TRANSMIGRASI REVAZA

By liv_kh

6.2M 290K 4.8K

Follow sebelum membaca. Cerita sudah diterbitkan dan tersedia di Shopee. ||Sinopsis|| Menceritakan tentang ki... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49 (END)
OPEN PO
potongan

Chapter 38

81.4K 4.1K 136
By liv_kh

HAPPY READING

***

"Tunangan?" Gumam Misya sambil menautkan alisnya. Dan gumaman tersebut masih bisa didengar oleh Dirga.

Kini Misya berdiri dan duduk di sofa menghadap Dirga yang entah sejak kapan sudah duduk di sofa yang satunya.

Sofa tersebut ada dua dan membentuk leter L. Sofa yang diduduki Misya menghadap ke televisi dan sofa yang diduduki Dirga menghadap ke dinding. Kini Misya menatap kesamping agar bisa melihat Dirga.

"Om bercanda kan?" Ucap Misya dengan tawa palsunya.

"Om serius."

Albiru pun memilih berdiri dan duduk disamping Misya tanpa memperdulikan obrolan keduanya. Kini, Al menyilangkan tangannya di belakang kepala dan bersandar di sofa, menatap lurus ke depan. Ke tempat televisi berada, Al memilih menonton acara televisi tersebut dibandingkan mendengarkan obrolan keduanya.

"Tapi Om."

"Misya ngga ngapa-ngapain kok sama Al. Serius, tadi itu salah paham doang." Lanjutnya.

"Om ngga percaya."

"Serius om. Tadi itu Misya Takut jadinya Misya peluk Al. Misya ngga ada niatan yang lain."

"Jelasin aja ngga papa. Om tetep ngga percaya."

Misya sudah frustasi sekarang. Di dalam pikirannya, pertunangan itu hanya membuat dirinya tidak bisa bebas. Ia harus mempunyai ikatan dengan seseorang. Dan Misya tidak menyukainya.

Misya memandang kebelakang dan melihat Albiru dengan santainya duduk di sofa menikmati acara televisi. Tanpa memperdulikan dirinya yang mati-matian harus memikirkan kata-kata untuk meyakinkan Dirga. Bahwa itu semua hanya salah paham.

Misya memukul paha Al. Dan menatap Al garang. "Al! Jelasin dong!"
Al menatap Misya datar. "Apa?"

Sungguh. Misya ingin menjambak rambut Al sampai terlepas. Misya memejamkan matanya, menarik dan membuang napasnya panjang. Pertanda bahwa ia sudah lelah dengan tingkah Al.

Al menghendikkan bahunya acuh dan menatap kedepan ke arah televisi tersebut. Ia kembali menonton sinetron malam tersebut yang jika dilihat-lihat sedikit menarik.

"Kamu ngga mau tunangan sama Al?" Tanya Dirga.

Misya kembali menghadap ke arah Dirga ketika Dirga berucap. "Misya ngga tau."

"Sya. Orang tua mana yang ngga khawatir kalau anak satu-satunya kayak begitu? Apalagi kalian berdua doang."

"Al itu normal. Bisa aja sewaktu-waktu kalian kelewatan kan? Om ngga mau itu terjadi. Apalagi kalian ngga punya hubungan apapun selain teman. Teman aja udah bisa ngelakuin itu bukan?"

"Iya. Maaf om." Ucap Misya sambil menunduk.

"Kalau Rani sama Cakra sampai tau perbuatan kalian gimana? Mereka pasti bakal kecewa sama kamu Sya."

Sungguh. Misya malah merasa bersalah sekarang tetapi kesalahan semacam apa yang ia lakukan? Kepergok pelukan intim dengan Al? Entahlah Misya sudah merasa bersalah dengan nasihat yang diberikan Dirga.

"Pelukan doang itu Pa." Ucap Al dengan santainya sambil masih fokus dengan acara yang ditontonnya.

"Al! Hadap papa!"

Al menghela napas sembari menuruti perkataan sang papa.

"Duduk yang bener!" Perintah Dirga lagi.
Lagi-lagi Al menuruti perkataan papanya.

"Papa tau kelakuan cowok itu kayak gimana. Apalagi kalian berduaan disini tanpa ada orang lain. Kalau pelukan biasa, pasti papa ngga akan kayak begini. Kalian berdua sangat intim."

