HER LIFE - END (OTW TERBIT)

By ay_ayinnn

5M 267K 16.9K

Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarg... More

Baca dulu beb
PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44
PART 45
PART 46
PART 47
PART 48
PART 49
PART 50
PART 51
PART 52
PART 53
PART 54
PART 55
PART 56
JUST FOR FUN BEB!
PART 57 (END)

PART 23

93.3K 4.2K 98
By ay_ayinnn

Gavin baru saja menyelesaikan ritual memperganteng diri. Apalagi kalau bukan mandi. Dan apapun pakaian gavin celana yang selalu dia pakai adalah celana pendek. Entah jeans atau yang lain intinya damage Gavin dengan style seperti itu sangat lah ugh.

Celana pendek bukan berarti kolor ya.

"Hai!" Pekik seseorang riang dari luar teras. Gavin yang tengah mengunci kontrakan mengernyitkan kening. Jujur, dia malas berurusan dengan cewek ini.

"Kenapa?" Tanya Gavin seadanya.

"Kita mau kenalan. Nama kamu siapa?" Tanya Key centil.

Sebelum menjawab, Gavin menatap gadis itu dari atas sampai bawah. Lalu setelahnya, ia meneguk saliva takut. Gadis ini kenapa sih? Pakaiannya norak.

"Oi? Ditanya temenku tuh, nama kamu siapa?" Sahut Lova ikutan centil. Demi apapun mereka aneh sekali kalau memaksa diri untuk centil.

"Gavin," Ucap Gavin singkat.

"Namanya bagus! Kayak orangnya," Celetuk Key berbinar membuat Gavin melotot tidak percaya.

"Bisa kalian pergi dari sini? Gue mau pergi."

Key tidak pergi. Ia malah mengulurkan tangan seakan Gavin mau membalas uluran tangannya.

"Ngapain?" Tanya Gavin bingung.

"Kenalin, nama aku Keyshila. Panggil Key aja," Uluran tangan Key tidak digubris sama sekali oleh Gavin. Walau begitu, gadis itu masih saja girang mengulurkan tangan.

"Kalau aku namanya Lova!" Sambung Lova ikutan mengulurkan tangan.

Tak menanggapi, Gavin memilih berlalu begitu saja melewati mereka berdua. Key dan Lova terus meneriaki Gavin agar dia mau berhenti. Namun sayang, Gavin menulikan telinga.

"Ih kan! Dia jadi pergi. Kamu sih Lov," Key memanyunkan bibir.

"Mana ada. Dia itu risih gak sih?" Ucap Lova tak mau kalah.

"Bentar deh, dia kok kayak mau ke rumah Vanya?" Pandangan mata Key terus menatap punggung Gavin yang kian menjauh.

"Lah iya. Mau apa dia ke sana?" Tanya Lova mengikuti arah pandang Key. "Mau susulin nggak Key?"

"Susul ayo!!!" Key menarik lengan Lova agar mengikuti langkahnya. "Masa iya dia suka sama Vanya?"

"Waton! Nggak lah," Pekik Lova.

•••••

Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Gavin sampai di depan rumah Vanya. Jalan setapak itu menuntunnya masuk hingga terlihat rumah kecil yang cukup kumuh di depan sana.

Ada sosok wanita paruh baya yang sedang menyiram tanah di depan rumah menggunakan air bekas cucian. Mau tidak mau Gavin berjalan lebih mendekat ke arah wanita itu.

"Permisi?" Ucap Gavin yang langsung ditatap olehnya.

Dia Ayumi, pandangannya menatap Gavin penuh memuja. Apakah alam sedang tidak baik-baik saja? Kenapa ada manusia setampan ini datang ke rumahnya?

"Iya, kenapa ya?" Tanya Ayumi sopan.

"Benar atas nama ibu Ayumi dan ini juga rumahnya Vanya?"

"B-benar, saya sendiri. Sedangkan Vanya adalah putri saya. Ada apa ya Mas?" Mata Ayumi menyipit. Ia seperti tak asing dengan wajah ini.

"Em... Vanya nya ada--"

BRAK!

"GAK USAH NANGIS! SEMUA INI CUMA KARENA TV KAN?! DIBILANG ITU GAK BAIK BUAT KAMU! KATANYA MAU PINTER? KENAPA MALAH LIHAT YANG GAK JELAS HAH?"

Baik Gavin maupun Ayumi terdiam mendengar suara barang pecah dari dalam. Sadar hanya ada Vanya dan Elen di dalam, Ayumi bergegas masuk meninggalkan Gavin sendiri di luar.

"Sebentar ya Mas!" Pekiknya sambil masuk ke dalam.

