Stay With You ✅️

By renkechan

27.3K 3K 1.2K

Kisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang men... More

PROLOG
Those Eyes
MY WISH
MY WISH pt 2
GIFT (?)
TAK ADA YANG BEDA, HANYA ...
RAHASIA (?)
RAHASIA (2)
KENAPA HANYA KAMU..(?)
Self
DIA MILIKKU (!)
DIA MILIKKU (!) 2
DIA MILIKKU (!) 3
KERAGUAN
PERJALANAN BARU DIMULAI
LIKU-LIKU
KUNCI
APA INI KEGELISAHAN?
NOT YOU
NOT YOU (2)
NOT YOU (3)
YES I'M
IKAN
YOONMIN
HARI BAHAGIA
PRESENT
PRESENT 2
KEHIDUPAN PERNIKAHAN
MABA VS MASA
JADI....
💜
IS IT FINE (?)
IS IT FINE (?) pt 2
IS IT FINE (?) pt 3
NO, IT IS NOT FINE
🖤🖤
🖤🖤🖤
🖤🖤🖤🖤
ME, YOU + (SHE)
ME, YOU+ (SHE) 2
ME, YOU + (SHE) 3
ME, YOU+(SHE) 4
THE SISTER
THE SISTER (2)
JUST WE ARE
JUST WE ARE (2)

🖤

518 62 34
By renkechan




Terhitung dua minggu sudah Jennie menghabiskan waktu istirahatnya di rumah. Namjoon membatasi semua pergerakannya seperti kuliah, kerja kelompok ataupun juga kegiatan mengekori Namjoon seperti biasanya. Kini ia tengah berbaring dengan kepala yang berbantalkan paha sang kakak.

"Kak."

"Hm?" Yang lebih tua sedang asyik membaca sebuah buku bertema perjalanan hidup seorang anak sebatangkara yang sukses.

"Aku dengar kakak udah punya pacar ya?"

Cukup terkejut dengan pertanyaan sang adik sebab - ya, secara diam-diam Namjoon memang menjalin sebuah hubungan. Belum bisa dikatakan - kekasih - namun teman wanita nya itu tentu menempati sisi kosong hati Namjoon yang lebih banyak diisi dengan nama sang adik itu sendiri.

"Siapa yang mengatakannya?"

"Jennie tau. Kak, jangan tinggalin Jennie? Atau paling tidak tunggu sampai Jennie berhasil memenangkan hati kak Seok- "

"Ehm- Jennie. Kak Namjoon gak punya kekasih. Dia cuma teman jadi kamu jangan khawatir ya. Kakak gak mungkin ninggalin adik kecil kakak ini sendiri."

"Kak, Jennie mau sembuh."

"Jennie pasti sembuh."

"Jennie mau secepatnya bilang ke kak Seokjin kalau Jennie cinta dan pengen banget nikah sama kak Seokjin. Tapi Jennie takut kak Seokjin tolak Jennie. Jennie bisa mati kalau sampai kak Seokjin tolak cinta Jennie."

Wajahnya muram, sedikit pucat dan seperti tak ada harapan disana. Sejauh ini, Namjoon belum menceritakan perihal status Seokjin yang telah berkeluarga. Sungguh ia tak tau hendak memulai darimana. Adiknya sangat mencintai Seokjin dan Namjoon adalah satu-satunya orang yang tak pernah membuat Jennie kecewa. Entah apa yang akan terjadi jika Namjoon menceritakan kebenaran yang ada. Untuk saat ini, pria yang usianya menginjak dua puluh lima tahun itu akan memikirkan segala cara agar secepatnya dapat menceritakan kebenarannya pada Jennie.

"Jangan ngomong ngelantur. Ayo makan dulu. Udah waktunya minum obat. "

"Kak- Jennie bosan. Besok mau masuk kuliah boleh?"

"Nanti dulu ya. Tunggu sampai pusingnya gak kambuh lagi."

"Tapi kapan?"

"Minggu depan!"

"Kalau gitu kak Namjoon ajak kak Seokjin main kesini ya! Jennie kangen."

Sejenak Namjoon terdiam. Melihat binar harapan di bola mata sang adik membuat Namjoon terpaksa menganggukkan kepalanya. Ah! Namjoon benar-benar orang yang buruk!





















___

"Bekal udah, buku udah, apa lagi ya? Ah- air minum belum."

Dengan perut besarnya, Jungkook bangkit dari kursi belajar milik Seokjin. Berjalan membawa ransel dan perut yang semakin membesar ternyata melelahkan juga. Padahal jaraknya hanya dari kamar sampai ke dapur. Botol minum Seokjin ada di dapur. Jungkook sudah mengisinya dengan air putih tadi.

"Sayang! Aku lupa handuknya!"

