Tergenggam dalam Nyaris | ✓

By Crowdstroia

146K 17.9K 1.6K

Gautama Farhandi adalah pengacara untuk organisasi bisnis pasar gelap bernama "Balwana". Suatu hari, dia mene... More

PEMBUKA
1 || and, she eats
2 || and, she wakes (1)
3 || and, she wakes (2)
4 || and, he discloses
5 || and, she fought (1)
6 || and, she fought (2)
7 || and, he accepts (1)
8 || and, he accepts (2)
9 || and, he looks
10 || and, she took his hands
11 || and, they take pictures
12 || and, they take pictures (2)
13 || and, they visit their house
14 || and, they clean their pool
15 || and, she helps him doing plank
16 || and, they eat dinner together
17 || and, she goes with her friend
18 || and, she swims
19 || and, she meets the neighbors
20 || and, they go to a party
22 || and, they confess [END]

21 || and, they attend their daily meeting

4.3K 550 32
By Crowdstroia

| 21 |

and,they attend their daily meeting 



TELEPON KONFERENSI PAGI ini dibuka dengan panggilan video dari Snow. Bening masih belum turun ke lantai dasar. Mungkin dia ketiduran, dan Tama tak merasa harus membangunkannya. Jadi Tama menyuruh Soma mengambil paket sarapan dan makan siang dari kantin markas untuk dibawa ke sini.

"Gimana rasanya nikah?" Tanpa harus melihat, Tama bisa merasakan Snow sedang tersenyum lebar di seberang sambungan video. "Nggak nyesel kan lo nerima peran suami ini? Daripada gue yang ada di posisi lo?"

Bayangan Snow yang bermesraan dengan Bening sudah cukup untuk membuat Tama mual. "Ya, kamu menang, Snow. Happy?"

"Yeah, it's fun messing with you." Snow tak menyembunyikan kesenangannya. "Lo berdua udah lakuin?"

"Lakuin apa?"

"Seks? Kalian tinggal serumah berhari-hari."

Tama tak jadi menyesap tehnya. "Ada Mia dan Soma juga di rumah, kalau-kalau kamu lupa."

"Soma cuma ada di sana dari pagi sampai sore. Sedangkan kamar Mia ada di lantai bawah. You have the second floor all to yourself. Nobody's fooling anyone. Semua orang juga tahu kalian nggak mungkin bisa jaga profesionalitas ke satu sama lain."

Tama menyipit. "That sounds wrong."

Snow mengangkat bahu. "Ezki bilang, kalau lo mau bercinta sama istri lo, jangan pakai kondom."

Tama membeliak. "Aku nggak berencana punya anak dulu."

"Iya, tapi kata Ezki, lo—atau tepatnya kita para mutan pria—nggak akan bisa punya anak dalam beberapa bulan setelah melakukan seks pertama sama belahan jiwa kita. Butuh waktu bagi mereka untuk bisa dibuahi oleh sperma mutan Meliora. Karena itulah Ezki bilang jangan pakai kondom. Karena tubuh belahan jiwa yang kompatibel sama kita pun bakal butuh waktu lebih dari enam bulan untuk terbiasa, sampai akhirnya siap dibuahi."

Tama kembali diingatkan alasan kenapa dia menjadi mutan. "Itu bukan keputusan Ezki. Pakai kondom atau enggak itu keputusan yang akan aku berikan ke Bening. Mengingat sejarah dia disekap, aku yakin dia lebih mau pasangannya sadar diri dan pakai pengaman."

"Hah? Kan lo bisa jelasin ke dia kalau mutan pria butuh belahan jiwanya buat—" Snow seketika berhenti dan membeliak. "Wait, you haven't told her?"

Tama bersyukur dia mengenakan earbuds untuk panggilan video ini, jadi tak ada yang bisa mendengar Snow. "You know why."

"Tapi, gimana kalau dia malah tahu dari orang lain? Don't make the same mistake as me."

Tama tahu, Snow sangat menyesali perbuatannya di masa lalu yang tak pernah memberi tahu kepada Bells bahwa sebenarnya, wanita itu adalah belahan jiwanya. Tapi alasan Snow itu karena kepengecutan; pria itu tak berani mengungkapkan perasaannya kepada Bells. Sedangkan alasan yang Tama miliki jelas jauh lebih baik daripada itu.

