Rafa

By jeochan_

797K 57.3K 2.1K

[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa ti... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

14

19.5K 1.4K 47
By jeochan_




Clara dan David saling tukar pandang. Bagaimana bisa salah satu keturunan Alarick bisa berada di ruangan ini. Tentu keluarga Alarick begitu disegani di kota ini, keluarga Fernando pun juga berupaya untuk menjalin kerja sama dan menghindari permasalahan yang dapat menyinggung keluarga itu.


"Abang Vano."


Ucapan Rafa mampu membuat Clara dan David bertanya-tanya. Apakah Rafa kenal dengan Vano? Tapi bagaimana bisa.


"Tuan muda Vano."

Ucapan serentak berasal dari kepala sekolah dan Arya. Tidak menyangka dengan kedatangan Vano di sini.

Menghiraukan sapaan dari adik kesayangannya dan ayah dari Rafa . Vano langsung berjalan cepat ke arah Toni, tanpa banyak basa basi, ia langsung mencengkram kuat kerah seragam Toni lalu menyeretnya dari tempat duduknya.

BUGHHH!!

Vano memberikan bogeman mentah ke muka Toni, tak berhenti di situ saja. Saat Toni masih memegang salah satu pipinya yang terkena bogeman mentah, kaki Vano menendang tubuh Toni dengan bertubi-tubi. Tak memberikan kesempatan pada Toni untuk melawan. Ya kalau saja Toni bisa melawan Vano yang kini diselimuti amarah.

"TONI." Teriak Clara dengan histeris melihat anaknya dihajar oleh Vano.

Kepala sekolah langsung menengahi perkelahian itu. Tidak hanya kepala sekolah saja, Arya beserta guru-guru yang lain juga mencoba menenangkan Vano yang sedang emosi.

Untung ada Rafa yang sigap menarik Vano untuk menjauh dari Toni. Mereka tidak punya keberanian untuk menyentuh Vano. Takut Vano tambah ngamuk. Berbeda jika itu Rafa.

"Abang Vano, berhenti. Abang." Lerai Rafa dengan tangan mungilnya menarik-narik tangan kekar abangnya. Mencoba dengan sekuat tenaga untuk menarik abangnya menjauh dari Toni.

Vano menuruti perintah Rafa setelah puas menghajar remaja yang membully adik kesayangannya. Berani dengan Rafa maka itu artinya Toni juga berani padanya.

Clara menghampiri anaknya yang tergeletak di atas lantai dengan tak berdaya, di ikuti oleh suaminya. Kepala sekolah melaporkan tentang kedatangan Vano pada keluarga Alarick. Seperti perintah dari Dirga, jika ada sesuatu yang terjadi, segera lapor kepada mereka.

"Sayang, ya ampun anak mama." Clara membelai wajah anaknya yang penuh lebam. Dihajar sebentar oleh Vano saja keadaan Toni sudah penuh akan lebam, bagaimana nanti jika harus berhadapan langsung dengan semua abangnya Rafa?

"Tuan muda. Tenang." Arya mencoba mencairkan keadaan yang mencekam karena emosi Vano yang sangat mendominasi.

Vano masih menatap tajam Toni yang kini berada dipelukan mamanya. Cih, pengecut. Batin Vano kesal.

"Abang."  Panggil Rafa dengan mendongakkan kepalanya untuk menatap abangnya.

Vano memejamkan matanya sejenak guna meredam emosinya. Dari kemarin ia sangat ingin menghajar Toni, sekarang sudah ia lakukan. Namun tak membuat ia merasa puas, ia malah ingin menghajar Toni lagi.

Setelah merasa emosinya sudah menurun, Vano menundukkan kepalanya. Menatap kedua bola mata Rafa yang memancarkan  ketenangan. Mengelus surai milik adiknya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Tuan muda Vano, bagaimana bisa anda berada di sini?" Tanya David dengan tatapan tidak percaya. Di sampingnya, berdiri istrinya dan juga anaknya dengan keadaan babak belur. Bukannya memarahi Vano karena telah menghajar anaknya, ia lebih bertanya-tanya mengenai hubungan Vano dan keluarga Mahardika. Apalagi Vano yang terkenal dingin dan cuek kini akrab dengan Rafa.

Bisa bahaya jika keluarganya menyinggung keluarga Alarick. Tak pernah terbesit dipikirannya jika Vano akan menghajar anaknya. Jangan sampai membuat masalah dengan salah satu dari keluarga Alarick.

Clara pun cemas, bagaimana bisa Vano anak dari Vania temannya, bisa berada di sini. Dan parahnya sekarang Vano terlihat akrab dengan Rafa.

Sialan. Batin Toni dengan ringisan yang tertahan. Perutnya sakit karena ditendang dengan kuat oleh Vano.

"Siapapun yang mencari masalah  dengan adikku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Camkan itu!" Desis Vano dengan tatapan tajam lurus ke arah Toni.

Semua terkejut dengan ucapan Vano, bahkan kepala sekolah juga. Saat Dirga menyuruh ia untuk melakukan pertemuan ini membuat ia bertanya, apa hubungannya keluarga Alarick dengan masalah ini?

Sepertinya Toni salah lawan. Yang ia pikir Rafa hanya anak yang lemah dan tidak bisa apa-apa, tapi di belakang Rafa ternyata ada pawangnya yang benar-benar menyeramkan jika sedang emosi. Dan Toni sudah merasakan bogeman mentah dari seorang Vano Alarick.

Toni juga mengenalnya, dan tak pernah terbesit dipikirannya jika ia akan dihajar oleh Vano.

