Hi, Bi!

By laura_febrianty

42 49 0

Ada yang lebih sulit dari sekadar mendapatkan hatinya. Yaitu kembali percaya setelah dibuat kecewa olehnya. V... More

Prolog
01. Perjumpaan
03. Pernyataan Varzo
04. Dia Benaya
05. Heboh
06. Wawan
07. Kita
08. Saudara?
09. Hujan
10. Murid baru
11. Jenguk
12. Siuman
13. Lupa?

02. Awal

7 5 0
By laura_febrianty

Valley duduk di taman yang tak berada jauh dari rumahnya. Sore ini, Valley memilih untuk lari sore di taman, rasanya sudah lama dia tidak berolahraga.

Sebelum mulai, Valley berdiri kemudian melakukan pemanasan. Setelahnya dia berlari mengelilingi taman.

Valley berhenti tepat pada putaran ke-5.

"Lelah sekali." Valley kembali duduk dengan nafas terpenggal-penggal.

Melihat adanya penjual es teh di sebrang, Valley segera pergi kesana.

"Pak, es teh nya satu."

Valley menoleh saat mendengar suara tak asing.

Astaga! Itu Kak Benaya!?

Yang memesan es tadi adalah Benaya. Valley sendiri kaget kenapa bisa bertemu Benaya disini.

Valley terus menatap Benaya. Ingin menyapa tapi takut tak dibalas. Valley memilih untuk melihat saja.

"Dek, beli apa?"

Valley tak menyadari bahwa Benaya telah pergi dari tadi. Menoleh ke belakang, banyak orang yang berdecak kesal karena Valley yang belum kunjung memesan.

"Maaf, Pak. Saya es teh nya satu."

Setelah mendapat pesanan yang di inginkan, Valley memilih untuk berjalan-jalan.

"Aku beli jajan dulu, deh."

Setelah bermenit-menit. Kini, Valley kembali duduk di tempatnya tadi dengan tangan yang penuh dengan plastik makanan.

"Saatnya mukbang." Valley mulai membuka satu persatu bungkus makanan yang dibelinya.

Ada baksor bakar, batagor, martabak, dan crepes.

Valley mengambil bakso bakar yang berwarna merah karna sambal, kemudian memakannya.

"Astaga, ini pedas sekali!" Valley mengusap wajahnya yang penuh keringat.

"Ini."

Selembar tisu disodorkan oleh seorang lelaki yang entah kapan berada di sebelah Valley.

"Terima kasih." Valley mengambil, kemudian mengusap wajahnya menggunakan tisu.

Valley menatap sebentar lelaki di sampingnya itu. Lelaki dengan kulit putih, tinggi, rambutnya pirang, hidungnya Manjung, dengan rahang tegas.

Meminum es teh agar pedasnya sedikit mereda, kemudian Valley berucap, "hai, siapa namamu?"

"Zeerhtac. Panggil saja, Zee."  Zee mengulurkan tangannya, yang di sambut baik oleh Valley.

"Hai, Zee. Aku Valley.

"Hai juga, Valley."

"Emm... Maaf, kamu bukan orang asli Indonesia, ya?" Valley bertanya seperti itu karena perawakan Zeerhtac seperti orang bule.

"Kamu blasteran, ya?" Tanya Valley lagi.

Zeerhtac mengangguk. "Ibuku orang Indonesia asli. Tapi, Ayahku berasal dari Korea."

"Omo! Jinjja?!" Valley heboh, pantas saja lelaki di depannya ini mirip seperti oppa oppa Korea.

"Apakah kamu k-popers?" Tanya Zeerhtac.

"Tidak juga, Zee. Aku hanya suka menonton drama Korea."

"Drama Korea apa saja yang sudah kamu tonton?"

Belum sempat Valley membalas pertanyaan Zeerhtac, handphone yang berada di tas Valley berbunyi. Dengan cepat Valley mengambil handphone, tertera nama Qefra. Valley menekan tombol hijau.

"Halo. Ada apa, Qefra?"

"Ley, datang ke rumahku, ya. Ada yang penting!"