"Aku melakukan ini buat Bening," ujar Tama. "Dia belum pernah menjalin hubungan romansa dengan lelaki lain setelah disekap Nicholas. Lelaki yang normal, yang pekerjaannya normal dengan moralitas wajar. Begitu dia lepas dari Nicholas, kehidupan pertama yang dia jalani justru adalah kehidupan yang membukanya ke dunia gelap Balwana."

"Tam, lo...." Snow terdiam, memejamkan mata, lalu menghela napas. "Mending lo jujur ke diri lo sendiri. Lo lakuin ini buat kebaikan Bening, atau buat lo? Lo sendiri bilang bahwa lo nggak mau Bening memilih lo hanya karena terpaksa, merasa bertanggung jawab, atau merasa bahwa perpanjangan usia lo adalah kewajiban dia. Itu artinya lo mau dia memilih lo karena dia emang cinta sama lo." Snow mengernyit jengkel. "Lo pikir gue nggak mikir hal yang sama buat Bells? We are selfish prick. Of course we want them to choose us for us, not for duty or responsibility."

Tama mengeraskan rahang. Apa dia memang seegois itu? Namun, keputusannya beralasan. "I will do what I think is best."

"Fine. Suit yourself." Snow menyesap kopinya. "Gimana kabar pestanya?"

"Aku udah menanamkan kamera dan penyadap di sekitar rumah Ismael. Ario sedang mempelajari mereka dari situ. Satu hal yang paling mengejutkan adalah kehadiran Sigit, alias Owl, yang merupakan bos Nicholas."

"Hah?" Snow mendelik. "Kenapa bos Nicholas ada di situ?"

"Itu yang sedang kami cari tahu. Nanti aku bakal nemuin Nicholas untuk interogasi. Dan di rumah Ismael, di lemari berisi penghargaan dia, ada organisasi yang mencurigakan bernama Unitum. Kamu tahu soal organisasi ini di JavaMedica?"

"Belum ada laporan soal itu. Dua peneliti yang berhasil masuk masih belum membeli laporan lagi sejak kemarin. Nanti akan gue tanyakan ke mereka. Sama ini, gue udah kirim video-video rekaman anak buah gue di JavaMedica. Bilang ke Bening buat cek semua videonya, cari apakah ada orang yang dia kenali dari rekaman video itu."

"Oke, akan kukasih videonya ke Bening. Laporan lengkap nanti akan kubahas setelah aku rapat sama yang lain."

"Jam sepuluh?"

"Iya."

"Alright. See you later."

Panggilan video itu pun berakhir. Tama mendengar suara langkah Mia dan Soma yang membawakan sarapan. Bening turun tak lama kemudian, langsung meminta maaf karena dia telat bangun.

"Nggak apa-apa. Ayo sarapan dulu," ujar Tama menggeser sekotak makanan kepada Bening.

"Aku masih belum mau makan berat. Ini kumakan pas siang aja ya," ujar Bening. Dia membuka kulkas untuk mengambil kotak berisi potongan buah ke meja makan.

Tama membuat panggilan kepada Ario lewat laptopnya, melepas earbuds dan membuat mode suara terdengar tanpa perangkat. Soma datang dan ikut sarapan bersama di meja makan. Begitu panggilan tersambung, Tama langsung bertanya, "Ario? Keadaan di tempatmu baik-baik aja?"

"Baik, Mas. Koneksi semua masih lancar," jawab Ario.

"Udah ada informasi baru tentang kakek Ismael?"

"Belum, Mas. Maaf. Untuk informasi ini, saya butuh informasi juga dari tim kita di JavaMedica."

"Bisa coba cek perusahaan lain yang pernah dan sedang bekerja sama dengan mereka?"

"Sudah, Mas. Saya kirim daftarnya ke email Mas Tama."

"Oke." Tama membuka surelnya dan mengirim video yang dikirim Snow ke surel Bening. "Bening, tolong buka email kamu nanti. Instruksi yang harus kamu lakukan sudah ada di sana. Saya minta laporannya malam ini. Lebih cepat lebih baik."

"Siap," jawab Bening. "Apa kamu mau dengar laporan dari pesta kemarin?"

"Ya, dimulai dari kamu."

