4. Pair a Dice GxG (END)

By ArungLembayung

2.9K 236 0

18+ Percaya pada takdir adalah pasrah. Berjuang merubah nasib adalah tidak tahu diri. Hidup si kembar Dice... More

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

1

564 12 0
By ArungLembayung

1

"Apa kalian yakin ini arah yang benar?" Hera Dice berjalan dengan kaki yang tidak terangkat sepenuhnya. Suara terseok dari sepatu ketsnya terdengar terlalu dominan dibanding tiga pasang kaki lainnya.

"Tentu. Dua minggu lalu kami ke sini," kata Misca Blake menenangkan. "Dan dua minggu sebelum dua minggu yang lalu. Pertama kali datang, aku sama groginya sepertimu. Tapi, percayalah pada kami. Kami tidak punya rencana membunuhmu di sini, kecuali nanti kalau—"

"Hush!" Carol Sue, perempuan berkulit terang dan bermata sipit yang memimpin perjalanan mereka sudah cukup lelah mendengar semua hal yang tidak penting yang bisa diobrolkan teman-temannya menengenai ini.

Sedari awal Brian dan Misca ingin selalu menyimpan rahasia ini dari Hera. Tapi Carol Sue tidak mau tahu. Bagaimana pun mengerikannya, kejujuran penting baginya. Apalagi kalau sudah menyangkut Hana Dice.

Perdebatan itu terjadi beberapa hari lalu di antara ketiganya.

"Apa jadinya kalau Hera tahu tentang hal ini?" Misca bertanya dengan wajah yang ngeri.

"Aku tidak bisa membayangkan kalau perang tiba-tiba mendarat di dalam kelompok kita. Bagaimana jika Hera dan Hana bertengkar hebat lagi?" Brian mengutarakan hal yang kurang lebih sama seperti Misca.

"Kalau soal itu, kita tidak perlu mencari bahan buat mereka. Kembar Dice bertengkar setiap saat." Carol berkomentar sambil mencoba mempertahankan pendapatnya.

Sepertinya hidup sebagai saudara kembar dalam keluarga Dice yang penuh konflik sudah cukup memusingkan. Belum lagi masalah yang dibikin Hera sehingga Hana harus pindah ke sekolah negeri bersama anak-anak miskin yang tak jelas latar belakangnya.

"Sebenarnya kalian mau bawa aku ke mana, sih?" Hera punya phobia yang tak beralasan terhadap gelap. Itu kenapa ia selalu jadi orang pertama yang memilih tempat nongkrong dibanding tiga orang lainnya yang kadang bertingkah seperti anak kuliahan yang kurang kerjaan. Di luar bahwa keluarga Dice lebih kaya dari yang lain—sehingga seolah pendapatnya lebih diprioritaskan.

"Ikut saja, kamu tidak akan menyesal." Misca mulai lagi.

"Bagaimana dengan Hana? Apa kita akan meninggalkannya begitu saja?" Hera merasa tidak enak. Kadang ia pikir kalau seringkali sebagai seorang kakak dia selalu bertindak tidak adil dan meninggalkan Hana sendiri saat yang lain bersenang-senang. Berhubung semua orang dalam kelompok mereka lebih dulu menjadi temannya sebelum menjadi teman Hana.

"Nah itu dia." Brian Doe baru buka suara.

"Kalian membawaku ke hotel terbengkalai ini untuk—apa Hana baik-baik saja?" Hera merasakan jantungnya mulai berdegup dengan ritme yang tak keruan. "Sepertinya kalau kalian tidak bisa memberitahuku secepatnya, aku akan berbalik dan pulang saja."

"Coba saja... Kamu 'kan takut gelap." Brian Doe, menepuk bahu Hera. Jadi sepupu dari si kembar Dice membuatnya merasa tahu lebih banyak dari dua orang lainnya.

"Aku cuma butuh tahu kalau..."

"Nyawa adikmu baik-baik saja?" Misca senang bicara ngawur.

Carol sudah akan mengetuk kepala gadis itu dengan senter SWAT ketika Misca yang ketakutan bicara lagi. "Ada hal yang kami pikir harus kamu ketahui dari adikmu itu."

"Dia terlibat bisnis perdagangan manusia?"

"Tidak." Cepat-cepat Carol menjawab.

"Tapi bisa dikatakan mirip seperti itu." Misca menambahi lagi.

"Oh, baiklah, itu membuatku lebih tenang." Hera mulai berimajenasi soal itu.

"Kupikir kita harus menyelamatkannya." Carol merasa bersalah.

"Hah? Tidak perlu. Itu 'kan pilihannya." Hera menghormati ide gila tentang Hana yang terlibat dalam bisnis gelap semacam itu. "Dia tidak pernah kurang uang, aku yakin itu masalah kepuasan saja."

"Ya ampun, Hera..." Tiga orang lain bicara bersamaan—kini berusaha membuat Hera diam.

Hera mengangkat bahu ketika Carol berhenti melangkah, berbalik dan memandangnya dengan tatapan serius. "Apa pun yang kamu lihat di dalam, tolong jangan panik. Jangan bertindak ceroboh."

Kemudian Brian membantu Carol mendorong pintu besar hitam di depan mereka dengan kedua tangannya. Seorang lain berpakaian hitam-hitam berdiri di depan pintu yang lain. Badannya terlalu besar untuk disebut hantu, jika merujuk pada film-film horor bikinan Holiwood. Jadi mungkin saja dia adalah seorang petugas keamanan. Tapi entah untuk apa. Dan petugas keamanan mungkin sesuatu yang lebih jelas menggambarkan raut muka seram miliknya.

