda itu mengerang jengkel karena tidurnya terganggu.

"Siapa yang pagi-pagi gini udah buat keributan, sih?! Gak tau orang pengen tidur seharian," ucap Haechan seraya mengambil bantal untuk menutupi telinganya dari kebisingan dari luar.

Namun suara berisik tersebut masih terdengar dan tak kunjung berhenti, membuat Haechan mengerang frustasi.

"Aish!"

Pemuda itu melempar bantal ke sembarangan arah, dia duduk dengan wajah ditekuk. Tahan, jangan marah. Ingat kata Mama di kampung. Jadilah anak baik, jangan membuat kekacauan di Seoul.

Haechan berusaha menormalkan debaran jantungnya yang sedikit tak beraturan karena ia bangun bukan atas keinginannya sendiri. Suara berisik dari arah luar masih terdengar, entah apa yang sedang dilakukan oleh seseorang di luar sana.

"Siapa yang berisik, sih? Ganggu orang tidur aja," gumam Haechan setelah debaran jantungnya kembali normal. Pemuda itu turun dari tempat tidur. Netranya melirik ke arah jam di dinding. Ia menyipit. "Eh, ternyata udah lumayan siang."

Pukul sebelas tiga puluh menit.

"Makan apa, ya?"

Haechan berjalan ke arah dapur sembari menguap lebar. Mata pemuda itu menyipit seperti masih mengantuk. Ia mengambil gelas, lalu menuang air mineral sampai penuh dan meneguknya hingga sisa sedikit.

"Di kulkas gak ada apa-apa karena aku belum belanja untuk bulan ini. Adanya cuma mie instan," gumam Haechan. "Tapi masa aku makan mie lagi, sih. Nanti Mama bisa ngomel kalau tau pola makanku serempangan kaya gini."

Haechan berjalan ke arah jendela untuk membuka gorden agar cahaya matahari bisa masuk ke kamar kostnya.

"Apa aku nyari makanan di luar, ya?" ucap Haechan. "Sekalian belanja dikit, tapi aku mau cuci muka dulu."

Pemuda itu melirik ke arah pintu kamar. Suara berisik dari arah luar masih terdengar.

"Sebenernya orang di luar itu lagi ngapain, sih?"

.
.
.

Moon Taeil sedang menggerutu karena salah satu kursi di kamar kostnya patah saat hendak ia duduki. Kemungkinan kayunya sudah rapuh dan sekarang dia tengah berusaha untuk memperbaiki sampai layak digunakan lagi.

"Masih untung pantatku gak sakit waktu jatuh tadi," gumam Taeil sembari memalu paku pada bagian kaki kursi. "Mungkin ini karena aku jarang nempatin kamar kostku jadinya pada rapuh atau bisa juga semua barang-barang di sini udah pada reyot."

Taeil melirik ke arah pintu kamar kost yang berada di sebelah kamarnya.

"Sejak aku ngekost di sini, aku belum tau siapa pemilik kamar sebelah," ucap Taeil. "Mungkin karena aku jarang ada di kost," lanjutnya. "Nanti aku kenalan, deh. Gak enak juga kalau gak akrab atau minimal tau nama tetangga."

Taeil menghentikan kegiatannya saat teringat akan sesuatu. "Semalam aku dikasih banyak makanan sama temen. Daripada gak dimakan lebih baik aku kasih ke pemilik kamar sebelah aja kali, ya."

Setuju dengan pemikirannya, Taeil beranjak ke kamar untuk mengambil makanan yang semalam dibelikan oleh temannya. Tenang saja makanan tersebut masih layak dimakan, kok. Lagipula makanan itu sudah dipanaskan.

Beberapa detik setelah kepergian Taeil, pintu kamar sebelah terbuka. Kedua netra si pemilik kamar nampak menyipit kala melihat seongok kursi kayu yang kakinya patah tergeletak di lantai.

"Kenapa ada kursi di sini?" Dia bersuara dan sebut saja namanya Haechan. Ya, Lee Haechan. Memangnya siapa lagi kalau bukan pemuda itu? Semua orang juga sudah tahu.

"Jadi dari tadi pemilik kamar sebelah lagi benerin kursi?" gumam Haechan seraya menutup pintu kamar kembali. "Kenapa juga kursi ini bisa patah." Ia kembali bergumam. "Tapi orangnya ke mana, sih? Kerjaannya ditinggal gini. Bikin kotor aja."

Pemuda itu memutuskan untuk mengabaikan kegiatan si pemilik kamar sebelah dan hendak melangkah pergi mencari makanan karena sudah lapar. Namun ia harus menghentikan langkah saat ada suara seseorang di belakang tubuhnya.