Otak Gavin mendadak kaku. Dia tidak bisa berpikir apa-apa. Merasa kepo dengan yang di dalam, dia pun lancang memasuki rumah tersebut.

"Astaga! Vanya, lepasin Elen!" Tarikan Ayumi berhasil membawa Elen ke dalam dekapannya. "Kamu kenapa sih??"

Samar-samar Gavin mendengar ucapan Ayumi. Dia juga sempat melihat bagaimana cara Ayumi melindungi seorang anak kecil dari amukan Vanya.

Merasa Vanya agak mendingan, Gavin memberanikan diri untuk masuk ke rumah itu lebih dalam. Padahal tanpa mereka sadari, kedatangan Gavin lah yang semakin memperburuk suasana.

"AAAA!!" Jerit Vanya sambil menutup kedua telinga dan berjongkok ditempat. Ayumi dan Elen semakin dibuat bingung.

"Vanya! Astaga, nak?" Ayumi yang panik langsung berjalan mendekati Vanya. Berjongkok di hadapan putrinya, lalu memeluk gadis itu agar tenang.

"Ibu hiks, ke-kenapa ada dia?" Vanya tak berani mendongakkan kepala. Dia hanya menunjuk sosok yang berada tak jauh dari ambang pintu.

Elen menoleh, mengikuti arah tunjuk Mamanya. Pandang mata Elen dan Gavin beradu. Entah menyiratkan apa, tapi rasanya Gavin ingin menangis menatap mata sekaligus wajah kecil itu.

Beberapa kata dari Elen ketika menatap mata Gavin, peluk, kehangatan, kasih sayang, dan seorang ayah. Elen merasa Gavin bukan orang asing. Walaupun hatinya sedikit ragu.

"Dia siapa sih Van?" Ayumi masih membelakangi Elen dan Gavin. Dia memeluk Vanya semakin erat.

"Hiks, suruh dia pergi Bu, suruh dia pergi!! Aku takut, aku takut, aku takut."

Merasa tidak beres dengan Vanya, Ayumi melepas pelukannya. Dia berdiri lalu berbalik badan. Betapa terkejutnya dia melihat betapa lancangnya laki-laki itu masuk ke dalam rumah.

"Kamu??" Ucap Ayumi membuat Gavin memutuskan kontak matanya dengan Elen.

Sekarang, Ayumi rasa dia tahu siapa laki-laki ini. Tak mau membuat Vanya semakin meraung, Ayumi menarik tangan laki-laki itu agar keluar dari sana.

Elen sendiri kebingungan. Mamanya terus-terusan menangis sambil menutup kedua telinga. Lalu Ayumi membawa laki-laki itu pergi keluar. Elen harus apa?

PLAK!

Di luar rumah, Ayumi menampar keras salah satu pipi Gavin. Raut wajahnya memerah pertanda dia kecewa dengan laki-laki dihadapannya saat ini.

"JADI KAMU YANG UDAH BUAT VANYA KAYAK GINI?!" Bentak Ayumi, jiwa keibuannya keluar.

"KAMU INI YA, KURANG AJAR!!" Telinga Gavin panas sebab ditarik kuat oleh Ayumi.

"Maaf," Satu kata yang keluar dari mulut Gavin.

"MAAF?? KAMU GAK LIHAT KONDISI VANYA SEKARANG KAYAK APA?!"

"Memang saya yang salah. Semua bermula dari saya. Maka saya datang kemari untuk memperbaiki hubungan saya dengan Vanya. Tolong dengarkan penjelasan dari saya dulu, Bu," Pinta Gavin memohon berharap Ayumi memperbolehkannya bertemu dengan Vanya setelah kejadian ini.

"Memperbaiki hubungan?" Nafas Ayumi memburu.

"SELAMA INI KAMU KEMANA? VANYA SUSAH KAMU KEMANA? ANAK KAMU ITU!" Ayumi menunjuk ke arah pintu masuk rumahnya. "DIA BUTUH KASIH SAYANG  AYAHNYA. KAMU KEMANA HAH? KEMANA?"

"D-dia, anak saya?" Cicit Gavin. "Anak yang di dalam tadi?"

Ayumi tak menjawab pertanyaan Gavin. Ia tatap laki-laki itu dari bawah sampai ke atas.

"Hidup Vanya hancur gara-gara kamu. Ditambah, kelahiran Elen yang cacat membuat mental Vanya berantakan," Terang Ayumi benar-benar meluapkan segalanya kepada orang ini.

"Gak cuma disitu. Vanya rela mulung dari pagi sampai malem biar bisa beliin anak kamu susu formula karena asi-nya sempat gak keluar." Ayumi menyeka air mata.

"Dia kerja disaat masa nifasnya belum selesai. Kamu dimana selama ini, nak? Dimana saat warga-warga disini selalu mengejek Vanya? Orang-orang diluar sana tega membuang Vanya?"