Bening membuka catatannya. "Kemarin, Ishtar menjawab soal lemari berisi penghargaan di rumahnya. Aku tanya ke dia soal Unitum, dan kata dia, Unitum adalah organisasi di dalam JavaMedica, seperti sebuah klub dalam kantor. Unitum berfokus pada topik mutasi genetik, dan organisasi ini suka memberikan penghargaan bagi para anggota yang mengukir prestasi, salah satunya adalah Ismael. Aku sempat cek ke internet tadi malam, dan ketemu akun Unitum di Instagram, akunnya sudah lama nggak aktif."

"Kamu yakin itu akun Unitum asli?"

"Yakin. Aku cek followers-nya dan ada Ismael di sana. Kayaknya, Ismael ini cukup terbuka orangnya." Bening menunjukkan akun Instagram Ismael yang tidak diprivasi. "Ini postingan dia tentang Unitum."

Tama mengecek postingan itu, hanya postingan berisi foto Ismael dan beberapa anggota Unitum lain. Dia lalu meminta Ario untuk mulai mencari tahu soal Unitum.

"Ishtar sepertinya juga seorang peneliti dan anggota Unitum," ujar Bening, menambahi. "Tapi dia keluar untuk membuka bisnis. Aku melihat ada dua penghargaan untuk Ishtar dari Unitum."

"Saya juga lihat itu," ujar Tama. "Nanti akan saya pelajari lagi. Apa ada lagi yang mau kamu laporkan?"

"Ishtar dulu adalah peneliti, lalu sekarang menjadi pebisnis. Mungkin dia dulunya adalah anggota Unitum."

"Sebentar," ujar Tama, membuka pesan baru yang muncul di ponselnya. "Ada pesan dari Ishtar."

"Ishtar hubungin kamu?" tanya Bening. "Dia ngomong apa?"

Tama menunjukkan isi pesan Ishtar kepada Bening dan yang lain.

Hai, Tama. Ini Ishtar.
Kudengar dari Dhyan,
kamu kerja jd pengacara.
Boleh ketemu buat bahas sesuatu?

Bening menahan rasa tak nyaman di dadanya melihat pesan itu. Dia tahu, bisa jadi Ishtar memang hanya akan membahas soal kasus yang butuh jasa Tama. Namun mengingat suami Dhyan pernah digoda oleh Ishtar, Bening tak kuasa merasa khawatir dan ... cemburu.

Bening menarik napas. Dia tak ada hak untuk cemburu. Dia bahkan bukan kekasih Tama. Hanya istri palsunya.

"Dari mana dia dapet nomor Mas Tama?" tanya Soma. Tapi Tama terlihat bingung.

Bening menjawab, "Kayaknya Ishtar dapat nomornya dari Leoni. Tama memang suruh aku kasih nomornya ke Leoni, buat jaga-jaga semisal ada apa-apa sama aku."

"Ah, benar." Tama mengecek pesan lain. Sudah ada pesan dari Leoni sebelum Ishtar mengirim pesannya. "Leoni bilang, dia kasih nomor saya ke Ishtar karena Ishtar butuh saran hukum pengacara."

"Apa menurut Mas Tama, dia butuh jasa pengacara?" tanya Mia. "Agak mencurigakan karena dia minta tolong ke orang yang baru dia kenal. Orang sekaya-raya dia harusnya udah punya pengacara sendiri yang lebih kondang dalam memenangkan kasus."

"Betul," ujar Tama, mengetik balasan untuk pesan Ishtar. "Tapi, kita nggak pernah tahu sebelum bertanya."

Soma menambahi, "Mas Tama bakal langsung nanya kenapa dia milih Mas Tama?"

"Enggak, nggak langsung," ujar Tama. "Saya mau dengar dulu apa yang dia butuhkan. Dari situ, saya baru mulai memancing informasi."

Mia lalu melapor soal Suniarsih dan Hasanah. "Berdasarkan cerita-cerita Hasanah, Leoni dan Hansel memang pasutri harmonis. Berantem beberapa kali, tapi selalu bisa baikan besoknya. Nggak ada yang mencurigakan juga dari Hansel," ujar Mia. "Dan sepertinya, Hansel bukan anggota Unitum. Tapi dugaan saya, dia mungkin diprospek sebagai anggota."

"Bisa jadi," ujar Tama. "Gimana dengan Suniarsih dan ART Ishtar?"

"Masih belum banyak yang bisa digali, Mas," ujar Mia. "Saya belum bisa bertemu ART Ishtar."

"Biar itu jadi tugas saya," ujar Soma. "Kebetulan salah satu anak buah kita ada yang jadi tukang siomay yang bisa melewati Blok-A."