"Dan kamu Al. Ngapain? Ngendus-ngendus leher Misya."

Misya merasa malu sekarang. Kenapa pembahasannya jadi seperti ini si. Jika ia menolak pertunangan pasti akan diceramahi Dirga tujuh turunan. Belum jawab aja sudah seperti ini.

"Al cuman pengen pastiin wanginya." Jawab Al dengan santainya.

Dirga menghela napas lelah. Kemudian ia berdiri dan berkata. "Kalian harus tetap tunangan. Dan Misya, om nanti bakal kasih tau perbuatan kalian sama Cakra."

Itulah kalimat terakhir yang diucapkan Dirga sebelum ia melangkah pergi meninggalkan mereka berdua. Dengan Misya yang pusing dan Albiru yang biasa saja.
"Arghhhh." Teriak Misya frustasi.

"Segitunya ngga mau tunangan sama gue." Ucap Al.

"Ngga gitu! Gue masih mau bebas Al. Pasti nanti, Lo larang gue ini itu. Gue ngga mau." Rengek Misya.

"Apalagi kalau papa sama mama tau? Mereka pasti bakal ngomelin gue. Gue udah kenyang tau sama nasehat om Dirga." Lanjutnya.

"Intinya Lo mau atau ngga?"

"Ngga tau."

"Baru liat begitu doang, papa udah kayak tadi. Apalagi kalau gue sampai ngehamilin Lo."

Misya membelalakkan matanya. Ia menatap Al marah. "Lo punya niatan ngehamilin gue gitu!?"

"Iya. Kalau Lo ngga bisa jadi milik gue."

"Lo bikin gue takut."

"Jangan ngomong gitu lagi." Lanjutnya.

"Iya iya. Mau pulang?"

"Gue takut ke rumah."

"Udah ngga papa." Ucap Al sambil mengelus kepala Misya lembut.

***

Kediaman keluarga Mahatama.
Kini mereka berdua yaitu Misya dan Al sudah berada di kediaman keluarga Mahatama. Mereka berdua masih di atas motor dengan Misya yang tidak mau turun sedari tadi.
"Ayo Sya turun." Ucap Al.

"Gue belum siap Al."

"Kayak mau ngapain aja."

"Mau diinterogasi pasti ini. Lo juga harus siap-siap dong. Santai banget jadi cowok."

Al terkekeh mendengar perkataan Misya.

"Malah ketawa. Seneng banget kayaknya liat gue menderita." Ucap Misya kesal.

Al menatap Misya kebelakang saat Misya mengatakan kalimat tersebut. "Lo menderita mau tunangan sama gue?"

"Ngga gitu! Aelah Lo maa."

Al memutuskan turun terlebih dahulu dan melepaskan helmnya. Kemudian ia menghadap ke arah Misya yang masih nangkring di atas motor sportnya tanpa memiliki niat untuk turun dari atasnya.

"Ayo."

Misya bergaya dengan kedua tangannya ke atas mengikuti tarikan napasnya dan menurunkan tangannya mengikuti hembusan napasnya.

Al sudah lelah melihat tingkah Misya. Ia mengangkat tubuh Misya dari atas motor sportnya dan membawanya berdiri sama sepertinya.

"Al!" Pekik Misya terkejut.

Al tidak menghiraukan pekikan Misya. Ia menggenggam tangan Misya untuk dituntun ke dalam, kerumahnya Misya. Dengan terpaksa, Misya mengikuti langkah Al. Jika ia tidak berjalan, sudah dipastikan dirinya akan ada di gendongan Al. Dan Misya tidak mau itu terjadi. Cukup tadi saja ia malu dihadapan Dirga. Dirinya tidak mau malu kedua kalinya.

Cklek

Pintu terbuka dan Misya tidak melihat kedua orang tuanya. Apa mungkin om Dirga belum memberitahu kepada orangtuanya? Tetapi kenapa perasaannya sedikit tidak enak?

"Sepi." Gumam Misya yang berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Al dibelakangnya.

"Mama!" Teriak Misya tetapi tidak ada respon dari sang empu.

Bi Minah yang mendengar teriakkan nona nya pun berjalan dari dapur dan menemui Misya.

"Eh non Misya udah pulang. Eh ada Aden Al." Ucap bi Minah saat melihat Al berada disamping Misya.

Al tersenyum tipis saat mendengar ucapan bi Minah.

