Allen meragukan tuduhan-tuduhan yang dia sampaikan terhadap Julia yang diduga menciptakan drama dan memanfaatkan situasinya saat ini.
Sejak tiga minggu yang lalu ketika Julia melahirkan, wanita itu hanya fokus merawat bayinya. Namun, yang mengejutkan, dia tidak pernah sekali pun meminta kepada Allen untuk memperhatikan anak mereka.
Beberapa kali Allen menemukan Julia bersantai sambil menggendong bayinya. Setiap kali Allen datang, Julia langsung berpindah tempat tanpa mengucapkan sepatah kata.
Pada awalnya, Allen merasa lega karena Julia tidak lagi mengungkit mengenai tanggung jawab sebagai orang tua.
Namun, seiring berjalannya waktu, Allen merasa ada yang kurang. Bahkan, dia tidak pernah melihat wajah bayi tersebut lagi. Hanya suara tangisnya yang kadang-kadang terdengar cukup keras, namun hanya sesaat. Julia selalu cepat tanggap dan membawa bayi itu ke dalam kamar.
Finn, bayi yang baru dilahirkan oleh Julia, diberi nama lengkap Finneas Oberyn. Allen merasa tidak begitu marah dengan penggunaan nama belakangnya pada bayi itu.
"Suka banget, pengen gigit," ujar Seren mengecup pipi Finn dengan gemas.
Julia tersenyum kecil sambil mengganti popok Finn yang sudah penuh.
Mereka berada di ruang keluarga, Finn memiliki ayunan elektrik di sana. Menghabiskan waktu bersantai bersama Seren juga Zinnia
Keduanya sangat menyayangi Finn seperti Julia. Terutama Seren, setiap kali Julia atau Zinnia merawat bayi itu, gadis remaja itu selalu memperhatikan.
Saat Julia memindahkan ayunan elektrik ke ruang keluarga, Seren sampai memekik. Dengan begitu, ia lebih mudah mendekati Finn. Karena, di kamar Julia, ia segan bermain dengan bayi itu di ruangan pribadi majikannya.
"Tangan dan kaki Finn gemesin banget," Seren berbaring di samping Finn. "Finn tumbuh cepat ya, Bu? Tiga minggu aja sudah besar seperti ini."
"Iya," jawab Julia.
"Itu sebabnya Ibu sering merasa sakit ya, karena Finn memang besar. Kata mama, nanti Finn orangnya besar dan tinggi seperti Bapak."
Julia tersenyum mengiyakan. Dia sudah selesai mengganti popok Finn. Bayi melirik Seren dengan tatapan polos.
"Ibu, boleh Seren pangku?"
"Iya, tapi hati-hati ya?"
Seren mengangguk dan memeluk Finn dengan lembut. Julia meninggalkan mereka menuju kamar kecil untuk panggilan alam.
"Finn dipeluk kakak," kata Seren, mencoba berkomunikasi dengan Finn. "Tangan Finn harum," lanjutnya sambil mencium tangan Finn.
Bayi itu hanya sedikit bergerak dan menggerakkan kepalanya, sesekali menunjukkan lidahnya. Kadang-kadang tangannya bergerak diiringi dengan napas yang kasar.
Seren sangat menikmati saat bersama bayi itu sehingga tidak menyadari kehadiran Allen. Lelaki itu ragu untuk mendekat jika Julia kembali.
Tapi akhirnya, dia memutuskan untuk mendekat. Dia penasaran ingin melihat Finn. Allen duduk di sofa, dan Seren langsung menoleh ke arahnya.
"Pak," sapa Seren.
Allen diam, terfokus pada bayi yang dipangku Seren. Bayi itu berkembang begitu cepat, bahkan Seren tampak kecil saat memegangnya.
"Pak, Finn cepat besar ya?" ucap Seren mencoba berbasa-basi. "Bapak mau pangku?"
Seren merasa sedikit tidak nyaman karena Allen hanya fokus pada Finn. Dia ingin meletakkan Finn ke ayunan dan beberapa kali menoleh ke pintu, tetapi Julia tidak kunjung datang.
Seren khawatir Allen akan marah melihat Finn. Sejauh ini, dia belum pernah melihat Allen menyentuh atau bermain dengan Finn. Allen sangat membenci Julia dan Finn.
Gadis itu semakin gugup karena Finn tiba-tiba gelisah dan menangis. Dia membelai-belai tubuh Finn sambil menyanyikan lagu pelan.
"Tolong bawa kemari," kata Allen tiba-tiba.
"Hah?" Seren terkejut, tidak mengharapkan reaksi itu dari Allen.
"Saya ingin pangku,"
Seren menggeser posisi dan menyerahkan Finn ke pangkuan Allen. Anehnya, bayi itu berhenti menangis. Seren tidak yakin apakah ini keputusan yang tepat atau tidak, karena Julia selama ini menjaga jarak dengan Allen dan terkesan menyembunyikan Finn dari lelaki itu.
"Finn ngga nangis lagi," ucap Seren antusias. Rasa tidak nyaman sebelumnya tiba-tiba hilang. Dia kagum karena biasanya Julia harus berdiri atau mengayun badannya untuk menenangkan Finn.
Sementara itu, hanya dengan dipeluk saja oleh Allen, Finn langsung tenang.
"Wah, luar biasa! Biasanya Finn harus dibawa jalan dulu sama Ibu biar tenang. Tapi sepertinya dengan Bapak, cukup dipangku aja udah tenang," jelas Seren.