Rapat berlanjut hingga Soma dan Mia selesai dengan laporan masing-masing. Tak banyak yang bisa dilaporkan, karena mereka pun masih dalam tahap awal mengakrabi orang-orang di sekitar Ismael dan Ishtar.

Lamanya informasi bisa didapat membuat Bening makin paham mengapa operasi ini memiliki durasi yang lama. Sebab tak mudah untuk menggali informasi dengan halus tanpa terdeteksi. Tak semua manusia bisa semudah itu membuka diri kepada orang baru. Butuh waktu dan usaha untuk melepas selapis demi selapis pertahanan mereka. Dan itulah yang perlu mereka lakukan: menjalin keakraban agar target mereka menurunkan pertahanan. Mereka akan mudah untuk menggali informasi dari situ.

Mereka berbincang lagi perihal rencana dan penempatan para penyusup Balwana di sekitar Swarga Elok. Tak lama setelah itu, Tama mengakhiri rapat, lalu sarapan bersama. Ketika sudah dibubarkan, dia membiarkan Mia dan Soma pergi, tapi menahan Bening pergi untuk memberikan sesuatu.

"Kamu kalau keluar, selalu pakai ini ya. Ini alat penyadap buat mendengarkan isi percakapanmu sama orang lain." Tama memberikan sebuah rekorder kecil yang bisa diselipkan ke keliman baju. Bentuknya seperti bros.

"Oke." Bening menyimpan alat itu di sakunya. "Apa ada lagi yang kamu butuhkan?"

"Enggak. Hari ini kegiatanmu apa?"

"Ngecek video-video dari kamu sebelum latihan tembak nanti siang."

Tama terlihat puas. "Oke. Nanti saya tunggu laporannya. Kalau butuh sesuatu, saya ada di ruang kerja."

Tetapi sebelum Tama pergi, Bening mencegatnya, "Ehh, Tama...."

"Ya?"

"Itu, tentang tadi malam...."

"Kenapa?"

"Itu ... uhm ... maaf karena udah berpakaian kurang sopan sebelum ketemu kamu di ruang kerja. Aku lalai untuk mengecek kepantasan pakaianku dulu." Bening menunduk. "I am sorry for flashing boobs in front of you."

Tama membeliak, lalu tertawa panjang. "Kamu nggak perlu minta maaf untuk hal itu. Saya anggap itu sebagai rezeki anak soleh."

"Hah?" Bening tak percaya Tama baru saja menanggapi seperti itu. "Apa?"

"Bercanda, bercanda." Tama mengibas tangan, tetapi senyum tak juga turun dari wajahnya. "Tapi, saya nggak merasa kamu perlu minta maaf. They look pretty after all."

"They?"

"Your boobs—sorry, I shouldn't say that." Tama mengulum bibir dan memejamkan mata, lalu menghela napas. "Why is it so tempting to tease you like this?"

"Jangan godain aku kayak gitu," ujar Bening. "Nggak sopan."

Tama langsung tersadar. Dia pun menghadap Bening dan menundukkan kepalanya. "Maaf. Maaf karena udah nggak sopan."

Bening tak bisa menahan senyum. Tama bahkan masih menundukkan kepala sampai ucapannya selesai. Ini pertama kalinya Bening merasa pria itu terlihat menggemaskan. "Bagus kalau kamu sadar. Katamu, kamu merasa hubungan profesional dan personal nggak seharusnya dicampur? Buktiin ucapanmu."

Meski dia memiliki ketertarikan seksual kepada Tama, bukan berarti dia ingin mendengar Tama berkomentar secara seksual tentang tubuhnya dengan bebas. Mereka belum memiliki kesepakatan personal diluar pekerjaan. Tama harus mehamami batasannya. Dan Bening tak masalah untuk mengingatkan pria itu jika dia sudah mulai melewati batas.

Bening keluar dari dapur sambil membawa sarapan dan minumannya ke atas. Hari ini adalah jadwal Bening latihan tembak di markas Balwana. Dia akan mengunduh video-video yang dikirim Tama sebelum berangkat ke markas nanti siang.