"Kami dari keluarga Doe, Sue, Blake dan Dice." Brian menyebut nama keluarga mereka sambil menunjuk temannya satu persatu di depan lelaki itu.

Setelah mendengar barisan nama tersebut wajah lelaki itu mengendur. Sambil membuka pintu di belakangnya ia berkata, "Selamat menikmati." Ia tersenyum, terutama ketika Carol menyelipkan selembar lagi uang di kantong vest-nya.

Sambil masih diganggu pertanyaan-pertanyaan distingtif di kepalanya, Hera mengikuti teman-temannya. Ruangan itu cukup besar dan penuh penonton. Semua tampak rapi dengan jas dan gaun. Masing-masing memegang gelas kaca berisi minuman yang namanya dapat ditebak dari warnanya dan cara penyajiannya. Mereka duduk berjajar seperti dalam arena pertunjukan.

Hera menyipitkan matanya untuk meneliti bagian lain. Sebuah arena berbentuk persegi berada tepat di tengah bawah semua tempat duduk. Menjadi pusat perhatian yang sebenarnya. Bagian pinggir kotak diberi tali karet besar seperti arena tinju.

Semenit setelah mereka duduk, seorang lelaki dengan mulut yang cerewet bicara di dalam kotak tersebut, memperkenalkan siapa yang akan bertarung malam ini. Dan dengan nilai berapa pertaruhan akan dimulai.

"MALAM INI KITA SEMUA AKAN MELIHAT PERTARUNGAN ANTARA DUA ORANG PEREMPUAN YANG TIDAK BISA DIREMEHKAN LAGI KEMAMPUANNYA. DI SUDUT BIRU... KARMA! PENANTANG DARI BALAI PELATIHAN PEREMPUAN SANTA CARLA. DAN DI SUDUT MERAH... HANA! JUARA BERTAHAN DARI PERTARUNGAN BABAK LALU..."

Hera sudah akan pingsan ketika nama adiknya diteriakkan. Kemudian setelahnya Hana memasuki kotak seluas lima kali lima meter tersebut. Dengan celana pendek olahraga berwarna hitam.

Ia tidak ingin mengakui kalau saudara kembarnya itu nampak semakin seksi saat mengenakan jubah tinju berwarna merah berkilat. Ia jadi seperti membayangkan dirinya sendiri.

"Ini dia yang mesti kamu lihat," ujar Carol setengah berteriak karena keadaan yang mulai ramai.

"Hana Dice adalah seorang petarung bebas di malam hari." Misca menimpali.

Hera tidak yakin terhadap perasaannya, tapi ia menyesal dibawa kemari.

"Aku akan menghentikannya sebelum dia mati." Hera bangun tiba-tiba dari tempatnya duduk. Tapi jelas, teman-temannya tak akan membiarkan itu terjadi. Nama baik orangtua mereka akan dipertaruhkan kalau sampai ada yang melihat mereka di sini.

"Kita akan menemuinya setelah ini selesai. Tidak di sini. Tidak di depan orang-orang ini." Carol menimpali.

"Aku akan menendang kepalanya. Apa yang dia pikirkan? Ya ampun!" Hera cemas sendiri.

"Oh, tolong jangan melakukan itu. Kamu benar-benar harus melihat potensi terpendam dari adik kembarmu yang pemalu itu."

"Tapi dia akan bikin malu keluargaku!" Hera hampir berteriak.

"Kalau dia kalah," kata Brian yang setuju pada Misca. "Sekarang duduk dan nikmati. Oya, mau taruhan berapa?"

Seperti biasa, seperti yang sebelumnya, kelompok remaja ini tidak akan menyiakan kesempatan mereka untuk bertaruh satu sama lain. Mereka melakukan taruhan di mana pun dan nyaris untuk semua hal.

Sementara orang lain sibuk mengulur-ulurkan kekayaan milik mereka dan memasang taruhan, Hana menyisir bangku penonton dari arena tarung tempatnya berdiri.

Matanya cukup awas terhadap apa pun yang di depannya. Ia nyaris bisa menyimak dalam seratus delapan puluh derajat luas pandang matanya. Jadi ia bisa menghindari semua serangan lawannya sambil memastikan di mana gadis pramusaji bernama Hope sedang menontonnya.

Sayangnya, bukan gadis itu yang menatapnya balik. Tapi Hera. Hera Dice! Kakak kembarnya! Lengkap dengan tiga sekutu yang lain.

Cukup lama si kembar Dice bertatapan sehingga satu pukulan saja bisa membuat Hana limbung dan menjadi pecundang hingga akhir pertarungan.


Continue Reading

You'll Also Like

47.2K 2.8K 31
SMA, masa dimana Biru menemukan jati dirinya sekaligus cinta pertamanya. Cinta yang sulit, cinta yang masih Ia simpan sampai saat ini.. BTW, ini ceri...
704K 3K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. 🔛🔝 my storys by m...
ADARA By S

Romance

268K 20.2K 46
Apa yang akan Adara lakukan untuk menemukan cinta yang dia inginkan? Sementara dirinya sendiri tidak bisa menentukan sikap. Siapa yang akhirnya dia...
4M 30.3K 34
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!