"Iya Bik, tapi mama sama papa kemana ya bik?"

"Nyonya sama tuan ada di ruang keluarga non. Tadi si, bibik denger ada tamu tapi diajak ke ruang keluarga."

"Tamu?" Gumam Misya.

"Tamunya siapa ya bik?"

"Bibik kurang tau non. Soalnya bibik cuman denger percakapannya di dapur."

"Yaudah bik. Misya mau susul mama sama papa dulu."

"Iya non." Ucap bi Minah dan kembali ke dapur menyelesaikan tugasnya yang belum selesai.

Misya berjalan ke arah ruang keluarga dan Al juga mengikuti langkah Misya.

Saat semakin dekat dengan tujuannya. Samar-samar Misya mendengarkan suara tawa dari orang yang familiar bagi Misya. Ia semakin dekat dan berhenti ketika sudah berada di ruang keluarga tersebut.

Suara tawa tersebut lenyap seketika saat mereka melihat kedatangan Misya dan Albiru dibelakangnya.

"Sini." Ucap Cakra agar mereka berdua bisa bergabung.

Misya menelan ludahnya saat melihat tamu yang dimaksud bi Minah adalah om Dirga. Sudahlah pasti dirinya akan mendapatkan nasihat lagi.

"Cepet banget papa disini." Ucap Al kemudian duduk bergabung dengan mereka.

Di Sana terdapat Rani, Cakra dan Dirga. Tetapi Misya tidak melihat raut amarah yang terpancar di wajah orang tuanya. Apa mungkin papanya Al belum memberitahu orang tuanya?
"Papa mau ngomong." Ucap Cakra.

Deg

"K-kenapa pa?" Tanya Misya yang sudah duduk.

"Udah ngga usah takut. Kalau kamu mau menerima pertunangan ini. Papa sama mama ngga akan khawatir lagi sama kalian berdua."

"Iya sayang. Dirga udah cerita semua. Dan keputusan Dirga itu benar. Dia ngga mau kalian memilih jalan yang salah." Ucap Rani.

"Gimana Al, kamu setuju?" Tanya Rani sambil menatap Albiru.

"Al si setuju-setuju aja Tan."
"Kamu Sya? Mama bakal marah kalau kamu nolak."

"Iya-iya Misya setuju." Ucap Misya kesal.

Mereka semua yang berada diruang keluarga tersebut tersenyum lega kecuali Misya yang sudah memikirkan dirinya yang mungkin akan diatur oleh Al kedepannya.

"Misya punya syarat sama Al." Ucap Misya sambil menatap ke arah Al.
Al menaikkan satu alisnya keatas seperti mengucapkan 'Apa.

"Setelah tunangan, gue ngga mau diatur. Jangan larang gue ini itu.
L Pokoknya jangan. Gue ngga suka."

Al menghendikkan bahunya acuh. "Ngga tau, liat aja nanti."

"Al." Kesal Misya sambil menampilkan ekspresi cemberut nya.

"Misya." Tegur Rani.

"Kamu harusnya bisa nurut sama perkataan Al. Bukan malah begini."

"Mama kok malah belain Al si."

"Bukan belain, tapi kalian juga bakal menikah dan kamu harus bisa beradaptasi mulai sekarang. Al itu bakal jadi imam kamu, dan kamu seharusnya bisa nurut sama kayak mama ke papa kamu."

"Tante Rani aja tau masa kamu ngga." Ledek Al.

Misya menatap Al kesal. Dan orang tua mereka berdua malah terkekeh geli melihat kelakuan anaknya masing-masing.

Tbc.

25/11/2023

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 96.7K 60
RISKY BUSINESS. ❝ Don't cry, don't raise your eye. It's only teenage wasteland. ❞ A 'STRANGER WORLDS' NOVEL Billy Hargrove & Eddie Muson / Strange...
137K 13K 100
A murder mystery in space, a frontier marshal investigating and a young girl who is the key to it all. Highest rating in sci-fi: #2!
Perspectives By Madeline

Science Fiction

331K 17.3K 60
Piper Douglas long ago accepted that her life was just meant to be sucky. After her parents' divorce, she developed something of a bad attitude, caus...
347K 19.2K 30
"Society wants to believe it can identify evil people, bad people, or harmful people. But, it's not practical. Sometimes, there are no stereotypes...