Setelah masuk kamar, Bening membuka surel dari Tama dan membaca instruksinya. Durasi videonya sangat lama. Jadi Bening menunggu sambil mengerjakan hal lain, seperti mengirim pesan kepada Ishtar bahwa dia bisa makan siang besok, lusa, atau akhir pekan. Sebenarnya dia menekan rasa tak nyaman mengingat Ishtar mengirim pesan kepada Tama. Bisa saja dia mengangkat topik itu. Tapi, sepertinya misi mereka akan lebih lancar jika Tama terlihat menyembunyikan kedekatannya dengan wanita selain istrinya di mata Ishtar. Dengan demikian, Ishtar akan lebih tertarik dengan Tama.

Ingat, Bening, harus memisahkan perasaan personal dengan pekerjaan, Bening membatin. Sebab dia tak berhak menyatakan kecemburuan selama mereka tak memiliki status sebagai kekasih. Segala rasa tak nyaman atau cemburu yang dia rasakan kepada wanita lain itu harus dia telan sendiri.

Bening memilih untuk fokus pada pekerjaan. Dia membuka akun Ismael serta mencari akun Ishtar. Begitu video-video yang harus dia cek sudah selesai diunduh, dia segera memasang earbuds untuk mendengarkan suara di video. Setelah menonton beberapa video, dia mencatat sosok yang mencurigakan dan pada detik ke berapa dia melihatnya. Ada sosok tinggi dan buncit yang dia kenali. Saat mendengar suaranya, tubuh Bening merinding oleh ingatan masa lalu. Dia memang bisa jadi salah, tapi perasaannya mengatakan bahwa inilah orangnya.

Setelah hampir dua jam mengecek semua video, Bening pun mendatangi Tama di ruang kerja pria itu.


***


Usai menyelesaikan beberapa urusan di ruang kerjanya, Tama kembali rapat dengan Snow. Pria berambut putih itu sudah memiliki beberapa informasi baru untuk disampaikan.

"Naresh kasih info bahwa ada seorang mantan anggota Unitum yang masih kerja di JavaMedica," ujar Snow, menyebut nama Ketua Tim Penyidik dalam Operasi Penyusupan JavaMedica. "Namanya Wibowo. Berdasarkan pengamatan anak buah gue, dia ini pendiam. Dia beda divisi sama anak-anak buah gue, tapi mereka udah siapin rencana untuk mendekati Wibowo."

"Oke. Kutunggu laporan kelanjutannya nanti malam."

"Bening udah lo suruh cek video yang gue kirim?"

"Udah." Tama mendengar suara ketukan pintu, lalu dia berkata, "Sebentar dulu."

Saat Tama membuka pintunya, sosok Bening terlihat menunggu sambil membawa ponsel. Wanita itu berkata, "Apa kamu lagi sibuk? Aku baru aja selesai nonton videonya dan ada yang harus kusampaikan."

"Silakan masuk." Tama mundur dan melebarkan pintunya. "Kebetulan, saya lagi rapat sama Snow."

"Eh? Maaf ganggu."

"Nggak apa-apa. Snow juga lagi tanyain soal video itu. Kamu kasih laporan ke kami langsung aja, ya." Tama menarik sebuah kursi empuk ke sebelah kursi kerjanya, agar Bening bisa duduk di situ. "Silakan duduk."

Bening mengikuti arahan, lalu menyapa Snow di layar komputer. Tama baru saja duduk ketika melihat senyum Snow yang penuh arti. Matanya memicing. Jika pria itu hendak mengatakan hal-hal konyol, Tama akan membalasnya.

"Kalian berdua kelihatan serasi," Snow berkomentar. "Emang udah cocok jadi pasutri di perumahan elit."

Lihat, kan? Dugaan Tama tidak meleset. Dia menatap Snow dengan agak sengit sambil berkata, "Bening baru selesai mengecek video itu dan ada hal penting yang ingin dia sampaikan."

"Alright, back to business." Snow segera memajukan tubuh. "Apa yang lo temuin?"

Bening segera membuka kunci layar ponselnya. "Aku nemuin sosok yang mirip sekali dengan bos Nicholas. Aku yakin delapan puluh persen, itu orangnya."

"Bos Nicholas? Yang pake alias itu?"

"Iya, ini kayaknya Lion." Bening mengirimkan catatannya kepada Tama. "Aku udah kirim catatan berisi detik-detik aku melihat sosok Lion."

"Putar langsung videonya. Tunjukkin ke kami."