Sungguh, ia masih terbayang tatapan emosi Vano yang diberikan padanya. Tendangan-tendangan kuat yang diberikan pada tubuhnya secara brutal. Toni menyesal.

Ia tidak tau jika Rafa mempunyai pawang yang menyeramkan. Belum lagi Vano berasal dari keluarga yang lebih lebih berkuasa dari pada dirinya.

Pasti keluarganya akan memarahinya karena berani mencari gara-gara dengan keluarga Alarick.

Toni tidak tau jika ia tidak hanya menyinggung keluarga Alarick. Tapi juga keluarga Ganendra. Yang sama sama memiliki pengaruh besar di kota ini.


Semangat Toni. Kamu sendiri:)






……….




Di luar ruangan, tepatnya di parkiran. Siswa-siswi ramai melihat jejeran mobil mahal dan jejeran motor sport. Tak itu saja. Di sana ada perkumpulan cowo-cowo ganteng, sudah pasti itu adalah abang-abangnya Rafa. Bagaimana bisa mereka sekarang berada di parkiran sekolah Rafa?

Karena mereka telah diberitahu oleh Vania tentang sesuatu yang telah terjadi. Mereka juga tidak menyangka jika Vano mendahului langkah mereka.

Tak hanya dari keluarga Alarick, keluarga Ganendra pun juga sudah berkumpul bersama keluarga Alarick di sini. Kini mereka sedang menunggu orang tuanya masing-masing di parkiran. Menunggu kedatangan Vania dan Elisa yang merupakan mommy dari Rafa. Tentu keluarga Ganendra tau, karena Vania memberitahu Elisa.

Tak berselang lama, mobil yang ditumpangi Vania dan Elisa datang.

Abang-abangnya Rafa yang tadi menyandarkan tubuhnya ke kendaraannya masing-masing kini mulai menegakkan badannya ketika orang tua mereka datang.

"Kalian datang duluan ternyata." Sapa Vania setelah keluar dari mobil. Di belakangnya ada suaminya yang senantiasa mengikutinya.

"Ayo Vania, kita masuk," ajak Elisa setelah keluar dari mobilnya. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu Rafa. Dan membungkam mulut-mulut para bajingan itu.

Mereka semua mulai beranjak, tapi perkataan dari Dirga membuat abang-abangnya Rafa tidak terima dengan perkataan itu.

"Kalian tetap di sini. Tunggu sampai selesai. Jangan ikut masuk." Perintah Dirga.

Tentu semua abangnya Rafa menampilkan raut muka tidak terima. Hei, mereka sudah di sini. Kenapa tidak boleh masuk? Yang benar saja.

"Kenapa?" Tanya Dean dengan raut muka dinginnya.

"Kami abangnya Rafa juga. Kami berhak ikut campur." Tambah Cakra tidak terima dengan perkataan Dirga.

"Diam. Jika kita ke sana ramai-ramai seperti ini. Masalah tidak akan cepat selesai. Kalian tunggu di sini. Daddy jamin ini tidak akan lama." Jawab Dirga.  Jika semua anaknya ikut masuk ke dalam ruangan itu, apakah permasalahan akan cepat selesai jika emosi anak-anaknya sangat sulit diatur. Lebih baik para orang tua saja yang masuk. Anak-anak biarlah tunggu di parkiran.

"Terserah," ucap Alan dengan ketus. Memilih untuk kembali duduk di atas motornya dan menyibukkan diri dengan handphonenya.

Semua abangnya Rafa tidak mengiyakan perintah Dirga, namun juga tidak menolak. Mereka hanya diam.

Tak mendapat protes lagi dari abang-abangnya Rafa. Para orang tua mulai masuk ke dalam sekolah. Para siswa dan siswi yang ramai karena melihat ketampanan para abangnya Rafa mulai menyingkir, memberi jalan pada Vania dan Elisa.

Guru-guru  tidak mengetahui jika orang yang mereka segani datang ke sekolah ini.

"Selamat datang tuan, nyonya. Suatu kehormatan kalian berkunjung ke sekolah kami," Sapa guru perempuan kepada tuan nyonya Alarick dan Ganendra.

Kapan lagi dua keluarga yang berpengaruh itu berkunjung ke sekolah mereka.

"Di mana ruang kepala sekolah?" Tanya Elisa. Jengah dengan sambutan yang membosankan. Mereka di sini tidak sedang berkunjung untuk menikmati suasana di sekolah ini. Mereka berada di sini karena Rafa.

Guru tersebut langsung mengantarkan mereka ke ruang kepala sekolah.

"Silahkan tuan, nyonya." Guru tersebut mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam ruangan kepala sekolah.

Dirga langsung membuka pintu itu tanpa mengetuk. Dan terpampang Vano yang lengannya digandeng erat oleh Rafa. Di samping Rafa berdiri orang tuanya. Dan ada kepala sekolah dan tiga guru perempuan. Dan tentu David Fernando, pemilik perusahaan yang telah ia buat bangkrut. Di samping David ada istrinya dan seorang remaja yang babak belur.

Sudah jelas jika yang menghajar remaja itu pasti Vano. Dirga yakin itu. Ia sangat mengetahui watak anaknya.

.......


Akan ku usahakan up cepet😇😇😭

Terimakasih yang sudah menunggu cerita ini. Ahahhhaha.

Semangat yang mau ujian🤍🤍🤍

Kiw kiw.

Continue Reading

You'll Also Like

217K 33.1K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
280K 31.9K 42
"Kio gue bentuknya kucing. Sekarang lu kemanain Kio gue?" "Huweee Gazaa.." Cowok mungil itu pun menangis. "Ini Kio, kucingnya Gaza." •﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀...
118K 9.6K 86
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
1.8M 132K 82
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...