"Sekarang?"

"Tentu, Valley. Tidak mungkin tahun depan, kan."

"Baiklah, aku akan segera kesana."

"Terima kasih, aku tutup teleponnya, bye!"

Setelah mengembalikan handphone nya, Valley kembali menatap Zee.

"Zee, aku harus pergi."

"Begitu, ya? Apakah kamu memiliki sosial media? Aku sangat berharap kita bisa berteman."

"Aku punya." Valley menyodorkan handphonenya yang berisi nickname instagram milik Valley.

"Baiklah, Valley. Hati-hati di jalan, semoga kita bisa bertemu lagi!"

Valley mengangguk singkat.

"Bye!"

***

"Kok bisa begini, sih, Qefra?" Valley menggelengkan kepalanya, heran.

Sekarang Valley sudah berada di rumah Qefra. Baru saja tiba, Valley dibuat terkejut dengan bagian ruang tamu rumah Qefra yang sudah seperti kolam renang.

"Tadi aku mencuci tangan di wastafel," Qefra menunjuk wastafel yang berada tak jauh dari ruang tamu. "Aku lupa mematikan kran airnya. Kemudian tidur di sofa," Qefra menunjuk lagi sofa yang ada di ruang tamu, setengah sofa itu sekarang sudah digenangi air.

"Lalu, saat aku bangun sudah begini, Valley. Aku panik, langsung telepon kamu."

"Ckck, Qefra Qefra... Lain kali jangan begini lagi, ya. Sudah, sekarang ayo kita bersihkan rumahmu sampai kering."

2 jam Valley dan Qefra berkemas hingga rumah Qefra benar-benar kering.

"Terima kasih, Valley. Jika tidak ada kamu, mungkin sekarang aku belum selesai membereskan rumahku ini." Qefra berkata dengan nafas yang masih terpenggal-penggal karena lelah.

"Sama-sama."

"Kamu lapar?" Tanya Qefra.

"Iya."

Qefra beranjak dari sofa tempat nya duduk kemudian masuk ke kamarnya mengambil kunci motor dan hoodie kemudian menghampiri Valley.

"Valley, makan diluar, yuk!"

"Kamu yang bayar."

"Iya, sebagai ucapan terima kasih juga."

Valley langsung berdiri dengan semangat dari duduknya, siapa yang tidak senang makan gratis?

"Ayo, Qefra!"

***

Valley dan Qefra telah sampai di warung makan. Di tempat ini terdapat konsep indoor dan outdoor.

Mereka memilih outdoor karna sekalian melihat-lihat awan malam di langit yang tampak sangat bagus sekarang.

"Kak." Qefra memanggil salah satu waiters.

"Kamu mau apa, Valley?"

"Em... Aku nasi goreng kampung saja, deh."

"Tumben tidak pesan mie?" Heran Qefra.

"Aku sangat lapar. Jadi, harus diisi nasi."

Kemudian Qefra memesan makanan yang sama dengan Valley.

"Valley saat aku telepon tadi sore, kamu sedang dimana?" Tanya Qefra membuka pembicaraan sambil mereka menunggu pesanan datang.

"Tadi aku di taman, lari sore."

"Kamu tidak ajak aku?" Qefra pura-pura merajuk dengan mengerucutkan bibirnya.

"Aku sering ajak kamu. Tapi, kamu selalu ga bisa, alasannya mager."

Qefra hanya cengengesan tidak jelas.

"Oh ya, tadi aku bertemu dengan laki-laki, dia blasteran Indonesia dan Korea. Kalau kamu bertemu dengannya, aku yakin kamu akan sangat senang, Qefra!" Valley dengan semangat menceritakan tentang Zee.

"Sungguh? Astaga, sayang sekali aku tidak ikut, pasti wajahnya seperti oppa-oppa di drama Korea kan, Valley?"

"Iya."

Mereka tak lagi melanjutkan percakapan karena pesanan mereka telah datang.

Continue Reading

You'll Also Like

611K 23.9K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
7M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.3M 224K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 70.2K 32
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...