Tama membuka video yang dikirim Snow, lalu menggeser waktu pemutaran ke detik sesuai catatan Bening. Dari video itu, mereka melihat sosok pria bertubuh tinggi dan buncit yang mengenakan masker. Video ini adalah rekaman kamera kecil dari Tim Penyusup di JavaMedica. Dan pria yang dicurigai sebagai Lion ini hanya muncul dua kali

Bening berkata, "Aku ingat dulu Lion itu jarang bicara saat sama Nicholas. Sekalinya bicara, dia bicara soal film The Dark Knight. Dia cadel, dan lebih sering makan snack ketika Raven dan Owl lagi bicara sama Nicholas."

Snow mengangguk. "Apa ada wajah-wajah lain yang kamu kenali selain dia di video itu?"

"Sejauh ini nggak ada, baru dia aja. Tapi nanti kalau ada video baru, aku bisa bantu cek."

"Baik. Apa ada tambahan lain untuk Lion?"

"Kalau boleh kasih saran, coba minta ke mata-mata Balwana di JavaMedica buat tanya ke dia soal film-film Christoper Nolan. Spesifiknya The Dark Knight Trilogy. Kalau dia jawab dengan antusias, bisa dipastikan dia adalah Lion."

"Oke. Terima kasih, Bening. Lo membuktikan diri bahwa lo lebih berguna daripada dugaan awal gue."

Bening tersenyum. "Senang bisa membantu, Snow."

Snow berbincang sejenak sebelum menutup rapat tersebut. Sepanjang menonton rekaman video tadi, Tama merasa sangat tidak nyaman. Ini bukan skenario yang dia bayangkan. Tak seharusnya Bening menghadapi lagi iblis-iblis dari masa lalunya. Harusnya Bening sudah hidup tenang dan damai sekarang. Seharusnya Tama sudah menghancurkan para iblis itu sejak lama. Namun pada akhirnya, Bening-lah yang menuntunnya untuk menemukan para iblis itu.

Mungkin seharusnya Bening tak ada di sini.

"Bening," Tama memanggil ketika wanita itu berdiri dari kursi. "Kalau kamu mau keluar dari operasi ini, saya mempersilakannya."

Bening membeliak. "Kenapa? Apa aku kurang berguna?"

"Bukan itu. Saya nggak pernah berpikir kamu nggak berguna. Justru sebaliknya," tegas Tama. "Ini masalah keamanan. Kamu nggak aman berada di tengah orang yang jadi dalang human trafficking kamu."

Bening terdiam dengan jantung berdebar takut. Iya, dia tahu dia tidak aman. Tapi, dia memiliki informasi yang berguna untuk kelanjutan misi ini. "Kita udah setengah jalan, Tama."

"Jangan mengkhawatirkan operasi ini. Nyawamu lebih penting. Saya bisa menggeser fokus penyusupan ke JavaMedica."

"Tapi kalau kita takut, musuh kita bakal punya kendali lebih besar terhadap kita."

Tama tahu itu. "Kamu masih bisa membantu tanpa harus tinggal di sini."

"Bukankah aku lebih aman kalau aku berada di sisi yang terkuat?" tanya Bening. "Aku bisa paham kekhawatiran kamu." Bening menatap Tama dalam-dalam. "Tapi, kamu ada di sini, dan kamu yang paling bisa melindungi aku dari mutan Alt-Meliora itu. Kalau aku ada di markas, jauh dari para musuh Balwana, tetep nggak ada kamu yang bisa lindungin aku. Sedangkan di sini, aku lebih aman sama kamu. Atau, apa kamu nggak percaya diri sama kekuatanmu sendiri?"

Hati Tama terasa tertohok. "Saya bisa melindungi kamu, tapi saya nggak bisa setiap saat berada di sisi kamu."

"Apa di Balwana, cuma kamu aja yang kuat?"

Tama terdiam. Wanita ini jelas tak akan mundur dari operasi. Otaknya cepat membuat rencana baru. "Saya bakal suruh Willy untuk jadi asisten pribadi kamu. Dia Letnan ketiga terkuat di Balwana. Ke mana pun kamu pergi nanti, dia akan mengikuti kamu. Selama Willy belum datang ke sini, kamu nggak boleh keluar ketemu Ishtar, Leoni, atau penghuni Swarga Elok lainnya."

Bening mengangguk. "Oke."

Tama masih tak bisa melepas rasa khawatir di dadanya. Dia tak ingin kehilangan Bening. Dia tak ingin lalai. Untuk pertama kalinya, Tama takut dalam operasi ini. Dia takut jika kekuatannya tak cukup untuk melindungi orang yang harus dia lindungi.