Demi tuhan bukan hanya Ayumi yang mengeluarkan air mata saat ini. Air mata Gavin juga menetes dan semakin deras tetesannya. Dia tak menyangka hidup Vanya menyakitkan seperti ini.

Gavin kira setelah Vanya keluar dari SMA beberapa tahun lalu hidupnya semakin membaik karena jauh dari dirinya dan semua teman-temannya. Namun nyatanya semua itu tidaklah benar.

"Tau rahasia terbesar yang pernah Vanya sembunyikan diam-diam seorang diri?" Tanya Ayumi yang mustahil dijawab oleh Gavin. Jangankan menjawab, menggelengkan kepala saja pun tidak Gavin lakukan.

Gavin benar-benar sedang meratapi seluruh kesalahannya. Saking merasa berdosa, terik matahari yang menembus kulit tidak Gavin rasakan.

"Dia pernah punya niat buang Elen ketika dia masih bayi. Bahkan usianya belum ada seminggu di dunia."

Dalam, sangat dalam menusuk dada Gavin. Selain perusak gadis, Gavin juga perusak jiwa seorang wanita. Sebenarnya yang benar-benar sakit disini adalah Gavin.

"Anak kecil yang kamu lihat di dalam tadi. Dia anak kamu. Anak yang berhasil Vanya lahir kan, Vanya rawat, Vanya didik, dan Vanya kasihi tanpa seorang suami. Dia juga anak yang mau Vanya buang karena warga disini mengecapnya sebagai anak haram."

Tanpa mereka sadari, sedari tadi Elen terdiam di belakang pintu yang terbuka. Memori anak itu merekam seluruh ucapan-ucapan dari keduanya.

Elen itu anak pintar sekaligus cerdas. Dia tahu apa yang sedang dua orang itu bicarakan. Awalnya dia senang mengetahui fakta kalau laki-laki itu adalah Papanya. Tapi semakin kesini, fakta lain membuat Elen menangis dalam diam.

Tubuhnya merosot dibelakang pintu. Ternyata, dia adalah anak yang tidak diinginkan oleh Vanya, Mamanya sendiri. Ternyata, dia adalah anak yang pernah ingin dibuang oleh Mamanya sendiri. Belum 17 tahun kenapa dunia tega banget?

Sesakit-sakitnya Vanya, masih ada Elen yang merasakan sakitnya Vanya berkali-kali lipat. Tidak ada anak yang ingin dilahirkan. Juga tidak ada anak yang ingin kelahirannya tak diinginkan.

"K-ke-napa ma-mama eng-nggak bu-bunuh aku a-aja wak-tu di-pe-perut? hiks" Ingin rasanya Elen menangis sambil meraung. Tapi dia merasa dirinya tidak pantas untuk menangis apalagi sampai meraung.

"Saya memang pengecut. Saya hanya anak manja yang tidak pernah mempedulikan gadis yang pernah saya rusak. Saya mengakui kesalahan saya. Tolong maafkan saya, maafkan kesalahan-kesalahan saya selama ini. Izinkan saya untuk menebus dosa yang telah saya lakukan selama ini."

Ucap Gavin luruh dihadapan Ayumi. Tak peduli celananya kotor. Yang Gavin inginkan saat ini adalah menebus semuanya. Berharap Vanya mau memaafkannya.

•••••

"Jadi, Gavin ayahnya anak cacat itu, Lov?" Lirih Key menatap Ayumi dan Gavin dari kejauhan, sebuah pohon menutupi tubuh mereka.

"Aku juga kaget. Emang bener ya? Nggak kali?"

"Itu semua bener, Lov. Sekarang, ngapain dia kesini kalau bukan buat Vanya?" Ucap Key lalu terkekeh pelan.

Lova menoleh ke belakang, "Jangan gila, Key. Aku gak mau dimarahin pak Rama lagi."

"Kamu lupa? Apapun yang aku mau bakal aku ambil gimanapun caranya."

"Gavin gak bakal mau sama kamu kalau kamu apa-apa nekat."

"Emangnya dia mau sama Vanya yang odgj itu?"








Bersambung.

Paling ga bisa soal anak kecil yang masih butuh kasih sayang orang tuanya😔🖐🏻

MAU VOTE YANG BANYAK!!

3 12 23

Continue Reading

You'll Also Like

5.6M 377K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
1.1M 79.1K 64
𝘞𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 ❗ 🚫𝘊𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘜𝘞𝘜 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶𝘵, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘤𝘢...
2.5M 144K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
487K 17.3K 51
[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kisah sederhana tentang seorang gadis bernama Oktavia Anastasya Nugraini yang harus berjuang demi mendapatkan cintanya...