Jungkook menggeleng pasrah. Semakin dekat menyandang gelar sebagai ayah, semakin juga Seokjin 'bergantung' pada sang istri. Semakin manja, semakin tak bisa melakukan apapun seorang diri. Jungkook pernah berkonsultasi dengan dokter kandungannya dan ia mendapatkan sebuah jawaban yang mengejutkan. 'Sepertinya psikis ayahnya sedikit terganggu. Timbul rasa iri dengan calon bayi itu tak banyak terjadi pada seorang suami yang akan menjadi seorang ayah. Tapi biasanya, para istri lebih senang dengan sifat manja suami yang seperti ini. Ya- itu tergantung pada pribadi masing-masing. Kalau anda merasa keberatan mungkin bisa dibicarakan baik-baik dengan suaminya.'

Jungkook sama sekali tak keberatan. Dari dulu ia memang ingin memanjakan 'kak Seokjinnya'. Walaupun selalu berakhir dengan ia yang ditimang-timang. Sekarang Jungkook pikir sudah saatnya ia mewujudkan impiannya sendiri. Namun tak dipungkiri juga, dengan sifat Seokjin yang seperti ini membuat Jungkook berlipat kali merasa kelelahan sebab bisa dikatakan ia sudah memasuki trimester akhir.

Setelah meletakkan handuk di sebelah pintu kamar mandi, Jungkook kembali ke dapur dan memasukkan botol air minum yang belum tersentuh tadinya. Sebelum sepasang lengan memeluk pinggangnya dari balik tubuhnya.

"Kak, rambutmu basah. Cepat keringkan nanti masuk angin!"

Lelaki itu bergeming, persetan dengan rambut dan tubuhnya yang belum kering karena ia hanya ingin memeluk Jungkooknya seperti ini.

"Kak Seokjin."

"Hm."

"Oke, sekarang lepas."

Jungkook melepaskan kaitan jemari tangan suami diperutnya. Berjalan pelan menuju jemuran handuk dan mengambil satu handuk bersih untuk kemudian letakkan di atas kepala sang suami.

"Ayo merendah!"

Seokjin merendahkan tubuhnya dan tersenyum cerah sementara Jungkook hanya dapat menggelengkan kepalanya heran - heran sekali kenapa suaminya begitu manja. Ia sampai berpikir bagaimana jika nanti bayi mereka lahir dan Seokjin masih bersikap seperti ini?

"Udah. Cepat ganti pakaian dan sarapan!"

"Hari ini kamu masak apa sayang?"

"Aku gak masak kak."

Sejak kejadian beberapa waktu lalu, Jungkook tak pernah lagi memasak. Ya meskipun terkesan boros tapi itu lebih baik daripada melihat Seokjinnya tak makan. Jungkook masih berpikir bahwa Seokjin tak menyukai masakannya.

"Yahh. Kamu capek banget ya? Sampai gak sempet masak? Apa aku cuti aja ya mulai sekarang? Buat bantu-bantu kamu."

"Gak perlu cuti, bulan depan kamu libur kan dua bulan? Pas banget sama waktu lahirannya aku. Dedek pinter ya kak, tau aja orang tuanya sibuk jadi jadwal lahirannya pas kamu libur kuliah. Hehe."

"Tapi beneran gak apa? Aku kangen sama masakan kamu."

"Oh ya?"

"Iya. Kenapa kamu gak pernah masak lagi? Kamu beneran gak kuat ya buat masak? Kalau aku bantuin bisa?"

"Gak usah dibantuin juga bisa sih kak. Tapi kenapa jadi kayak orang ngidam gitu deh. Pengen bangetnya pakai banget?"

"Iya. Pengen bangetnya pakai banget. Gak mau makan yang lain kalau bukan kamu yang buat."

"Tapi ini? Bekalnya?"

"Biasanya dimakan sama Namjoon."

"Jadi tiap hari? Kamu gak makan siang?"

Seokjin menggeleng frustasi. Beberapa waktu terakhir ini Seokjin memang tak pernah memakan bekal yang dibawakan oleh Jungkook. Tapi jika sedang bersama Jungkooknya, maka ia akan menghabiskan apapun yang dihidangkan oleh istri tercinta.

"Jadi tiap hari aku bawain bekal buat temen kamu? Astaga kak!"

Jungkook meraba perutnya, ada sedikit nyeri disana. Moodnya berubah - tentu saja. Ia menarik nafas dalam dan dihembuskannya perlahan untuk merekda keram di perut sebelah kanannya.

"Sayang, kamu kenapa? Sakit perutnya? Maaf~  "

Seokjin menuntun Jungkook untuk duduk di kursi terdekat yang dapat ia raih. Berlutut di depan tempat nyaman si bayi tengah tidur, dan membelainya perlahan.

"Maaf, tapi kakak udah coba makan tanpa kamu dan berakhir mual Kook. Kakak gak bisa makan yang bukan masakan kamu kecuali ada kamu yang lagi makan sama kakak. Maaf..."