"Eh, pemilik kamar sebelah, ya?"

Haechan menolah dan seketika netra pemuda itu melebar sempurna kala melihat seorang pria yang berdiri di hadapannya. Dia tidak salah lihat, kan?

Pria tersebut merupakan seseorang yang Haechan cari selama seminggu ini.

"Kamu?!"

Tangan Haechan bergerak menunjuk Taeil. Senyumnya merekah cerah.

"Ya, Tuhan. Aku gak lagi mimpi, kan?" ucap Haechan sumringah. "Kamu nyata?" Ia mendekat dan hendak menyentuh bagian tubuh Taeil, tapi pria itu segera menghindar karena bingung dan sedikit takut.

"Maaf, kenapa, ya?" tanya Taeil. Pegangan kedua tangannya pads piring berisi makanan terlihat mengerat. Dia sungguh takut.

Haechan segera tersadar dan menormalkan raut wajahnya. Ia terlalu senang sampai lupa batasan diri.

"Maaf, kayanya aku terlalu berlebihan, ya? Tapi jujur ini murni karena aku senang bisa ketemu kamu lagi," ucap Haechan sembari tersenyum.

Taeil masih bingung. "Ketemu lagi?" tanyanya dengan kening mengkerut. "Emang sebelumnya kita pernah ketemu?"

Senyuman di wajah Haechan memudar. Kening pemuda itu terlihat mengkerut. "Kamu lupa dengan pertemuan kita minggu lalu di taman Kota?"

"Taman Kota?" Taeil semakin bingung. "Perasaan aku gak pernah ke sana," lanjutnya. Mungkin kamu salah orang. Karena ini pertemuan pertama kita."

"Kamu beneran lupa?" ucap Haechan ikut bingung. "Soalnya aku yakin dan gak salah ngenalin kalau yang aku temui di taman Kota itu kamu."

"Aku serius. Ini pertemuan pertama kita," sahut Taeil sembari memandang pemuda di hadapannya dengan aneh.

"Coba ingat-ingat lagi. Kita emang pernah ketemu," balas Haechan.

Taeil menggeleng. "Aku sama sekali gak ingat kalau kita pernah ketemu," ucapnya. "Ini emang pertemuan pertama kita."

"Aku aja ingat dengan jelas tentang pertemuan itu, masa kamu sama sekali gak ingat?" kata Haechan hampir frustasi. "Aku yakin kalau aku gak salah ngenalin seseorang yang aku temuin walau itu sekali."

"Tapi aku--"

"Permen lolipop jatuh di sepatu?" potong Haechan.

Seketika Taeil terdiam. Pria itu menatap Haechan dengan lekat. Dia seperti tengah mengingat-ingat kejadian beberapa hari sebelumnya yang mungkin ia lupakan. Apakah benar mereka pernah bertemu di taman Kota atau tidak.

"Ah!"

Taeil memekik setelah ia sudah ingat. Hari ini memang bukan pertemuan pertamanya dengan sang pemilik kamar sebelah.

"Aku udah ingat sekarang," ucap Taeil.

Senyuman Haechan kembali merekah. "Serius?" tanyanya antusias. "Kita emang pernah ketemu di taman, kan?"

Taeil mengangguk. "Maaf, aku punya daya ingat yang kurang. Jadi aku benar-benar lupa dengan pertemuan kita di taman Kota."

"Tapi seenggaknya sekarang kamu udah ingat," ucap Haechan yang tak melunturkan senyumannya. "Itu udah cukup bikin aku lega."

"Ya, aku udah ingat," sahut Taeil sambil tersenyum manis. "Maaf karena aku sempat lupa."

Haechan mengulurkan tangan kanannya. "Kita belum kenalan," kata pemuda itu. "Namaku Lee Haechan."

Taeil menjabat uluran tangan tersebut. "Aku Moon Taeil."

Mungkin ini terdengar menggelikan karena seseorang yang Haechan cari selama seminggu ternyata tinggal begitu dekat dengannya. Namun itu sebuah kenyataan bukan halusinasi semata.

Kini Haechan tak perlu lagi mencari sang penyuka permen lolipop. Karena dia bisa melihat sosok indah itu kapapan ia mau.

Semoga setelah ini hubungan mereka bisa lebih dekat lagi. Bukan hanya sekedar tetangga kamar sebelah.

.
.
.

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

71.8K 6.5K 49
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
93.5K 14.3K 19
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
82.9K 7.8K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
491K 49.3K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...