Dia meraih tangan Bening, menimang sejenak dengan kekalutan yang ada, lalu berdiri untuk memeluknya. Utas aroma kulit Bening menenangkannya, merengkuhnya seperti selendang lembut yang sejuk dan familier. Dia turut menghidu aroma sampo di rambut, parfum dengan aneka aroma floral yang menenangkan. Dia takut kehilangan Bening atas kelalaiannya sendiri. Namun ketika dia tak bisa mengatakan itu, Bening bisa menangkap apa yang dia khawatirkan dan Tama menghargainya.

Tangan Bening mengelus punggungnya, membuat Tama tersadar apa yang terjadi. Ada detik canggung yang dia rasakan sebelum melepas pelukan ini. Dia ingin mengalihkan pandang, lebih baik bersikap seolah situasi ini tak pernah terjadi, walau dia takkan pernah melupakannya. Namun Bening tak langsung melepasnya.

Wanita itu mendongakkan wajah. Mata Bening tidak melihatnya dengan marah atau kasihan. Tak ada penolakan dari bahasa tubuh dan air muka. Mudah sekali bagi Tama untuk mengulurkan tangan menyentuh rahang wanita itu, membawanya mendekat hingga bibir mereka bersentuhan. Namun saat wajahnya mendekati Bening pun, sepenggal kewarasannya masih berdiri.

Dia ingat janjinya kepada Anika. Janji untuk berhati-hati, untuk tidak menginisiasikan apa pun terkait kontak fisik seksual kepada Bening ketika waktu-waktu seperti ini tiba. Alasan janji tersebut dia sanggupi adalah karena itu usaha yang masuk akal, terlebih karena Bening sempat merasakan kekerasan seksual dalam penyekapan Nicholas. Itu alasan yang lebih dari cukup untuk Tama tetap memegang janjinya.

Belum sempat bibirnya mencium apa pun, Tama segera menurunkan kedua tangannya dari tubuh Bening, lalu mengalihkan muka, menarik napas, menjauhkan diri sebelum mengganti topik, "Kamu ada latihan tembak nanti siang, kan? Mungkin kamu harus siap-siap sekarang."

Bening termangu, terlihat masih memproses apa yang terjadi barusan. Namun dia segera memulihkan pikiran. "I-iya. Aku siap-siap dulu." Bening melirik pria yang tak menatapnya itu. "Selamat kembali bekerja."

Tama mengangguk, lalu kembali ke kursi kerja. Membiarkan Bening pergi tanpa melihat wanita itu. Sudah cukup pikirannya kacau oleh musuh-musuh tak terduga. Dia tak bisa membuatnya lebih kacau oleh hasratnya sendiri.

Dan prioritas terpentingnya: dia harus menemukan musuhnya sebelum mereka lebih dulu menyakiti orang-orang yang berharga baginya.

[ ].

3,3k words
14/11/2023



A/N

Ya begitulah gengs. Pria seperti Snow dan Tama pun juga ingin dicintai, makanya nggak mau belahan jiwanya memilih mereka hanya karena kewajiban atau merasa bertanggung jawab. Maunya memilih mereka karena cinta. A6.

Aku suka banget Bening di chapter ini. Terutama di adegan akhir. Dia ngasih tahu Tama apa yang bisa dia lakukan tanpa bikin Tama merasa disuruh/diperintah, tapi tetap ngasih arahan yang tegas dan kasih tekanan yang perlu. Ya itu namanya reminding someone of their position and duty, sih. She can be such a good partner

Di KaryaKarsa udah sampai chapter 29, ya. Update selanjutnya di Wattpad tanggal 28 Oktober. 

Continue Reading

You'll Also Like

379K 55.5K 39
"What could be more painful than a broken heart?" "Fall madly in love..." He wants to be in love, whereas she doesn't want to know what it's like to...
88.6K 6.6K 25
SIDE STORY DARI LOVE OR DIE Manusia boleh punya rencana. Pada akhirnya, ketentuan bukan milik kita. This work is a fiction. The names, locations and...
3.3M 35K 31
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
9K 343 1
[BACA SAAT ON GOING. INTERMEZZO PART DIHAPUS 1X24 JAM SETELAH PUBLISHED] May contain some mature convos and scenes. Leah memerlukan uang agar cita-c...