Allen tersenyum kecil saat bertatapan dengan Finn. Bayi itu mengerutkan dahi, merasa asing pada Allen yang tidak pernah dilihatnya.
Lelaki itu memberikan telunjuknya pada Finn. Bayi itu meraih dengan perlahan dan menggenggam erat.
"Pinter Finn pegang jari Bapak," Seren berkomentar dengan antusias. "Dia tenang banget lagi,"
Seren sangat gembira melihat interaksi antara Finn dan Allen. Meskipun tanpa kata-kata, seolah-olah mereka memiliki ikatan batin yang kuat.
"Pak, Seren mau ngambil minuman, Bapak mau minum apa? Teh?"
"Boleh,"
Seren bergegas ke dapur dan menemukan Zinnia sibuk menyiapkan makanan.
Zinnia tidak pernah menuntut Seren untuk selalu membantunya. Pekerjaan rumah masih bisa diselesaikan dengan sendiri terutama memasak, karena sebelumnya Zinnia pernah menjadi pembantu sebelum menikah.
Hal yang sama bagi Allen dan Julia, mereka tidak pernah memaksakan Seren untuk bekerja keras. Gadis itu masih sekolah, dan mereka tidak pernah membebani dirinya.
Di ruang keluarga, Julia terkejut melihat Allen memegang Finn. Jantungnya berdebar kencang, ini pertama kalinya dia melihat pemandangan yang entah mengapa sedikit mengganjal.
Pandangan antara Allen dan Julia saling bertemu. Julia memutuskan untuk mendekat dan mengambil Finn dari pangkuan Allen setelah meletakkan pakaian Finn di atas meja.
Allen hanya diam, membiarkan Julia mengambil alih Finn. Tanpa berkata apa-apa, Julia langsung pergi ke kamar membawa Finn.
Allen merasa sedikit terluka. Dia menundukkan kepala memandang pakaian Finn. Kemudian, Zinnia datang bersama Seren. Mereka terlihat kecewa karena Julia tidak jadi mandikan Finn di ruang tamu.
Mereka sadar bahwa hubungan antara Julia dan Allen semakin memburuk. Terlebih lagi, Julia tampaknya tidak mau lagi mendekati Allen, sementara Allen hanya diam dan cenderung marah jika diusik oleh istrinya.
Seren meletakkan segelas teh di atas meja dan mengambil pakaian Finn. Gadis itu bersama ibunya menuju kamar Julia meninggalkan Allen terdiam.
Julia dengan hati-hati melepaskan pakaian Finn sambil menciuminya dengan lembut.
Zinnia menaruh bak mandi di atas meja. Biasanya mereka memandikan Finn di kamar mandi, tetapi kali ini ingin melakukannya di ruang keluarga. Namun, kehadiran Allen menggagalkan rencana itu, akhirnya Finn mandi di kamar Julia.
"Maaf, Bu," ucap Zinnia sambil meraih Finn dari Julia.
Zinnia sering kali membantu memandikan Finn, bergantian dengan Julia. Sementara Seren memperhatikan dengan seksama. Kadang-kadang ia memegang tangan Finn dan menciumnya lembut.
"Yuk, mandi dulu," ajak Zinnia dengan semangat.
"Pakai sabun," tambah Seren.
Julia tersenyum melihat adegan tersebut dari sisi ranjang. Dia sudah menyiapkan pakaian dan wewangian untuk Finn.
"Tadi Finn menangis, tapi begitu Pak Allen memeluknya, langsung tenang," kata Seren dengan gemas.
"Tentu dong, dipeluk sama papanya, kan," jelas Zinnia.
"Kalau sama Ibu, biasanya harus digendong dulu, ditepuk-tepuk baru deh tenang. Finn pilih kasih ya?" canda Seren.
Zinnia hanya tertawa dan melanjutkan menggosok lembut badan Finn. Finn merengek, tapi Zinnia langsung menghiburnya dengan lembut.
"Oh, sayang, sayang."
"Kulit Finn lembut banget," puji Seren pada bayi itu.
"Sudah selesai mandi," kata Zinnia sambil memindahkan Finn ke atas ranjang yang sudah dilapisi dengan handuk lembut.
Seren juga ikut berpindah ke samping Finn, membantu mengeringkan badannya yang bergerak-gerak menggemaskan. Mereka bertiga tersenyum bahagia pada bayi itu.
"Terima kasih, Mbak," ucap Julia saat Zinnia hendak membawa bak bekas tempat mandi keluar.
"Sama-sama, Bu," jawab Zinnia.
Seren membantu Julia dengan sigap, mengambil pakaian dan wewangian dengan urutan yang tepat.
"Finn harum banget," gumam Seren.
Julia merasa penasaran dengan tindakan tiba-tiba Allen yang memeluk Finn. Dia bertanya pada Seren dengan hati-hati.
"Tadi gimana Bapak bisa gendong Finn?"
Seren menjawab dengan antusias, "Awalnya Seren tawarin, terus Finn nangis. Bapak minta mau pangku Finn." jelasnya tanpa menyembunyikan apapun.
Julia mengangguk pelan. Dia tidak menyangka bahwa Allen akan bersedia menyentuh Finn.
"Bu, boleh Seren gendong Finn lagi?" tanya Seren dengan senang.
"Iya," Julia tidak pernah melarang Seren atau Zinnia untuk berinteraksi dengan Finn.
***
Jakarta, 21 November 2023