Seokjin sungguh meminta maaf, apa yang dikatakannya memang benar tak ada yang ditambah dan tak ada yang dikurangi. Lalu tiba-tiba saja Jungkook menangis. Hiksss....

"Sayang maaf, ak-aku gak bermaksud buat kamu sedih maaf jangan nangis Kook."

Seokjin panik bukan main dan hal itu malah membuat Jungkook semakin gencar nenangis. Yah begitu-lah suasana hati orang yang tengah mengandung. Sensitive- .



























__

Kini Jungkook sudah lebih tenang Seokjin berhasil menghubungi Jimin agar bersedia datang kerumahnya. Ia telah mengibarkan bendera putih. Menyerah! Seokjin tak tau lagi harus bagaimana jadi biarkan Jimin yang membantu menenangkan gelisah sang istri saat ini.

"Oh jadi gitu? Keterlaluan! Ini fix sih dia pasti ada main belakang! Aku udah ingetin kamu dari kemarin-kemarin kan Kook! Awas aja aku bakal cari tau! Kamu tenang aja Kookie aku gak akan biarin dia macam-macam di luar sana!"

Seokjin sedari tadi mengintip dan menguping pembicaraan kedua pria manis di atas tempat tidur. Mulanya ia tak berhasil mendapat informasi, namun beberapa waktu kemudian Seokjin mendengar suara lantang Jimin yang terdengar dipenuhi amarah. 'Keterlaluan? Macam-macam?' Apa yang sebenarnya tengah mereka perbincangkan? Seokjin tak mengerti sedikitpun karena ia hanya mendengar beberapa kata yang terdengar penuh tekanan keluar dari mulut si mini.

Ceklekkk...

"Ngapain disini?"

"Ini kan kamarku Jim."

"Oh iya! Tapi kak Seokjin gak boleh masuk! Kookie lagi gak bisa diganggu husshh! Minggir aku mau ambil sarapan Kookie!"

Jimin menghalau pertahanan Seokjin dan berlalu menuju dapur. Namun belum sampai setengah jalan, ia berbalik dan "Kata Kookie kak Seokjin disuruh berangkat kuliah aja! Gak boleh bolos! Kalau bolos nanti Kookie makin marah!"

Aneh. Semua orang seakan membenci Seokjin. Dari sang istri yang tiba-tiba menaikkan nada bicaranya lalu menangis, dan sekarang bahkan orang lain pun ikut berbucara ketus dengannya. Apa sebenarnya kesalahan yang Seokjin perbuat? Apa tidak bisa dibicarakan saja secara baik-baik?

"Kok masih disini?"

"Mau pamitan dulu sama Kookie."

"Biar aku yang pamitin, udah cepat pergi! Ishhh  ~ kesal kali aku lihat wajah sok polosnya."

"Iya Jim?"

"Iya apanya? Udah cepat berangkat!"

"Oh, iya aku berangkat. Aku titip Kookie ya."

"Iya! Bawel!".

Jimin menutup pintu rumah Seokjin dan Jungkook secara kasar hingga membuat Seokjin terlonjak kaget. (Ini rumah siapa sih sebenernya? 😭)

Ah, jangan lupakan kalau sebuah mobil baru terparkir di garasi depan kontrakan. Ya - satu minggu yang lalu mobil yang dijanjikan Seokjin tiba dirumah saat Seokjin tengah bekerja. Jungkook terkejut bukan main saat mengetahui suaminya membelikan sebuah unit mobil baru untuk dirinya. Walaupun berakhir dengan ia yang memaksa sang suami untuk menggunakan kendaraan tersebut sebagai mobilitas Seokjin pulang pergi menuju universitas dan tempat kerjanya.

Dan karena itulah - pemikiran Jungkook semakin berulah.

Overthinking disaat hamil besar memang sangat mempengaruhi kesehatan mental seorang calon ibu. Belum lagi Jungkook memiliki seorang sahabat seperti Jimin. Pemikirannya yang berbeda dengan orang awam pada umumnya, jujur saja membuat Jungkook semakin yakin bahwa - bahwa - bahwa suaminya memiliki kekasih lain di luar sana. 🥲






































-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

16.2K 1.7K 22
Kisah cinta Jungkook yg menyukai Kim Seokjin murid populer di sekolah jinhit yang sombong dan angkuh.. akankah Jungkook berhasil menaklukkan hati seo...
1.5M 105K 45
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
35.2K 5.2K 60
Kim Seok Jin, seorang pengusaha yang sangat sukses di usia mudanya, ia telah memiliki banyak aset dan menjadi seorang miliarder di usianya yang masih...
978 147 5
my first book.. 🔞🔞🔞 kisah tentang perjalanan kehidupan setelah pernikahan kim seokjin dan jeon jungkook.. top jin bot jungkook start: senin 3 juni...